Cerita Eksibisionis Citra : Nafsu Birahi Citra part 9 | Si Penikmat Tidur

Nafsu Birahi Citra part 9 | Si Penikmat Tidur


Sekedar pelengkap suasana di malam yang dingin karena hujan.
teman buat olahraga lima jari.


"Wuih Wotooo.... Rasanya puas beeeeneeeer... " Ucap Seto dengan nada kecapekan.
"Ya iyalah... Dateng tengah malem, subuh gini baru kelar.... Bisa patah tuh kontol kalo dipake terus... Hahaha..." Balas Prawoto.
"Habisan, tuh cewe enak banget dipakenya Wot.. Nagihin..."
"Hahahaha... Iyadah.... Nih makan dulu, udah aku bikinin sarapan...."
"Ntar ajalah, aku mau tidur dulu.... Aku pinjem kamar Suwanti yaaa... Pengen istirahat bentaran..."
"Bener nih nggak mau..?"
"Kamu kasih aja tuh nasi ke Mbak Citra... Kali aja dia laper..."

***

“Mbak... Bangun dulu mbak...” Panggil Prawoto sambil mengetuk pintu kamar tidurnya pelan, “Aku bawain sarapan nih... "

TOKTOKTOK

Tak ada jawaban. Berusaha sopan, Prawoto kembali mengetuk pintu kamar tidurnya.

TOKTOKTOK

Tak ada jawaban.
"Mbak.... Ayo sarapan dulu..." Kata Prawoto lagi.

Tetap tak ada jawaban.

Karena penasaran, Prawoto akhirnya mengintip kedalam kamar, "Mbak Citra..." Panggilnya lagi, sambil mulai masuk dan mendekat kearah Citra tidur. Pelan-pelan, Prawoto melihat kearah sudut kamar tidurnya yang remang-remang. Melihat ke arah tempat Citra yang sedang tidur. Dan betapa terkejutnya tukang sate itu ketika ia mendapati sosok wanita yang sedang pulas tidur diatas kasurnya, telanjang tanpa tertutup selembar pakaianpun.

" Zzzzzzz...... Zzzzzzz......"

Nampaknya Citra sedang tertidur pulas. Dalam posisi terlentang, hembusan desah nafasnya terdengar begitu tenang, dadanya naik turun pelan, dan senyum tipisnya terlukis tipis di wajah imutnya.

"Zzzzzz.....zzzzzzzzz....."

"Mbak Citraaa..." Panggil Prawoto pelan. Berusaha membangunkan sosok yang tetap saja tak bergeming dari tidurnya.

Sejenak, Prawoto memandangi tubuh telanjang wanita itu dalam-dalam. Wajahnya yang putih bersih dengan rambut hitam panjang tergerai diatas bantal, tubuhnya yang indah dengan kulit yang mulus berkilauan, payudaranya yang besar mengantung manja diatas perut, dan vaginanya yang gundul licin tanpa sehelai rambut pun. Seketika membuat kelelakiannya mulai mengeras.

“Ayu tenan kowe mbak...” Kagum Prawoto dalam hati.
Walau sebenarnya ia sudah sering melihat banyak teman wanita yang diajak Seto kerumahnya, namun baru kali ini ia mengakui kehebatan teman masa kecilnya itu dalam memilih wanita.
“Tubuhmu benar-benar sempurna....” Ucap Prawoto lagi.

Dalam semburan cahaya matahari pagi yang mulai masuk melalui jendela kamarnya, Prawoto merekam dengan mata mesumnya, setiap jengkal keindahan tubuh Citra yang masih nyenyak terlelap. Termasuk kearah beberapa aurat tubuhnya yang dapat terlihat jelas olehnya. Hingga akhirnya ia mencoba membangunkan Citra lagi.

“Mbak... Yuk bangun mbak...” Bisik Prawoto lagi, “Ayo ini sarapannya udah aku siapin.... “ Ucap Prawoto sambil mencoba menggoyang pundak Citra.

"Zzzzzz... Ehhhhmmm.... Zzzzz..." Akhirnya, Citra merespon panggilannya barusan. Namun ternyata ia salah, karena tak lama kemudian, wanita cantik itu tertidur lagi.
“Wooo... Gebluk.... Kebo juga nih cewe kalo tidur...” batin Prawoto.

Karena melihat betapa pulasnya Citra ketika tidur, mendadak timbul niatan iseng di benak Prawoto. “Kalo tidur mulu... Ntar aku kontolin loh kamu mbak...” Ucapnya pelan setengah berbisik tepat ditelinga Citra.
“Zzzzzz….. Ehhhmmmm....” Sahut Citra lirih sambil menggeliat, ia merubah posisi tidurnya dari yang semula telentang, menjadi meringkuk kearah Prawoto berdiri. Namun anehnya, senyum di wajahnya terlihat semakin lebar. Cantik sekali.
"Wah... wah... wah.... Nantangin bener nih cewe..." Kata Prawoto gemas.

Merasa wanita cantik yang ada di hadapannya sama sekali tak merespon panggilannya dan lebih memilih tidur, buru-buru Prawoto menurunkan celana kolor beserta CDnya, sengaja membebaskan batang kelaminnya yang sudah sedari tadi keras meronta-ronta.

Tanpa menunggu waktu lama, lelaki kurus itu segera mengocok penisnya cepat-cepat. Membetot batang yang tumbuh diselangkangannya itu dengan kuat. Sambil terus menatapi tubuh indah Citra. Terus, terus dan terus. Kocokan tangannya bergerak semakin cepat, cepat, dan cepat. Menghantarkan gelombang birahi hingga ke seluruh syaraf selangkangannya.

"Enak bener tuh monyet sudah merasakan tubuh wanita ini...." Iri Prawoto kepada Seto sembari terus melihat tubuh telanjang Citra. Tangannya tetap tak henti-hentinya mengocok batang penisnya. "Pasti puas banget tuh kontol si kunyuk.."

Tiba-tiba, entah ide dari mana, Prawoto ingin menyentuh aurat tubuh Citra.
“Bantu aku ngecrot ya mbak....” Kata Prawoto lirih.

Dengan birahi yang sudah meninggi, tukang sate itu mulai meraba payudara Citra. Mencoba merasakan betapa lembutnya gundukan besar yang ada di tubuh Citra.

“Busyet dah... Pejuh si monyet itu masih belum kering... " Gerutu Prawoto begitu menyentuh payudara Citra yang masih basah oleh sperma Seto, buru-buru ia mengusapkan tangannya ke kain sprei, mencoba untuk membersihkan diri dari lendir kejantanan teman prianya itu.

"Busyet mbak... Badanmu kok penuh pejuh semua ya...?" Kata Prawoto begitu sadar dengan kondisi tubuh Citra yang berantakan. Setelah dilihat dengan seksama, rambut, muka, payudara, perut, hingga vagina Citra penuh dengan lelehan sperma Seto. Bahkan jika dilihat lebih dekat lagi vagina Citra masih mengeluarkan lendir kenikmatannya yang bercampur dengan sperma Seto. Mengalir turun hingga membentuk genangan-genangan di kasur Prawoto.

"Wah... wah... wah... Si kunyuk itu bener-bener kebangetan deh... Kalo gini caranya, nanti bakal aku suruh dia cuci sprei.." Gerutu Prawoto lagi.

Namun karena otak dan pikiran Prawoto sudah dilanda nafsu birahi yang sangat tinggi, akhirnya lelaki kurus itu mengesampingkan perasaan jijiknya. Perlahan, ia mulai meremasi lagi payudara Citra yang masih berlumuran sperma Seto itu dengan gemas. "Empuk bener tetekmu Mbak... Pantesan aja sampe dipejuhin semua kaya gini...." Kata Prawoto.

Melihat Citra yang tetap tak bergeming sedikitpun, membuat Prawoto semakin liar. Ia mulai meremasi kedua payudara Citra secara bergantian. “Ssshh... Mbak.. Tetekmu besar banget mbak... Bikin kontolku makin senut-senut...” ucap Prawoto sambil terus mengocok batang penisnya keras-keras sembari meremas, mengusap, hingga mencubit pelan.

“Eeeehhmmmm… “ Ucap Citra tiba-tiba sambil menggeliat dalam tidur.

Melihat wanita yang sedang tidur didepannya bereaksi karena ulah tangannya, Prawoto agak sedikit panik. Buru-buru ia melepas payudara Citra dan sedikit bergerak menjauh.

Ternyata Citra hanya merubah posisi tidurnya, karena tak beberapa lama kemudian ia kembalil tertidur lagi…“ Zzzzzz…. Zzzzzz….”

“Fiiiuuuh... Untung banget…” Kata Prawoto lirih. “Jangan-jangan Citra adalah wanita jika sudah tidur susah dibangunkan lagi….?” Sebuah pemikiran tiba-tiba muncul di benak lelaki kurus itu. “Gimana ya kalo memang benar seperti itu…? Dientotin enak tuh...”

“Mbak Citra…? Mbak… Bangun mbak…” Panggil Prawoto sambil menggoyang-goyangkan tubuh telanjang Citra, mencoba mengetes kesadaran wanita cantik itu lagi. Namun tetap saja sia-sia, saudara Seto itu masih saja mendengkur halus.
“Mbak…. Kalo nggak bangun… Teteknya aku makan loh….” Ucap Prawoto lagi dengan nada cukup keras.
“ZZZzzzzzz…. Zzzzzz….”

“HAP… SLUURRPPP…”
Entah kenekatan darimana, Prawoto langsung mencaplok payudara Citra. Menjilati gundukan daging yang masih belepotan sperma itu sambil meremasi bergantian.

“Eehhmmm.... Zzzzz…. Zzzzz….” Desah Citra dalam tidurnya. Dadanya masih bergerak naik turun dengan tempo yang sangat pelan.

“Buussssyyeeettttt.... Bener-bener gebluk dah nih cewe kalo tidur..… Susah banget dibanguninnya….” Girang Prawoto
"Waaahh…Mbak.. Kalo kamu masih tidur gini... Bisa-bisa aku ikut ngentotin tubuh kamu loh..." Bisik Prawoto girang, "Mbaaak…. Bantu aku ngecrot ya….?” Tambahnya lagi, berharap bisikannya direspon oleh Citra.
“Eehhmmm.... Zzzzz ….” Jawab Citra dengan dengkuran pelannya.

Merasa Citra memberi izin, segera saja tangan Prawoto mulai merabai bagian tubuh Citra lainnya. Mulai dari mengusap rambut, wajah, perut, paha, hingga vaginanya. Sementara tangan satunya terus mengocoki batang penisnya.

“Kamu cantik banget mbak…” Bisik Prawoto lagi memuji, “Tetek kamu ini loh… Ngegemesin…Trus…. Memekmu ini… Walau masih becek kena pejuhnya si anak monyet… Tapi kayaknya sempit banget yaaa…?”

Sambil mengusapi celah kewanitaan Citra, Prawoto menggeser duduknya, pindah ke kaki tempat tidur. Dalam keremangan cahaya pagi, ia kembali mengagumi sosok wanita yang masih tertidur pulas itu. Sambil mengusap pelan tubuh Citra, Prawoto tak henti-hentinya berdecak kagum.

"Kakimu mulus banget mbak. Putih, licin, tak berbulu.... " Puji Prawoto sembari menciumi paha jenjang Citra. "Nggak heran... Dengan tubuh seperti ini, Seto ngentotin kamu sepanjang malam.... Ckckckck...... Beruntung banget tuh monyet.... "Gerutu Prawoto sembari terus mengusap dan membuka bibir vagina Citra, menyelipkan jemarinya pada vagina wanita cantik itu.

Langsung saja, tetesan sperma mengalir keluar dari vagina Citra. "Wuuuiiihhh... banyak juga pejuh si monyet itu masuk ke memekmu mbak...." Heran Prawoto sambil mulai mencucuki vagina Citra pelan.
"Memekmu pasti legit banget ya mbak....?" Tanya Prawoto dengan nada mesum, " Boleh nggak kalo memekmu aku jilat…?”

"Eeeehmmmm...." Citra kembali menggeliat, lalu meneruskan tidurnya. " Zzzzzzz... Zzzzzzz..."
"Hehehehe... Kalo tetep tidur gitu... Aku anggap boleh loh.."
" Zzzzzzz... Zzzzzzz..."

"Yessss... " Girang Prawoto. Segera saja ia memonyongkan mulutny, dan mulai mencucupi vagina Citra yang masih membasah itu. SLUUUURRP...CUP...CUP....SLUUURP...."
"Memekmu asin banget mbah.... Tapi gurih... " Kata Prawoto gemes.

Merasa ada yang mengusik tidurnya, tiba-tiba Citra mendesah, ".... Ehhhmmmm.... Kamu masih kurang ya Set...….Aku capek banget nih..... Pengen bobo..." Ucap Citra setengah sadar.

Dalam racauannya, Citra mengira jika lelaki yang sedari tadi sedang berusaha membangunkan dirinya adalah Seto.

"....Kalo kamu masih pengen ngentotin aku... Yaudah... Niih... Maenin aja sendiri..." Igau Citra sambil menggeliatkan badannya. Memiringkan tubuhnya kekiri, meringkuk menghadap tembok dengan pantat menungging kearah Prawoto.

"Seto...?" Tanya Prawoto dalam hati, "Apa mungkin mbak Citra berpikir jika aku adalah Seto....?"

GLEK

"Mbak Citra menyodorkan pantat bulatnya... Apa dia minta di sodimi ya...?" Girang Prawoto, " Mimpi apa aku semalam ya? Dapet cewe cakep yang mau bo'olnya disodok-sodok...."
"Ayo Sett... katanya mau nambah lagi... Nih... Buruan tusuk.." kata Citra dengan nada kecapekan."Kalo aku ketiduran, gausah bangunin dulu yaaa... aku ngantuk bangeet...".

Segera saja, Prawoto segera menjilati lubang anus Citra. Dengan semangat membara ia membasahi lubang anus itu sembari menyodok-sodokkan jemarinya.

"Seeet... Nakal ya kamuu... Sekarang maunya maen bo'ol aku yaaa...?"

SLUUURRRPPP... CUP CUP CUP...

Jilatan lidah dan tusukan jari Prawoto tak henti-hentinya mengekplorasi anus Citra. Membawa sebuah sensasi persetubuhan yang berbeda pada saudara Seto itu.

"Ssshhh... Udah ah.... jangan jilatin mulu..... Buruan kontolin aku Set..."

Tanpa menunggu waktu lama, Prawoto lalu membalikkan tubuh Citra yang semula meringkuk miring menjadi tengkurap, lalu ia posisikan pantat Citra agak sedikit menugging. Dengan penisnya yang sudah menegang keras, ia lalu mentowel-towel vagina, berusaha membasahi sekujur batang penisnya. Dan ketika dirasa cukup licin, Prawoto mulai mengusap-usap mulut anus Citra dengan penisnya.

"Uuuhhh... Sssshhh... Enak banget Seeet... Kamu suruh kontol besarmu buat mau ngegoda aku yaaa...? Hihihi.... Nakal banget sih kamuuuu.... "
"Hehehehe... Mbak Citra sepertinya tak tahu jika kontol ini bukan kontol Seto...." batin Prawoto girang.
"Enak banget Set kontolmu.. Bikin memekku jadi geli-geli nikmat.."
"Hehehe... Iya... Mbak Citra tak merasakan perbedaannya.....Secara kontolku khan ukurannya sama dengan kontol Seto..." Bangga Prawoto.
"Udah ah... buruan tusuk aku Set..." Kata Citra lirih sambil menyorongkan pantatnya tinggi-tinggi kebelakang.

Merasa lubang anus Citra sudah cukup basah, tanpa aba-aba, Prawoto segera mengambil ancang-ancang. Tangannya memegang pinggul semok Citra erat-erat, lalu setelah dirasa pas, tukang sate itu mendorongkan kepala penisnya ke mulut anus saudara Seto itu dengan kekuatan penuh.

HEEEEGGGGHH....
Erang Prawoto berusaha membenamkan bonggol kepala penisnya kelubang pembuangan Citra. Saking sempitnya lubang itu, batang penisnya sampai berkali-kali bengkok. "Susah bangeeetttt..."

Namun, Citra merasa jika persetubuhannya kali ini ada yang salah. Alih-alih merasakan enak pada lubang vaginanya, wanita cantik itu malah merasakan kepedihan pada lubang anusnya. Seketika, Citra langsung meronta sambil berusaha menjatuhkan dirinya kedepan. Mencoba melepaskan diri dari tusukan penis Prawoto, "AAAARRRGGGHHHH... SEEETT.... SALAH LOBANG...!..." Jerit Citra ITU BUKAN LUBANG MEMEK AKUUU....!"

CLEEEPPP

Tapi sia-sia. Walau tubuh Citra sudah menelungkup kedepan, kepala penis Prawoto tetap saja menempel di lubang anusnya. Sepertinya kepala penis itu sudah sedikit masuk kedalam liang pembuangannya. Karena walaupun Citra sudah berusaha bergerak maju guna menjauhkan anusnya dari penis Prawoto, tetap saja, ia ikut maju dan semakin membenamkan batang penisnya dalam-dalam ke liang dubur Citra.

"UUUHHH....SETOOO.. LUBANGNYA SALAAAAHHH... ! KONTOLMU MASUK KE BO'OLKU....!" Erang Citra sambil menggeleng-gelengkan kepalanya menahan sakit.

"LEPASIN SEEET... TARIK KONTOLMUUU...!" Jerit Citra., "BO'OLKU SAAAKIIITTTTT...!"

Sejenak Prawoto mendiamkan sodokan penisnya. Lelaki kurus yang masih berada diatas punggung Citra itu akhirnya mulai bersuara. "Sabar ya mbak... Bentar lagi juga enak kok... Tahan aja dikit...." Kata Prawoto sambil memijat pundak Citra. Berusaha membuat wanita yang ada dibawahnya itu untuk sedikit rileks, tak lupa ia juga menjilati lubang telinga Citra sambil mengecupi tengkuknya.

"Tahan sebentar ya sayang... Kita coba permainan baru ini...." Tambah Prawoto.
Tak menjawab, Citra hanya mengangguk pelan.

Merasa Citra sudah cukup tenang, Prawoto kembali menggoyangkan pinggulnya. Menusuki anus Citra dalam-dalam dengan penisnya yang besar.

Kembali, Citra menjerit dengan keras ketika Prawoto berhasil memasukkan sebagian penisnya ke dalam duburnya. Citra merasakan sakit yang amat sangat ketika lubang anusnya membesar diterobos oleh batang penis penjual sate yang berukuran raksasa itu.

"Jangan Seeettt.. Jangaaannn…. Aku mohon hentikan..." Erang Citra " Sakit bangeeet.... Aku ngga kuuuaaatttt….. Aaaaarrgghh…." Jerit Citra menjadi-jadi

Berbeda dengan apa yang sedang Citra rasakan, Prawoto justru merasakan nikmat yang amat sangat. Ia benar-benar menghayati rasa hangat akibat jepitan anus wanita cantik itu. "Mumpung mbak Citra masih mengira aku Seto, sekalian aja aku nikmatin tubuh indah ini... Hehehehe..."

"Tahan mbaaak... Tahaaannn...." Ucap Prawoto berusaha menenangkan.
Antara kecapekan atau mengantuk, entah apa yang ada dipikiran Citra saat itu. Walau sudah jelas-jelas suara yang ada diatas tubuhnya itu berbeda dengan suara Seto, namun tetap saja ia berpikiran jika orang itu adalah Seto.

"Ampun Seeet... Ampuuunnn.... " Suara Citra memelas, "Pake memek aku aja lagi Seeett... Jangan di bo'ol... Saaakiiittt....." Kata citra lagi sambil meremasi sprei dengan kedua tangannya.
"Oooohhh… Mbaaaakkk… Sabar mbaaak.... Bentar lagi pasti bakalan enak kok... Bo'olmu pasti bakalan enaaaakk..... Shhhhh...." Desah Prawoto yang kali ini mulai lebih berani berucap kata.


Perlahan, Prawoto mulai menggoyangkan pantat putih Citra kekanan kiri, naik turun hingga penisnya masuk seluruhnya. Citra yang tak berdaya itu hanya bisa menarik nafas dalam-dalam, berusaha menahan sakit semampunya, tangannya terus-terusan mencengkeram sprei hingga jari-jarinya memutih.

"Pasti rasanya sangat sakit ya mbak.... Tapi enak....Hehehehe...." kekeh Prawoto dalam hati

Citra merasa dirinya benar-benar penuh, berulang kali tubuhnya merinding geli, seperti sensasi ketika ingin buang air besar. Disodok, ditarik, geli, merinding - Disodok, ditarik, geli, merinding.

Berulang kali, Citra merasakan sensasi itu. Hingga akhirnya, rasa sakit yang ia rasakan diawal persetubuhan itu berangsur hilang, berkurang, hingga sirna. Tergantikan oleh rasa gatal, geli sekaligus nikmat.

"Hoooossshhh..... Oooohhh….. Sssshhhh...." Kepala Citra menengadah keatas, bibirnya membulat dan membentuk huruf O. Ia mulai mendesah.
"Ssshh.... Oooohhh.... Udah yaa main bo'olnya Seeett.... Masukin memek aku aja...." Desahnya lirih.
Walaupun Citra terlihat sudah mulai menikmati sodominya, tapi entah kenapa wanita itu menolak untuk mengakuinya.

"Masa bodoh..." erang Prawoto, "Aku lagi pengen ngentotin bo'olmu mbak..."
"Udah doong Seeet... Udahhh...."

Tak mendengar desahan Citra, Prawoto semakin mempercepat sodokan-sodokan di pantat bulat Citra sambil meremas-remas payudara wanita cantik yang sangat putih dan mulus itu. Cairan bening kekuningan pun mulai merembes keluar, menyelimuti penis Prawoto setiap kali ia tarik keluar.

Diiringi desah dan erangan suara Citra, lendir anus itu mulai mengalir turun, keluar bercampur dengan sperma Seto, mengalir terus ke pahanya yang putih mulus.

Dengan senyum kemenangan yang mengembang lebar, Prawoto sangat menikmati jepitan anus Citra yang sempit dan panas itu dipenisnya. Walau sebenarnya ada sedikit rasa sakit yang ia rasakan karena mungilnya liang anus Citra, tapi Prawoto sama sekali tak mempedulikannya. Terlebih, karena anus Citra yang mulai licin karena lendirnya, Prawoto pun menjadi semakin bersemangat terus menyodokkan pinggulnya keluar masuk dengan cepat.

"Bo'olmu enak sekali mbak.... Peret...." Ucap Prawoto yang begitu menikmati persetubuhan itu ketika otot-otot anus Citra seolah berdenyut memijati batang penisnya.

Setelah kurang lebih 15 menit Prawoto menyodomi Citra, ia merasakan jika gelombang orgasmenya akan segera tiba.

Tapi, bukan Prawoto namanya jika ia tak bisa mengajak teman tidurnya itu tak ikut merasakan nikmatnya orgasme. "Sekarang giliranmu untuk merasa enak mbak..." Kata Prawoto yang buru-buru mencabut batang penisnya lalu menusukkan dalam-dalam ke vagina Citra.

"AAAARRRRGGGHHH..... SEETOOOO... PELAN-PELAAAANNN....." Jerit Citra lagi.

Ia benar-benar tak menyangka jika Seto yang baru saja menyodominya, tiba-tiba memasukkan penis besarnya kedalam vaginanya. Rasa sakit yang berubah menjadi enak.

Seketika itu, Citra mendesah-desah keenakan. Dengan posisi doggy, ia mulai menggoyangkan pantat semoknya. Membalas setiap sodokan dan tusukan penis Prawoto dengan goyangan remes asyik vaginanya.
"Hooossshh.... Sempit banget mbaaakkk.... Nggak kalah dengan bo'olmu...." Erang Prawoto.
"Kontolmu juga berasa makin besar Seeett... beda banget dengan semaleemm..." balas Citra, "Terus entot aku Set.. Entot memek aku dengan kontol besarmu.... Sssshhhh...."

Citra buru-buru melebarkan kakinya dan menaikkan pantatnya, membuat batang penis Prawoto bisa masuk seluruhnya ke dalam lubang vaginanya.

"Wuooohhh.... memekmu bisa memijat ya mbak...? Enak banget ngurutnya.." Girang Prawoto sambil menikmati jepiran vagina Citra. Baru kali ini, tukang sate itu bisa merasakan sensasi kenikmatan yang luar biasa seumur hidupnya.
"Hihihihi... Biar kamu puas Set..."

Tak ingin merasa dikalahkan, Prawoto segera meraih payudara Citra yang bergelantungan dengan tangan kiri, dan merogoh klitorisnya dengan tangan kanan. Berulang kali ia meremasi payudara Citra kuat-kuat sambil terus-terusan menarik payudara Citra kebelakang, seolah payudara yang berukuran besar itu adalah tali kekang tubuh Citra. Tak lupa ia pun mulai mengobel klitoris Citra yang sudah menegang keras, menghantarkan setrum-setrum birahi bertegangan tinggi yang membuat seluruh syaraf kenikmatan tubuh saudara Seto itu terangsang penuh.

CLOK CLOK CLOK CLOK
Bunyi pompaan penis Prawoto pada vagina Citra.

"Oooohhhh... Kamu curaaaaannnggg Seeeetttt..... Curaaang bangeeet.. ooohhh..." Erang Citra yang tak bisa melakukan pembalasan apapun, yang bisa ia lakukan hanya meletakkan kepalanya dibantal dan menunggingkan pantatnya tinggi-tinggi.
"Hooohh... Aku sudah mau keluar Seeett... aku mau keluarrr...”

Tiba-tiba, Prawoto merasakan vagina Citra menyemburkan cairan hangat kepenisnya. Banyak sekali, hingga mengalir turun kepahanya.
"Hooooohhhh.... Seeeetoooo..... Enaaak baaangeeettttt...." Ucap Citra yang mendadak lemas dengan desahan nafas yang menderu-deru.

"Bentar Set... Tahan bentar... Memek aku ngilu..."

Tak mengindahkan permintaan Citra, Prawoto malah terus memompa.

"Curaaaannnggg... " Jerit Citra lagi yang tak diberi kesempatan untuk menikmati orgasmenya.

Dengan terpaksa ia semakin melebarkan kakinya, supaya Prawoto bisa segera orgasme.

CLOK CLOK CLOK CLOK
Lagi-lagi, suara persetubuhan mereka terdengar begitu nyaring. Membahana keseluruh penjuru kamar, menghajar vagina Citra yang benar-benar basah.

"Shhh... Uhh uhhh...Enak nggak Seeet...? Ssshhh.... " tanya Citra sambil mendesah-desah keenakan karena rasa ngilu vaginanya yang semakin menjadi-jadi.
"Pastinya mbak..."
"Terus sodok yang kenceng Set... aku mau keluar laagiii... Oooooouuuuhhhh...."
"Hah... keluar lagi mbak....?"
"Iya iya iyaaaa.... Aku keluaaar laaaagiiiii....."

Lagi-lagi, Prawoto merasakan denyutan hebat pada batang penisnya ketika vagina Citra berkontraksi karena orgasme. Hisapan, pijatan, dan urutan yang berulang kali diterima oleh penisnya. Mau tak mau membuat pertahanan tukang sate itu jebol juga. Ia merasakan penisnya sudah tak mampu lagi menahan rasa panas orgasme yang sudah menggumpal di ujung penisnya.


"Mbak... aku mau keluar...." Erang Prawoto yang kali ini berpegangan pada pinggang ramping Citra, dan menghantamkan pinggulnya keras-keras kedepan. Kearah vagina cita. "Aku mau sampe mbaaakkk..."

Dengan gerakan super cepat, Prawoto lalu mencabut batang penisnya dari anus Citra, lalu bergerak ke depan. Ke arah wajah Citra yang sedang merem melek keenakan. Merasakan sisa orgasmenya.

"Buka mulutmu mbakk... Aku mau ngentotin mulutmu..." Ucap Prawoto lantang.

Tanpa menyadari siapa yang memerintah, Citra segera membuka mulutnya lebar-lebar, dan membiarkan batang penis besar itu mulai memperkosa mulut dan tenggorokannya.

GAAG...GAAG...GAAG...GAAG...GAAG...GAAG...
Suara yang muncul setiap kali Prawoto menusukkan penisnya dalam-dalam.

Hingga akhirnya.

CROT CROOT CROOCOOOTTT..

Gumpalan hangat sperma langsung menyerbu rongga mulut Citra. Menghantarkan jutaan benih-benih lelaki masuk kedalam tenggorokannya.

"Huuuuooooohhhhh..... ENAAAAK BAAANGEEEET MBAAAAKKKKK...." Jerit Prawoto lantang sambil menghentak-hentakkan pinggulnya keras-keras kemulut Citra. "Ga heran kalo Seto bilang ngentotin cewe yang namanya Citra Agustina tuh enak banget.. Ternyata memang bener.... Hehehehe"

"Hihihi... Ngentotin aku enak yaaa...." Tawa Citra genit, "Looohhh....? Kenapa....? Seto bilang apa...?"
Mendadak, Citra tersadar. Buru-buru jemari lentiknya melepas penis besar yang sedang ia jilati. Kepalanya mendongak keatas, melihat sosok lelaki kurus yang baru saja menyetubuhinya.

Ternyata bukan tetangganya, melainkan....

"Prawoto....?"


bersambung,

By :
Tolrat
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar