“Besok kita kemana sayang?” aku agak nggak
sabar
“Gampang lah say, urusan besok itu”
“Ok, kita pake seragam apa bawa baju ganti
aja?”
“Bawa aja biar bebas”
“Iya deh”
“Kamu rencananya mau pakai baju apa?”
“Belum mikirin say, kenapa emang?”
“Pakai aja tanktop, kan enak, nggak ribet
bawanya, langsung aja pake dalem seragam, tapi yang belahan dadanya rendah ya?
Hihihihi”
“Tanktop? Aku pake tanktop? Nggak biasa
say, lagian yang belahan dadanya rendah aku nggak punya” aku memang tak biasa
mengenakan pakaian terbuka, dirumahpun juga, sekolahku berseragam panjang dan
itu membuatku tak biasa mengenakannya
“Gimana kalau kita beli aja?” ajaknya
semangat
“Aku nggak bawa uang say”
“Ah tenang, aku bawa kok, lagian nggak
mahal pastinya, aku kan sering ngelirik pakaian cewek hehehe”
“Iya sayang” aku menerima permintaannya,
aku ingin buat dia senang
Akhirnya Vino membelokkan motornya ke arah
mall, disana aku disuruh memilih beberarpa tanktop dengan belahan dada rendah,
dan baju lengan panjang yang belahan dadanya juga rendah, Vino membuntut
dibelakangku.
“Say, ada hotpant tuh, sekalian deh”
“What’s???? hotpant? Apa? Aku nggak pede
say”
“Ahh, nggak papa lah say, aku pengen kamu
pake gitu”
Akhirnya aku memilih satu celana super
pendek itu dan juga Vino mengambilkanku celana sport, masih agak ragu memang,
tapi buat Vino yang udah ngasi segalanya, kenapa nggak?
Aku jadi ingat masa laluku, saat dimana
aku nakal, tapi bukan masalah cowok. Saat itu aku sangat jarang di rumah,
sebagai anak perempuan aku mungkin tak ada gunanya saat itu, sekolahpun juga
sangat malas, namun sejak Vino dekat denganku, aku mampu merubah peringai buruk
itu, aku lebih giat belajar, lebih sering di rumah dan setidaknya aku berguna
bagi orang lain
Esoknya setelah mandi aku dapet sms dari
Vino
“Jangan lupa ya baju gantinya”
Singkat tapi semangat. Aku mengenakan
tanktop abu-abu dan bra hitam di dalamnya serta tak lupa hotpant didalam rok
panjangku, awalnya aku biasa, naik angkot ke sekolah dan mengikuti pelajaran
seperti hari biasa. Namun saat kulihat jam menunjukkan pukul 13.00 hatiku
semakin gugup, sebentar lagi jam pulang, dan aku akan memakai pakaian itu di
depan banyak orang. Aku berjalan pelan di lorong sekolah dengan menunduk
“Hai sayang,,,” suara Vino menghentikan
lamunanku
“Hai, gimana tadi pelajaranmu?” tanyaku
garing
“Ya biasa lah say, debat terus dengan
guru”
“Hahahaha, kamu tuh”
“Udah, jalan kemana kita?”
“Nggak tau”
“Kemana ya?”
“Udahlah, kita pikir sambil jalan aja”
“Ok sayang”
Dalam perjalanan hatiku sulit sekali
tenang, tak ada satupun kata yang keluar. Hingga akhirnya motor ini masuk ke
SPBU, tapi tak berhenti untuk mengisi bahan bakar, melainkan toilet
“Udah say, kamu ganti dulu deh”
“Disini?”
“Iya sayang”
“Banyak orang say”
“Nggak papa, nggak ada yang kenal kok,
lagian aku juga ganti baju”
Perlahan aku masuk kamar kecil itu, satu
persatu aku buka kancing seragamku dan kulipat bersama rokku sekalian aku
masukkan ke tas menggantikan posisi jaket yang sengaja ku bawa dari rumah,
jaket yang agak kebesaran dan memang sengaja kubuat menutupi pahaku. Saat
keluar kulihat Vino sudah duduk di motor dengan wajah sedikit kecewa
“Kenapa pakai jaket say?”
“Dingin pastinya di motor, ntar kalau
turun aku lepas kok” alasanku sekenanya
“Ok deh”
Vino mengajakku makan di rumah makan
pinggir jalan besar, saat kami duduk, ia memintaku melepas jaket, mau tak mau
aku melakukannya, sangat grogi, banyak mata melihat kearahku mulai dari remaja
sampai seusia om-om, hitam dibalik tanktopku terlihat sedikit, aku tak bisa
nyaman karena harus selalu membetulkan posisi tanktop ini
“Say, keren kamu kalau pake kayak gini”
pandangannya terlihat penuh kebanggaan
“Hihihi, malu tauk” aku sedikit malu, tapi
juga senang
“Buat apa? Kamu keren”
“Banyak yang liatin”
“Ah, nggak papa. Ntar pulang jangan pake
jaket ya, kita jalan-jalan dulu keliling daerah sini”
“Iya deh, aku nurut, jagain aku ya?”
“Ok sayang”
Daerah ini banyak sekali toko, dari barang
antik sampai modern, aku melorotkan bagian bawah tanktopku yang cukup panjang
agar bisa menutupi pahaku
“Percuma kamu gitu. Orang malah mikir kamu
nggak pake celana kan? Hahahaha”
Benar juga kata Vino, biarlah, aku
berusaha menikmati ini semua, aku sayang dia.
Aku sering bepergian dengannya dengan
keadaan seperti ini, namun hanya daerah yang cukup jauh dari rumah aku berani.
Vino memintaku memperkecil bagian pinggang
seragamku, agar aku terlihat seksi. Beberapa anak di sekolah mengatakan
demikian, awalnya aku risih dengan kata seksi, aku takut dicap sebagai wanita
murahan, aku nggak mau. Tapi lama-kelamaan aku mulai mengerti arti kata seksi
itu, seksi tak bberarti murahan dan sampai kini aku menginginkan kata itu
terlontar dari mulut semua orang
Suatu saat kami pergi ke daerah dekat kota
tetangga, Vino menyuruhku mengenakan kemeja tanpa apa-apa di dalamnya, awalnya
aku risih, tapi aku mulai bisa menikmati
Aku buka 3 kancing baju atasku tanpa
sepengetahuan Vino
“Ehm..” sindirku
“Apa sih say” tanyanya tanpa menatapku
“Ehm”
Ia langsung terkejut melihatku seperti
ini, dan aku bisa melihat raut bahagianya. Beberapa mata menatapku, aku
membiasakan diriku, mungkin Vino memang ingin menunjukkan diriku pada orang
lain, itulah yang dia banggakan dariku, supaya ia bisa bangga memiliki aku dan
tidak kecewa
“Makasih sayang” dia berterimakasih, aku
senang dengan kalimat itu. Aku merasa dia sangat menghargaiku
“Apapun buat kamu sayang”
Aku mulai menikmati saat tubuhku dilihat banyak orang, dan itu juga membuat sayangku pada Vino semakin menjadi. Semua permintaanku pasti diberi olehnya, dan seharusnya akupun seperti ini, menuruti apapun yang dia inginkan
0 komentar:
Posting Komentar