"Sudah sampai sejauh apa hubunganmu dengan istriku Klis...?" Tanya Marwan dengan wajah merah padam. Saking emosinya.
"Sejauh mana....? Nnggg......?" Bingung Muklis.
"Jawab aja Klis... Mas pengen tahu...."
"Nnggg... Aku juga bingung Mas...."
"Loh kok bingung....?"
"Aku bingung nyeritainnya ke Mas kaya gimana..."
Marwan segera mengambil pak rokok dari saku celananya. Dikeluarkan satu
batang rokok kemudian dibakar. Setelah itu, Marwan menghirup nafas
dalam-dalam melalui rokoknya.
"Muklis Arianto.... Aku... Masmu... Marwan Sudiro...." Sungut Marwan
sambil menghembuskan asap rokoknya ke wajah pucat Muklis "Aku... Suami
Citra Agustina... Kakak iparmu..."
"Aku... Mau nanya kamu sekali lagi Klis.... Dan aku harap... Kamu mau
berkata jujur...." Geram Marwan, "Istriku... Sudah... Kamu... Apain
aja...?"
"Nnggg.... Anu Mas...." Bingung Muklis.
"Istriku... Sudah kamu intipin....?"
"I... Iya Mas...." Jawab Muklis dengan nada ketakutan.
"Sudah kamu grepe-grepe...?"
"Nggg.. I... Iya...." Jawab Muklis makin belingsatan.
"Terus.... Apa lagi....?"
"Nnnngggg.... A.. Apa lagi ya....?" Jawab Muklis kebingungan. Karena rasa takut yang amat sangat, otaknya seolah menjadi pikun.
"Kamu.... ?" Sejenak Marwan menghentikan pertanyaannya, ia menatap adik kandungnya dengan penuh kebencian
"Apa kamu... sudah ngentotin memek Mbakmu Klis...?"
DEG
Mendengar pertanyaan Marwan, Muklis seolah tersiram bergalon-galon air es.
Tubuh Muklis mendadak menggigil. Mungkin karena rasa takutnya yang amat
sangat, tubuh adik Marwan itu mulai bergetar. Lututnya mendadak lemas,
dan iapun jatuh terduduk ke tanah.
"Muklis....?" Tanya Marwan
"Nnnnnggg.... Anu Mas..." Bingung Muklis dengan wajah yang sudah pucat pasi.
"Jawab yang jujur... " Tanya Marwan tegas, "Apa kamu udah pernah ngentotin memek istriku Klis...?"
Tak berani menjawab, Muklis hanya bisa menggerak-gerakkan kakinya.
Berusaha mengurangi rasa tegang di dadanya. Mirip orang yang terkena
penyakit parkinson.
"MUKLIS....!" Gertak Marwan sambil menyepak lutut Muklis yang tak bisa ia diamkan, "JAWAB PERTANYAANKU BANGSAT....!"
"Eh... I... Iya Mas... Iya... Aku... Aku... Pe... Pernah...."
"BANGSAT LO LO YA KLIS..... BANGSAT... ! " Tendang Marwan lagi dengan
keras. Kali ini ia menendang pundak Muklis. Saking kerasnya, Muklis
sampai terjungkal mundur beberapa meter kebelakang.
" DASAR ADIK ANJING.... " Umpat Marwan sambil berjalan mendekat ke arah Muklis yang masih tergeletak di tanah.
Melihat kakak kandungnya mendekat, Muklis buru-buru bangun. Dan bersiap
menghadapi siksaan dari Marwan. Namun, karena masih terlalu takut, lutut
Muklis kembali lemas. Dan ia terjatuh lagi.
"BERAPA KALI KLIS...?" Tanya Marwan dengan tubuh bergetar hebat karena
menahan emosinya yang sudah teramat tinggi. Tangannya mengepal kuat,
sampai-sampai otot lengannya mulai bermunculan.
"BERAPA KALI LO UDAH NGENTOTIN MEMEK ISTRIKU...?"
Karena Muklis begitu takut, ia memilih tak menjawab pertanyaan Marwan.
Ia hanya bisa pasrah sepenuhnya kepada kakak kandungnya. Mau dihina, mau
dihajar, atau mau dibunuh, ia rela.
"MUKLIS....?" Gertak Marwan dengan mata merah menyala, "SUDAH... BERAPA.... KALI... LO... NGENTOTIN... MEMEK... ISTRIKU...? "
"U... Udah... Nggg.... Sering... Mas...."
"BANGKE LO BANGSAT....! " Marwan tiba-tiba meraih tubuh lemas Muklis dan membantingnya kearah pintu mobil Citra kuat-kuat.
BLAAAAMMMMM... KRAK...KRAK... BLUGH....
Suara punggung Muklis terhempas kearah pintu mobil dengan kencang,
sebelum pada akhirnya ia jatuh terduduk lagi. Hempasan tubuh Muklis
membuat kaca pintu mobil itu retak dan pecah berhamburan.
"Ampun Masss.. Ampuuunn.... Hiks hiks.... Ampunnn...." Tangis Muklis pun pecah.
"GAK ADA AMPUN BAGI LO ANJING....!" Tendang Marwan kearah perut Muklis.
Sungguh, kemarahan Marwan benar-benar tak terbendung lagi.
BUGH... BUGH... BUGH... BUGH...
Muklis menerima tendangan Marwan dengan bertubi-tubi. Tanpa perlawanan,
tanpa tedengan apapun. Ia hanya bisa menerima segala siksaan dan
perlakuan kasar Marwan dengan pasrah. Satu-satunya hal yang bisa Muklis
lakukan hanyalah mengiba. Meminta belas kasihan terhadap kakak
kandungnya yang telah ia khianati.
"Hiks...Hikss.... Ampun Maas Marwaaan... Ampuuunnn... Hikss...Hiks..." Ronta Muklis sambil menangis sejadi-jadinya.
"Klisss...? Muklisss....?" Tiba-tiba, dari kejauhan, terdengar
sayup-sayup suara wanita yang memanggil-manggil namanya. "Kliss...?
Muklis...? Kamu dimana Klis....?"
"Mbak Citra...." Seru Muklis lirih.
Mendengar suara istrinya, Marwan buru-buru menghentikan siksaan pada adik kandungnya.
"Muklis...? Kamu dimana sih Klis....? Mbak udah selesai inih..." Panggil Citra lagi sambil berjalan kearah parkiran mobil.
"Itu bini gw udah selesai.... Buruan lo muter kebelakang.... Beresin
baju lo di kamar mandi..." Perintah Marwan tegas, "Setelah itu lo
kesini..."
"I...Iya Mas..." Jawab Muklis yang buru-buru bangun dan berjalan terseok-seok.
"Satu lagi...." Selak Marwan, "Jangan sampe Mbakmu tahu apa yang baru saja terjadi..."
"I...Iya Mas..." Ucap Muklis yang kemudian hilang berbelok ke belakang klinik.
"Loohh....? Mas....? Mobil saya kenapa...?" Tanya Citra yang tak lama
kemudian sudah tiba di pelataran parkir. Wajah ayunya mendadak bingung
ketika mendapati kondisi kaca pintu mobilnya yang pecah berantakan, "Mas
siapa...? Dimana adik saya...?"
"Eh... Dek...? Muklis... Ke kamar Mandi...." Jawab Marwan spontan ketika mendengar pertanyaan Citra.
"Dek...? Dek siapa Mas...?" Bingung Citra ketika mendapati pria yang ada
dihadapannya memanggil dirinya dengan sebutan 'Dek', "Mas siapa ya...?"
"Aku disini Mbak..." Seru Muklis yang sudah muncul dari arah belakang Citra.
"Eh... Klis.... Bajumu kok kucel gitu Klis...? Kamu habis ngapain...?
Mas Marwan Mana....?" Bingung Citra memberondong Muklis dengan banyak
pertanyaan.
"Ma... Mas Marwan....?" Heran Muklis ketika mendapati kakak iparnya tak mengenali sosok pria yang ada di hadapannya.
"Iya... Tadi khan Mas Marwan ama kamu Klis...? Sekarang dia dimana....?"
Tanya Citra lagi sambil menatap heran kearah pria berjambang yang ada
didekatnya. "Dia siapa Klis...?"
"Haaaah...? Citra tak mengenaliku...?" Kaget Marwan dalam hati. Sejenak,
Marwan menatap tajam kearah mata bulat Citra, mata yang selalu
memancarkan kecantikan alami seorang wanita.
"ASTAGAA.... Tatapan matanya bening dan jujur..... " Batin Marwan yang kemudian melempar sebuah senyuman ke istrinya.
"Klis... Kamu sedang sama siapa Klis...?" Tanya Citra membalas senyum Marwan yang tak ia kenali lagi.
"Dia khan...."
"Saya... Jupri Bu.... " Potong Marwan sebelum Muklis berkata apa-apa
lagi. "Saya orang suruhannya Pak Marwan...." Tambahnya lagi sambil
menjulurkan tangan kearah Citra.
"Jupri....?" Heran Citra membalas jabat tangan Marwan dengan tatapan
yang tajam. Menatap tubuh kekar lelaki yang sedang berada didepannya
dari ujung rambut ke ujung kaki.
"WOOOWWW... Tangan ini... Aku lupa jika tanganmu semulus ini Dek..."
Batin Marwan menjabat tangan putih Citra sambil mengamati segala
perubahan yang terjadi pada diri istrinya.
Mata Marwan tak berkedip merekam setiap jengkal tubuh semok istrinya
yang sudah lama tak ia lihat. Dengan pakaian yang relatif mini, Citra
terlihat begitu menggoda. Membuat emosi Marwan yang semula meluap-luap,
mendadak sirna. Tergantikan dengan gejolak nafsu yang perlahan muncul
pada dirinya.
Dress biru tipis Citra terlihat begitu tipis dan memperlihatkan seluruh
lekuk tubuh semoknya. Dengan belahan payudaranya yang cukup rendah,
membuat Marwan dapat mengetahui keberanian istrinya yang sama sekali tak
mengenakan bra.
"I... Iya Bu... Saya Jupri...." Jawab Marwan tak melepas jabatan erat tangannya.
"Kamu memang bener-bener cantik Dek...." kagum Marwan yang semakin kesulitan menahan gejolak birahinya.
"Si Mas Jupri... Suruhan Mas Marwan...?" Tanya Citra.
"I..Iya Bu...."
"Emang sekarang Mas Marwan kemana ya...?"
"Tadi Pak Marwan sudah kembali ke proyek Bu..."
"Looohhh... Kok udah kembali.... ?" Bingung Citra sambil menatap kearah
Muklis yang juga terlihat kebingungan melihat tingkah kakak kandungnya
yang berpura-pura menjadi orang lain.
Melihat kebingungan Muklis, Marwan buru-buru melotot tajam kearahnya.
Seolah memberitahukan supaya Muklis tak membongkar sandiwaranya.
"Iya Mbak... Tadi Mas Marwan buru-buru Mbak...." Jelas Muklis mencoba menjelaskan.
Entah pemikiran darimana, melihat kebingungan Citra Marwan tiba-tiba
ingin mengetes istri cantiknya. Selagi Citra tak mengenalinya sama
sekali, ia ingin menggunakan kesempatan langka itu untuk mengorek
segala macam kelakuan nakal Citra ketika ia tinggal keluar kota.
Mungkin karena penampilan Marwan yang menggunakan jambang panjang,
membuat Citra tak mampu mengenalinya lagi. Ditambah dengan kulitnya yang
menghitam dan otot tubuhnya yang terihat menggelembung, membuatnya
terlihat begitu berbeda dengan Marwan yang dulu.
Marwan yang dulu gendut, berkulit putih dan lemah, sekarang sudah berubah menjadi Marwan yang kekar, berkulit gelap dan jantan.
"Nggg.. Gitu ya Klis...?"
"I.. Iya Mbak...."
"Trus...? Kenapa mobil aku ya Klis...?"
"Itu tadi dibanting Pak Marwan Bu.... Pak Marwan tadi emosi karena disuruh balik ke proyek...." Jelas Jupri alias Marwan.
"Ya Ampuuuunnn... Pasti suami aku kesal banget ya Mas...? Sampe hancur semua begini..."
"Iya Bu... Pak Marwan kesal sekali..."
"Yaaahh.. Jadi rusak deh mobil Mbak Klis..."
"Tenang aja Bu.... Nanti kerusakan mobil Ibu bakal saya bantu ajukan ke asuransi biar perbaiki...
"Hmmm... Yaudah deh kalo gitu.... Yuk Klis... Kita pulang aja sekarang..." Pinta Citra.
"Nggg... Periksanya sudah selesai Mbak...?" Tanya Muklis.
"Iya udah... Sekarang kita makan dulu yuk Klis... Mbak laper banget nih
gara-gara tadi kalian berdua genjot habis-habisan... Hihihihi..."
"Hah...? DIGENJOT....?" Tanya Marwan kaget.
DEG....
Mendengar ucapan Citra, jantung Muklis terasa kembali berhenti berdetak.
Mata Muklis tiba-tiba melotot kaget. Ia sama sekali tak menyangka jika
perkataan Citra yang begitu vulgar bisa terucapkan begitu saja.
"Eeh... Bukan... Bukan digenjot Mas...Maksud saya... Saya lapar banget
karena tadi saya baru diperiksa ama dokter... Mas... Hihihihi...." Elak
Citra tertawa geli sambil berusaha berbohong.
"Kamu tak bisa berbohong Dek..." Batin Marwan yang sedikit banyak,
mencium aroma aneh yang semerbak disekitaran tubuh istrinya. Walau
sengaja ditutupi oleh wanginya parfum di tubuh Citra, Marwan masih dapat
mengenali aroma anyir ini. Terlebih ketika Marwan melihat kilauan
lendir dari sekitaran paha dalam Citra, membuat suami Citra itu seolah
dapat langsung mengetahui apa yang baru saja istrinya lakukan didalam
klinik tadi. "Bilang aja lo abis dientot Muklis ama dokter sialan itu
Dek... Pake bilang diperiksa segala..."
"Ahhh... Si Ibu ini sepertinya pinter banget ya ngebuat orang berpikiran macem-macem saja..." Kata Marwan basa-basi.
"Hihihi... Orang emang abis diperiksa kok...." Jawab Citra sambil
melemparkan senyuman yang mampu membuat semua pria di dunia ini luluh
kepadanya.
"Owww.. Diperiksa....?" Ucap Marwan sambil kembali menatap tubuh Citra.
"Kenapa Mas...? Kok ngeliat saya seperti itu....?"
"Ngg... Maaf Bu kalo saya lancang... "
"Lancang kenapa...?"
"Saya cuman iri Bu....Beruntung banget Pak Marwan punya istri secantik Ibu...?" Goda Marwan.
"Halah... Si Mas bisa aja... " Jawab Citra dengan wajah tersipu-sipu,
"Yaudah yuk... Kita makan aja.... Eh iya Klis... Ajak Mas Jupri buat
ikut makan ama kita aja sekalian... Dia pasti laper juga...?" Tambah
Citra yang dengan tiba-tiba mengusap pipi Muklis dengan lembut di
hadapan Marwan.
"Eeeh... Mbak..." Kaget Muklis sambil buru-buru menepis tangan Citra dari wajahnya.
"Looohh.. Tumben kamu malu Mbak usap pipimu Klis...? Gara-gara ada Mas
Jupri ya...? Hihihi..." Goda Citra yang kemudian entah mengapa memeluk
tubuh Muklis erat, "Mmmmppppphhhh..... Adek Mbak ini selalu bikin gemes
dech..."
"Ehh... Udah-udah Mbak...Iya... Aku malu.... " Jawab Muklis yang
berusaha membebaskan diri dari pelukan kakak iparnya, "Ehh.. Nggg....Yuk
ikut kita....Mas..."
"Kampret... Kelihatannya hubungan mereka sudah cukup jauh..." Batin
Marwan ,"Rupanya istriku sudah tak malu-malu lagi bermesraan didepan
suaminya...." Umpat Marwan dalam hati.
"Eeh iya... Sekarang Citra khan tak mengenali penampilan baruku ini... " Ingat Marwan.
"Sekarang aku khan bukan Marwan... Aku bukan suami Citra... "
"Kamu adalah Jupri Wan... Kamu adalah Jupri..."
"Mas...?" Ajak Citra sambil mengamit tangan Marwan dan membukakan pintu
samping mobil untuknya, "Ayo ikut Mas.... Daripada disini
sendirian...Saya bayarin kok.... Tenang aja... Hihihi...." Tambah Citra
yang kemudian duduk di kursi depan, disamping Muklis.
"Ehh.. I.. Iya Bu...." Jawab Marwan kaget yang kemudian mengikuti Citra masuk kedalam mobilnya.
"Kita makan soto gedor aja ya Klis..." Pinta Citra sambil mengusap paha dalam Muklis perlahan.
"Eh.. I... Iya Mbak.... " Jawab Muklis kikuk. Berulang kali ia menatap
kaca spion tengah, berusaha meminta maaf atas kenakalan kakak iparnya
itu.
"Mas Jupri udah pernah makan soto gedor belom...?" Tanya Citra yang
tiba-tiba menengok kearah belakang dan mengusap lutut Marwan.
"Eeehh...? Belom Bu..." Jawab Marwan kaget.
"Waah... Enak banget Mas.... " Kata Citra yang kali ini mengusap-usap
lutut Marwan. Membuat suami Citra itu tiba-tiba merasa merinding enak
karena usapan tangan lembut Citra. Walhasil, rasa geli itu merambat
naik, kearah batang selangkangannya, "Mas pokoknya harus nyobain deh....
"
"Ooohh... Emang seenak itu ya Bu...?"
"Iya.... Sekalinya Mas Jupri makan... Pasti bakalan ketagihan deh...
Sluurrpp....Uhh... Maaf... Baru ngebayangin aja.... Saya sampe ngiler...
Hihihi...." Tawa Citra sambil menepuk-tepuk paha Marwan.
"Apakah Citra memang senakal ini ya...?" Tanya Marwan dalam hati.
Sebenarnya, Marwan tahu, Citra hanya berusaha ramah terhadap teman
barunya. Namun, entah kenapa, Marwan merasa sepertinya ada yang salah
dalam penyampaian kalimat dan gaya bicara istri cantiknya. Karena dengan
hanya melihat tingkah laku dan cara bicara Citra, lagi-lagi membuat
Marwan teringat akan video persetubuhan istrinya. Dan anehnya, hal itu
membuat kejantanan Marwan, seketika menggeliat hebat.
"Hehehe... Okedeh Bu... Saya bakal nyobain apa yang enak menurut
Ibu...." Ucap Marwan yang secara reflek, berusaha membetulkan batang
penisnya yang terjepit oleh celana sempitnya.
"Ehh... " Kaget Citra ketika melihat perbuatan Marwan dan mendapati tonjolan yang mendadak tumbuh di selangkangannya.
Sejenak, mata Citra dan Marwan bertemu. Mereka saling bertatapan tanpa
mengucapkan sepatah katapun. Yang ada, hanya senyuman manis Citra yang
tiba-tiba tersungging lebar di wajahnya. Setelah itu, Citra kembali
duduk menghadap depan dengan wajah yang lagi-lagi tersipu merah.
"Kita lihat saja... Apa yang bakal terjadi setelah ini Dek..." Batin
Marwan sambil mengusap-usap area selangkangannya yang semakin menyembul
keras.
Bersambung,
By : Tolrat.
***
Home
Cerita Eksibisionis
Citra
Penulis Lain
Cerita Eksibisionis Citra : Nafsu Birahi Citra part 22 C | Sebuah Perjumpaan
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar