Walaupun aku merengek-rengek untuk meminta handukku supaya dikembalikan,
kedua security tersebut tetap tidak mau memberikannya. Dengan rasa
sebal, jengkel dan bingung, aku nekat pulang sendiri dalam keadaan
telanjang bulat. Dalam hati aku berharap tidak ada orang yang mengetahui
ketelanjanganku lagi. Apabila sampai kepergok ama orang lagi, aku yakin
akan mengalami pelecehan kembali dan ujung-ujungnya adalah perkosaan
yang sangat menguras tenaga.
Saat ini aku hanya ingin segera beristirahat karena kondisiku yang sudah
sangat lemas. Kakiku melangkah dengan gontai tanpa tenaga namun aku
masih berusaha untuk tetap waspada pada sekitarku supaya tidak kepergok.
Aku mengambil jalan yang berbeda dengan jalan saat aku berangkat tadi.
Aku takut Bapak-bapak yang mengetahui aku berjalan setengah telanjang
tadi berusaha menemui aku lagi dengan menunggu di jalan yang sama. Aku
belum hafal betul dengan keadaan perumahan itu namun aku berharap jalan
yang aku lalui ini lebih sepi dan lebih aman.
Lega sekali rasanya hati ini karena tinggal 2 blok lagi aku sudah sampai
di rumah. Kupercepat langkah kakiku dengan tangan kanan menutupi
payudara dan tangan kiri menutupi vaginaku. Sebenarnya percuma juga aku
menutupinya namun lumayan bisa menahan goyangan payudaraku akibat
langkah kaki yang agak cepat.
Saat akan tiba di belokan terakhir, aku langsung menghentikan langkahku
begitu melihat bapak-bapak yang sedang berkumpul dan duduk-duduk di
tikar di tengah jalan. Rupanya mereka sedang ronda malam. Memang di
perumahanku yang sepi ini, setiap malam bapak-bapak melakukan ronda
malam secara giliran untuk membantu security menjaga keamanan lingkungan
perumahan.
“Aduh…, padahal kurang sedikit lagi aku sampai.”aku ngedumel sendiri
“Gimana nih? harus lewat mana aku? Apa harus putar blok? Aduhh….pasti
jauh lagi jalurnya….”aku merasa cemas sekali. Selain tenaga yang sudah
lemah, kakiku rasanya juga sangat pegal namun aku harus menghindari
bapak-bapak itu.
Akhirnya aku balik arah mencari jalan lain memutari blok supaya tidak
melewati Bapak-bapak itu. setelah berjalan cukup jauh, aku berhasil
menemukan jalan ke rumah. Arahnya menjadi berlawanan dengan Bapak-bapak
yang sedang ronda tersebut namun mereka masih bisa melihat rumahku
dengan jelas. Artinya, seandainya aku masuk ke rumah, mereka masih bisa
melihat tubuh telanjangku ini. Aku harus menunggu Bapak-bapak itu
lengah, baru kemudian aku berlari masuk ke dalam rumah.
Saat sudah dekat dengan rumah, aku berhenti sejenak di kegelapan untuk
bersembunyi. Kulihat mereka asyik bercanda dan bermain kartu sambil
sesekali melihat lingkungan sekitar. Tidak ada kesempatan untuk aku bisa
berlari ke dalam rumah. Aku terus menunggu. Selain cowok-cowok,
nyamuk-nyamukpun ikut menikmati tubuhku.
Sayup-sayup aku mendengar, Bapak-bapak itu berbicara akan patrol
keliling komplek. 1 orang menunggu di tempat, yang lain keliling. Saat 1
orang yang menunggu tersebut tidak melihat kearah rumahku, aku langsung
berlari. Jantungku berdebar-debar takut ketahuan. Saat aku berhasil
membuka pintu dan masuk ke dalam, Bapak itu berbalik arah menghadap ke
rumah.
“Uuuhhhhh….. hampir saja ketahuan….”kataku dalam hati.
Nafasku ngos-ngosan karena ketegangan yang aku alami barusan. Kuambil
air putih dan meminumnya sehingga agak tenang. Kemudian aku basuh
tubuhku di kamar mandi, aku cuci vaginaku dari sisa sperma security. Dan
setelah itu aku menuju ranjangku untuk beristirahat.
Keesokan harinya aku bangun kesiangan. Tubuhku terasa sakit semua.
Kulihat pada layar HP ada 12 panggilan tak terjawab. Rupanya suamiku
menelepon namun aku sama sekali tidak mendengar deringnya karena terlalu
lelap tidur. Aku telepon balik suamiku.
“Halo papah…. Met pagi…..Tadi telp mamah ya…?” kataku
“Halo mah… iya…gmn kabarnya?”Tanya suamiku
“baik pah….maaf ya?? Tadi mama masih tidur” kataku
“Tumben.. jam segini masih tidur” kata suamiku
“Iya pah, badan mama capek banget” kataku
“Jaga kesehatan ya mah, jgn tarlalu capek” kata suamiku lembut
“Iya pah, makasih ya… papah kapan pulang? Mama kangen nih…”kataku manja
“Mungkin 1 minggu lagi mah, tapi gak tau juga, tergantung pekerjaan.
Mah, kemarin filenya udah papah terima. Makasih ya sayang…” kata suami
ku
“iya pah” kataku
“ya uda deh, mama lanjut istirahat aja. Muach…..”kata suami ku
“ iya pah, cepet pulang…. Muach….”kataku
Kemudian telepon di tutup.
“Maafin mama pah, Mama di lecehkan, di kerjain oleh orang-orang, tapi
mama menikmatinya. Maafin mamah ya pah…” kataku dalam hati.
Setelah menerima telepon dari suamiku, Aku kembali merebahkan tubuhku di
atas ranjang. Rasanya masih ingin tidur lagi. Seharian kemarin hingga
lewat tengah malam aku di kerjain habis-habisan oleh para kuli bangunan
dan security perumahan. Belum lagi aku harus telanjang bulat di luar
rumah yang begitu menegangkan yang membuat adrenalinku meningkat. Aku
ingin seharian ini bisa beristirahat.
Tukang-tukang yang mengerjakan bangunan sebelah terdengar sibuk dengan
pekerjaannya. Sayup-sayup aku mendengar para kuli bangunan itu sesekali
menyebut namaku. Mereka pasti bertanya-tanya dimanakah aku berada
sekarang karena sampai siang bolong begini rumahku masih tertutup rapat.
Perutku terasa lapar tapi aku malas untuk makan. Badanku sakit semua,
tidak ada tenaga. Pengen tidur terus. Tak terasa akhirnya aku terlelap
lagi.
“Oooaaammmmpppphhhhhhhhhh…………………..” aku menguap sambil menggeliatkan tubuhku.
Segar sekali rasanya tubuhku ini setelah seharian tidur tanpa aktifitas
sama sekali. Kamar dan seluruh penjuru rumahku gelap gulita. Nampaknya
hari sudah malam. kunyalakan lampu kamar dan melihat jam dinding.
ternyata sudah menunjukkan pukul 7 malam. Itu artinya aku sudah tidur
selama kurang lebih 15 jam.
“Wahh… rekor nih. Blm pernah aku tidur segitu lamanya” kataku sambil tersenyum.
Perutku terasa keroncongan. Lapar banget. Memang seharian perutku tidak
kemasukan makanan apapun. Segera aku beranjak menuju dapur untuk memasak
makanan. Setelah masak, makan dan mandi, aku kembali merebahkan tubuhku
di ranjangku sambil menonton tv. Tak terasa aku kembali tertidur.
Esok harinya sekitar pukul 05.00 pagi aku sudah terbangun. Segera aku
menuju dapur untuk masak makanan buat aku sendiri untuk hari ini.
Sengaja aku cepat-cepat masak sebelum para kuli bangunan itu datang
untuk meneruskan pekerjaan mereka supaya aku tidak di kerjain lagi.
Meskipun aku sudah beberapa kali di kerjain oleh mereka tetapi rasa
malu masih lebih mendominasi.
Kurang lebih 1 jam aku sudah menyelesaikan acara memasak dan mandi.
Segera aku tutup semua pintu dan jendela untuk menghindari pelecehan dan
ulah cabul para kuli bangunan terhadap diriku.
Setelah semua tertutup rapat dan terkunci, akupun menonton tv di kamar
sambil sarapan. Sayup-sayup ku dengar tukang-tukang itu sudah mulai
datang. Aku teringat saat-saat mereka melecehkanku, mempermalukanku,
menjahili aku hingga menyetubuhi aku secara keroyokan. tiba-tiba aku
menjadi horny. Ingin di lecehkan lagi.
Ooohhhh…. Cepat-cepat aku mengalihkan pikiranku pada makanan dan acara
televise yang ada di hadapanku. aku mencoba untuk focus pada acara tv
namun sekilas muncul lagi ingatan itu membuat vaginaku menjadi becek dan
berkedut.
“Pak Jono, ini lampu kamar mandi mbak Irma kok menyala padahal kemarin
mati” aku mendengar suara Jupri berteriak kepada pak Kardjono. Pintu
kamar mandiku ada di luar sehingga siapapun bisa masuk ke kamar mandi.
“Apa Pri…..??”Tanya Pak Kardjono sambil berjalan menuju Jupri
“Ini lo pak, lampunya ini kemarin mati, sekarang kok menyala?”Jupri mengulang perkataannya
“Oooo…, berarti mbak Irma ada di dalam rumah Pri…” kata Pak Kardjono.
“Yeeaaahhh…. Hore…..” Teriak mereka girang
Hatiku berdebar-debar mendengar obrolan mereka. Mereka begitu yakin aku
ada di dalam rumah. Selintas aku berpikir untuk keluar saja dari
persembunyianku, menemui mereka, dan menikmati perlakuan mereka terhadap
diriku. Namun aku masih sangat risih dan malu. Kakiku terasa lemas.
“Mbak Irma…… ayo keluar… kita tau lo, mbak Irma ada di dalam….” Aku mendengar suara Jupri dari belakang rumah.
Ku raba vaginaku dan ternyata sudah basah. Aku merasa horny sekali.
Tubuhku sudah segar setelah beristirahat seharian kemarin dan sekarang
aku siap untuk dikuras kembali seluruh tenagaku. Aku putuskan untuk
menemui mereka.
Dengan jantung yang berdebar-debar, aku melangkah ke pintu belakang rumah untuk menemui mereka.
“ Aduh…. Rasanya kok seperti baru awal berbugil ria sih…. !” gerutuku
dalam hati sebelum membuka pintu. Setelah seharian kemarin tidak
telanjang di depan orang-orang, sekarang akan telanjang lagi dihadapan
orang yang bukan suami rasanya seperti mengawali lagi.
“Mbak Irma…..!” teriak Nyoto
Perlahan-lahan aku membuka pintu dan melongokkan kepalaku, “Hai, pa
kabar pak…?” Salamku pada mereka. Tubuh telanjangku masih bersembunyi di
balik pintu, hanya kepalaku saja yang muncul.
“Wah…. Mbak Irma kemana aja sih…..??? kami semua kangen banget loo…”Kata pak Kardjono
“Iya nih mbak Irma, kemana aja sih? Dari kemarin dicariin gak muncul-muncul” kata Jupri
“Eh iya, kemarin lagi gak enak badan jadi seharian istirahat di kamar”jawabku
“Trus sekarang gimana mbak? Masih gak enak badan? “ Tanya Pak Kardjono perhatian.
“sudah lumayan pak..”jawabku
“berarti sudah siap kita kerjain lagi donk….hehehehe….”kata jupri dengan senyum mesumnya
Deg….jantungku terasa mau copot mendengar kata-kata Jupri. Gairahku
mendadak meningkat, vaginakupun berkedut-kedut. Aku menundukkan kepalaku
karena malu.
“Tuh kan… mbak Irma pengen kita kerjain lagi to…”kata Jupri lagi.
“Hehehe….. bener Pri, tuh kan… dia nunduk, malu-malu kucing” kata Nyoto
“Jadi tambah gemes aku….hak…hak….hak….”kata Pak Kardjono sambil terkekeh-kekeh
Jantungku semakin berdebar-debar mendengar godaan mereka. “Eh, enggak kok. Jangan donk….”sahutku.
“Mbak, buka pintunya donk…aku pengen liat tubuh telanjang mbak Irma
nih”kata Kasiman dan hal itu semakin membuatku malu dan bergairah.
Kasiman mulai mendorong pintunya perlahan-lahan.
“eh… aduh… mau ngapain kalian…. Aduh…. “kata-kataku melarang mereka
untuk membuka pintu tetapi anehnya aku sama sekali tidak menahannya
sampai akhirnya pintu itu terbuka sepenuhnya.
Mereka mendekatiku dan memandangi tubuh telanjangku dengan pandangan
seolah-olah ingin menelanku bulat-bulat. Aku berusaha menutupi tubuhku
dengan kedua tanganku namun itu hanyalah sia-sia saja. Kedua tanganku
tidak mampu menutupi tubuhku yang polos.
“Hehehe…. Mbak Irma harus kita hukum karena kemarin telah membuat kita
kebingungan” kata pak Kardjono. Tangannya menggamit tanganku yang
menutupi putting payudara, dan menyeretnya keluar rumah.
“Di hukum apaan pak? kan aku udah bilang kalau lg kecapekan” kataku
mengelak. Mau tidak mau aq harus mengikuti Pak Kardjono yang menyeret
tanganku supaya tidak terjatuh.
“Pak…. Pak….. mau ngapain???... pak…..”Aku memohon sambil mengikuti langkah pak Kardjono.
“Udah… diem…. Pokoknya mbak Irma harus dihukum….”Kata Pak Kardjono
“Hakk…hakk…..hak…… iya mbak, harus dihukum….”Kata Kasiman menimpali dan terkekeh-kekeh melihat aku yang kebingungan.
“Eeitss… sebentar pak, Mbak Irma belum memakai sandal tuh….. Sayang
kalau kakinya lecet kena batu”Kata Jupri sok perhatian. Dia masuk
kembali ke dalam rumah dan membawakan sandal high heel untuk ku.
Setelah memakai sandal itu, aku kembali diseret pak Kardjono. Dia
membawaku ke bawah sebuah pohon yang ada di belakang rumah yang sedang
mereka bangun. Ku lihat pak Kardjono berbisik dengan Santo. Aku gak tahu
apa yang mereka bicarakan tapi aku yakin mereka sedang membicarakan
hukumanku. Setelah itu dengan setengah berlari, Santo masuk ke dalam
rumah setengah jadi itu dan kembali dengan membawa sebuah celana
panjang.
Jantungku berdebar-debar menantikan sebuah hukuman untukku.
Buat apa celana itu?
Hukuman apa yang akan mereka berikan untukku?
Home
Cerita Eksibisionis
Irma Seorang Istri
Penulis Lain
Cerita Eksibisionis Irma Seorang Istri : Gara-Gara Mencoba Eksib, Aku Jadi..... 10
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar