Nafsu Birahi Citra part 12 | Permainan di Kolam Nikmat
"Apanya yang rasanya kaya disurga Pak...?" Kata Pak Usep yang tiba-tiba
sudah muncul dari balik batu besar disamping kolam pemandian Citra dan
Prawoto. Diikuti oleh ketiga ajudannya. Diki, Projo dan Kirun.
"Eh... Anu pak.... Itu..." Ujar Pak Yusup gagap, seperti melihat hantu.
"Air kolamnya pak, rasa hangatnya enak.... Seperti di Surga...." Sahut Pak Panjul yang ikut-ikutan gagap.
Mendengar suara Pak Usep, buru-buru kedua lelaki paruh baya itu menarik
mundur tubuhnya, melepaskan diri dan penisnya dari genggaman tangan
Citra lalu cepat-cepat buru membenamkan dirinya kedalam air kolam.
Begitupun Citra, wanita cantik yang wajah dan rambutnya masih belepotan
sperma Pak Panjul dan Pak Yusup segera ikut membenamkan diri dan sedikit
menjauh ketengah kolam. Sambil membelakangi Prawoto, Citra berusaha
membasuh dan membersihkan tubuh sekenanya.
"Oooowww.. Ternyata ada Pak Panjul dan Pak Yusup... " Tanya Pak Usep
begitu tiba dikolam tempat Citra dan Prawoto merendam diri. " Tumben
Pak... Jam segini masih berendam dikolam...?"
"Hehehe... Anu pak... Habis ngobrol dengan Woto..." Jawab Pak Panjul sekenanya
"Eh iya ada Prawoto juga toh... " Sapa Pak Usep yang menyadari jika dikolam itu ada orang lain juga,
Tiba-tiba, mulut Pak Usep seolah tercekat ketika melihat sosok cantik yang berada tak jauh dari Prawoto.
"Siapa itu Wot...? Kata Pak Usep yang tiba-tiba berjongkok dan berbisik
ke dekat Prawoto. "Tadi sepertinya dia datang bareng kamu ya...?"
"Eeehmmm itu... " Jawab Prawoto kebingungan, "Itu anu Pak.... Itu
mbakku... Iya... Mbakku... Dia baru datang dari kota semalam...." jawab
Prawoto.
"Mbakmu...?" Tanya Pak Usep tak percaya. "Emang kamu punya mbak...?"
"Punya pak... Lhaitu opo coba...? Dia saudara jauhku..." Jawab Prawoto lagi
"Kok kayaknya cantik bener Wot mbakmu... " Kata Pak Usep sambil mengusap-usap janggut tipisnya.
"Iya Pak.. Cantik bangetlah... Wong saudaranya juga ganteng gini.... Hahaha..."
"Ganteng opone...? Wong kurus item gitu kok dikata ganteng...? Hakhakhak..." Celetuk Pak Usep sambil tertawa keras.
"Eh kampret... Aku dikata-katain...." Celetuk Prawoto.
"Eh iya pak.. Saya pamit dulu ya... Udah siang.. Mau angon ternak
dulu...." Potong Pak Yusup pada Pak Usep tiba-tiba, "Wot aku duluan
ya... Khawatir si Bendot, Surpin dan si Markun kelaperan...." Tambah
lelaki tua itu sambil buru-buru keluar dari kolam air panas.
"Saya juga pak... Pamit duluan.. Baru inget kalo masih ada pasien yang
mau urut.... " Sambung pak Panjul yang juga buru-buru keluar keluar
kolam dan beranjak menjauh menyusul Pak Yusup.
"Buru-buru amat pak mandinya... Disini ada cewe loh... Yakin mau ditinggalin....?"
"Nggak apa-apa pak.... Buat bapak aja deh..." Jawab Pak Panjul singkat.
"Hakhakhak... Ya weslah sana kerja.... Cari duit yang banyak supaya bisa
makan... Hakhakhak.." Tawa Pak Usep melihat tingkah penduduk desanya
begitu kikuk.
"Dasar penduduk bermasa depan suram...." Ucap Pak Usep sambil
menggeleng-gelengkan kepala yang kemudian melirik kearah Prawoto, "Heh
Woto...Buruan gih... Panggil mbakmu kesini... Aku pengen kenalan..."
Melihat gelagat Pak Usep, Prawoto tahu jika lelaki tua itu terlihat
tertarik dengan Citra.. Pak Usep berusia sekitar 62 tahun. Tubuhnya
tinggi kurus dengan postur agak bungkuk. Rambutnya yang panjang mulai
beruban disana-sini, membuat dirinya terlihat jauh lebih tua. Sudah
menjadi rahasia umum, jika Kepala Desa satu itu adalah kolektor istri.
"Si Tukang Kawin". Istrinya banyak, dan jumlah anaknya juga sudah
belasan.
"Mbaaakk... Sini doonk.." Dengan malas-malasan, Prawoto memanggil Citra.
Mendengar panggilan Prawoto, Citra yang masih sibuk membasuh dirinya, mau tak mau menengok dan melihat kearah Prawoto.
"Ehh Busyeeet. Wooot... Ayuneeee..." Bisik Pak Kades begitu melihat Citra dengan jelas. "Mirip Bidadari..."
"Ada apa Bang...?" Tanya Citra sambil membalikkan badan
"Wuih Wot... Badannya putih bener...." Bisik Pak Usep lagi, "Cepetan suruh kesini...."
"Weleh-weleh... Ngebet amat pak...?" Balas Prawoto, "Emang lima istri
masih kurang ya...?" Tambahnya lagi sambil berucap dengan nada lebih
keras.
"Huuussshh.... Ngawur aja... Nggaklah.... Cuman mau bagi-bagi tugas buat ngurusin selangkanganku aja... Hakhakhak..."
"Huuu... Kaya selangkangannya kuat aja pak... " celetuk Prawoto.
"Ya kuatlah.... Kalo lima orang aja mah masih Dikit Wot... Malah kalo
bisa, semua wanita yang ada di desa ini aku kawinin semua. Hakhakhak..."
"Wooo.... Kades Gemblung..."
"Gemblung-gemblung juga masih keren.... Hakhakhak.... Hayo buruan suruh sini mbakmu..."
Sambil menggeleng-gelengkan kepala, Prawoto pun menuruti keinginan
Kepala Desa kurus itu. "Mbak... Sini mbak... Ada yang mau kenalan
nih...." Ucap Prawoto sambil lagi-lagi melambaikan tangannya kearah
Citra.
Sembari melihat kearah lelaki tinggi kurus yang ada disisi Prawoto,
membuat perasaan Citra sedikit waspada. Tatapan matanya benar-benar
buas, seolah ingin menerkamnya bulat-bulat.
"Mbak... Sini... " Panggil Prawoto lagi.
Dengan masih menyembunyikan tubuh telanjangnya dibawah permukaan air, Citra bergerak mendekat.
"Ini mbakku pak... " Ucap Prawoto.
"Owalah.... Ternyata bidadari ini toh yang membuat si Yusup ama Panjul
tadi jadi lama banget berendamnya...? Pasti mereka keblinger melihat
kecantikanmu ya....? Hakhakhak..." Kata Pak Usep mencoba memecah suasana
sembari menjulurkan tangan kearah Citra. "Usep Sumarno.... Saya orang
paling kaya sekaligus Kepala Desa disini...."
"Citra...." Jawab Citra sambil meraih tangan Pak Usep, "Citra Agustina...."
"Ck ck ck... Woto... Ayu tenan iki mbakmu...." Puji Pak Usep seketika,
"Kapan kamu dateng kedesa ini Neng Ayu..? Kok saya selaku Pemimpin Desa
ini tidak tahu kedatanganmu....?"
"Eeehhhmmm... Anu pak... Saya baru datang tadi malam.... Niatnya hari ini saya mau lapor ke bapak..." Jawab Citra basa-basi.
Sembari menjabat tangan Citra, mata Pak Usep tak henti-hentinya menatap
tubuh seksi Citra. Mata cekungnya langsung menerawang dalam-dalam kearah
keruhnya air kolam yang bercampur belerang itu. Mencoba menembus jauh
dan menelanjangi seluruh aurat tubuh seksi Citra.
"Neng Ayu ini saudara Prawoto dari mananya ya...?" Selidik Kepala Desa itu.
"Hmmm.. Saudara...?" Bingung Citra
"Iya... Tadi si Woto bilang kalo Neng itu saudaranya..."
"Ooohh... Itu..." Tiba-tiba Citra mengerti maksud Prawoto, "Hmmm...
Gimana ya...? Jadi... Kakeknya Bang Woto itu punya nenek.... Trus
suaminya itu punya saudara.... Nah saudaranya beliau adalah sepupu
kelima belasnya dari istri kakeknya ibu suami aku.... Gitu pak...."
"Haaaaa...? Neng Citra udah bersuami....?" Kata Pak Usep yang buru-buru
mengamati jemari putih yang masih ia genggam, "Aaahh.. Bohong.... Neng
pasti belum punya suami..
"Iya bener pak... Suami saya masih di kota...."
"Kalo punya suami... Kok di jemari tanganmu nggak ada cincin kawinnya...?"
"Eeehh... Anu... Itu..... ada di rumah pak... Takut hilang..." Ucap Citra berbohong.
Mendengar perihal cincin kawin, sejenak pikiran Citra langsung mundur
kebelakang. Ke saat dimana ia harus menggadaikan benda pengikat
perkawinannya itu demi bisa menutup biaya hidup sehari-harinya.
"Akhir-akhir ini, Mas Marwan masih belum juga bisa memenuhi tanggung
jawabnya sebagai kepala keluarga... " Batin Citra. "Ah... Mas Marwan...
Kau begitu mengecewakanku... "
Mendadak, Citra merasa begitu kesal dengan suaminya. Dan entah kenapa,
setiap mengingat lelaki pendamping hidupnya itu, ia merasa emosi.
Ujung-ujungnya, sebuah niatan nakal muncul di lubuk hatinya.
"Weleh weleh weleh.... Pantes kok kalian berdua nggak ada kemiripan
ya...? Yang satu cantik, putih, semok menawan banget.... Yang satu ancur
ga karu-karuan.... Hakhakhakhak...."
"Yeeee... Uancur tapi jos Pak... Hahaha..." Ucap Prawoto mencoba membela diri.
"Joss apanya....? Preketek.... " Kata Pak Usep tak percaya. "Pria macam
dirimu.... Satu genjotan juga udah mrotol-mrotol Wot... Hakhakhak..."
Tawa Pak Usep, diikuti oleh tawa ajudannya.
"Huuuu... Enak aja udah Mrotol.... Pak Usep jangan panggil aku Prawoto
pak kalo aku nggak bisa bikin wanita megap-megap keenakan..."
"Hakhakhak... Megap-megap...?" Tanya Kirun, salah seorang ajudan Pak Usep sambil tertawa.
"Emang kamu ngentotin ikan Wot...?" Celetuk Diki.
"Hahaha... Iya bener, Woto mah jagonya kalo ngentotin ikan.... " Ucap
Kirun lagi, "Nyatanya... Bininya ninggalin dia karena nggak pernah
dikasih kepuasan... Hahahaha...."
"Kontolmu kecil sih wot... Jadi binimu nyari kontol-kontol lain yang lebih besar...." Ucap Projo.
"Hah.. Kontol Prawoto kecil....? " Bingung Citra dalam hati. "Masa...
Kontol sebesar botol gitu dikata kecil...? Ini pasti ada yang salah..."
"Hakhakhak.... Wanita seperti Suwanti seharusnya mendapat kenikmatan
Wot... Bukan penderitaan...." Ejek Pak Usep lagi., "Coba dia dulu mau
aku nikahin... Pasti kehidupan seksualnya nggak bakal sengsara seperti
ini...."
"Bener Pak... Dapet kenikmatan dari kontol-kontol besar... Hahaha...." Tambah Diki.
Melihat Prawoto berulang kali dihina seperti itu, membuat Citra
bertanya-tanya. Ada apa gerangan dengan kisah rumah tangga si tukang
sate itu.
"Em... Emang... Kontol yang besar itu kontol seperti apa... ? Pak...?" Tanya Citra penasaran.
Mendengar pertanyaan Citra, mendadak semua mata pria yang ada
disekelilingnya menatap tajam kearahnya, termasuk Prawoto. Dengan mata
melotot dan mulut melongo, mereka seolah tak mengira jika apa yang ia
utarakan barusan keluar dari mulut cantiknya.
"Wah wah wah... Bener-bener tak disangka...Neng Citra
ini....Cantik-cantik doyan kontol juga ya rupanya... Hakhakhak..." Cibir
Pak Usep.
"Bu... Bukan begitu pak... Saya... Saya cuman penasaran aja..." Jawab Citra malu-malu.
"Penasaran apa pengen Neng...? Hakhakhak " Kata Pak Usep lirih sambil
mengecup tangan Citra yang masih ada di genggamannya. "Nakal juga kamu
ya Neng... Nanti saya laporin ke suaminya loh..."
"Ih.... Apaan sih..." jawab Citra risih ambil mencoba menarik lepas tangannya dari genggaman Pak Usep.
"Hakhakhak... Beneran kamu pengen tau kontol besar itu seperti apa Neng...?" tanya Pak Usep dengan senyum tipis jeleknya.
Citra menatap kearah prawoto, mencari pendapat lain. Namun prawoto hanya
mengangkat bahu, menyerahkan seluruh keputusan pada Citra.
"Hakhakhak... Gausah tanya Prawoto Neng... Lelaki linglung seperti dia
mah pasti nggak bisa njawab..." Ejek Pak Usep tak henti-hentinya.
"Ssssttt... Paak... Ga boleh gitu dong ah.... Ngata-ngatain orang kok seperti itu... " Bela Citra.
"Cieee...cieee.. Ngebelain nih yeee...."
"Enggak gitu pak.... Khan kasian ama Bang Woto.... Daritadi kok diledekin mulu..."
Hakhakhak.. Woto... Mbakmu ini bener-bener ngegemesin deh... Boleh ya aku kawinin....?"
"Yeee....Kawin-kawin.... Enak aja.... Aku udah punya suami pak..."
"Loooh.... Emang kenapa Neng kalo kita kawin....Gapapa kali Neng... Suami dua khan malah lebih enak.... Hakhakhak..."
"Enak apanya pak.... Yang ada malah makin ngerepotin...."
"Tapi khan paling tidak... Enak kalo diajak gituan... Pasti Neng jadi lebih puas... Hakhakhak...."
Mendengar Pak Usep, Citra jadi semakin kesal. "Puas apanya...? Mas
marwan mah sama sekali tak pernah memberikan kepuasan..." Juteknya dalam
hati.
"Loh... Kok mukamu begitu Neng...? Jangan jangan....Hakhakhak...." Tawa
Pak Usep menjadi semakin keras. "Suaminya impoten yaaaa...?
Hakhakhak..." tebaknya.
Sungguh, walau baru kenal beberapa saat lalu, namun telinga wanita
cantik itu terasa begitu panas mendengar celoteh si Kepala Desa. Citra
langsung merasa sebel dengan lelaki tinggi kurus itu. Ia heran, warga
mana yang memilih lelaki seperti ini menjadi Kepala Desa mereka.
"Bang... Kita pulang aja yuk... " Pinta Citra sambil berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Pak Usep.
"Loh loh loh... Kok cepet-cepet amat Neng...? Katanya pengen ngelihat
kontol besar....? "Tanya Pak Usep sambil menahan tangan Citra.
Tak menjawab, Citra hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Yakiiiinnnn....?" Goda Pak Usep yang selanjutnya bertingkah sedikit
kurang ajar. Lelaki kurus itu mulai mengelusi batang selangkangannya
dari luar kolor. "Katanya penasaran..."
"Habis... Pak Kades ngegodain Citra mulu sih... " Jawab Citra yang mau tak mau melirik juga kearah tangan tak Usep berada.
"Hakhakhak.... Sumpah deh Woto... Mbakmu ini ngegemesin banget.... Aku jadi pengen cepet-cepet bisa ngawinin dia...."
"Huuuu....Kawin kawin mulu... Kaya bisa ngasih nafkah aku aja Pak..."
"Hakhakhak... Hartaku banyak Neng... Neng minta apa aja bisa aku
kasih... Betul nggak anak-anak....?" Kata Pak Usep yang meminta
persetujuan kepada ajudan-ajudan yang berdiri disekelilingnya dengan
sombong.
"Iiyaaaa...." Jawab mereka hampir bersamaan.
"Tuh.. Lihat.... Ajudanku saja bilang aku kaya... Masa Neng masih nggak percaya....? Hakhakhak..."
"Ahhh... Kalo cuman ngomong aja sih aku juga bisa pak... " Celetuk Citra, "Mana coba buktinya kalo bapak banyak harta...."
"Wah...wah...wah.... Parjo, Diki, Kirun.... Tolong ambilin tas pinggang
aku... Neng satu ini minta ditampol duit..." Ujar Pak Usep sambil
menjentik-jentikkan jemari kepada ketiga ajudannya.
Buru-buru, Projo segera menyerahkan tas berwarna hijau kepada bosnya.
Dengan hanya satu tangan, Pak Usep membuka mulut tasnya, lalu
mengeluarkan sekepalan tangan penuh uang lembaran.
"Nih... Tiga ratus ribu...." Ucap Pak Usep sambil melemparkan sekepalan
uang lembaran itu ketubuh Citra seolah-olah Citra wanita murahan,
"Hakhakhak.... Gimana sekarang...? Udah percaya khan kalo aku banyak
harta...?"
"Iyadeeeh... Pak Kades emang kaya raya...." Jawab Citra sambil melirik uang yang mengapung disekitarnya baerada.
"Udaaaahhh... Nggak usah malu-malu Neng... Sok ajah ambil..."
Lagi-lagi, Citra melihat kearah prawoto. Namun tetap saja, Prawoto diam seribu bahasa.
"Masih malu...? Nih aku tambahin lagi..." Kata Pak Usep sambil melempar
sekepalan uang kearah Citra. "Udah gih.... Buruan ambil... Ntar duitnya
hanyut kebawa air loh..."
"Ambil saja Citra... Kapan lagi ada orang yang bisa memberikan uang
dengan mudah...." Ucap kata hati Citra yang kemudian disusul oleh
raupan- raupan tangannya, menangkapi uang-uang kertas yang mengapung
basah disekitarnya.
"Hakhakhak... Naaah... Gitu dooonk... Jadi gimana nih Neng....? Mau ya aku kawinin...?"
"Hhmmmmm... Gimana yaaa...?"
"Udah Neeeng... Mau aja yaa .... Selain dapet duit... Neng khan dapet
enak..." Kata Diki dan Projo bersahutan sambil menunjukkan
selangkangannya yang masih terbungkus celana kolor secara
terang-terangan kepada Citra, "Secara bakal kena KOOOONTOOOOL
BESAAAAR... Hahahaha...."
"Hush... Nggak sopan...." Potong Pak Usep. "Tapi mereka bener juga sih
Neng... Penduduk di desa kami ini terkenal dengan kontol besarnya loh...
Sekali liat pasti ketagihan pengen nyobain... Hakhakhak..."
"Ada gitu desa yang terkenal karena kontolnya...?" Tanya Citra tak percaya.
"Yaaah... Nggak percaya...." Lagi-lagi, Pak Usep menjentikkan tangannya.
"Diki, Projo, Kirun.... Ayo buruan bugil.... Kasih lihat ke Neng Citra
pengen lihat gimana bentuk kontol yang bakal ngasih wanita-wanita di
desa ini kenikmatan...."
"Hahahaha.... Baik Pak... Jangan kaget ya Neeeeng...." Ucap Diki, Projo
dan Kirun bersahutan. "Wah... kapan lagi bisa pamer-pamerin kontol ke
cewe cakep..."
Perlahan, ketiga ajudan Kepala Desa itu segera melucuti pakaian-pakaian
yang ada ditubuhnya. Walau mereka baru saja mandi, ketiga orang itu sama
sekali tak keberatan untuk kembali berbasah-basah ria.
Mereka seolah senang sekali untuk memperlihatkan ketelanjangan dirinya,
karena tak lama kemudian, tiga tubuh telanjang sudah berada didalam
kolam air panas. Berdiri mengelilingi tempat Citra berada.
Sungguh aneh rasanya situasi dikolam tempat Citra berendam. Disitu ada 5
orang lelaki dan 1 orang wanita. Dimana 3 diantaranya sudah telanjang
bulat sambil mulai mengurut penisnya dengan jelas kehadapan seorang
wanita.
"Mungkin.. Ini adalah peringatan hari kontol sedunia...." batin Citra,
"Baru beberapa menit lalu, aku disemprot banyak pejuh hangat oleh dua
orang penduduk desa.... Sekarang.... Ada tiga orang lagi yang mulai
mengocok kontolnya dihadapanku..."
"Hakhakhak.... Biasa aja Neng melihatnya.... " Goda Pak Usep yang masih
berulangkali mengecup tangan Citra. " Emang Neng belum pernah lihat
kontol-kontol besar ya...? Sampe melotot begitu melihatnya...?
Hakhakhak..." Canda Pak Kades lagi ketika melihat Citra tak berkedip
sedikitpun melihat batang-batang penis yang ada sekitarnya.
Seumur hidupnya, Citra tak pernah menyangka jika ia bakalan melihat
keberanian penduduk desa yang sama sekali tak ia kenal. Dipameri oleh
tiga orang lelaki dewasa tepat di depan wajahnya. Yah, walaupun kolam
tempat Citra berada sekarang cukup jauh dan tersembunyi dari kolam-kolam
lainnya, tetap saja jika ini adalah tempat umum.
"Gimana Neng....? Besar-besar khan kontol mereka...?" Tanya Pak Usep
"Hmmm.... I... Iya sih.. Cuman kok masih pada lemes ya...?" Jawab Citra heran.
"Ya kalo masih lemes... Bangunin dong Neng.... Yaaah... Kasih
remes-remes Dikit tetek besarmu ke mereka bentaran juga boleh kok....
Hakhakhak...." Kata Pak Usep yang kali ini meremas payudara Citra secara
terang-terangan.
"Eeehh... Pak...."
"Hakhakhak... Gausah malu lah Neng.... Toh aku udah tahu nakalnya Neng Citra seperti apa....?"
"Haaah...? Tahu darimana...?"
"Lah itu.... Dirambut kamu masih ada sisa-sisa pejuh... Hakhakhak...."
Buru-buru, Citra mengusap rambutnya. Dan benar, ia masih mendapati
banyak sisa-sisa sperma pak Yusup dan Pak Panjul yang baru saja mereka
keluarkan beberapa saat tadi. Seketika, muka Citra menjadi merah padam.
"Sialan.... Pria kurus ini membuat diriku mati langkah..." Batin Citra.
"Hakhakhak.... Aku laporin suaminya aaaahhh...." goda Pak Usep
"Ehh.... Ehh... Jangan pak... Ntar bisa dipecat jadi istri aku pak..."
Jawab Citra panik yang langsung disambut mimik muka manyun.
"Hakhakhak.... Dipecat... Kaya karyawan aja kamu Neng..."
"Iya pak... Jangan... Suamiku nggak tahu kalo aku pergi dari rumah..."
"Hah...? Jadi kamu minggat...?"
"Hmmm... Enggak juga sih..."
"Suamimu tahu kamu pergi ama Prawoto.....?"
"Hmmmm....Eeee... Eng..." Jawab Citra bingung.
"Wakhakhak... Wah wah wah... Nggak dirumah, tapi nggak minggat.... Pergi
ama lelaki lain tapi suaminya juga nggak tahu.... Kamu pasti
berselingkuh sama Prawoto ya Neeeng...?"
Lagi-lagi, wajah Citra memerah setelah mendengar tebakan Pak Usep.
Sambil terus berusaha melepas tangannya dari genggaman tangan Pak Usep,
Citra hanya bisa menunduk malu.
"Waaaah.... Nakal banget mbakmu ini Wot...Nakal tapi TOLOL... BEGO...
Kok mau-maunya ia selingkuh ama saudaranya sendiri... Apalagi kalo
saudaranya kaya prawotomu itu.... Lelaki berkontol kecil yang tanpa masa
depan... Hakhakhak.... " Hina Pak Usep yang kemudian diikuti oleh tawa
ketiga ajudannya.
"Itu bukan kontol pak... Tapi kintil, kontol mini... Hahaha..." Kata Projo
"Iya bener... Itu kintil... Kalo kontol tuh kaya punya kita-kita
semua... Ucap Diki sombong sambil terus mengocok-kocok penisnya yang
mulai membesar.
"Nih... Neng... Lihat aja... Kalo mau megang juga boleh kok..." Sambung
Kirun yang dengan sengaja mendekatkan penisnya ke wajah Citra.
"Em... Emangnya kenapa sih kalo kontol Bang Woto kecil....?" Tanya Citra, " Toh kontol kecil juga masih bisa ngasih enak...."
" Iya sih bener.... Kontol kecil juga masih bisa ngasih enak.... Kalo
yang diajak ngentot itu ayam... Hahahaha..." Sahut Projo yang kali ini
ikut-ikutan menyuguhkan kocokan penisnya kewajah Citra.
"Mending kamu tanya sendiri ama orangnya Neng.... Yang jelas, nggak ada
wanita yang bisa puas dengan lelaki berkontol mini seperti dia..."
Tambah Kirun yang malah mengusel-uselkan kepala penisnya ke rambut basah
Citra.
"Iiihhh... Apaan sih kalian... Mesum banget sih..." Gerutu Citra sambil
mencoba menghalau penis ketiga ajudan Pak Usep itu supaya menjauh dengan
tangan kirinya.
Namun, bukannya menjauh, Projo malah mengangkap tangan kiri Citra dan
mendekatkannya ke penisnya yang sudah menegang sempurna. Lalu dengan
sedikit memaksa, ia meminta jemari lentik Citra untuk mulai mengurut dan
mengocoki batang penisnya.
"Uuuuhhh.... Enak sekali mbak...." Lenguh Projo keenakan. "Pinter banget kamu ngurutnya...."
"Gantian doonk Jooo.." Celetuk Diki yang ingin meminta giliran.
"Aku juga donk..." Tambah Kirun.
"Hakhakhak.... Bantuin mereka dong Neng.... Lihat tuh muka-muka
mereka... Sepertinya butuh pelampiasan seperti Pak Yusup dan Pak Panjul
tadi..."
"Pelampiasan apaan....?" Tanya Citra pura-pura bingung, "Aku tadi nggak ngapa-ngapain kok..."
"Haalaaaahhh... Neeeeng.... Ngaku aja kali... " Kata Pak Usep, "Emangnya
tadi aku buta.... Wong jelas-jelas kamu barusan ngebantu dua orang
peyot itu ngocokin kontol-kontol mereka.... Malahan... Kamu juga
ngebiarin tetek besarmu ini diremes-remes...." Tambah Pak Usep sambil
meremasi payudara besar Citra keras-keras.
"Addduuhh.... Sakit paaak...." Erang Citra dengan muka Citra memerah. Ia
tak sadar jika kelakuannya tadi bakal terlihat oleh orang lain.
"Hakhakhak.... Yaudalah.. Bantuin mereka sedikit laaah Neng... Buat
melampiaskan nafsunyaa... Nanti aku kasih duit lagi deh...
Hakhakhak...."
"Ssshh... Apaan sih pak... Aku bukan wanita murahan.... Eehhmmm.... "
"Bener bukan murahaaaannn.....? "Goda Pak Usep, "Kalo bukan murahan... Kenapa pentilmu jadi keras gini ya....?"
"Ah kampret...." Ujar Citra dalam hati. Lagi-lagi tubuhnya tak mampu
melawan gejolak birahinya yang mulai muncul. Remasan kasar tangan Kepala
Desa itu pada payudaranya membuat gelombang birahinya memanas. Dan
entah mengapa, Citra pun semakin meladeni kenakalan lelaki tua itu.
"Lagian... Daripada kamu selingkuh ama Prawoto, mending kamu maen ama
mereka Neng.... Udah puas, dapet duit banyak pula... Hakhakhak..."
"Iya Neng.... Mending maen ama kita-kita Neng.... Toh Neng udah melihat
khan kebesaran kontol-kontol kami...?" Celetuk Projo menambahkan.
"Pasti puas deh Neeeeng... Hehehehe...." Sahut Diki.
"Iya Neng... Ketimbang maen ama kontol Prawoto.... Ngaceng aja nggak bisa Neeeng... Apalagi muasin...? Tambah Kirun.
"Hakhakhak.... Bener-bener..... Prawoto mah banci.... Saudaramu itu banci Neng.... Hakhakhak..."
"Sudah cukup.... Ini sudah terlalu jauh.... Keterlaluan..." Batin Citra bersungut-sungut.
Mendengar Pak Usep dan ketiga ajudannya terus-terusan menghina Prawoto,
buru-buru Citra berdiri. Seolah tak terima dengan segala ucapan dan
sindiran buat lelaki yang sudah berkali-kali memberinya kenikmatan
birahi, Citra lalu memutar tubuhnya kearah ketiga ajudan Pak Usep. Lalu
memberi mereka bertiga sesuatu yang tak pernah mereka rasakan seumur
hidupnya.
HAAAP...
Citra langsung mencaplok penis Diki dalam-dalam, sembari merebut penis
lunglai Projo dan Kirun yang ada disamping kiri-kanannya. Secara
bergantian, Citra menyelomoti ketiga penis-penis yang setengah tiegang
itu dan membuatnya menegang sempurna dalam hitungan detik.
"Sluuurp.... Nylap... Nylap...Sluuurp..." Suara kecapan lidah mulai
terdengar renyah seiring gulat lidah licin Citra di ketiga batang penis
ajudan Pak Usep.
"Oooouuuggghhh... Astaga Paaak...Wuenak bener... " Ucap Diki sambil merem melek keenakan.
"Sluuurrrppp... Sluuurp... Nylap... Sekarang gantian " kata Citra yang
kemudian berpindah menyelomoti penis Projo dan mengocok penis Diki dan
Kirun.
"Loh Neeeng... Jangan gantian duluuu... " gerutu Diki, "Bentaran lagi
dong Neng... Nih sepongin kontolku lagi...." Pintanya melas.
"Ehhhmmm... Hmmmm.. Sluuurppp... " Tolak Citra sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Hahaha... Gantian Nyet... Masa kamu terus yang ngerasain enaknya... "
Tawa Projo kegirangan ketika menerima hisapan mulut Citra,
"Hhuuuoohhh... Uaaanget banget Neeeng.... " Tambahnya lagi sambil merem
melek keenakan.
"Sluuurp hmmm... Nylap nyap... Hap..." Jilat lidah Citra menggelitik
batang hingga kepala penis Projo. Bahkan tak jarang, wanita cantik itu
juga menyelomot kantung zakar Projo dan mengunyahkan lembut.
"Brrrr.... Wuenaaak'eeee Neeeng..... " Teriak Projo sambil memaju mundurkan pinggulnya pelan.
Rupanya Projo mulai aktif menyambut kenakalan mulut saudara Prawoto itu.
Maju mundur, maju mundur, maju mundur. Gerakan pinggulnya mulai kencang
dan cepat. Bahkan sekali-sekali, Projo memegang belakang kepala Citra
dan membenamkan batang penisnya dalam-dalam ke mulut Citra.
"SLuuurrrppp... Hmmmm... Sluuurp... Udah ya mas... Gantian lagi..." Kata Citra yang kali ini berpindah menghisap penis Kirun.
"Loh loh Neng... Masa gantian lagi... " Gerutu Projo, "Belum kelar nih....Ayo isep lagi..."
"Hahahaha... Rasain..." Ejek Diki kesenengan pada Projo.
"Huuhh.... Dasar wanita murahan... LONTE.... ! " Kata Projo yang
sepertinya kesel dengan Citra yang sekarang sedang menghisapi penis
Kirun.
Mendengar ucapan Projo, Citra sepertinya geram. Dengan tatapan mata yang
tajam, wanita cantik itu mengamati sosok Projo dalam-dalam.
"Kenapa mas....? Mas panggil aku apa...?" Tanya Citra
"Hehehehe... Marah nih yeee.... Kamu nggak terima aku panggil dengan sebutan itu ya Neng...? Neng LONTE-ku yang ayu...."
Projo. Lelaki 32 tahun itu terlihat begitu kurus. Potongan rambutnya
keriting cepak, dengan hidung bengkok mirip orang timur tengah.
Satu-satunya kelebihan yang ia miliki hanyalah ukuran penisnya yang
cukup panjang dengan kantung zakar yang juga panjang menjuntai.
"Tiduran Mas... Di pinggir kolam aja... "Kata Citra sambil mendorong
tubuh kerempeng Projo dan memintanya merebahkan tubuh di bebatuan
samping kolam.
Tak disangka, setelah Projo merebahkan diri, Citra langsung beranjak
keluar kolam dan merangkak keatas perutnya. Lalu tanpa disangka, wanita
cantik itu menggenggam penis Projo dan mengarahkan ke lubang vaginanya.
SLLEEEEB...
"Huuuooohhhh.... Enak banget Neng..." Erang Projo yang tak mengira jika
wanita dihadapannya itu bakal memberikan sebuah kenikmatan yang tak
pernah ia kira sebelumnya. Kenikmatan bersetubuh dengan wanita cantik
nan seksi.
Seketika semua lelaki yang ada disekitar kolam, menatap tajam kearah persetubuhan Citra.
Entah keberanian darimana, Citra meladeni semua kenakalan ajudan Pak
Usep. Bahkan lebih jauh lagi. Ia sekarang melayani nafsu lelaki-lelaki
mesum itu.
SLLEEEEB...
"Heeeeggghhh... Ssssshhh...." Lenguh Projo lagi. "Seret banget memekmu Neng...."
Cukup lama Citra menaik-turunkan pinggulnya dan bermain dengan batang
Projo, berulang kali batang penis itu terlihat membengkok karena saking
sempitnya vagina Citra. Walau sudah berulang kali di bombardir oleh
penis raksasa Seto dan Prawoto, tetap saja liang senggama Citra masih
sudah untuk dapat ditembus.
Sambil menikmati suguhan goyangan erotis Citra, Diki Kirun dan Pak Usep
tak henti-hentinya menatap keindahan tubuh wanita cantik itu. Walau
sudah sering menyetubuhi banyak wanita, namun mereka semua tak pernah
melihat tubuh seindah tubuh Citra.
Hingga pada akhirnya, penis Parjo sepenuhnya tertelan vagina mulus Citra dalam-dalam.
“Kok diem aja mas...?" Tanya Citra, " Ayo digoyang dong...."
“Sssshh.... Aaa... Aku pengen diam dulu sebentar Neng... Pengen ngerasain angetnya memek legit Neng..." Jawab Parjo.
“Gimana rasanya memek Lonteku mas....? Enak....?” Tanya Citra menggoda, dan dijawab dengan anggukan kepala Parjo.
“Mau kontolnya aku goyang sekarang...?" Tanya Citra ketus. Sepertinya wanita cantik itu ingin segera membuat Projo kewalahan.
Projo mengangguk, dan segera saja Citra menggerakkan pinggulnya maju
mundur. Entah kenapa, menghadapi wanita secantik Citra lelaki krempeng
itu terlihat begitu grogi. Walau Citra membantu menggoyangkan pinggulnya
agar dorongan dan irama kocokan liang sempitnya seirama dengan goyangan
batang penis Projo, tetap saja, ajudan pak Usep itu terlihat kaku.
Walaupun membalas goyang kenikmatan Citra, gerakan ajudan Pak Usep itu
seperti patah-atah kurang pengalaman.
"Jadi gini rasanya ngentot ama kontol besar ya mas...?" Tanya Citra datar.
"Hooohhhh.... Eeehhmmm.... " Jawab Projo sambil merem melek, "Hiya Neng.... Enak khaan...?"
"Hmmmm.... Kok rasanya hambar ya...? Biasa aja...."
"Haaambar gimana Neng....?"
"Ya Hambar aja.... Nggak ada enak-enaknya...." Ledek Citra sambil memainkan otot kegelsnya.
"Huuuoooohhh.... Nnnneeeeeennnngggg..... Seeemmpiiittt bangggeeettt...."
"Entot memek akunya yang bener dong mas.... Jangan diem aja kaya pohon
pisang...." Tambah Citra lagi. "Digoyang mas.... Digoyaaanggg....
Ehhmmm....."
"Iya Neng… Ini juga lagi di... Eentotin Neeeenng....."
"Ngentotinnya yang enakan mas.... Yang kenceng...." Pinta Citra sambil
terus-terusan memainkan otot kegelnya lagi, memberikan cengkraman sempit
pada penis Projo yang sedang menyodok-sodok liang vaginanya, "Ayo
mas... kasih memekku rasa enak.... Yang keras mas.... Yang
keraaaassss..."
"Iya Neeeng... Ini juga pe... Pengen ngasih enak....Neeeengggg.... " Erang Projo.
Berulang kali Projo mencoba untuk mengerahkan seluruh kemampuannya untuk
memberikan kenikmatan pada vagina Citra, namun sepertinya hal itu tak
berhasil. Walau lelaki kerempeng itu mengiringi goyangan penisnya
sembari menghisap dan meremasi payudara Citra, tetap saja, wajah Citra
datar tanpa ekspresi.
"Gimana rasanya memek aku mas...? Enak...?" Tanya Citra.
"Ho'oh... Wuu... Wueenak banget Neeeeng...."
"Mas mau ngencrot ya...??"
"Be... Belum la...Laaah.... Se... Segini mah bi... Biasaaaa... Uooohhh...."
"Hmmm Gitu ya... Kalo gini....?" Tanya Citra yang sekarang mengganti
goyangan pinggulnya dengan mulai melakukan gerakan berputar-putar.
Membuat Projo semakin mengerang-erang keenakan.
“Aaahh Aahhh... Neng.... Aaahh Ampuunnn... Aahhh… Aku mau ngecrot Neng..."
Selang beberapa detik kemudian …
“Neeennggg.... Aku keluar Neeng… Aahhhh … Aahhhh …” Erang Projo sambil
menggeleng-gelengkan kepalanya sembari memuntahkan semua spermanya di
dalam liang kenikmatan Citra.
CROT... CROOT... CROOOCOOT....
Lima semburan sperma panas langsung memenuhi rahim Citra. Membuat tubuh
kerempeng Projo mengejat-kejat hebat. Matanya melotot sampai-sampai tak
terlihat pupil matanya. Mulutnya menganga sambil terus meremas payudara
besar Citra.
“Yaaaahh.... Kok udah keluar sih mas...." Kata Citra kecewa
Sambil menunduk malu, Projo hanya bisa terdiam.
"Udah nih....? Mau nambah lagi nggak mas...? Tanya Citra sambil menatap wajah kurus Projo.
Tak menjawab, Projo hanya menggelengkan kepalanya.
"Bener nih...?" Tanya Citra lagi, yang dijawab dengan anggukan pelan kepala Projo
"Yasudah...." Jawab Citra sambil beranjak dari pangkuan Projo.
PLOP
Suara vagina Citra ketika tercabut dari tusukan penis Projo, diiringi
oleh lelehan sperma yang turut keluar dari vagina tanpa rambutnya. Turun
mengalir membasahi paha mulusnya.
"Masa ga sampai lima menit udah lemes mas...? Katanya kontolnya jago
ngasih kenikmatan ke memek cewe....? Nih ayoo... Tusuk lagi dong memek
aku..." Sindir Citra sambil menggoyang-goyangkan penis Projo.
"Hahahahahaha.... " Tawa Diki dan Kirun bersamaan ketika melihat teman seperjuangannya diam tak bergerak.
"Bego lu Jo... gitu aja kalah..." Ledek Kirun
"Hiya nih... Kontol menang panjang doang... Tapi nggak ada tenaganya... Hahaha..."
"Heh Lonte..." Teriak Diki, "Jangan belagu kamu ya.... Sini... Gantian aku aja yang muasin memek gatelmu...."
"Kita hajar berdua aja Dik..." Tambah Kirun, "Kita kasih pelajaran nih cewe kota...."
Dengan perasaan kesal, Diki dan Kirun langsung menarik tubuh Citra dengan kasar.
Diki yang berada di hadapan Citra langsung memegang kepala wanita cantik
itu dan menurunkan hngga sejajar dengan selangkangannya. Lalu tanpa
berkata apa-apa, ia pun mulai menjejalkan penisnya dalam-dalam ke mulut
Citra.
"Heh Lonte... Ayo isep kontolku dalem-dalem.... Jangan bisanya ngomong
doang..." Teriak Diki sambil mulai menyetubuhi mulut mungil Citra dengan
kasar.
Begitupun dengan Kirun, lelaki yang ada dibelakang Citra mulai meremasi
pantat semok nan putih itu dengan gemas sambil sesekali menampar pantat
Citra keras-keras.
"Neng Perek... Ayo dong nungging..." Tambah Kirun sambil mendorong tubuh
Citra hingga menatap pada kedua tangan dan lututnya, mirip seperti
anjing, "Aku mau ngentotin memekmu nih..."
"Hehehehe... Heh woto... Aku numpang buang pejuh di memek sodaramu ya... hehehe..." Ledek Kirun.
"Iya nih Woto... Kamu lihat aja ya... Gimana kontol-kontol lelaki sejati
memberi kenikmatan pada memek gatel sodaramu ini..." Tambah Diki
Sepertinya, pagi ini akan terasa lebih panjang dari pagi-pagi sebelumnya.
Bersambung,
By :Tolrat
Home
Cerita Eksibisionis
Citra
Penulis Lain
Cerita Eksibisionis Citra : Nafsu Birahi Citra part 12 | Permainan di Kolam Nikmat
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar