Sekitar 2 minggu kemudian, kami janjian
pergi lari pagi di daerah yang jauh dari rumah, agar aku bebas mengenakan
pakaian apapun. Dan tentunya, aku juga meminta Vino mengenakan pakaian yang aku
ingin, kami akan jogging jadi dia tetap kusuruh memakai celana dalamnya, dan
aku memintanya memakai kaos dilapisi jaket dan celana panjang tipis.
Seletah berlari sekitar 2 jam, kami pergi
sarapan di kaki lima, memang kami tak terlalu menginginkan tempat makan elit,
asalkan enak dan halal, kami suka.
Disinilah balasdendamku berlangsung, aku
meminta Vino melepas celana dalamnya, entah apa yang membuatnya langsung
menurutiku. Saat yang sama dengan dia ke kamar mandi, akupun melakukan hal
serupa, pergi ke kamar mandi dan melepas bra dan celana dalamku, yang kugunakan
saat itu hanya tanktop tipis biru dan sporty short pant hitam, yang panjangnya
mungkin seperempat pahaku, sekitar sejengkal, yang jelas hanya cukup menutupi
pantat dan sedikit paha.
Aku kembali lebih dulu daripada Vino,
tetap saja, beberapa orang memperhatikanku terus, tapi aku merasa tenang,
karena masih banyak cewek yang memakai pakaian minim, tapi jika di hitung,
hanya ada dua yang super minim, aku dan gadis berbaju kuning, yang putingnya
sangat jelas tercetak di bajunya, dan sepertinya ia tak mengenakan celana,
hanya bajunya yang menutupinya, tapi ia bersama beberapa teman ceweknya.
Temannya juga berpakaian terbuka, namun tak seperti cewek baju kuning itu,
mereka mengenakan rok sporty pendek pastinya, dan juga tanktop, tapi ada salah
satu diantara mereka yang mengenakan kaos lengan panjang
Saat Vino datang, sepertinya ia tak
mengetahui perubahanku, aku biarkan saja dia. kulihat saat ia berjalan penisnya
tercetak jelas sekali. Sengaja aku menggodanya, saat ia berdiri, aku mendekat
dan menempelkan payudaraku padanya
“Sayang, aku mau minum jus tomat dong”
“Iya sayang” dia setengah terkejut, lalu
menunduk, dengan tingginya yang lebih dari aku, dia pasti melihat payudaraku
dari atas tanktopku yang belahannya lebar “Kamu nggak pakai bra?” bisiknya
“Ah, males sayang, buat apa? Celana dalam
aja males” godaku
“Jadi kamu nggak pakai daleman?” tanyanya
sambil meraba pantatku, memastikan aku benar-benar tak memakai celana dalam.
Saat ia sudah yakin, aku merunduk, dan kulihat celana pendeknya sekarang makin
maju, dan aku yakin dia sedang ereksi, semakin lama, semakin jelas terlihat,
aku hanya tersenyum, berharap gadis-gadis melihat besarnya penis kekasihku ini,
dan aku bisa membanggakannya. Selesai membayar makan, aku mengajak Vino ke
tempat penjual minuman, aku sengaja jalan memutar melewati kelompok anak muda
yang bergerombol menikmati lagu yang diputar dengan ekspresi sekenanya, saat
itu aku melihat raut wajah Vino sangat berbeda, tapi aku yakin dia juga akan
terbiasa. Di depan kami kerumunan cewek-cewek sangat padat, aku sengaja
mengajak Vino melewatinya, dan pastinya penisnya akan tergesek-gesek dengan
mereka, apalagi pakaian mereka aku yakin makin merangsang Vino, tapi itu yang
membuatku semangat, aku harus jadi yang terbaik untuk dia.
Beberapa cewek menunduk dan sengaja melihat penis Vino, sepertinya Vino sudah bisa menikmatinya, beberapa kali penis itu menyentuh pantat gadis-gadis itu, bahkan sempat tersentuh oleh tangan, aku memang cemburu, tapi aku merasa menikmatinya, aku harus bisa jadi yang terbaik, dan hanya aku yang harusnya bisa membuat Vino terangsang.
0 komentar:
Posting Komentar