Setelah membaca memo tersebut, badanku terasa panas dingin dan lemas.
Bagaimana aku harus selalu telanjang dalam setiap aktifitasku selama
beberapa hari ke depan. Jika ada tamu yang datang kerumah, pasti aku
tidak akan bisa menemuinya karena kondisiku yang tanpa selembar kainpun
menempel pada tubuhku. Belum lagi jika aku harus belanja ke tukang sayur
yang biasanya melewati depan rumah.
Pikiranku menjadi kalut memikirkan apa yang akan terjadi setelah ini
namun disamping itu aku juga sangat penasaran dengan tantangan ini. Rasa
penasaran ini membuat puttingku mengeras, vaginaku berkedut-kedut tanda
terangsang. Kenapa aku menjadi begini?
Kuraba vaginaku, terasa sakit. Mungkin ke 5 kuli tersebut mengerjain
tubuhku habis-habisan selama aku pingsan. Aku ingat betul saat masih
sadar, bagaimana aku mengalami orgasme beruntun yang terus sambung
menyambung hingga aku lemas dan akhirnya pingsan karena kehabisan
tenaga. Setelah itu aku sama sekali tidak tahu apa yang terjadi.
Sekarang aku merasakan sangat lapar. Perutku keroncongan minta segera
diisi. Aku berjalan menuju lemari es untuk mencari apa saja yang bisa
dimakan. Aku melihat ada nasi bungkus dan minuman teh di atas lemari es.
Aku buka nasi bungkusnya, isinya adalah nasi goreng yang masih hangat.
Tanpa berpikir panjang, aku langsung melahap nasi goreng tersebut sampai
habis. Setelah makanan dan minuman habis, aku kembali ke kamar dan
menonton tv.
Aku tersenyum sendiri mengingat apa yang telah terjadi. Rupanya
kuli-kuli itu perhatian juga. Mereka menggarap aku di atas karpet di
ruang tamu hingga pingsan. Setelah puas, mereka membawaku yang tidak
sadarkan diri ke kamar untuk diistirahatkan. Lampu mereka nyalakan.
Makanan dan minuman juga mereka sediakan sehingga saat sadar aku bisa
langsung makan. Aku jadi tersanjung. Setelah lama mengingat-ingat
peristiwa yang telah terjadi dan memikirkan apa yang akan terjadi besok,
aku tertidur lelap sekali.
Tidak terasa, sinar matahari sudah menembus kamarku melalui celah-celah
gorden di jendela. Aku bangun dan menggeliatkan tubuhku yang telanjang
ini. Kemudian aku berjalan ke belakang untuk mandi dan keramas. Kamar
mandiku menyatu dengan rumah tetapi pintunya menghadap ke belakang
sehingga jika mau ke kamar mandi, aku harus keluar rumah dulu.
Saat itu aku melihat kasiman dan Jupri sedang mengaduk pasir dan semen
di dekat pintu kamar mandi. Aku menjadi ragu untuk mandi karena harus
melewati mereka dalam keadaan telanjang. Meskipun kemarin mereka sudah
menikmati tubuhku dan mengetahui seluruh lekuk-lekuk tubuhku, tetapi
rasa malu masih sangat mendominasi.
Aku berencana menunggu sampai mereka tidak berada di situ baru
secepatnya aku masuk ke kamar mandi. Setelah mandi nanti aku bisa keluar
dengan melilitkan handuk yang ada di kamar mandi sesuai memo yang
mereka tulis. Rupanya aku cukup beruntung karena tidak lama kemudian
Jupri dan kasiman di panggil pak Kardjono sehingga mereka meninggalkan
tempat itu.
Begitu mereka sudah pergi, cepat-cepat aku masuk ke kamar mandi dan
setelah sampai di dalam aku bernafas lega karena tidak ketahuan oleh
mereka . Aku mandi dengan tenang hingga bersih. Setelah selesai aku
keluar dengan melilitkan handuk pada tubuhku. Handuk ini cukup kecil,
bagian atas hanya bisa menutup separuh payudaraku dan bagian bawah hanya
2-3 cm dari selangkanganku. Namun aku tidak punya pilihan lain, toh ini
lebih baik dari pada tidak tertutup sama sekali.
“Pagi mbak Irma…. Segar banget, wangi lagi…Hhmmm….” sapa Jupri kepadaku.
“ Pagi juga……” aku menjawab dengan tersenyum manis. Mata Jupri dan
Kasiman memandangi seluruh tubuhku dengan semangat sekali seolah-olah
mereka bisa menembus handuk yang aku pakai. “Permisi ya… “ jawabku lagi
sambil cepat-cepat mau masuk ke dalam rumah.
“Sebentar mbak…keburu-buru amat sih…..” kata Jupri lagi.
“Ada apa..??” tanyaku
“bikinkan kami kopi panas donk… 5 cangkir aja..” pinta Jupri
“maaf Jup… aku gak bisa” aku menolak dengan halus.
“ Gak boleh begitu mbak, mbak harus menuruti kemauan kami, dan kami
tidak akan menyakiti mbak kok… kalau mbak gak mau nurutin kami…Hmmm…ntar
mbak nyesel lho…” ancam Jupri dengan halus pula.
“Emank kenapa…?” tanyaku mulai khawatir.
“Heheheh… ada deh… kami bisa melakukan apa aja lho mbak….misalkan, kalau
kami marah, kami bisa menyakiti mbak, atau bisa memberikan foto mbak
yang lagi keenakan itu ke suami mbak, atau..masih banyak lagi
deh…hehehehe….” Jawab Jupri. Ancaman Jupri ini sangat halus sekali tapi
resikonya sangat besar. Sekarang aku menjadi benar-benar khawatir.
“Iya mbak…kemarin kami memfoto mbak waktu ngesex ama kita…. Mbak seksi banget lo..” timpal Kasiman.
“Eh, jangan…jangan….” Cegahku,
“i..iya deh, aku bikinkan. Bentar ya…”kataku dengan ketakutan. Toh hanya
kopi, apa susahnya aku menuruti permintaan mereka itu. Mereka nampak
senang dengan persetujuanku. Aku segera membuatkan mereka kopi. Setelah
selesai aku taruh diatas nampan dan mengantarkannya kepada mereka.
Jupri dan Kasiman senang sekali, Pak Kardjono, Santo dan Nyoto yang baru
mengetahui aku membuatkan kopi untuk mereka juga terlihat senang
sekali. Mereka bersuit-suit menggodaku.
“wah..wah…wah… yang nganter kopi cantik dan seksi. Pasti kopinya enak tuh” teriak Nyoto
“Apalagi kalau di tambah susu… hahahaha….” Teriak Santo. Mereka semua
tertawa senang sekali. Meskipun malu, mau tak mau aku menjadi tersipu
mendengar godaan mereka. lelaki manapun pasti menggodaku karena tidak
tahan melihat penampilanku saat itu (narsis.com). Aku mengantarkan kopi
dengan hanya handuk kecil yang dililitkan ke tubuh saja.
“Stop dulu mbak Irma… tunggu sebentar” teriak Jupri.
Dia mendekatiku dan berkata “ begini lho mbak….”
Tangan Jupri menuju ujung handuk yang aku selipkan ke tubuhku dan menariknya pelan sehingga handuk tersebut melorot.
“Aih…………………” teriakku karena kaget. Handuk tersebut jatuh di bawah
kakiku. Kini aku telanjang bulat di depan mereka sambil membawa nampan.
Aku sama sekali tidak bisa menutupi payudara dan vaginaku karena membawa
nampan berisi kopi panas. Kalau aku jatuhkan, kopi panas akan menyiram
tubuhku. Aku hanya bisa berteriak malu tanpa bergerak. Payudaraku
terpampang dengan putting yang tegang. Vaginaku juga terlihat jelas
seolah-olah menggoda mereka untuk menjamahnya.
“Wooowwwww…. Indahnya…..” teriak Nyoto bersemangat. Wajahku semakin merah.
“ini di taruh dimana..?”tanyaku
“di sini aja mbak Irma…” jawab Pak Kardjono menunjuk tempat yang agak rata.
Aku berjalan kea rah yang di tunjukkan pak Kardjono. Pada saat berjalan,
mereka semakin heboh. Payudaraku bergoyang-goyang indah dan pantat
serta pinggulku melenggok-lenggok menggoda. Jantungku berdegub keras,
aku merasa sangat seksi.
“Ah…terlanjur malu..ya udah…di nikmati aja” kataku dalam hati.
Begitu sampai ditempat yang ditunjuk pak Kardjono, aku meletakkan
kopi-kopi tersebut dengan membungkuk, dan kedua kakiku sengaja tidak aku
tekuk sehingga kedua payudaraku menggantung indah dan vaginaku menjadi
terbuka dan bisa dilihat dengan jelas dari belakang. Siapapun yang ada
di belakangku pasti bisa melihat vaginaku merekah dan basah oleh cairan.
“eeehhhh… jangan disitu nanti kena kotoran. Di sini aja…” kata pak
Kardjono sambil menunjuk tempat yang ada di depannya. Aku tahu itu hanya
alasannya saja tapi aku menurutinya
Aku mengambil kembali kopi-kopi yang sudah aku letakkan dan beralih ke
tempat yang di tunjuk pak Kardjono. Di tempat itu, terpaksa aku harus
berada di depan Pak Kardjono yang saat itu sedang berjongkok. Posisi
pantatku tepat berada di depan wajah Pak Karjono sehingga saat akan
meletakkan kopi, vaginaku yang sudah basah dan merekah sangat dekat
dengan wajahnya.
Tiba-tiba “AAAHHH……………” aku kembali menjerit kaget karena merasakan ada
yang lunak basah tepat menyentuh klitorisku. Aku tidak bisa menegakkan
tubuhku. Masih ada kopi panas di tanganku. Aku menoleh ke belakang
ternyata itu adalah lidah Pak Kardjono yang menusuk-nusuk klitorisku.
Sangat nikmat sekali.
Home
Cerita Eksibisionis
Irma Seorang Istri
Penulis Lain
Cerita Eksibisionis Irma Seorang Istri : Gara-Gara Mencoba Eksib, Aku Jadi..... 5
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar