Cerita Eksibisionis Citra : Nafsu Birahi Citra part 6 | Sebuah Kegilaan Baru

Nafsu Birahi Citra part 6 | Sebuah Kegilaan Baru


Sambil mengusap vaginanya yang semakin membasah, Citra mulai mendesah-desah keenakan. Mata indahnya menatap layar monitor, lalu membaca komentar yang tertuju padanya satu persatu. sebuah senyuman manis tersungging diwajahnya.
"Aduh-aduh.. Kasihan sekali deh mas.. Banyak yang kentang..." Kata Citra manja, sambil sesekali menjilati puting payudaranya yang sudah semakin mengeras, "Mereka butuh sambungan cerita tentangku.."
"Kasih nggak Cit...?" Tanya si penulis.
"Kasih aja mas... biar mereka bisa beronani ria membaca kisah cerita mesumku... Hihihi..."
"Okeh deh... Tapi ini aku lakuin buat kamu ya... bukan buat pembaca.. Hehehe..."
"Iya mas... kasih aja.... "
"Yaudah... Para pembaca... Biar nggak kentang lagi...Ini ane kasih obatnya... selamat membaca lanjutanya booss... "


***


Walau sudah bukan perawan lagi, namun bercinta dengan Seto kali ini, membuat dirinya merasa seperti gadis yang belum pernah melakukan persetubuhan. Ibarat lagu Cita Citata, "Sakitnya tuh disini..." (sembari menunjuk kearah vagina moleknya)

Besarnya penis Seto membuat Citra mengerang-erang kesakitan. Namun anehnya, sakit ini membuat dirinya penasaran. Citra merasa ingin lebih disakiti lagi dengan penis Seto. Entah karena cinta atau nafsu, sakit yang Citra rasakan ketika vaginanya dipaksa melar supaya dapat menampung ukuran penis Seto, membuat dirinya merasa ketagihan.

"Seperti ngentotin botol air mineral..." Kata Citra dalam hati sambil berusaha menikmati sakit di vaginanya.

Baru kali ini Citra merasakan kesulitan untuk bercinta. Dan ia sendiri tak mengerti kenapa sebabnya. Apakah karena vaginanya memang terlalu sempit, atau karena penis Seto yang memang benar-benar besar. Selain itu, Citra juga tak mengerti, kenapa nafsu birahinya kali ini terasa begitu menggebu, melebihi nafsu ketika bercinta dengan Marwan suaminya, atau dengan Pak Utet rekan kerjanya dikantor. Yang jelas, persetubuhan dengan lelaki yang bukan suaminya kali ini benar-benar membuat semua sensor birahi ditubuhnya melambung tinggi.

Terlebih mereka sedang melakukan persetubuhan itu ditempat umum.

Mencoba menyesuaikan diri, Citra meminta kepada otaknya supaya melemaskan semua otot vaginanya. Ia ingin cepat-cepat merasakan, sejauh mana vaginanya mampu menelan penis selingkuhannya itu. Karena sejauh ini, baru setengah panjang batang penis Seto saja yang sudah masuk ke dalam tubuhnya.

"Memek istri orang memang juara mbak.... Terlebih istri orang seperti dirimu.." Puji Seto disela-sela usahanya menyodokkan penisnya ke dalam vagina Citra. "Legit banget... Sempit.. "
"Eeehhmmmm..." Balas Citra tanpa mengucapkan sebuah kata apapun.
"Jepitan memekmu membuatku melayang mbak..."

Berpegangan tangan ke bangku bioskop yang ada di depannya, Citra berusaha menahan badannya supaya dapat terus menekan pinggulnya turun. Melahap penis besar Seto yang masih berupaya masuk lebih dalam ke tubuhnya. Berulang kali, Citra juga menocoba membantu usaha Seto dalam mengegolkan sodokannya dengan menggoyangkan pinggulnya naik turun. Ia harus mencoba beradaptasi dengan mainan barunya secepat mungkin.

Hingga akhirnya.

CLEEEEPPPP

Penantian Citra pun membuahkan hasil. Walau terasa begitu menyakitkan, tapi akhirnya ia dapat merasakan titik terjauh dari penis suami Anissa itu menusuk dirinya.
"Sodokan kontolmu berasa sampai ulu hati Set..." Bisik Citra pelan. Ia menegok kebelakang dan berusaha melihat raut wajah mesum Seto yang sedang keenakan.
"Sakit mbak..?"

Tak menjawab, Citra hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum.
"Enaaak..." Rintih Citra halus, berusaha tak memperlihatkan wajah kesakitannya.

Dengan bertumpu pada kursi bioskop didepannya, Citra mulai menggoyangkan pinggulnya. Maju mundur, maju mundur, dengan sesekali memutar. Walau pelan, Seto merasa jika gerakan Citra benar-benar meremas dan memijat batang penisnya kuat-kuat. Terlebih karena ketatnya jepitan otot vagina Citra, semakin membuat dirinya benar-benar merasa sedang bercinta dengan gadis remaja. Bedanya, gadis ini sudah mahir dalam memberikan kenikmatan kepada lelaki lain.

Tak mau tinggal diam, Seto pun membalas goyangan pinggul Citra dengan sodokan-sodokan kecil keatas. Membuat tubuh mungil Citra meloncat-loncat pelan. Terkadang, tangan Seto mengikuti gerakan tubuh Citra dengan memeluk pinggulnya, atau mencubit-cubit kecil puting payudaranya dari belakang.

"Enak banget mbak..." Desah Seto pelan. Digigitnya telinga Citra, lalu dikobelnya vagina wanita jelita itu.
"Eehhmmm...." Rintih Citra lagi.

Perlahan tapi pasti, persetubuhan Citra dan Seto semakin liar, namun hening. Walau tak sedikit penonton yang juga sedang melakukan persetubuhan seperti mereka saat ini, Citra dan Seto tahu, jika apa yang mereka lakukan adalah hal yang benar-benar terlarang.

"Ini adalah perselingkuhan terliarku..." Batin Citra. "Ditempat umum pula..."
"Bagaimana jika ada orang yang kenal diriku...?"
"Bagaimana jika setelah ini kami ditangkap security bioskop karena telah melakukan tindakan tak senonoh ditempat umum..?"
"Bagaimana jika setelah itu aku dibawa ke kantor polisi atau dilaporkan ke Mas Marwan perihal perselingkuhanku ini....?"
"Bagaimana jika.........."

Beribu pikiran terbayang-bayang di benak Citra. Antara takut, khawatir, penasaran, sakit dan senang, semua menjadi satu. Berkumpul di dalam otaknya hingga ia tak mampu memikirkan apapun lagi. Yang pasti, saat ini, ia ingin segera mendapatkan hadiah orgasme terindah dari perselingkuhannya dengan Seto mariyadi

"Aku mau keluar Set..." Desah Citra yang tiba-tiba merasakan jika gelombang orgasmenya yang tadi sempat hilang, muncul kembali.

Seolah tenggelam dalam birahi, Citra tak lagi peduli dengan segala kemungkinan yang terjadi dari apa yang sedang ia lakukan saat itu. Menyambut orgasmenya, Citra segera memaju mundurkan gerakan pinggulnya dan menggeseki penis besar Seto dengan cepat. Sesekali, ia menaik turunkan serta memutar pinggulnya guna memberikan sensasi pelintiran vagina sempitnya sembari memerah batang penis Seto kuat-kuat.

Tak terasa, butiran keringat mulai basah menetes. Membasahi tubuh kedua insan itu. Udara dingin bioskop tak mampu meredam panasnya gejolak birahi mereka berdua. Saling gesek, saling genjot, saling pelintir. Posisi Citra yang duduk melayang setengah nungging itupun dirasanya begitu menguras stamina. Pahanya terasa begitu lemas, sehingga akhirnya, Citra tak kuat lagi menopang pantatnya dan akhirnya ia terduduk pasrah di pangkuan Seto.

Ouuuhh... Aku mau keluar Set... " Jerit Citra pelan," Ayo Set... Remas tetekku kencang-kencang.... Remas yang kencang..."
"Aku juga mau keluar mbak...
Kita keluar bareng Set... Ooohhh..
Iya mbak.... Shhh.... Mau aku keluarin dimana?

Tak peduli dengan kemungkinan hamil, Citra hanya menjawab, "Didalam aja set.... Semprotin yang banyak.... pejuhin memekku seeettoooo.."

Mendengar kalimat Citra, Seto semakin mempercepat sodokan penisnya. Menyorongkan pinggulnya kuat-kuat kearah depan, hingga membuat tubuh Citra terpental-pental. Begitu pula dengan Citra, demi mendapatkan kenikmatan orgasmenya, ia juga menekan-nekankan vaginanya kebawah supaya dapat menelan batang penis Seto lebih dalam, sambil terus berpegangan erat pada sandaran kursi didepannya.

NGIK NGIK NGIK.

Derik suara kursi terdengar dengan jelas. Semakin lama semakin cepat. Merasa sudah kepalang tanggung, mereka seperti sudah tak menghiraukan lagi keributan yang ditimbulkan dari persetubuhan mereka.

NGIK NGIK NGIKNGIK NGIK NGIK

Derik itu terdengar makin cepat, seiring Genjotan Seto ke vagina Citra.

"Oooohhh ohhh ohh... Terus Set... Teruuusss...." Jerit Citra yang benar-benar tak mempedulikan kesunyian bioskop tempat mereka menonton. "AKUUUU KEEELUUUUAAAAAR... OOOOUUUUHHHH AKU KELUUAAARRRRRR.... " Jerit Citra sambil mancengkeram paha Seto dengan kuku-kuku tajamnya. Tubuhnya menggelijang hebat. Menggelepar maju mundur disertai dengan suara desahan nafas kepuasan yang tak kunjung berhenti.

Melihat gelagat tubuh Citra, Seto langsung tahu, jika wanita yang sedang berada di pangkuannya sedang mendapatkan gelombang multi orgasme. Dan buru-buru saja, ia mendekap tubuh Citra erat-erat, menjaga supaya ia tak terjatuh karena gelijang-gelijang hebat tubuhnya. Vagina Citra juga mendadak terasa lebih sempit, membuat Seto merasa jika batang penisnya dipijat dengan hebat.

Tak mampu lagi menahan rasa enak karena pijatan vagina Citra, Seto mulai merasakan luapan gelombang orgasmenya, dan beberapa detik kemudian suami Anissa itupun segera menyusul orgasme Citra.

RET CRETCET CET CET

Aku keluar mbaaaakkk.. AKU KELUAAARRRHHH..." Erang Seto sambil menghujamkan batang penisnya dalam-dalam ke depan. Menghantarkan jutaan benih-benih subur jauh kedalam rahim vagina Citra. tangannya meremas payudara Citra.

CROT CROOT CROCOOOTT...

Sejenak, mereka berdua terdiam. Suasana kembali hening. Hanya terdengar hembusan nafas mereka berdua. Terengah-engah nikmat.

"Kontolmu enak sekali Set.. " Kata Citra sembari mengatur nafasnya. Vaginanya terus berkedut, dan mengeluarkan lendir orgasmenya.
"Memekmu juga mbak... Pijatannya legit..." balas Seto dengan nada lelah.

Sambil dalam posisi yang masih berpakuan, mereka berdua berusaha memulihkan staminanya. Walau melakukan persetubuhan singkat, rasa capeknya yang mereka rasakan seperti habis melakukan lari 10 kilometer tanpa henti.

BLLAAAP

Ketika sedang enak-enaknya menikmati sisa-sisa orgasmenya, mereka tiba-tiba dikagetkan oleh suasana terang benderangnya lampu bioskop. Citra dan Seto sama sekali tak menyadari jika film yang seharusnya mereka tonton itu ternyata telah usai.

"Yuk mbak... Pake baju dulu... Filmnya sudah selesai..." Pinta Seto sambil membantu Citra berdiri dari pangkuannya dan memindahkan ke sebelah kanan. ketempat duduknya semula.

PLOP

"Oohhh... Shhhhh.... Enak banget Set..." kata Citra yang merasakan penis besar Seto terlepas dengan cepat dari vaginanya. seketika itu, sperma subur Seto pun turut meleleh keluar dari dalam vagina Citra. saking banyaknya, sampai-sampai tak sedikit sperma itu mengalir keluar dan menetes ke kursi bioskop. menggenang di tempat duduk, diibawah selangkangan Citra.

"Mbak... Buruan pakai bajumu mbak... Sebelum orang-orang turun... " Tambahnya lagi . Cepat-cepat Seto memasukkan penis tegangnya yang masih berlumuran sperma dan lendir kewanitaan Citra kedalaman celana panjangnya.

"Hhhh.... Hhhh....Iya... Bentaran....." Jawab Citra singkat sembari masih mengatur nafas orgasmenya yang masih terengah-engah.

Namun, walau sudah mendengar anjuran Seto, alih-alih membetulkan pakaiannya, ia malah memejamkan mata tanpa sedikitpun melakukan sesuatu. Rupanya, Citra masih dalam kondisi multi orgasme. Karena terlihat jelas, beberapa kali setelah ia orgasme, badan Citra yang semula tenang, tiba-tiba kelojotan sendiri, mirip orang yang terkena ayan.

"Wooowwww... Enak banget nih..."Celetuk seorang pria yang lewat disamping tempat duduk Citra dan Seto.
"Mau dong diajak ngentot bareng..." Sahut temannya lagi.
"Iiihh.. nggak tahu malu ya pak..? Masa begituan ditempat umum..." Bisik ibu-ibu pada suaminya.
"Iya bu... Mana ga ditutup lagi tuh baju.." balas suami ibu itu tadi sambil terus menatap mesum ke arah payudara Citra yang masih keluar dari blousenya.

Rupanya, karena tempat duduk mereka dekat dengan akses jalan, membuat apa yang telah mereka perbuat dapat terlihat dengan mudah oleh orang yang berjalan turun. Apalagi ditambah Citra belum juga mau membetulkan pakaiannya, membuat banyak penonton bioskop itu yang melihat ketelanjangan dirinya. Dengan blouse yang terbuka, bra yang terangkat sampai keleher, membuat payudaranya terekspos dengan jelas. Selain itu, rok pendek Citra pun sepertinya belum tertutup rapat. Bawahan rok itu masih terangkat setinggi pinggang, membuat paha mulus dan vagina gundulnya dapat terlihat orang lain tanpa halangan sedikitpun. Benar-benar pemandangan yang merangsang konak.

Namun walau banyak yang mencemooh ke arah Citra dan Seto, tak sedikit pula yang memuji dan mengambil keuntungan dari kondisi Citra yang masih 'terbang' karena nikmat orgasmenya.

"Eh coy... Hebat juga lo berani ngewe disini...." Puji salah seorang pemuda sambil memberikan acunan jempol ke arah Seto. "Ayo nyet.. Photo gw..." Pinta pemuda itu pada temannya sambil berpose di sebelah Citra. "Pasti'in muka gw kelihatin bareng tetek besar mbak ini yak..."
"Busyet... tuh cewek lo kenapa bro...? Kok klejet-klejet gitu...?" Tanya pria yang lain lagi,"Wah parah... Lo pasti suka make cewe yang lagi sakau ya...?"
"Ceweknya cantik mas... Pasti sewanya mahal ya...?" tanya bapak-bapak yang ikuran memphoto tubuh telanjang Citra, "Bagi nomor telephonnya dong..."

Tak menghiraukan semua ucapan orang. Seto langsung berinisiatif untuk segera mengakhiri pertunjukan 'GRATIS' Citra. Buru-buru, ia menepuk-nepuk pipi mulus Citra, berharap supaya wanita itu dapat segera tersadar.
"Mbak... Ayo bangun mbak... Sadar..." Kata Seto lirih "Ayo pakai bajunya...."
"Bentaran Set... Memek aku ngilu.... Oooohhh..." Ucapnya sebelum lagi-lagi kelojotan. "Ennnnaaakkk...."

"Haaaalaaaah... Parah juga nih cewe kalo lagi sange.... Benar-benar seperti kebo congek..." Batin Seto yang mau tak mau akhirnya membetulkan pakaian Citra seorang diri. Membiarkan wanita idolanya itu menyelesaikan gelombang orgasmenya.

"Yuk mbak... Kita pulang..." Kata Seto sambil merangkul tubuh Citra, mengajaknya beridiri.
"Aku nggak bisa gerak Settt.... Geli bangeett memek akuu...Ssshhh.... " bisik Citra yang tak mengerti kenapa tubuhnya bisa kacau seperti itu. Walau sekuat apapun dirinya mencoba melawan rasa nikmat itu, pada akhirnya masih tetap kalah juga. Berulang kali vagina Citra masih merasakan keenakan denyut orgasmenya, lututnya selalu terasa lemas, dan selalu jatuh ketika ia mencoba bangun dari duduknya.
"Hahaha... Sumpah mbak... Kamu lucu kalo abis ngecrot..." Kata Seto yang setelah menutup tubuh telanjang Citra sekadarnya, menggendong Citra keluar gedung bioskop
.
"Kamu capek nggak mbak... ?" Tanya Seto, "Kalo enggak, kita makan dulu yuk.... Aku lapar.... Setelah itu, baru kita pulang...
"Iya... aku juga lapar..."
"Kita makan di foodcourt atas aja ya...?"
"Oke... tapi kamu gendong aku terus ya..."

Melihat dua orang dewasa gendong-gendongan, membuat orang yang melintas disekitar Citra dan Seto seperti keheranan. Terlebih gendongan Citra terlihat begitu serampangan. Rambutnya kusut, bajunya compang-camping, dan roknya terangkat hingga setengah paha. Benar-benar bukan pemandangan yang sehari-harinya bisa dilihat di tengah keramaian mall. Melihat orang-orang sekitar memberi pandangan heran, entah kenapa membuat pikiran mesum di otak Citra semakin nakal.

Tak lama, mereka tiba di foodcourt. Segera saja, Seto meletakkan Citra di sebuah sofa, lalu memesankan makanan dan beberapa camilan untuk memulihkan stamina Citra.
"Kamu harus banyak makan ya mbak.. " Saran Seto,"Biar kuat..."
Tak menjawab, Citra hanya tersenyum simpul melihat betapa perhatiannya lelaki yang duduk diseberang mejanya.
"Kamu kenapa mbak? Kok ngeliat akunya seperti itu...?"
"Hihihi... Nggak tahu Set... Suka aja aku ngelihat kamu..."
"Hahahaha... Kamu kesambit Setan Horny kali ya..? Sampai segitunya ngelihat aku..."
"Yeeee.. Yaudah kalo nggak mau diliatin...." Ucap Citra sambil mulai menyantap makanan yang sudah tersaji dihadapannya, "Enak set... Yuk coba cicipin..." ucap Citra lagi.
"Kelaparan kamu mbak...? S kalap gitu makannya... Emang mau kejar Setoran yaaaa...?"
"Enak aja Setoran... Emangnya aku supir angkot...?"
"Habisan kamu makan seperti nggak bakal ada hari esok..."
"Hihihi... khan mumpung dibayarin..."
"Hahaha... dasar wanita ogah rugi..." Celetuk Seto, "Eh iya mbak... Emangnya tadi kamu kenapa...?"
"Nggak tahu Set... "
"Kok sampe kaya orang ayan gitu..?"
"Iya ya...? Aku lupa kenapa sebabnya... Pokoknya setelah orgasme tadi, nggak tahu kenapa, tubuhku kok tahu-tahunya lemas... Kelojotan-kelojotan aneh gitu..."
"Keenakan kali mbak...? Hehehehe...."
"Iya kali ya... Hihihihi..." Ucap Citra sambil tersipu-sipu, "Tapi itu tadi memang orgasme terdahsyat yang pernah aku rasakan selama aku pernah bersutubuh Set..."
"Kamu cantik mbak..." Kata Seto yang buru-buru mengamit tangan Citra dan mengecupnya perlahan, "Makasih mbak... "
"Iya Set.... Sama-sama..." Balas Citra sambil mengecup tangan Seto..

Dalam keramaian foodcourt, mereka hanya diam sambil saling berpandangan.
"Set... " Panggil Citra lirih. Ia beranjak dari kursinya dan berpindah duduk kesamping Seto.
"Ya mbak...."
"Akhirnya aku bisa merasakannya..."
"Merasakan apa mbak...?"
"Merasakan gimana rasanya jatuh cinta dengan suami temanku..." balas Citra dengan mata sayu, "Kamu membuatku jatuh cinta Seto..." Ucapnya lagi sambil mencium bibir Seto mesra, mendekap tubuh kurus lelaki itu kuat-kuat.


by:
Tolrat
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar