Nafsu Birahi Citra part 8 | Kegalauan Citra
“Kok Nasi gorengnya nggak dimakan Mbak…? Aku habisin yaa…Mubazir loh… Hehehe…”
Sambil tersenyum, Citra hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya
melihat tingkah laku Seto. Lelaki yang akhir-akhir ini begitu menyita
waktu dan ruang di hatinya. Suami Anissa itu terlihat begitu lucu,
menyenangkan dan enak diajak menghabiskan waktu.
Jarum jam di pergelangan tangan Citra sudah menunjukkan pukul 21.30, itu
artinya malam sudah semakin larut. Mendadak, senyum diwajahnya
menghilang, tergantikan dengan kerutan tipis didahinya.
Citra sadar jika sebentar lagi, mereka harus mengakhiri pertemuan ini.
Pertemuan sepulang kerja yang setidaknya sudah berjalan sekitar dua
minggu. Pertemuan sayang sepasang lelaki dan perempuan yang
masing-masing dari mereka sudah memiliki keluarga.
Sekilas, Citra melirik layar di handphonenya. Sama sekali tak ada kabar
dari Marwan, yang ada justru SMS mesum dari Pak Darjo, si pemilik rumah
kontrakan.
“Hallooo Mbak Citra cantik…. Sedang apa …?”
“Mbak Citra, kebetulan aku lewat depan rumahmu… Aku mampir yaaa…?”
“Mbak… Rumahnya kok kosong…? Kata ibu sebelah, suamimu sedang keluar kota ya…? Padahal aku sedang ada perlu ama Mas Marwan…”
“Mbak Cantik… kok SMSku nggak dibales….?”
“Mbak Sayang… Berhubung suamimu nggak dirumah, ntar malem aku temenin yaaa.. Pasti kamu kesepian…”
“Mbaaaakkkk….Kamu pulang jam berapa…?”
Walau Pak Darjo berulang kali mengirimkan SMS, Citra sama sekali tak menghiraukannya. Pikirannya kalut.
“Sialan…Tahu jika dirumah tak ada Mas Marwan…. Pak Darjo pasti ingin
meminta jatah tutup mulutnya…” Batin Citra. “Lelaki gendut itu pasti
ingin meniduriku…” Mendadak ada sebuah ketakutan dihati Citra. .
“Kenapa mbak….? Kok mukanya pucet gitu…?” Tanya Seto lirih.
“Eee… Nggak ada apa-apa kok Set….” Jawab Citra sambil buru-buru mematikan handphonenya lalu memasukkannya ke dalam tas.
“Bener nggak ada apa-apa…?”
Diam, Citra menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Aku malas pulang Set…” Kata Citra pelan.
“Loh kok….? Ntar dicariin suamimu loh…”
Citra diam lagi, menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya pelan.
“Mas Marwan malam ini nggak pulang….” Jelas Citra, “ Malam besok juga…
Dan malam besoknya lagi.. Malam besoknya lagi… Dia kira-kira semingguan
dikota….”
“Oooowww…” Ucap Seto sambil menenggak es teh disampingnya, “GLEG GLEG GLEG…”
“Set...”
“Iya mbak..”
“Kalo kita nggak usah pulang gimana?” Tanya Citra, “ Kamu mau nemenin aku nggak...?”
“Maksud Mbak nginep...?” Tanya Seto balik.
Citra tak menjawab, hanya mengangguk pelan. Berharap Seto menyetujui idenya.
“Beneran kamu mau nginep…?”“
Lagi- lagi Citra menganggukkan kepalanya.
“Hmmm... Aku sih bisa saja mbak... Kebetulan Anissa juga masih mudik kekampungnya… Jadi aku bebas malam ini...”
“Waahhh... Cocok donk....” Ucap Citra, “Jadi bisa dong kamu nemeni aku…?”
“Hehehe… Buat bidadari kaya kamu mah… Apa sih yang nggak…?”
“Hihihi… Gombal….” Canda Citra, “ Tapi....Tapi.... Aku nggak tahu harus nginep dimana Set... Aku khan belum pernah minggat....”
“Hehehe... Tenang saja mbak... Kalo urusan nginep, serahkan saja padaku mbak... Aku kenal banyak manager hotel....”
“Hihihihi... Iya percaya.... Secara cowok playboy kaya kamu nggak
mungkin nggak punya banyak kenalan orang hotel..” Celetuk Citra.
“Hahahaha.... Ketahuan deh....”
“Dasar cabul... Tapi Set... Aku nggak mau kalo kita nginep dihotel...
Aku takut... Akhir-akhir ini khan banyak penggerebekan....”
“ Trus gimana mbak...?” Tanya Seto bingung.
“Aku juga nggak ngerti.... Terserah kamu ajalah Set... Aku mah nurut saja...”
“ Hmmmm.... “
Sejenak, Seto terdiam. Matanya berputar-putar menatap plafon. Berusaha
mengingat-ingat tempat yang paling pas untuk mereka singgahi malam ini.
“Tapi Set… Kalo kamu nggak punya kenalan tempat, gapapadeh... Kita pulang aja...” ucap Citra dengan nada sedikit putus asa.
“Ada sih Mbak…. Cuman lokasinya agak jauh...”
“Nggak apa-apa Set… Yang penting malam ini aku pengen seneng-seneng dulu… Hihihi…”
“Kamu kenapa sih mbak…? Kok tumben ngajak nginep-nginep gini…?”
“Hihihi… Aku lagi males pulang aja sih, sepi dirumah sendirian… Lagian,
khan aku pengen makin deket ama kamu Setooo….” Goda Citra.
“Hahahahaha… Dasar Mbakku yang geniitt… Pinter banget dah ah ngegombalnya…”
“Yowes yuukkk… ”
Dengan hanya berbekal baju yang melekat ditubuhnya, mereka berdua nekat
memutuskan untuk menghabiskan malam itu bersama. Dengan motor bebeknya
Seto langsung memutar gas, mengajak istri Marwan itu melesat jauh
menembus gelapnya malam. Sambil memeluk tubuh Seto kencang-kencang,
Citra menempelkan payudaranya. Sengaja guna membuat kehangatan diantara
mereka berdua semakin erat .
“Tempatnya masih jauh Set...?” Tanya Citra tak sabaran, “Udah mulai gerimis nih…”
“Sebentar lagi kok mbak....” Ucap Seto yang terus menerus menggeber
motor bebeknya, naik ke jalanan pegunungan yang berliku-liku, “Beberapa
tanjakan lagi kita bisa sampai di tujuan…”
Dan benar saja, setelah melewati beberapa tikungan dan tanjakan,
akhirnya mereka berdua tiba di tujuan. Sebuah rumah mungil dua lantai
yang berada di lereng bukit. Lantai dasar digunakan sebagai tempat rumah
makan, dan lantai atasnya digunakan sebagai tempat tinggal.
“Kita udah sampai mbak… Yuk masuk…“ Kata Seto sambil mengamit tangan Citra, “Sebelum gerimisnya makin deras…”
“Hoi Woto...” Teriak Seto memanggil seorang lelaki kurus berambut
gondrong, yang sedang mengipasi puluhan sate yang ada dihadapannya.
“Hoooiii Setooo....”. Balas lelaki itu. Buru-buru, ia mempercepat
kipasan tangannya, “Masuk aja dulu... Aku masih melayani pembeli....”
Ucapnya ramah sambil mempersilakan Citra dan Seto masuk ke dalam
rumahnya.
Seolah menyambut kedatangan mereka, kebulan asap putih langsung mengepul
pekat dari tempat pemanggangan, disertai oleh aroma harum kecap manis
dan daging yang terbakar. Sedap. Cuaca dingin hawa pegunungan, ditambah
beberapa tusuk sate hangat, memang selalu mampu menggugah selera siapa
saja yang menciumnya. Tak heran, di malam yang semakin larut ini, masih
banyak saja orang yang mengantri di rumah makan itu.
Begitu ia selesai, Seto buru-buru memperkenalkan Citra kepada Woto,”
Woto.. kenalin.. Ini mbak Citra, saudara jauhku dari kota sebelah....”
“Citra...” sambut Citra sambil tersenyum ramah.
“Prawoto...” Jawab teman Seto itu tak kalah ramahnya, “Tumben nih sodara jauh maen sampe kesini-sini… Ada angin apa Set…?”
“Gini Wot… Ceritanya… Mbak Citra ini pengen maen kekotaku… Naaah…
Berhubung perjalanan ke kota masih cukup jauh, dan diluar hujan mulai
turun, aku pinjem kamarmu buat bermalam yak…”
“Owalaaaaaahhh… Iya iya… Sok aja sanah…
“Hehehehe... Berhubung kalian sudah saling kenal, aku tinggal naek keatas dulu ya... Mau nyiapin kamar tidur buatmu mbak...”
Sambil terus bersalaman, Prawoto tak henti-hentinya tersenyum kearah Citra.
“Kenapa mas...?” tanya Citra yang merasa risih dengan tatapan mata Prawoto.
“Eh... Anu... Enggak ada apa-apa kok mbak... Aku nggak pernah mengira
aja kalo si Seto punya saudara secantik mbak... “ Jawab Prawoto, “Mbak
apanya Seto…? Kok aku nggak pernah dikenalin yaa…?” Tanyanya lagi sambil
terus menggenggam tangan mulus Citra.
“Anu… Aku Sodara dari kakek buyutnya Seto…” Jawab Citra berusaha berimprovisasi.
“Pantesan… Beda banget ama anak setan satu itu…” Canda Prawoto
“Beda ya… Hihihi… “
“Iya. Jauh banget bedanya…. Yang sono busuk, yang ini cantik
banget….Mana semookkk pula… hahahaha…” Puji lelaki kurus itu sambil
melirik kearah payudara Citra.
“Hoi hoi hoi...Sudah ah rayu merayunya... Ntar malah lo jadi lengket ama mbakku...”
“Emang aku prangko... Bukan khan Mbak...? Hehehehe...” Canda Prawoto garing sambil melepas jabatan genggaman tangannya.
“Mbaaak... Ayo Siniii.... “ Ajak Seto dari ujung anak tangga.
“Permisi dulu ya Tooo....” Kata Citra sopan, “Aku mau keatas dulu...”
Dengan langkah ringan, Citra segera menaiki tangga vertikal itu dengan
santai, meninggalkan Prawoto yang di belakang. Prawoto yang masih
terlena karena keseksian saudara Seto itu, hanya bisa menatap iri kearah
pantat Citra yang bergerak naik turun seiring langkah kakinya ketika
menaiki anak tangga.
“Bulet bener tuh pantat...” Batin Prawoto, “Beruntung banget tuh monyet...”
“Bang...Hoi bang… Pesen sate kambingnya bang.... 30 tusuk...” Ujar seorang lelaki tua, membuyarkan lamunannya.
“Eh iya pak.. Tunggu sebentar...” Jawab Prawoto sambil bergegas melayani pesanan lelaki tua itu.
***
“Romantis banget Set...” jawab Citra singkat setelah mengetahui
keindahan pemandangan dari atas balkon. “Bener kata kamu…Romantis…”
Karena balkon rumah Prawoto berada diatas jurang yang menghadap
kota,membuat kerlap-kerlip lampu kota dibawahnya terlihat bak
bintang-bintang yang gemerlapan. Ditambah derasnya curahan hujan dari
langit, membuat suasana menjadi dingi-dingin sejuk. Sambil terus
berpegangan pada pagar kayu, Citra benar-benar mencoba menikmati
pemandangan dari atas balkon rumah Prawoto.
“Bagus khan mbak..?” Tanya Seto mendekat. Dipeluknya tubuh Citra dari belakang, sambil menciumi tengkuk leher Citra.
Citrapun otomatis merinding. Segera saja ia membalikkan badan lalu Citra
mencium bibir Seto, melumatnya habis tanpa mengeluarkan sepatah
katapun.
Dalam sekejap, kedua insan yang sedang dilanda nafsu birahi itupun
segera larut dalam percintaannya. Saling cium, saling hisap, dan saling
gigit. Ditengah hujan yang semakin deras, mereka seolah tak peduli
dengan hembusan-hembusan air yang menerpa tubuh. Membuat keduanya
menjadi basah.
“Aku sayang kamu mbak…” ucap Seto ditengah-tengah jilatan lidahnya kedalam mulut Citra.
“Ehh… Aku juga Set…” Jawab Citra singkat.
Dengan menggendong Citra, Seto mengajak masuk Citra menuju kamar tidur
yang baru saja ia siapkan. . Lantai kayunya berderik setiap kali mereka
berjalan. Lalu tanpa menunggu waktu lama, mereka berdua pun segera
melucuti pakaiannya masing-masing. Hingga tak sehelai benangpun yang
menempel di tubuh mereka. Bugil.
Sejenak, mereka berdua saling bertatapan. Saling mengagumi keindahan tubuh lawan jenisnya.
“Akhirnya Mbak …. Aku bisa melihat dengan jelas…Tetekmu yang mempesona itu…” Bisik Seto.
“Nikmatin aja Set… malam ini aku milikmu…”
Segera saja, Seto merebahkan tubuh ramping Citra itu keatas kasur tipis
yang ada di sudut kamar. Lalu ia kembali merangsek kebagian bawah tubuh
Citra, menjilati vagina basahnya dengan buas sembari tak henti-hentinya
meremas payudara wanita cantik itu. Sesekali jari-jari kasar Seto
menyentil-sentil puting payudara Citra yang sudah mengeras hingga Citra
melenguh-lenguh keenakan .
“Ssssh…. Enak banget Seeettt….” Desah Citra
Berulangkali, Seto menyelipkan lidah basahnya ke vagina Citra,
bergantian dengan jemarinya. Ia mengorek semua cairan birahi vagina
gundul itu keluar dari celah kenikmatannya, lalu menyeruputnya
dalam-dalam hingga habis.
“Ooohhh... Set.... Aku udah nggak tahan...” Desah Citra keenakan, “Ayo cepet.. Masukan kontolmu sayang...”
“Udah siap Mbak ...?”
Tanpa menjawab, Citra hanya melebarkan pahanya, membentangkannya sejauh
mungkin. Memamerkan celah sempit yang berwarna merah muda.
Dari posisinya tiduran, Citra dapat melihat Seto yang sedang jongkok
diantara selangkangannya. Penis raksasanya terlihat begitu jelas,
berdiri tegang dengan gagahnya, siap menjebol semua pertahanan vagina
sempitnya.
“Ayo Set... Puaskan aku... “ Pinta Citra manja.
Melihat Seto yang masih terpana karena menikmati keindahan tubuh indah
yang ada di depan selangkangannya, Citra pun segera berinisiatif. Ia
segera menangkap batang penis Seto. Dan begitu ia menggenggamnya,
tangannya gemetar. Seketika itu, Citra sadar jika batang penis lelaki
yang siap menjebol gerbang vaginanya itu begitu besar.
Namun, walaupun ia bakal merasakan sakit, ia menginginkan penis seto
untuk masuk kedalam tubuhnya lagi. perlahan, ia mulai meremas daging
gemuk itu sembari mengocoknya perlahan.
“Kontol ini pasti akan berasa begitu enak ketika sudah masuk kedalam
vaginaku…” Ucap Citra lirih sambil menatap mata Seto dalam-dalam. “Ayo
sayang….Majukan pinggulmu, kontolin aku ….”
Mendengar ucapan Citra itu. Seto lalu mendorong sekeras yang dia bisa.
Mendorong masuk batang penisnya dalam-dalam, memasuki tubuh Citra.
Karena kerasnya hentakan pinggul Seto, Citra harus menggigit bibir
bawahnya saat batang besar milik suami Anissa itu merangsek masuk ke
dalam tubuhnya dengan cepat dan kasar.
CLEP...
Kepala penis Seto menyeruak masuk.
“Oooooouhhh...” Rasa pedih itu itu langsung kembali. Tepat ketika baru
kepala penis Seto mulai menyeruak masuk kedalam lubang kenikmatannya,
“Tahan Set... Biarkan memekku beradaptasi dulu...”
CLEP...
Dorong Seto lagi dengan keras dan tajam.
Merasakan kuatnya tekanan batang penis selingkuhannya, Citra ingin
teriak sekeras mungkin karena rasa sakit dan nikmat yang ia rasakan
secara bersamaan. Bibir vaginanya terisi dan terkuak begitu lebar dengan
sangat cepat.
“Penuh sekali saying….” Erang Citra.
Walaupun vagina Citra beberapa waktu lalu baru saja disodok-sodok oleh
penis besar Seto, tetap saja, penis Seto itu masih terasa begitu
menyiksa. Karena besarnya hampir sebesar botol minuman air mineral,
begitu tebal dan panjang.
“Oh… Sakit Seeet... tapi enak sekaliiii...” jerit Citra. Sambil terus
menahan sakit. Wanita cantik itu berusaha merasakan kenikmatan bercinta
dengan pria berpenis besar itu.
“Rasanya benar-benar berbeda...” ucap Citra dalam hati, wanita cantik
itu merasakan jika seluruh lorong dan dinding vaginanya begitu penuh.
“Bentar Set... Jangan digerakkin dulu ya... “ucap Citra sambil mengatur
nafasnya. Dan begitu ia telah merasa siap, “Ayo sayang... Gerakin
pelan-pelan...”
Dengan posisi misionaris, Citra kembali melakukan persetubuhan telarangnya dengan suami tetangganya itu.
“Uuuuhhh... Sesak sekali memek aku....” desah Citra sambil meremasi sprei, menahan rasa sakit, “Tapi enaaakkk....”
Besarnya penis Seto membuat vagina Citra seperti vagina anak kecil,
kulit labianya terdorong masuk dan tertarik keluar setiap kali penis
Seto bergerak. Benar-benar penuh. Sambil terus mengecupi payudara Citra
secara bergantian, Seto tak henti-hentinya mempercepat gerakan
pinggulnya. Menyodok-nyodok setiap sudut vagina dan liang rahim istri
tetangganya itu. Membuat istri Marwan itu benar-benar kelojotan karena
merasakan nikmat yang amat sangat.
“Gimana mbak…? Kamu suka rasa kontolku dalam memekmu…?“ Tanya Seto sembari tangannya membelai payudara Citra.
Vagina Citra mencengkeram batang penis Seto dengan sangat kuat.
“Ooooooh… Enak banget Seet…” Jerit Citra keras, seiring seiring sodokan
batang penis Seto yang menyodok vaginanya keluar masuk dengan cepat.
“Enak banget Seeeeetoooohhh…. Teruuuusss… Entotin akuuuu….” Jerit Citra
lagi, seolah tak memperdulikan lagi ia sedang berada dimana.
Kenikmatan yang Citra peroleh dari persetubuhan gelap itu mengoyak semua
perasaannya. Seketika. tak ada lagi rasa takut, resah, atau pun malu
jika ada orang yang melihatnya menggeliat-geliat keenakan menerima
sodokan dan tusukan penis lelaki lain. Masa bodoh itu semua. Biar saja
semua orang tahu semua kenakalannya.
Mulutnya menganga, matanya merem melek merasakan persetubuhan nikmat
itu. Suara rintihan serta erangannya membahana di seluruh penjuru rumah
Prawoto.
“Suka mbak…?” Geram Seto.
“Iyaaahh… Suka bangeeett…. Uh uh uhhh….” Erang Citra
“Mau terus…?” Tanya Seto.
“Teeerruuussss… Ooouughhh…. Uh uh uh…” Rintih citra.
Kenikmatan yang Citra rasakan membuat punggungnya meregang kencang,
melengkung-lengkung keatas, memudahkan sodokan penis Seto dalam
vaginanya yang sudah sangat kuyup. Tangannya mencengkeram sprei erat-
erat menahan supaya tubuh mungilnya tak terguncang hebat oleh sodokan
pinggl Seto yang penuh hasrat.
Payudara Citra yang besar terayun naik turun, terguncang begitu hebat
hingga menampar-nampar dagu mungilnya. Nikmat persetubuhan yang
benar-benar terasa enak. Belum pernah Citra merasakan kenikmatan
bercinta yang seperti ini dalam hidupnya. Vaginanya terisi dan terentang
begitu lebar di luar nalar pikirannya.
Melihat Citra yang merasakan keenakan, membuat tusukan penis Seto semakin dalam.
“Goyanganmu benar-benar erotis mbak… Kamu jago banget ngentotnya…” Ucap Seto lirih sambil menjilati mulut Citra.
“Eeehmmm…. Diam Seet…Diam dan terus entotin memekku dengan kontol
besarmu… Entoott… “ Desah citra dengan ekspresi wajah yang sepenuhnya
berselimutkan nafsu. “Sodok yang kenceng sayaaang… Entotin memekku
keras-keras… ”
Tak henti-hentinya Citra meracau dan menjerit. Mengagumi kehebatan suami
tetangganya itu dalam bercinta dan memohonnya agar tak berhenti
menyetubuhinya
Mendengar kalimat-kalimat nakal Citra, membuat Seto menghujamkan batang
penisnya ke dalam tubuh Citra keras-keras, hingga pada akhirnya tubuh
istri Marwan itu menegang kaku dan berteriak lantang penuh kenikmatan
“Setoo.....Sepertinya aku mau keluar Seeett... aku sudah tak tahan...
Pengen keluar...” Ucap Citra sambil memeluk pantat Seto yang sedang
dalam gerakan memompa, menuntun supaya bergerak lebih cepat lagi.
“Kita keluar bareng ya mbak... Aku juga sudah nggak tahan....” Erang Seto.
“Iya sayang... Yuuukk... Aku udah bener-bener nggak tahan lagi.....”
Jerit Citra sabil mulai kelojotan, “Aku... Aku tidak tahan lagi…
Aaaa..Aahh… Aaaahh.. Aku keluar sayang... AKU KELUAARRR...NGENTOT KAMU
SEETT..... “ Jerit Citra yang seolah lupa jika ia sedang berada di rumah
orang lain. “ENAK BANGET SAYAAANG..... TERUS.. TERUUUSSS... GENJOT
KONTOLMU SAYAAANNGGG....AAAAARRRRRGGGGHHHH...........”
Seketika itu, tubuh mungil Citra menggigil hebat tertusuk-tusuk batang
penis Seto yang terkubur dalam-dalam divaginanya, merasakan klimaks
terbesar yang pernah dia rasakan sepanjang umurnya. Kenikmatan yang tak
pernah ia dapatkan dari banyak lelaki sebelum Seto.
CRET CRET CREETT...
Sambil mencengkeram punggung Seto keras-keras, tubuh Citra bergetar
hebat. Kelojotan seperti orang yang tersengat arus listrik, ia
menggelepar-gelepar dalam gelijang kenikmatan.
Bersamaan dengan itu, Seto pun menghujamkan batang penisnya dalam-dalam,
mengobrak-abrik vagina mungil Citra hingga berbusa. Dan akhirnya,
“MBAAAAKK....AKU JUGA KELUAAAR MBAK....”
CROOT CROOOT CROOOTT...
Keduanya insan yang sedang dilanda kepuasan birahi itupun menjerit,
saling cium dan mengerang secara bersamaan. Bersama-sama, tubuh mereka
menggelepar-gelepar, mengejang tanpa henti hingga akhirnya, terkapar
kelelahan. Tubuh Seto ambruk, menimpa tubuh Citra. Sama-sama puas.
Cairan hangat seketika itu muncrat dari dalam vagina Citra, menghantarkan lendir-lendir licin yang langsung melumuri penis Seto.
“Oohh Setooo... Rasanya kontolmu benar-benar enak.... Luar biasa
enak...” Puji Citra sambil menciumi pipi dan bibir selingkuhannya.
“Iya mbak... Sama.... Memekmu juga terasa wuueenak sekali... “ Balas Seto sambil mengecupi wajah wanita idamannya itu.
“Tahu nggak Set...?”
“Kenapa mbak...?”
“Sekarang kita resmi berselingkuh... Hihihi....”
“Hehehe... Citra Agustina....Istri nakalku...”
Dengan senyum mengembang, Citra meminta Seto terus mendekap dirinya.
Dengan posisi masih telentang di bawah, Citra mengaitkan kakinya di
pinggang Seto, berusaha menikmati setiap kedut otot vaginanya dengan
penis Seto yang masih erat tertancap.
“Aku pengen lagi Set... Beri aku kenikmatan lagi... Entot aku lagi...” Pinta Citra lirih.
“Pasti mbak... Tak akan kusia-siakan tubuh indahmu malam ini...”
“Iiihhh... Kok cuman malam ini aja siiiihhh... “ Ucap Citra manja, “... Aku mau kamu entotin aku setiap malam...”.
“Lhooo.....??? Kalo ada Mas Marwan gimana....?”
“Bodo... Aku nggak mau tau... Pokoknya kamu harus ngentotin aku teruuss....”
“Hmmm... Harus apa mbak....?” Tanya Seto dengan nada menggoda.
“Harus ngentotin aku terus...” Ulang Citra dengan nada genit, “NGENTOTIN MEMEK AKU… KONTOLIN AKU… PEJUHIN AKU TERUS...”
“Hehehehe... Kok sekarang kamu nakal banget sih mbak.... Benar benar istri yang nakal....”
Malam semakin larut, dan suasana semakin dingin. Namun, walaupun begitu
Citra dan Seto sama sekali tak merasakan hal itu. Mereka terus bercinta
sepanjang malam. Ronde demi ronde mereka lalui dengan nikmat.
Benar benar buas. Malam yang buas..
***
Bersambung,
by :
Tolrat
Home
Cerita Eksibisionis
Citra
Penulis Lain
Cerita Eksibisionis Citra : Nafsu Birahi Citra part 8 | Kegalauan Citra
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar