Suatu ketika, aku main kerumah Vino,
seperti biasa kami hanya berdua, karena orangtuanya sibuk bekerja, dan sudah
menjadi rutinitas jika ada ciuman di setiap sela pembicaraan. Tapi, waktu itu
Vino tiba-tiba meraba-raba tubuhku, aku hanya diam. Saat itu aku mengenakan
seragamku, masih lengkap dengan tas yang belum kulepas.
“Sayang, emutin dong” pintanya manja,
sambil menuntun tanganku menuju kemaluannya. Setelah itu membimbing aku agar
berlutut didepannya dan melepas tasku
“Kamu nggak pake celana dalem?”
“Hehehehe, nggak sayang, Cuma celana
pendek aja, mau liat?”
“Iiihhh kamu, iya udah sini” aku melihat
dia melepas sabuknya dan melorotkan celana seragamnya lalu menunjukkan celana
pendeknya diteruskan dengan mengeluarkan penisnya, jantungku berdebar dan
nafasku sepertinya terasa berat.
“Nih sayang” tangannya menuntun tanganku
mengocok penis panjangnya. Selang beberapa menit, dia menarik kepalaku, isyarat
perintah mengulum penis itu, aku mengulumnya parlahan dan sedikit kusedot.
Tangannya membuka kancing seragamku satupersatu, mengangkat tanktopku yang
cukup ketat dan membuka kaitan braku, talinya sengaja ia lepas pada
sambungannya sehingga ia dengan mudah menariknya
Putingku dimainkannya perlahan, membuat
aku lemas dan sering tidak begitu konsentrasi untuk mengulum penisnya, jadi
sering berhenti sejenak. Tangan kirinya tetap memainkan putingku yang semakin
mengeras, namun tangan kanannya naik untuk memegang kepalaku dan mendorongnya
agar aku memasukkan penisnya lebih dalam,penisnya yang cukup panjang tak mampu
masuk penuh dalam mulutku, tapi dorongan tangannya semakin membuatku bernafsu.
Bibirku terasa lelah, aku bilang pada Vino
untuk berhenti sejenak, ia mengabulkannya. Ia menyuruhku duduk disebelahnya dan
memelukku erat dengan satu tangan yang menyusup berpegangan pada buah dadaku,
namun penisnya masih basah dan masih berdiri keras. Aku bersandar di pundaknya
dengan tetap mengelus penis kekasihku ini. Aku sayang dia, aku ingin memberikan
segalanya untuk dia, seandainya saat ini dia memintaku memasukkan penisnya
dalam vaginaku, sepertinya aku takkan menolak, tapi aku percaya dia tak akan
seperti itu.
Tangannya yang memelukku kini perlahan
bergeser kebawah, membuka resleting rokku dan menyusup dalam celana dalamku,
menggosoknya perlahan, naik turun. Rasanya sangat geli, tapi aku tak bisa
mencegahnya, nikmatnya tak bisa kugambarkan
“Ohhhh…… sayangg……”
“Kenapa sayang?” dia menatapku lugu dan
hanya tersenyum namun tangannya masih meneruskan aksinya
Aku tak bisa berkata lagi, ia menurunkan
rok seragamku begitu juga celana dalamnya dan menarikku untuk duduk diatasnya,
penisnya tergesek pahaku, cairan bening menggores panjang, aku mengelapnya
dengan jariku, kuberikan jari itu ke mulut Vino, ia tak banyak pikir langsung
mengulumnya, lalu kemudian jarinya dikeluarkan dari vaginaku, dalam keadaan
basah, aku disuruhnya mengulum jari tengahnya yang basah dengan cairanku
sendiri, dan jari telunjuknya dia kulum sendiri. Rasanya gurih dan sedikit
asin, tapi aku menyukainya.
Penisnya menempel di perutku, ia menarik
pinggangku mendekat, rokku sedikit menghalangi, tapi tak apalah, kedua
tangannya kembali meraba payudaraku dan bibir kami saling beradu. Basah oleh
liur, ia menjilati kedua payudaraku, aku digerak-gerakkannya naik turun supaya
perutku menggesek penisnya.
Dia menarik badanku untuk merebah, dan
menindih badanku. Celananya dilepaskan dan dilemparkan sembarang, rokku tak
luput juga dilemparkan, baju dan tanktopku dilepas semua, aku telanjang,
benar-benar telanjang. Entah, rasa malu sudah tak aku rasakan. Aku ingin
memberikan servis penuh pada kekasihku, aku pasrah, layaknya sebuah hidangan
matang yang siap disantap habis.
Kami berpelukan sangat lama, dia diatasku
dan aku ditindihnya bagai kasur empuk yang punya dua gundukan. Lalu ia
menyuruhku duduk dan dia berlutut dibawahku, dengan liarnya ia membuka lebar
kakiku, menyantap hidangan berbulu tipis dengan penuh nafsu, menusuk dengan
jari dan lidahnya. Menjilatinya sampai tenagaku terkuras. Lalu ia berdiri dan
berjalan menuju kamarnya lalu langsung keluar dengan membawa sesuatu, permem
mint
Ia memberiku dan ia juga memakannya, lalu
ia meneruskan aktivitasnya, ia menjilati dengan semangat, yang mengejutkanku
ternyata ia masukkan permen itu kedalam vaginaku, oohhhh, sejuk bercampur aneh.
“Sayang, rasanya gimana?”
“Di….dii..dingin say..”
“Tapi oralnya jadi lebih seru”
“Iya, tapi jangan lama-lama ya”
“Iya sayang”
Selang beberapa menit, ia masukkan
jari-jarinya untuk mengambil perman itu. Keluar dalam keadaan basah, namun ia
tetap memakannya
Setelah cukup lama, aku ditariknya lagi
untuk mengulum penisnya, dituntun kepalaku maju mundur sampai berkali-kali aku
tersedak. Beberapa menit kemudian ia menekan kuat kepalaku dan cairan kental
asin meleleh di kerongkonganku
“Telan say..” ia berbisik pelan
Aku hanya berusaha menelan, cairannya
makin banyak dan bertambah banyak, ia mencabut penisnya dan spermanya masih
cukup banyak di mulutku. Ia menarik wajahku dan mencium bibirku, ia menghisap
sperma yang ada di mulutku lalu memberikannya lagi padaku berulang-ulang, dan
akhirnya ia memberiku setengah untuk ditelan dan setengahnya lagi ia telan
sendiri
“Makasih sayang, biar sama-sama ngrasain”
“Iya sayang, asiin nih”
“Hahahaha, iya, ntar kamu kalo sering
ngemut juga biasa kok”
Aku hanya tersenyum lalu memeluknya
Tak terasa sekitar 3 jam berlalu, aku
herus segera pulang
“Sayang, aku harus cepat pulang nih”
“Iya sayang, makasih ya sevisnya, bayar
berapa nih? Hahahaha”
“Ah, buat kamu gratis deh sayang, kalau
buat orang lain baru bayar. Hahahaha” jawabku bercanda “Sayang, celana dalamku
basah nih, gimana?”
“Ohh, santai, kamu pakai aja boxerku, mau
kan?”
“Boleh kan?”
“Pakai aja sayang”
Vino punya banyak celana pendek, dan
kebanyakan malah sangat pendek, dia suka memakai celana seperti itu di rumah,
kadang malah penisnya sampai keluar dari lubang kakinya karena terlalu pendek
dan karena ia tidak mengenakan celana dalam. Tapi itu ia kenakan saat sedang
sendiri. Beberapa boxer itu ada beberapa yang belum ia cuci setelah ia gunakan
untuk menampung sperma hasil onaninya, dan ia menyuruhku mengambil salah
satunya. Aku mengambil salah satu yang pendek dan mengenakannya perlahan
setelah memakai celana dalam, baunya khas sperma kering.
“Say, bra kamu tinggalin sini aja, aku
pinjem ya?”
“Buat apa?”
“Yah, kamu tau lah”
“Hahaha iya sayang. Bawa aja”
“Makasih”
Setelah itu Vino mengantarku pulang, dan sampai di kamar, aku menyimpan boxer Vino di lemariku, tanpa ku cuci. Riathe69lover@Yahoo.Com
0 komentar:
Posting Komentar