Ane lanjutin dikit.
Note: cuma cerita khayalan yg tidak mungkin ada di kenyataan
“Ma.. Papa pergi dulu yah.. hati-hati di rumah”
“Iya.. Papa yang hati-hati di jalan, mama kan ada Niko yang jagain.
Awas ya kalau Papa macam-macam singgah kemana-mana, tak hajar nanti..
hihi” Bisa-bisanya Anisa berkata demikian, padahal dia yang selalu
macam-macam selama ini saat suaminya tidak ada.
Untuk beberapa hari ini, Panji suami Anisa harus ke kampung halamannya
mengunjungi mamanya yang tiba-tiba jatuh sakit. Dari kabar yang mereka
dapatkan mamanya terserang demam tinggi. Tapi Panji sendiri tidak tenang
dan ingin memastikan keadaan mamanya langsung. Awalnya Anisa sendiri
ingin menemani suaminya, tapi suaminya menolaknya karena kasihan Windy
yang masih kecil yang harus ikut perjalanan jauh. Yang tidak disadari
oleh Panji bahwa itu adalah keputusan yang salah.
“Hahaha.. gak bakal lah ma, kan udah punya istri begini cantiknya” kata
Panji menggoda istrinya. Anisa sendiri tersenyum mendengarnya, sebuah
senyuman yang memiliki arti lain bagi Anisa. Maaf yah suamiku, istri
yang kamu bilang cantik ini yang malah bermain dibelakangmu, ada orang
lain yang menikmati kecantikan istrimu ini, anakmu dan temannya, batin
Anisa.
“ Niko, Papa minta tolong jagain mama sama adik kamu ya..”
“Sip, Beres pa.. serahin ke Niko”
Jadilah kini Anisa ditinggal bersama anak-anaknya selama seminggu. Tapi
Panji tidak tahu, apa yang sebenarnya istrinya lakukan di rumah saat
dia tidak ada. Perselingkuhan bejat istrinya. Ya.. seperti biasa, tidak
hanya Niko yang menikmati Anisa, tapi juga Jaka. Dia lagi-lagi menginap
di rumah Niko. Berlagak bagaikan raja menikmati fasilitas rumah itu
termasuk menikmati tubuh Anisa untuk beberapa hari kedepan.
“Kamu lapar Jaka? Udah makan belum?” tanya Anisa menawarkan makan ke
Jaka saat baru tiba bagaikan seorang ibu yang menawarkan anaknya makan.
“Belum tante, kebetulan.. duh enak benar punya mama kayak tante.. udah
cantik, baik, bisa dientotin lagi. Bolehkan Jaka anggap tante mama Jaka?
Hehe..”
“Hihi.. iya.. anggap aja mama kamu sendiri, tapi masa mama sendiri
dientotin?” tanya Anisa ke Jaka, tapi matanya melirik ke Niko yang
berada tak jauh dari sana yang memang anaknya sendiri yang telah
menyetubuhi dirinya. Niko yang dipandangi seperti itu jadi salah tingkah
sendiri.
“Niko, kamu mau makan lagi?”
“Gak ma, kalau minum susu sih boleh ma.. hehe”
“Hu.. dasar. Kita tungguin Jaka makan dulu, abis itu kita mandi sore bareng yah..”
***
“Oughh.. enak tante.. ngghh…”
“Iya sayang.. entotin tante sesuka hatimu, kamu gimana Niko? Ngghh.. enak?”
“Enak ma..”
Mereka bertiga kini berbasah-basahan di dalam kamar mandi dibawah
guyuran air shower. Tampak tubuh indah wanita dewasa Anisa dijepit dalam
tubuh ceking pria remaja Jaka dan Niko. Posisi Anisa menghadap ke atas,
dengan Niko berada dibawah menggenjot anus mamanya sedangkan Jaka
menghimpitnya dari atas menusuk vagina Anisa. Butiran-butiran air pada
kulit serta rambut basah Anisa membuat kedua remaja tersebut makin
bernafsu menyetubuhinya. Sosok wanita sempurna yang kini sedang
disetubuhi oleh anaknya sendiri dan temannya, yang dengan senang hati
dan tanpa paksaan memberikan kenikmatan pada kedua remaja tersebut.
“Enak sayang?”
“Oughh.. enak tante.. Jaka bakal kasih tau suami tante.. kalau tante binal” racau Jaka disela-sela genjotannya.
“Hihi.. berani kamu emang? Nggmmhh.. emang.. gimana kamu kasih
tahunya?” kata Anisa balik menggoda. Jaka kemudian menghentikan
genjotannya.
“Om, om.. Jaka kemarin ngentotin tante Anisa loh waktu om pergi.. enak
banget empotan memeknya, Jaka sampai ngecrot berkali-kali om ke memek
tante” kata Jaka berpura-pura layaknya sedang berbicara pada suami
Anisa.
“Apa kamu bilang?” kata Jaka lagi menirukan bicara Panji yang sedang kaget.
“Iya.. Om, enak banget.. kita ngentotin tante terus menerus om.. Niko
juga ikutan kok ngentotin mamanya.. pokoknya memek tante Anisa penuh
peju kita tuh om. Terus kita juga genjotin pantatnya Om, sempit banget.
Om pasti gak pernah kan rasain bool tante? kasian deh Om keduluan
kita..” sambungnya lagi. Gilanya, Anisa malah tertawa cekikikan
mendengar omongan Jaka ini yang seperti melecehkan suaminya itu. Dia
malah menganggap omongan bejat Jaka tersebut hal yang lucu. Niko
sendiri hanya tersenyum kecut mendengar omongan Jaka ini yang seakan
melecehkan kedua orang tuanya.
“Hahaha.. kamu ini.. paling beraninya cuma disini aja.. hihihi” kata Anisa.
“Berani kok tante.. tante mau kasih apa kalau Jaka berani ngomong kaya
gitu ke Om?” Anisa dengan gemasnya mencubit pinggang Jaka karena
perkataannya yang sepertinya memang nekat ngomong ke suaminya tersebut.
“Ighh.. kamu ini.. hihi”
“Emang ngentotin istrinya Om kaya apa?” kata Anisa yang kini malah
ikut-ikutan menirukan gaya bicara suaminya. Jaka yang mendengar Anisa
ikut-ikutan makin membuat dirinya senang dan bersemangat.
“Kaya gini Om..” sambil mengatakan itu, Jaka kembali menggenjot vagina Anisa.
“Hihi.. kaya apa sih itu? Gak kerasa.. yang benar dong.. Niko tunjukin
juga dong gimana kamu ngentotin mama kamu.. hihi..” kata Anisa
memancing. Mendengar hal itu, Jaka mempercepat adukan penisnya di dalam
vagina Anisa, begitu pula halnya Niko yang menggenjot anus mamanya.
“Benar sayang kamu dientotin mereka?” kata Anisa lagi masih pura-pura jadi suaminya.
“Benar pah.. keroyokan, kaya gini.. brutal dan kasar amat.. hihi” jawab
Anisa sendiri. Kedua remaja yang mendengar hal itu kini makin
menjadi-jadi menggenjot lubang depan dan belakang Anisa.
“Kaya gitu pa.. lihat kan pa? ngghh.. kasar banget kan pa? masa sih
mereka ngentotin istri Papa sekasar itu, kurang ajar banget kan pah?
ngmmhh..” kata Anisa makin larut dalam permainan pura-pura dilihat
suaminya itu.
Tubuh Anisa sampai terlempar-lempar kuat karena hentakan penis Jaka dan
Niko yang makin menjadi-jadi, tapi Anisa malah tertawa cekikikan
diselingi desahan karena apa yang baru saja mereka guraukan barusan.
Menganggap itu adalah sebuah gurauan yang lucu. Sebuah gurauan yang
entah apa jadinya kalau menjadi kenyataan. Entah apa jadinya kalau Jaka
benar-benar mengatakan hal itu pada suaminya. Dan entah apa jadinya
kalau suaminya melihat istri yang dicintainya sedang disetubuhi dengan
liarnya oleh anaknya sendiri dan teman anaknya. Tapi satu hal yang
pasti, Anisa semakin bergairah karena membayangkan itu semua.
Tangannya memeluk erat Jaka yang sedang menindihnya, kukunya seperti
menancap di punggung Jaka. Vaginanya semakin berdenyut karena
membayangkan suaminya sedang melihat dirinya seperti sekarang ini, yang
disetubuhi dengan buasnya oleh anaknya sendiri dan temannya. Membuat
Jaka tidak kuat lagi menahan kenikmatan jepitan vagina Anisa pada
penisnya. Begitupun Niko, ia merasa jepitan Anus mamanya semakin sempit
saja menelan penisnya.
“Agghh… tante.. enak bangeeett.. gak kuat tante.. gak kuaaat” teriak Jaka melolong kenikmatan.
“Sama ma.. Niko juga gak kuat.. aaaahhh…”
“Kita barengan sayang.. Ayo Keluarin.. tumpahin semuanya ke dalam tubuh
mama.. penuhi rahim dan anus mama dengan bibit-bibit kalian..
puas-puasin sayang.. lepaskan.. ayo lepaskan peju kalian.. nggmmh..
mama sampaiaaai… aaaahhhh” erang Anisa menjambak rambut Jaka.
“Crooott.. crooot” dengan hampir bersamaan mereka melepaskan
sperma-sperma mereka masuk bertubi-tubi dengan banyaknya dan tanpa
hambatan memenuhi rahim dan anus Anisa. Membuat bagian bawah tubuh Anisa
makin penuh karenanya. Mereka merasakan kenikmatan yang luar biasa,
sungguh beruntung sekali mereka, terlebih Jaka yang bukan siapa-siapa
dapat menikmati tubuh wanita secantik Anisa ini.
“Hosh.. hosh.. puas? Enak kalian?” tanya Anisa berusaha tersenyum
disela-sela kenikmatan yang baru saja diraihnya. Mereka berbaring
sejajar kelelahan di atas lantai kamar mandi yang dingin dan basah.
“Enak tante.. duh.. peju Jaka terkuras semua hehe.. rawat anak Jaka yah tante..”
“Ihh.. kamu ini, jangan ngomong yang nggak-nggak deh, ntar tante
beneran hamil anak kamu gimana ayo? Mau bilang apa ke om? hihi” kata
Anisa malah tertawa renyah.
“Masa mau bilang gini, Pa.. aku hamil. Tau gak siapa yang hamilin? Niko
dan temannya, Pa.. gak mungkin kan? hihi” lanjut Anisa bercanda. Kedua
remaja yang mendengar candaan Anisa itu malah mupeng jadinya.
“Kalau gitu biar Jaka aja yang kasih tau kalau tante hamil anak Jaka.. hehe” kata Jaka iseng.
“hmm? Emang kamu gimana cara ngomongnya.. coba kasih tau tante..” kata Anisa sambil menghadapkan tubuhnya ke Jaka.
“Om, om.. Jaka udah bikin hamil istri om lho.. gak apa kan om kalau
ntar Jaka tambahin anak lagi untuk tante anisa? Tapi om yang nanggung
biaya hidup anak-anak Jaka yah? hehe” kata Jaka kurang ajar seenak
pantatnya ngomong yang malah membuat Anisa tertawa geli mendengarnya.
“Dasar, gila kamu.. anaknya itu anak kamu masa suami tante yang nanggung” kata Anisa mencubit hidung Jaka.
“Kalau kamu sayang, gimana kamu ngomong ke Papa kamu?” tanya Anisa
berbalik menghadap ke Niko yang karena Anisa juga tertarik ingin tahu
bagaimana omongan anaknya itu.
“Nggmm.. gimana ya ma.. gak tau ma.. bisa dihajar Niko kalau ngomong
gitu ke Papa” jawab Niko polos, membuat Jaka tertawa terbahak-bahak dan
mamanya tertawa cekikikan.
“Kan cuma seandainya aja sayang, jangan dianggap serius gitu dong..
hihi.. kamu pasti punya fantasi juga kan? bebasin aja sayang
ngomongnya.. coba.. mama mau dengar” kata Anisa lagi. Dengan masih
ragu-ragu Nikopun mencoba mencurahkan isi pikiran mesumnya.
“Pa.. mama hamil anaknya Niko pa.. Niko udah ngentotin mama sampai
hamil, Niko siramin rahim tempat Niko lahir dulu pakai peju Niko sendiri
sampai mama hamil, gak apa kan pa?” kata Niko mencoba. Anisa tersenyum
mendengar perkataan anaknya itu.
“Tuh kan kamu bisa.. hihi.. untung cuma mama yang dengar, coba kalau
papa kamu. Nakal ya kamu hamilin mama kandung sendiri.. hihi” kata Anisa
yang membuat Niko jadi malu-malu sendiri.
“Pengen coba?” tanya Anisa ke Niko.
“Eh, c..coba apa ma?”
“Hamilin mama kamu?” tanya Anisa dengan wajah menggoda semanis mungkin ke Niko yang membuat Niko jadi salah tingkah.
“Eh.. aaa.. i.. itu..”
“Hahaha.. Niko.. Niko.. grogian amat, mama kan cuma becanda.. hihi”
“Ya udah kalau Niko gak mau tante, biar Jaka aja yang hamilin tante.. Jaka mau kok..” serobot Jaka.
“Huu.. kamu maunya.. kalau kamu mah gak heran tante, kambing juga mau
kamu hamilin.. hihihi..” Mereka pun tertawa terbahak-bahak bersama.
Mereka lalu mendekatkan mulut mereka ke buah dada Anisa. Mengulum dan
menikmati air susu Anisa dengan nikmatnya secara bersamaan.
“Hihi.. dasar kalian gak ada puas-puasnya”
“Gak bakal puas tante.. Jaka kenyot lagi ya tante?”
“Iya.. iya.. mau kenyot, sedot, jilat, gigit, pokoknya suka suka kalian
deh..” mendengar itu Jaka dengan semangatnya memainkan mulutnya di
payudara kanan Anisa sesuka hatinya.
“Ayo Niko kamu juga jangan mau kalah, puas-puasin sayang, ntar dihabisin Jaka lho semuanya”
Mereka berdua kemudian menghabiskan waktu sejenak melepaskan rasa haus
mereka karena pertempuran barusan. Memainkan buah dada Anisa seenak hati
mereka tanpa batasan apapun. Jemari mereka juga asik bergeriliya di
vagina Anisa yang masih becek.
“Ma.. Ntar susu mama habis nih.. ntar untuk Windy gak ada, gak apa ma?” tanya Niko polos.
“Hihi.. gak bakal habis kok.. kalau kalian mau habisin juga gak apa.
Windynya kan bisa mama kasih susu bubuk. Daripada kaliannya yang mama
kasih susu bubuk? Gak mau kan? hihi”
“Fuaahh..” suara erangan Jaka melepaskan kulumannya dari puting Anisa
tiba-tiba, sepertinya dia ingin bicara. Tampak susu Anisa masih
berlumuran di sekitaran bibirnya.
“Ya gak mau dong tante dikasih susu bubuk, untuk Windy aja” kata Jaka
seenak jidatnya yang tidak tahu diri menyuruh Windy saja yang minum susu
bubuk. Padahal seharusnya memang windy lah yang satu-satunya yang
pantas mendapatkan ASI dari Anisa, bukan Jaka ataupun Niko ini. Tapi
mendengar permintaan Jaka yang tidak tahu diri itu Anisa malah tertawa,
membuat dadanya berguncang-guncang karenanya.
“Haha.. iya-iya, kamu ini.. ya udah, untuk kalian deh semuanya, habisin
deh kalau kalian emang mau habisin, suka-suka kalian.. huh dasar”
Sungguh gila memang omongan Anisa, mendahulukan nafsu kedua remaja ini
daripada bayinya yang seharusnya jadi prioritas. Memang Windy sudah
boleh diberi makanan pendamping asi untuk umurnya sekarang ini, tapi
tetap saja sangat ganjil sekali malah mendahulukan mereka. Tapi memang
sensasi itulah yang membuat Anisa makin bergairah. Untung saja air susu
Anisa tidak benar-benar habis oleh mereka.
Setelah puas menyusu mereka akhirnya keluar dari kamar mandi, Anisa
sendiri yang mengeringkan tubuh mereka berdua. Mereka lalu beraktifitas
seperti biasanya. Anisa kembali menjadi jadi ibu rumahan yang mengurus
rumah, baik menyapu, memasak dan mengasuh bayinya. Niko dan Jaka juga
mengisi waktu mereka sendiri, baik menonton tv ataupun bermain video
game. Tapi mata mereka tetap tidak bisa lepas melihat sosok Anisa yang
berkeliaran di rumah dengan pakaian santai yang menggoda birahi
kelaki-lakian Niko dan Jaka. Anisa hanya mengenakan kaos lengan pendek
dengan rok kembang selutut yang mudah tertiup angin. Anisa yang sadar
jadi pusat perhatian mereka berusaha cuek dan tetap beraktifitas seperti
biasa.
Malam harinya setelah makan malam, lagi-lagi Anisa menjadi tempat pelampiasan nafsu bejat Jaka dan Niko.
“Tante..” panggil Jaka ke Anisa setelah menghentikan goyangannya. Saat
itu Jaka sedang menggenjot Anisa dalam posisi doggy sedangkan Anisa
menjilati penis anaknya yang berada di hadapannya.
“hmm? Apa?” jawab Anisa setelah melepaskan kulumannya dari penis Niko.
“Gak mau telpon om, tante?”
“hmm? Emang kenapa sih?”
“Hehe.. Jaka pengen lihat nih tante teleponan sama om sambil tantenya Jaka entotin.. Omnya sadar gak yah tante? Hehe”
“Haa? gak mau ah, kurang kerjaan kamu..”
“Yah.. boleh yah tante. Gimana Niko? lo juga penasaran kan melihat nyokap lo kita entotin sambil teleponan dengan bokap lo?”
“hmm.. I-iya.. penasaran juga sih.. hehe” kata Niko sambil garuk-garuk kepala walaupun tidak gatal sama sekali.
“Tuh tante.. Nikonya juga penasaran tuh. Tante pasti juga mau kan?
ngaku aja deh.. hehe” Anisa tersenyum mendengar permintaan Jaka ini,
ya.. dia memang penasaran bagaimana rasanya teleponan dengan suaminya
ketika bersetubuh dengan pria lain, terlebih Niko juga menyetujuinya.
Apa anaknya juga mempunyai fantasi melihat mamanya disetubuhi orang
sewaktu dia menelpon Papanya? Bisa aja kamu Niko, pikirnya.
“Sini Niko ponsel nyokap lo..” Suruh Jaka ke Niko untuk mengambil
ponsel Anisa yang berada tak jauh dari Niko yang langsung dituruti oleh
anaknya itu.
“Eh eh, tante kan belum bilang iya..” kata Anisa tapi tidak berusaha
mencegah ponselnya beralih ke tangan Jaka. Dengan posisi masih seperti
itu dan penis yang masih tertancap di vagina Anisa, Jaka mencari nomor
suaminya Anisa yang dengan mudahnya dapat ditemukan.
“tut.. tut..” Nada sambung mulai terdengar. Entah kenapa Anisa jadi
berdebar begini. Dia bakal melakukan hal gila yang baru pertama dia
lakukan. Memikirkan dia akan disetubuhi pria lain selagi dia menelpon
suaminya malah membuat birahinya semakin tinggi. Tidak butuh waktu lama
suaminya sudah mengangkat panggilan tersebut.
“Halo sayang?” sapa suami Anisa di ujung telpon. Anisa masih diam sambil pura-pura menatap kesal ke Jaka.
“Ayo tante.. jawab dong..hehe” bisik Jaka sambil menyerahkan ponsel itu
ke Anisa. Dengan wajah dicemberutkan Anisa akhirnya mengambil ponsel
tersebut.
“halo” jawab Anisa.
“Gak ada apa-apa kok pa.. Cuma kangen aja..”
“Iya.. baiiiiiikk kok” dengan tiba-tiba Jaka menghentakkan pinggulnya
membuat Anisa menjerit tertahan saat bicara. Anisa menatap kesal ke Jaka
lalu mencubit pelan pahanya. Tapi Jakanya hanya cengengesan saja.
“Gak ada apa-apa kok pah.. Gimana kabar mama pa? ngghh.. udah baikan?” Tanya Anisa mengalihkan perhatian.
“Oohh.. sukur deh”
“Papa mau bicara sama Niko?” tanya Anisa ke suaminya sambil melirik ke Niko.
“Niko, nih Papa kamu mau ngomong..” kata Anisa menyerahkan ponsel itu ke Niko.
“Halo pa”
“Halo Niko, gimana keadaan rumah? Kamu jaga mama dan adik kamu dengan
baik kan?” tanya Papanya dari seberang telpon. Niko sedikit tertegun
mendengar pertanyaan menjaga mamanya dengan baik tersebut. Ya.. itu
karena mamanya kini sedang disetubuhi orang lain, terlebih mamanya juga
sedang menyepong penisnya.
“I..iya Pa, baik kok.. lagian di sini Niko juga ajak Jaka kok buat
jagain mama” jawab Niko. Papanya yang mendengar jawaban Niko tentu saja
tidak mempunyai pikiran yang aneh-aneh. Tapi sayang Papanya tidak
mengetahui maksud sebenarnya dari jawaban anaknya itu.
“Ohh.. bagus deh”
“Jaka, tuh suami tante di telpon, berani emang kamu bilang?” kata Anisa
menantang bermain api. Entah apa yang ada dipikiran Anisa menantang
Jaka seperti itu. Anisa sepertinya jadi bergairah dengan kenekatannya
ini.
“Berani kok, Om.. tantenya lagi Jaka entot nih..” kata Jaka pelan, yang
tentunya tidak akan terdengar dari ponsel yang sedang dipakai Niko.
“Hihi.. beraninya jauh-jauh.. pelan lagi” kata Anisa makin menantang.
“Om.. istrinya Jaka entot nih..” kata Jaka lebih keras, untung saja
masih belum terdengar oleh Panji. Niko yang sedang ngobrol dengan
Papanya juga jadi panas dingin dibuatnya.
Sebenarnya Anisa tidak ingin juga kalau suaminya betul-betul mengetahui
keadaan dirinya seperti sekarang ini, entah apa jadinya. Tapi dia
sangat menikmati sensasi ini, dia ingin lebih nekat lagi, ingin lebih
hampir ketahuan lagi.
“Niko, coba hidupin speaker ponselnya..” suruh Anisa ke anaknya. Niko
sendiri juga bingung dengan kenekatan mamanya. Apa mamanya tidak takut
ketahuan apa? pikirnya, tapi dia lihat mamanya malah tertawa tertahan
sambil menempelkan telunjuk ke mulut ke arah mereka berdua sebagai
isyarat agar tidak berisik. Nikopun menuruti permintaan mamanya untuk
menyalakan speaker ponsel. Jadilah kini suara Papanya dapat terdengar
oleh mereka bertiga, termasuk juga suara mereka bertiga yang akan dapat
terdengar oleh suami Anisa. Bagi anisa, ini hampir memenuhi fantasinya.
Bersetubuh dengan pria lain sambil mendengar suara suaminya yang tidak
tahu apa-apa itu dari seberang telepon. Keadaan ini semakin membuatnya
bergairah, vaginanya semakin becek. Sensasinya begitu nikmat dirasakan
olehnya, dia ingin lebih lagi. Anisa mencoba sedikit memperkuat suara
desahannya, begitu pula Jaka yang sedang menyetubuhinya dari belakang
juga ikut-ikutan memperkuat desahannya. Suara paha Jaka yang
menampar-nampar pantat Anisa juga makin keras terdengar. Sedangkan Niko
masih asik melayani obrolan Papanya sambil penisnya masih dikocok dan
dijilati Anisa.
“Niko suara apa ya itu? Kok berisik amat?” tanya Panji heran dari seberang telpon.
“Eh.. anu pa itu.. a.. anu..” Niko sendiri tidak tahu tidak tahu harus
menjawab apa. Anisa yang melihat anaknya panik memberi kode pada Niko
untuk mendekatkan ponsel itu padanya.
“Ngh.. Iya pa?” kata Anisa mengambil alih pembicaraan dari Niko. Tapi
tetap dia masih dalam keadaan menyerahkan tubuh indahnya disetubuhi Jaka
dan tangannya tetap mengocok penis Niko.
“Suara berisik apan tuh ma? Terus kok mama ngos-ngosan gitu?” tanya Panji lagi.
“Nggh.. gak kok pah.. ini mama sedang dien..” sebenarnya dia penasaran
apa jadinya kalau dia meneruskan kata-katanya mengatakan kalau sedang
dientot Jaka. Tapi dia tidak mungkin mengatakannya.
“Lagi apa mah?” tanya suaminya makin heran dan penasaran.
“Ah.. gak kok.. mama ada disana pa? aku mau ngomong dong..” kata Anisa
mengalihkan pembicaraan ingin bicara dengan mertuanya. Panji yang masih
bingung akhirnya harus merelakan rasa penasarannya dulu. Dia serahkan
juga ponsel ke ibunya yang memang ada di dekatnya sekarang.
“Halo” sapa mertua Anisa.
“Assalamualaikum ma, Udah baikan ma?” tanya Anisa sopan. Kini posisi
Jaka digantikan oleh Niko. Mereka mengobrol ringan selama beberapa saat
dengan kondisi Anisa masih disetubuhi Niko. Tentu dengan Anisa tetap
sesekali menahan desahan dan dengan nafas beratnya mengobrol dengan
mertuanya, untung saja mertuanya tidak terlalu memikirkan hal tersebut.
Entah apa yang akan terjadi jika mertuanya melihat menantunya melakukan
perbuatan gila dengan cucu dan teman cucunya seperti sekarang ini. Sosok
menantu yang ia ketahui sopan dan saleh pada suaminya ternyata kini
sedang mengkhianati kepercayaan suaminya dan sedang asik berzinah ria.
Sungguh bertolak belakang dengan yang diketahui mertuanya selama ini.
Mereka akhirnya menyudahi acara teleponan itu. Anisa sendiri juga harus
tetap waspada agar suaminya tidak terlalu curiga. Dia pikir cukup
demikian untuk hari ini. Ya.. mungkin suatu saat dia bisa menunjukkan
pada suaminya sesuatu yang lebih, dia penasaran kapan hari itu akan
datang dan bagaimana reaksi suaminya pada hari itu. Dia ingin melihat
wajah suaminya pada saat itu tiba.
Disana, saat ini suaminya masih bingung sendiri, dia menjadi sedikit
curiga apa yang sedang istrinya lakukan disana. Mesti dia tidak berani
berandai-andai berfikir buruk terlalu jauh tentang apa yang sebenarnya
istrinya lakukan disana. Tapi memang itulah kenyataan yang tidak
diketahui olehnya. Istrnya memang sudah berbuat terlalu jauh, bersetubuh
dengan anaknya sendiri dan teman-teman anaknya.
Hari-hari selanjutnya selama Panji pergi, Anisa tetap menjadi
pelampiasan kedua remaja tersebut. Beberapa kali juga mereka teleponan
seperti saat itu. Anisa teleponan dengan suaminya sambil melayani penis
Jaka dan Niko. Bahkan pernah tidak hanya mereka berdua. Tapi bertambah
beberapa pria teman Jaka yang menikmati tubuh Anisa. Menggrepe-grepe
tubuh indah Anisa yang seharusnya milik suaminya. Memainkan buah dada
dan menyedot susu Anisa yang seharusnya milik Windy secara bersamaan.
Semuanya mereka lakukan saat Anisa asik berbincang dengan suaminya di
telepon.
“Ma, kok suasana ramai amat ya? Lagi dimana kamu?” tanya Panji curiga.
“Lagi nggmhh.. di rumah kok pa, ini Niko ajak teman-temannya main kesini, ramai amat.. aah.. aw.. geli”
“Geli? Kenapa kamu sayang?”
“Eh, gak kok pa.. Windy nih lagi minum susu” jawab Anisa ngeles. Panji
sedikit tidak enak juga memikirkan Anisa sedang menyusui Windy di antara
teman-teman Niko yang sepertinya sangat ramai itu. Tapi sebenarnya yang
terjadi lebih sadis dari yang dipikirkan Panji. Anisa bukan sedang
menyusui Windy, tapi sebenarnya sedang menyusui dua orang remaja
sekaligus, bahkan kedua orang itu menggigit-gigit dan menarik-narik
puting Anisa dengan gigi mereka membuat air susu Anisa muncrat-muncrat.
Pria-pria lainnya di sana bahkan tampak lebih tua dari Jaka, ada juga
yang tubuhnya begitu kurus yang tampak seperti seorang pecandu. Mereka
dengan leluasanya memainkan vagina serta menggelitik dan menjilati
bagian-bagian tubuh Anisa yang lain seperti wajah Anisa. Rangsangan yang
begitu banyak lah yang sebenarnya membuat Anisa kegelian, bukan karena
isapan Windy seperti yang Anisa katakan.
“Terus kamu sendiri udah makan kan ma?” tanya Panji.
“….”
“Ma?? Haloo? Masih disana mah?”
“….. Eh.. iya pah.. masih kok, apa tadi pa?” tanya Anisa lagi.
“Udah makan belum? Ngelamun kamu?”
“Udah kok pa.. gak ngelamun kok, cuma Windynya lagi aktif banget”
ngeles Anisa. Bisa-bisanya Anisa berbohong, padahal yang terjadi
sebenarnya adalah Anisa sedang menerima ciuman buas dari pria disana.
Yang membuat obrolan Anisa harus terhenti dengan suaminya karena ciuman
yang tiba-tiba ini.
Suara desahan Anisa juga terdengar semakin sering saja ketika mereka
mengobrol. Walau Anisa berusaha menahan dan menutupinya, tapi tidak
dapat dielakkan kalau itu memang suara desahan istrinya yang sedang
merintih kenikmatan. Apa yang sebenarnya terjadi? batin Panji. Panji
tidak ingin memikirkan hal buruk tentang istrinya. Tidak mungkin Anisa
mengkhianatinya. Istrinya yang dia kenal selama ini begitu santun dan
sopan terhadap dirinya. Sosok istri yang sempurna bagi dirinya dan
anak-anaknya. Mana mungkin.. ya.. mana mungkin, pikir Panji.
“Ma.. udah dulu ya” kata Panji, dia tidak ingin lebih berperasangka
buruk pada istrinya itu kalau ini tetap dilanjutkan, lebih baik dia
hentikan obrolan yang membuatnya risau ini.
“Kok udahan pa?” tanya Anisa yang sepertinya masih penasaran bagaimana
yang akan terjadi selanjutnya. Entah kenapa Anisa jadi ingin memancing
rasa penasaran suaminya itu lebih jauh. Dia masih belum puas, dia masih
ingin meneruskan ini hingga benar-benar sampai hampir ketahuan. Sungguh
gila memang, tapi itulah sensasi yang Anisa ingin raih.
“Papa ada urusan bentar.. udah yah ma.. bye.. muach” kata Panji yang memang ingin menyudahi.
“Ya udah deh pa.. bye.. muach..” saat mengatakan muach itu sebenarnya
Anisa malah mencium bibir salah satu pria disana. Sungguh menyakitkan
hati bila Panji mengetahui ciuman itu bukan ditujukan padanya.
“Udah ah kalian dari tadi keroyokan mulu.. Kamu juga Jaka, mulut kamu
ember banget pake ngajak teman kamu” kata Anisa setelah menutup telpon.
Jakanya hanya cengengesan saja.
“Lebih hot tante kalau keroyokan gini.. kapan lagi bisa nge-gangbang
istri orang secantik tante.. hehe” kata salah satu dari mereka sambil
tetap mengorek-ngorek vaginanya yang namanya bahkan Anisa tidak ingat.
Anisa hanya berusaha melawan dengan mengapitkan kakinya sehingga tangan
pria itu tampak terjepit di pahanya, tangannya juga memegang tangan pria
itu agar tidak lebih liar lagi bergeriliya mengorek liang vaginanya.
Tapi hal itu malah menjadi sebuah pemandangan yang terlihat
menggairahkan bagi mereka.
“Huh, Dasar kalian calon-calon preman mesum.. ya udah deh.. lakuin
sesuka kalian.. hmm.. kalau kalian mau tante juga bakal pinjamin tubuh
tante untuk nurutin semua fantasi mesum kalian.. asal gak gila-gila
amat.. hihi”
“Wah.. Benar yah tante? Hehe..”
“Iya.. sayaaang..” kata Anisa tersenyum pada mereka. Kemudian
dilanjutkan lah kembali acara gangbang liar itu. Mereka dengan seenaknya
menyetubuhi bini orang secantik Anisa di rumahnya sendiri. Menguras
semua kenikmatan dari seorang ibu di depan anak-anaknya. Melampiaskan
fantasi-fantasi erotis mereka yang selama ini hanya ada di dalam benak
mesum mereka.
Sedangkan di sana, Panji merenung sendiri apa yang sebenarnya terjadi.
Dia risau apa yang sebenarnya istrinya lakukan di sana. Tidak mungkin
istriku membohongiku bukan? Dia tidak pernah berbohong padaku selama
yang aku tahu, kata Panji membatin. Iya.. dia istriku yang setia, bodoh,
kenapa aku sampai menganggapnya berbohong padaku, mana mungkin dirinya
bermain dibelakangku. Terjadi perang batin di hati Panji, di antara
harus mempercayai istrinya atau rasa curiga terhadap istrinya.
Tapi dia pikir tidak ada salahnya mencari kebenaran, itu lebih baik
dari pada dia terus dihantui rasa curiga dan tidak melakukan apa-apa
sama sekali. Dia tidak ingin dibodohi istrinya meskipun dia masih yakin
dan percaya istrinya tidak akan mungkin melakukannya. Dia putuskan
pulang lebih cepat dari jadwal yang dia katakan sebelumnya pada
istrinya. Seharusnya Panji pulang dua hari lagi. Tapi dia putuskan untuk
kembali besok. Panji harap semua dugaan buruknya itu salah.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar