“Haaah,,, akhirnya, capek juga ya,”
“Iya, ngantuk…”
“Eh, gimana? Seru nggak?”
“Iya Put, seru, lain kali lagi ya?” aku
tak tahu kenapa kata itu spontan keluar dari mulutku
“Semangat banget kamu? Iya deh lain kali
lagi”
Aku memang sudah mulai menikmati seperti
itu, tapi rasa takutku lebih besar jika hanya aku sendiri, aku juga tak mungkin
mengajak Vino memakai pakaian seksi hahahaha
“Udah, ganti baju sana, terus tidur”
“Iya Putri cerewet”
Aku mengganti mini dressku dengan tanktop,
dan aku ingat kata-kata Vino agar tak mengenakan bra saat tidur, jadi aku
sengaja tak mengenakannya, bawahannya aku memakai celana pendek longgar dan
celana dalam tentunya, meskipun Vino juga melarangku memakai celana dalam saat
tidur untuk mencegah keputihan, aku tetap memakainya karena agak risih.
Putri sudah berbaring di ranjang
menggunakan bed cover sebagai selimutnya, aku menyusup kedalamnya dan
merebahkan diri. Putri mendekat dan tiba-tiba memelukku erat
“Apaan sih Put??!!”
“Kamu kan udah janji ntar pelukannya
diterusin lagi saat tidur? Hihihi”
“Oh iya deh, sini” aku mengiyakan,
meskipun aku agak sulit bernafas, tapi biarlah, dia sahabatku
04.00, aku terbiasa bangun sepagi ini
untuk menjalani rutinitasku, pelukan Putri tak kurasakan lagi, dia sudah agak
jauh dari tempatku tidur, aku bangun dan masih membiarkannya. Aku masuk ke
kamar mandi dan berendam di bathtub. Sekitar 15 menit aku keluar dan melihat
Putri masih lelap, aku ke dapur dan menyiapkan masakan.
05.30 pagi makanan telah siap dimeja
makan, aku berniat membangunkan sahabatku itu, kulihat ia tetap pada posisi
seperti tadi. Langsung saja aku tarik bedcover yang menutupinya.
“Astaga!!!” aku teriak kecil, namun tak
sampai membangunkan Putri
Aku terkejut karena mendapati putri dalam
keadaan telanjang bulat dan tangan kanannya masih memegang vaginanya, ponselnya
mati berada di sebelahnya
“Put…. Bangun Put”
“Hmm?”
“Hei, abis ngapain kamu?”
Ia tak menjawabku, hanya tersenyum dengan
mata terpejam lalu menjilat tangannya yang baru dikeluarkan dari vaginanya
“Ngapain kamu Put?”
“Heemmmpphhh…. Enak Ri, tadi malem aku
nggak tahan” ia perlahan bangun dan berdiri membuka jendela, hari masih cukup
gelap
“Udah, pakai baju sana” kuakui, tubuh
Putri memang bagus, pinggangnya kecil, pantatnya juga seksi, dan dadanya
menambah daya tarik yang luar biasa.
“Iya, kok jadi kamu yang cerewet? Oh iya,
maaf sama makasih ya…”
“Haa?? Maaf? Buat apa? Dan makasih buat
apa?”
“Udahlah, makasih”
“Hei jawab!!!kenapa kamu”
“Hihihihi…. Dada kamu bagus ya? Makasih
buat tadi malem, aku sebenernya mau ngajak kamu main bareng, tapi keliatannya
kamu capek, pas aku pegang pegang, kok kamunya nggak bangun, jadi aku terusin
deh, tapi bener, dada kamu bagus”
“Ha….. Apa????!!!!” Aku kaget bagai
disambar petir, seorang perempuan menyentuh payudaraku?? “Apa-apaan kamu?”
“Kamu nggak suka ya?” raut mukanya memelas
“Emmm, bukannya nggak suka, tapi aku nggak
pernah Put digituin sama cewek”
“Lho, jadi kalo sama cowok pernah? Oohh
Vinoo… ternyata”
“Buu.. bukan gitu maksudnya”
“Alah udah deh ngaku aja”
Aku memang merahasiakan apapun yang
kulakukan dengan Vino pada siapapun
“Engg…. Udahlah Put, gila kamu ya?”
“Hahahahaha, santai, aku jaga rahasia kok”
“Put!!!” aku membentaknya, raut wajahnya
seketika itu berubah, selama kami bersahabat, baru kali ini aku membentaknya
“Kamu nggak suka ya?”
“Bukan gitu Put, aku suka kok” Aku salah
bicara
“Beneran Ri? Jadi aku boleh gituin kamu
lagi??” Raut mukanya kembali segar
“Engg…” belum sempat aku bicara ia
menyelaku
“Makasih ya Ri!!!”
Aku tak tahu harus seperti apa lagi, tapi
apa salahnya, toh aku juga tak berhubungan kelamin
“Iya, iya Putri, tapi ada syaratnya”
“Apa? Apa? Apa?”
“Lakuin saat aku tidur”
“Iya Ria sayaang, makasih yaa”
Haahh…. Lega rasanya bisa sedikit tuntas,
meskipun aku tak ada nafsu dengannya, tapi apa salahnya aku membahagiakannya,
aku juga tak berkurang sedikitpun
“Udah, ayo makan sana”
“Mau beli apa?”
“Nggak usah beli, aku udah masak Put”
“Beneran?? Makasih sayang, kamu sahabat
terbaikku. Seketika itu ia memelukku, dalam keadaan masih telanjang, aku
ulangi, masih telanjang. Dadanya menempel ke dadaku membuatku cukup risih.
“Udah pakai baju kamu! Aku tunggu di meja
makan”
“OK”
Setelah kami makan, mandi dan ganti pakaian,
Putri mengajakku pergi lagi. Saat itu aku memakai celana oren yang sangat
pendek, aku bisa bilang celana dalam, karena panjangnya hanya sekitar satu jari
dari vagina dan cukup longgar untuk melihat celana dalamku dari bawah. Atasnya
aku memakai tanktop couple kuning dengan Putri yang baru saja diberikan
olehnya, yang lucu ada gambar 3 lingkaran, dan yang 2 tepat pada posisi
payudara dan dibelakang terdapat tulisan ‘good taste’ kata yang cukup ambigu,
hahahaha
“Pantes kan?”
“Hahahaha, iya lucuu”
“Aku pesen khusus buat kita, dulu aku udah
mau kasiin kamu, tapi aku takut kamu nggak suka pakaian yang agak terbuka gini.
Eh pas tau kamu gini, yaudah deh, keturutan juga”
“Aku dulu emang nggak suka, nggak berani
malah, tapi Vino yang suka terus nyuruh aku pake yang gini-gini”
“Seleranya tinggi tuh anak, iya deh ntar
di motor kamu ceritain semua”
“Kita mau kemana sih?”
“Udah ikut aja”
Di sepeda motor, aku menceritakan tentang
Vino, aku harus bangga punya dia, karena ia nggak seperti cowok pada umumnya,
ia tak merokok apalagi minum, dia anak yang sopan dan cukup pintar, hanya
nafsunya sangat besar, hahaha, tapi wajar untuk itu, daripada ia melakukan yang
lain, lebih baik ia ‘melakukannya’ sama aku
Putri berhenti pada sebuah rumah, lalu
memencet bel di gerbang, cowok seusia Vino muncul, tubuhnya tinggi tapi agak
kurus, kulitnya putih dan rambutnya sedikit ikal, cukup tampan bagi ukuran
seorang cowok, dengan celana training dan kaos oblong ia sedikit berlari
membukakan gerbang besar yang berdiri dihadapan kami.
“Masuk Put…..” Ia terpaku, memandangi
putri dari atas kebawah, putri memakai hotpant dengan motif sobek-sobek kecil
dan dipadu tanktop couple kami
“Eh, malah bengong, kenapa San? Pakaian
kita terlalu terbuka ya?”
“eng,,, enggak papa kok, seneng malah
hehehe”
“Ihh kamu tuh, nakal ya.”
“Hehehe, kamu juga mau kan aku nakalin
hehehe”
“Huh, iya deh nyerah”
“Emang takdirnya gitu” cowok itu melihat
kearahku “Ini Ria?”
“Iya” jawabku sambil mengulurkan tangan
untuk menyalaminya
“Sandi, cowoknya Putri” ia tersenyum manis,
aku baru tahu kalau putri punya cowok
“Jadi nggak disuruh masuk nih?”
“Hahaha iya, kelupaan, ayo Put, ajak Ria
masuk”
Rumahnya sederhana, tapi penataannya
sangat bagus, kami diajak masuk kedalam dan disuruh duduk di ruang tamu lalu ia
berjalan kebelakang
“Kamu kok nggak bilang aku kalo punya
cowok?” aku berbisik ke Putri
“Sekarang tau kan?hahaha”
“Huuuh…” aku memukul sebal pundaknya
“Nih minum dulu” Sandi membawakan the
botol dingin untuk kami
“Sepi beneran kan san?” Putri menanyakan
hal yang sepertinya sudah diketahuinya
“Iya kok sayang, kenapa?”
“Ke kamar kamu yuk?”
Sandi melotot memberi isyarat lalu
melirikku
“Ah, udahlah ajak aja” aku bingung apa
yang mereka bicarakan
“Put? Beneran?”
“Iya sayang, Ria sahabat terbaikku kok,
iya kan Ri?”
Aku hanya tersenyum
“Yaudah ayo” sandi menuntun Putri dan
tangan putri menarikku, aku tak bisa menolak
Mereka masuk kamar dan duduk di ranjang,
aku memilih duduk di lantai, kulihat mereka berciuman dan Sandi yang terlihat
pendiam mulai nampak sisi liarnya, ia menindih badan Putri, dan menciuminya
ganas, tangannya memegang erat payudara Putri, nafasku mulai terasa berat.
Tiba-tiba Putri menghentikan aktivitas mereka
“Sini Ri, ikutan…”
Aku hanya tersenyum dan menggeleng kepala
“Beneran?”
“iya Put makasih, nonton aja deh, boleh
kan?”
“Hahaha, iya Ri, sabar ya, ntar sama Vino
puas-puasin deh”
Putri sekarang lebih ganas, ia mendorong
badan sandi dan membaliknya, kini Putri ada diatas, ia membuka kaos sandi dan
melorotkan celana sandi sekaligus dengan celana dalamnya. Sandi tak mau kalah,
ia lalu mengangkat tanktop Putri dan melemparnya beserta bra besar yang awalnya
menutupi dada putri. Tangannya dengan ganas meremas dan mulutnya menghisapnya
dengan penuh nafsu
Setelah terlihat puas tangannya turun dan
membuka hotpant dan celana dalamnya, dengan penuh nafsu melemparkan tubuh Putri
ke ranjang dan mulai menghisap vagina Putri, ia masukkan 3 jarinya sekaligus
dan mengulanginya berkali kali
Setelah beberapa saat, giliran putri yang
mengulum penis Sandi, penisnya mengacung berwarna coklat tapi lebih panjang
milik Vino, Putri mengulumnya dan mengocok sangat cepat, hanya sekitar 3 menit
Sandi mengerang dan mendesah keras lahar putih membasahi wajah Putri, ia
menjilati sisa yang ada di penis Sandi dan mengambil yang membasahi wajahnya dengan
jari lalu diacungkan kepadaku
“Mau?”
Aku hanya tersenyum
“Yaudah…”
Putri mengarahkan tangannya pada mulut
Sandi dan Sandi menelannya,
Mereka ‘bermain’ cukup lama badan Putri
penuh dengan bekas sperma, setelah aku tanya, ternyata prinsip mereka sama denganku,
mereka tak mau berhubungan antar kelamin sebelum menikah.
Sebelum berpakaian, Putri menyuruhku
memotret tubuh bugil mereka, ada yang berdua dan ada yang sendiri, lalu aku
boleh menyimpannya sebagai kenangan, namun harus disimpan dalam komputer dan diberi
password
Kami kembali kerumah Putri sekitar pukul
14.00. kami beristirahat dan seperti sebelumnya Putri memainkanku saat aku
tidur siang, haah, biarlah, demi sahabat
Malamnya kami tidur dalam posisi yang
sama, dan pastinya Putri mengulanginya lagi. Dan karena esoknya aku akan
pulang, Putri memelukku sangat erat, seakan tak mau melepaskanku.
Esoknya sebelum pulang, Putri memberiku beberapa celana pendek, katanya agar aku bisa menghibur Vino, aku diantar pulang dengan memakai baju yang aku gunakan berangkat, karena tak mungkin aku kerumah dengan pakaian terbuka, bisa-bisa nyawaku hilang melayang.
Tamat ?? Maybe
0 komentar:
Posting Komentar