Aku terbangun dari tidur soreku yang singkat. Tak terasa sudah pukul
07.00 malam, satu jam lagi aku harus turun ke resturant hotel untuk
makan malam. Aku langsung beranjak ke kamar mandi. Saat dibawah shower
aku terngiang-ngiang email dari Cik Annie tadi sore. Apa maksudnya untuk
tidak menggunakan celana dalam? Untung saja aku membawa celana panjang
berbahan chino yang tidak menggunakan ritsluiting, tetapi kancing,
sehingga tidak akan melukai batang penisku apabila tidak mengenakan
celana dalam.
Aku mengambil setrika dan mulai menyetrika kemeja Debenhams warna
hitamku sebelum kupakai. Pukul 7.30 aku sudah siap dan mulai melangkah
ke lift. Aku melihat ke cermin, penampilanku kini malah mirip orang yang
akan pergi ke pemakaman, berpakaian serba hitam.
Saat lift mencapai lantai 23, tiba-tiba lift berhenti dan pintunya
terbuka. Seorang wanita berparas cantik masuk ke dalam lift. Wanita ini
sepertinya berasal dari China, terlihat dari matanya yang sipit,
meskipun tidak menutup kemungkinan dia berasal dari Korea atau Jepang.
Yang benar-benar menarik perhatianku adalah payudaranya yang sangat
besar, yang dibalut dengan gaun pesta berwarna hijau gelap. Aku tak
tahan untuk melihat ke arah payudaranya, dan batang penisku semakin
mengeras.
Wanita itu tersenyum padaku. Aku balas senyumannya. Wanita itu
tersenyum lagi sambil sedikit tertawa, kemudian dia menunjuk ke bawah,
ke arah kemaluanku. Astagaaaa!!!! Aku baru sadar bahwa aku memang tidak
mengenakan celana dalam, sehingga celanaku menonjol kedepan, seakan-akan
batang penisku hendak meronta-ronta untuk keluar. Aku langsung malu dan
menutupinya dengan kedua tanganku. Beruntung lift sudah sampai di
lantai dasar, dan wanita itu mengecupkan bibir di tangannya kemudian
menyentuh batang penisku dengan tangan yang sudah dicium tadi. Sambil
tertawa kecil. Dia kemudian beranjak keluar dari lift. Aku benar-benar
malu jadinya.
Restaurant hotel terletak di sebelah kanan dari lobby. Seperti biasa,
selalu ada grand piano dengan penyanyi wanita di sebelahnya.
Pemandangan yang selalu aku lihat di hotel manapun.
“Mr. Riki?” tanya seorang waitress.
“Yes, I’m riki” jawabku, sambil kebingungan mencari Cik Annie.
“Ms. Annie has a message for you. She wants you to have dinner by the
pool, please follow me” ucap waitress tadi sambil berjalan ke arah
keluar restaurant. Aku semakin penasaran, ada apa lagi ini. Pertama, aku
disuruh untuk tidak mengenakan celana dalam, dan sekarang makan
malamnya dipinggir kolam renang. Jangan-jangan dia jatuh cinta padaku
dan memilih tempat yang romantis untuk makan malam? Ah entahlah.
Kolam renang hotel ini terletak lumayan jauh dari restaurant, dan
terletak di bagian belakang hotel. Jalan menuju kolam renang adalah
jalan setapak terbuat dari batu-batu putih, sehingga muncul suara
berderak-derak saat aku berjalan.
“Hi Riki! I’m Sarah, come on, we’ll have a dinner by the pool. Isn’t it romantic? “ ucapan seorang wanita mengagetkanku.
Astaga!!! Bukannya dengan Cik Annie, aku justru bertemu dengan Sarah,
orang Phillipine yang tadi pagi mencecar Cik Annie dengan
tuduhan-tuduhannya. Apa maksudnya ini?
“Riki, Annie asked me to accompany you in a fine dinner this night.
She won’t join us. She’s now having a dinner with a friend on Bund
River. So, shall we?” ucap Sarah setelah kami sampai di meja makan dan
duduk. Aku masih terheran-heran, bukannya kedua wanita ini saling
bermusuhan tadi pagi?
“I’ll start with pumpkin soup, and T-Bone steak for the main course please.” ucapku kepada waitress.
“How would you like your steak, sir?” tanya si waitress.
“Medium rare please” balasku singkat.
Tiba-tiba handphone ku menerima pesan singkat di Whatsap. Aku lupa
bahwa handphone ku masih tersambung dengan WiFi hotel, sehingga dapat
menerima pesan masuk lewat Whatsap. Aku membaca pesan yang masuk tanpa
memperhatikan apa yang dipesan oleh Sarah.
(Whatsap message) “Hi Riki… enjoy the night with Sarah, okey. Be
prepped at 07.00 am sharp tomorrow, and again, no underwear, okey.
Ciao!”
Lagi-lagi aku kesal dengan Cik Annie yang penuh rahasia dan tak tahu apa maksudnya dengan tidak boleh mengenakan celana dalam.
“Hi Riki… everything’s good?” tanya Sarah yang membuyarkan pikirkanku.
“Oh, yes, I’m cool” balasku singkat. Aku melihat ke sekeliling, dan
ternyata kolam renang ini sepi sekali, hanya kami berdua yang duduk di
area ini. Di pinggir kolam ada beberapa kursi landai yang digunakan
untuk sunbathing. Kemudian perhatianku mengarah ke Sarah. Aku baru
menyadari cantiknya Sarah malam ini. Dengan gaun hitam panjang setumit,
tetapi belahan pahanya sangat tinggi sekali, hampir mencapai pangkal
paha. Wajahnya mirip dengan artis Tia Ivanka, agak berbeda dengan
tipikal wajah-wajah orang Filipina.
“So Riki, please tell me about you. Like… your hobby, maybe?” Sarah mencoba membuka pembicaraan.
“Oh, me? Well… I don’t do much activities on my spare time. Going to
parties, sometimes, but I’m not a party goer actually. How about you?”
balasku.
“Oh, I love party too” balas Sarah. Jawabannya terkesan sangat dipaksakan.
Steak yang kupesan sudah datang. Aku sangat heran, steak yang
dihidangkan hanya berukuran setengah dari yang seharusnya. Apakah semua
steak yang dimasak di Shanghai sekecil ini? Tapi aku malas untuk
berdebat dengan waitress, jadi kumakan saja, meskipun tidak begitu
kenyang.
Percakapan berikutnya berjalan dengan sangat biasa saja. Tidak sampai
10 menit untuk menghabiskan steak yang kecil sekali itu. Aku melihat
chicken carbonara nya Sarah juga sedikit sekali.
“Wine sir?” ucap waitress menawarkanku sebotol anggur putih.
“OK” balasku singkat, karena sudah kesal dengan makanannya tadi,
ditambah anggur putih yang tidak cocok dengan steak, karena seharusnya
anggur merah yang disediakan.
“Riki… I’ve got something to say..” tiba-tiba Sarah membuka lagi
percakapan setelah beberapa lamanya kami hening dalam pikiran
masing-masing setelah makan malam usai.
“Come on… we need to talk privately… “ Sarah berdiri dan menarik
tanganku, kemudian mengajakku untuk berjalan ke pinggir kolam dekat
dengan kursi yang landai tadi. Pikirku, apakah meja makan tadi masih
kurang private?
“Riki… close your eyes please” pinta Sarah sambil memegang tanganku.
Akupun menurut saja. Tiba-tiba kecupan lembut bibir Sarah mendarat di
bibirku. Bibirku pun membalas dengan kecupan yang lebih dalam, dan Sarah
membalas dengan kecupan yang lebih liar lagi.
Aku tak mengerti mengapa tiba-tiba Sarah mencium bibirku, tetapi
akupun menikmatinya. Perlahan-lahan tangan Sarah membimbing tanganku
untuk masuk ke belahan gaunnya yang tinggi, dan mengarahkan tanganku ke
arah pangkal pahanya. Jantungku semakin berdegup kencang, apa yang
kupikirkan benar terjadi. Sarah tak memakai celana dalam! Jariku
langsung menemukan liang kemaluan Sarah, kubelai-belaii dengan lembut,
sementara bibir kami masih saling berpagutan.
Jari-jariku kumasukkan semakin dalam di liang kemaluan Sarah, dia
melepaskan ciuman kami dan mulai melenguh nikmat, sambil memberikan
lehernya ke bibirku. Akupun mencium lehernya yang putih bersih,
sementara jari-jariku tak berhenti bergerak.
“Oh riki….. aaaaahh… slowly boy… aaaaahhh…” lenguh Sarah sambil
menahan nikmat. Kemudian kaki kanannya naik ke salah satu kursi yang
landai, sekitar 30cm tingginya. Posisi itu membuat liang kemaluan Sarah
semakin terbuka lebar. Jari-jariku sudah bergerak liar. Sarah kemudian
dengan tangan kirinya membuka lubang celanaku yang tidak menggunakan
ritsluiting, tetapi kancing. Karena tidak mengenakan celana dalam, maka
batang penisku langsung mencuat keluar. Sarah memegangi batang penisku
sambil wajahnya kini menghadapku, matanya sayu dan bibirnya bergetar.
“Riki… your dick is so fucking big, you know…” ucap Sarah. Penisku di
kocok dengan lembut oleh tangan Sarah. Aku benar-benar menikmatinya.
Jari-jariku semakin bergetar hebat di dalam liang kemaluan Sarah.
“Aaaaaahhh rikii…. Not that fast rikiiii.. pleaaaseeeee……..” racau
Sarah tak kuasa menahan nikmat. Aku tak perduli, semakin kugetarkan
jariku.
“Rikiiiiiiii….. pleeeaaseeeee aaaahhhhhhhh….. mmmmmhh… mmmhhhh…
mmmhhh…rikiiiii aaaahhh… riki, im cuummiiinnnnngg….” Tangan Sarah yang
tadi mengocok batang penisku terlepas dan memelukku dengan erat sambil
menahan orgasme, sementara badannya menegang selama sekian detik,
kemudian kembali terengah-engah lagi. Kulepas jariku dari liang kemaluan
Sarah, dan jariku yang basah kujulurkan ke bibirnya, yang langsung
dikulumnya dengan hangat.
“Riki…. You’re naughty, you know! Now lay down on that chair!” kini
Sarah mulai memerintahku, mirip dengan Cik Annie. Aku kemudian bersandar
di kursi sunbathing itu, pakaianku masih lengkap, sementara batang
penisku muncul dari lubang celanaku. Sarah kemudian maju mendudukiku,
sambil membetulkan posisi rambutnya ke belakang. Rupanya dia ingin
berposisi Woman on Top. Aku pun menuruti permintaannya. Sarah tak
membuka gaunnya, hanya menyibakkan belahan gaun itu kesamping, sehingga
kedua kakinya dapat membuka lebar dan liang kemaluannya dapat dia
arahkan kepadaku. Jika dilihat dari jauh, mungkin kami terlihat seperti
pasangan yang masih memakai pakaian, tetapi berposisi Woman On Top.
Sarah memegang batang penisku, kemudian mengarahkannya ke arah liang
kemaluannya. Aku sudah tak sabar untuk menghujamnya dengan batang
penisku, tetapi dia menahan posisi itu, dimana ujung batang penisku
hanya menempel di bibir liang kemaluannya.
“Riki… just follow my instructions, ok!” ucap Sarah. Tangannya
kebelakang dan meraih ritsluiting gaunnya, kemudian membuka ritslutiting
itu, sehingga bagian atas gaunnya terbuka. Bra merah berenda yang dia
kenakan terlalu tipis untuk menyembunyikan putting susu dan buah dada
yang indah itu.
“Open it riki… don’t you wanna see my boobs?” perintah Sarah. Akupun
langsung meraih punggung Sarah dan membuka pengait bra nya, dan
terlihatlah buah dadanya yang telanjang dengan putting susu merah muda.
Kedua tanganku pun meraih kedua putting susu itu dan membelainya dengan
lembut.
“Aaaahh.. riki…. You’re a smooth operator, you know…. Mmmhhh……
mmmh….” Sarah meracau menahan nikmat. Aku kemudian mengulum dengan
lembut putting susu sebelah kanan sambil tangan kananku membelai-belai
putting susu sebelah kiri.
“Hmmmgghhh… rikiiiii…. Aaaahh… slow dwon pleasee… aaahhh….. you’re so
fucking good, you lucky bastard…. Aaaahhhh… aaahhh…..” racau Sarah
sewaktu kedua puting susunya kupermainkan.
“Riki… don’t move ok!” pinta Sarah tiba-tiba. Kemudian dia menarik
kedua tanganku ke atas, dan mengikatnya dengan bra merah itu ke ujung
kursi, sehingga posisi tanganku terikat ke atas belakang. Ah, dia ingin
mengikatku sambil berhubungan intim rupanya.
“Ok Riki… now I need you to answer this, if you could answer it, then
my cunt will eat your dick till you’re blown up. If you fail, then I‘ll
leave you like this all night!” ucap Sarah. Aku masih tak mengerti apa
maksudnya.
“Riki… my birth year times your birth month equals to?” tanya Sarah kepadaku.
“Whaaattt??? How could I know your birth year?” teriakku setengah
tidak percaya ke Sarah. Lagian dengan keadaan yang terangsang begini,
bagaimana aku bisa mengitung angka-angka itu?
“Wrong answer dear… wrong answer… “ ucap Sarah kecewa.
“OK Sarah.. ok… but, at least give me a clue” pintaku.
“Hahaha… OK Riki… It is the first year for Ronald Reagan serving as
US president” ucap Sarah sambil mengedipkan mata, sementara bibir
kemaluannya digesek-gesekan ke batang penisku. Astaga, aku sama sekali
tak bisa berpikir, bahkan tak tahu tahun berapa Ronal Reagan mulai
menjabat menjadi presiden Amerika. Aku hanya bisa mengira-ngira berapa
tahun lahir Sarah, sementara bulan lahirku adalah bulan juli, sehingga
tahun itu harus dikali tujuh. Sialaaaan, pikirku, bagaimana bisa
berpikir kalau didepanku menggantung buah dada yang indah dan batang
penisku dibelai-belai oleh bibir kemaluan wanita secantik ini.
“13805” ucapku dengan asal. Sarah sedikit mengernyitkan dahinya.
“Waitress… come here please, and bring me the calculator I ordered
before!” tiba-tiba Sarah berteriak. Dari pojok kolam renang, muncul
seorang waitress yang datang membawa baki. Di atas baki itu adalah
kalkulator yang dipesan Sarah. Dia mengambilnya, dan kemudian mulai
memencet tombol di kalkulator itu. Aku merasa sangat malu di depan
waitress itu, tetapi dia diam dan tenang saja melihat posisi kami yang
sangat menggairahkan.
“You stupid Riki. Did you mean 13825? I know your birth month is
July, and you guessed that my birth year is 1975. I’m not that old, you
know!”
(suara tamparan) “Plak!!!”
Sarah menamparku dengan keras. Dia sangat tersinggung aku menebak
usia yang lebih tua dari seharusnya. Aku coba berkonsentrasi dan mulai
mengingat-ingat tentang Ronald Reagan. Aku lupa apakah tahun 1980 atau
tahun 1981.
“13847” jawabku. Sarah kemudian mengutak-atik lagi kalkulatornya.
“Woww… close enough, but still not the right answer, you know!” jawab Sarah.
(suara tamparan) “Plak!!!”
Sarah menamparku lagi dengan keras. Hmm.. ternyata jawabanku hampir
benar, jadi tebakanku tentang tahun lahirnya pasti benar, yaitu 1981,
akan tetapi perhitungannya masih salah. Aku coba berkonsentrasi lagi
untuk menghitung, sementara Sarah masih menggesek-gesekkan bibir
kemaluannya ke batang penisku.
“Come on darling…. I know you’re smart boy.“ goda Sarah.
“13867” jawabku. Sarah menghentikan gesekkannya, dan mulai menghitung lagi dengan kalkulator.
“Oh woww. Dear… your brain is a fucking great machine! You’re right,
my boy.” Ucap Sarah sambil memberikan kalkulator itu kembali ke
waitress, yang sesaat kemudian menghilang lagi.
“Now riki…. Take this!” perlahan-lahan Sarah menurunkan pinggulnya,
dan liang kemaluannya menelan habis batang penisku. Batang penisku
serasa dipijat dengan lembut.
“Aaaaaahhhh… rikiii…. Hmmm… hhmmm…. Yesss rikiii…. Fuck me ki… fuck
meeeee….” Racau Sarah sambil menaikan ritme gerakan naik turunnya. Aku
benar-benar mengalami sensasi luar biasa, dengan masih berpakaian
lengkap, tetapi kami bisa berhubungan intim, dan tanganku terikat oleh
bra!
“Riki… aaah aaah aaaah ahhhhhhhhh….. “ Sarah terus meracau, sementara
bunyi slep slep slep semakin terdengar dari peraduan batang penisku dan
liang kemaluannya. Makin lama aku makin tak tahan dengan desakan
orgasme yang akan kucapai, sementara Sarah sudah semakin liar
gerakannya.
“Excuse me, Ma’am. Do you have anything more to order, since now is
the time for last order. “ ucap seorang waitress yang entah datang
darimana tiba-tiba menanyakan ke Sarah.
“Now bitch… aaaahhh aaahhh… don’t you aaah… don’t you know I’m busy
right now!” Sarah membalas dengan ketus sambil terengah engah.
“Alright then, this is your bill Ma’am” balas waitress itu.
“Could you please take that bag to me?” jawab Sarah sambil
terengah-engah. Waitress itu menagmbil tas kecil merk Longchamp mirik
Sarah yang berada di atas meja makan, dan mengulurkannya ke Sarah.
Sambil menggerak-gerakkan pinggulnya ke atas dan kebawah, dia
mencari-cari sesuatu di dalam tasnya.
“Alright bitch… this is aaaahhh… this is my MasterCard. Aaaaahhh”
Sarah mengulurkan kartu kreditnya ke waitress itu yang langsung
mengambilnya dan menggesekkanya ke alat yang dia bawa, kemudian
tercetaklah secarik kertas kecil.
“Please sign this, ma’am” pinta waitress itu ke Sarah untuk
menandatangani nota pembayaran. Sarah kemudian mengambil ballpoint yang
diulurkan juga oleh waitress itu, kemudian meletakkan nota itu di
dadaku, dan menandatanganinya, lalu menciumnya dalam-dalam sehingga
lipsticknya membekas ke nota pembayaran itu.
“There you go, bitch… aaahhhh… aaahhh.. aahhh …mmmmhh” ucap Sarah kepada waitress itu, yang kemudian menghilang lagi.
“rikiii… finally we’re alone…. Fuck me hard cowboyyy….. aaahhhh ….
Yesss.. yesss… yesss … like that riki…. Oooooohhhhmyyyy…… hmm hmmm hmm…”
racau Sarah dengan liarnya. Aku semakin tak kuasa menahan orgasme.
Ritme Sarah semakin kencang. Tangannya kini berpegang erat ke pundakku,
dan semakin erat cengkeramannya. Nafas kami semakin memburu seiring
orgasme yang terus mengejar.
“Oooohhh.. rikiiiii….. fuuuckkkkkk… oohhh….. aaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhh…
I’m cummmiiiinnnnnnnnnggg…aaaah aaahhh aaahhh aaahhhhh…….hmmmmmhhhh…”
badan Sarah menggelinjang hebat, kemudian bersandar lemas di atas
dadaku, sementara cairan orgasmeku memenuhi liang kemaluan yang becampur
dengan cairan ejakulasinya. Kedutan dari liang kemaluannya masih terasa
di batang penisku. Nafasku tersengal-sengal puas, sementara Sarah
memejamkan matanya sambil mengatur nafas yang berangsur-angsur berkurang
ritmenya.
“Oh my god riki…. You’re great riki…. “ ucap Sarah dengan perlahan.
Home
Cerita Eksibisionis
Penulis Lain
Vira Chang
Cerita Eksibisionis Vira Chang : THE OFFICE – Chapter 5: The Shanghai Meeting – The Mathematic Lady
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar