Terima kasih atas semua komentar, masukan dan kritikan yang telah
diberikan. Nafsu Birahi Citra ini adalah merupakan sebuah cerita fiksi
berlatar belakang rumah tangga.
Para tokoh :
1. Citra Agustina (26), Seorang wanita cantik bertubuh kurus namun memiliki payudara ekstra besar berukuran 36 F
2. Marwan Sudiro (32), Suami Citra yang egois, gengsi namun penyayang
3. Anissa Rumina (22), Ibu rumah tangga biasa yang berkepribadian ganda.
4. Seto Maryadi (24), Suami playboy Anissa yang suka main perempuan dibelakang istrinya.
5. Utet (52), Lelaki tua mesum yang sangat jath cinta kepada Citra.
***
Hembusan semilir angin pagi meniup dedaunan yang lepas dari ranting,
membawanya terbang terombang ambing ke segala penjuru arah. Sinar
mentari berkilauan begitu indahnya, membawa kehangatan menembus awan.
Menembus jauh ke bumi, hingga menyentuh kulit putih wanita jelita nan
menawan bernama Citra Agustina.
Wajahnya yang cantik terlihat begitu muram. Sedari pagi, istri Marwan
itu melamun sendirian di bangku teras rumah kontrakannya. Menatap kosong
ke arah dedaunan yang beterbangan tertiup angin. Mata indahnya terlihat
sedikit merona merah, sembab karena menangis.
"SILAKAN SAJA KAMU CARI KONTOL-KONTOL YANG JAUH LEBIH BESAR... SILAKAN
SAJA KAMU MINTA DIENTOT AMA KONTOL-KONTOL PRIA LAIN YANG LEBIH KUAT..."
Kembali ia teringat ucapan suaminya beberapa saat lalu. Ucapan yang
benar-benar menyakiti hatinya. Sepanjang pagi, berbagai macam pikiran
mulai bersliweran di benak wanita cantik itu.
"Tak usahlah kamu masukkan hati perkataan Mas Marwan tadi Citra.."
Ucapnya dalam hati, "Kamu sendiri sih yang memulai... Khan tahu sendiri,
suamimu itu tak suka jika dibanding-bandingkan dengan orang lain...
Mungkin dia berkata seperti itu hanya karena kesal akan segala
permintaan anehmu..." Tambahnya mencoba menenangkan diri.
Disatu sisi Citra merasa bersalah kepada suaminya, namun disisi lain, ia
merasa capek dengan segala kepribadian Marwan yang sering berubah-ubah.
"Sudahlah Citra, buat apa sih mempertahankan lelaki emosian seperti
dia... Cari saja lelaki lain yang jauh lebih baik darinya... Lebih
mapan... Dan yang paling penting, lebih perkasa... Hihihi..." Pikir
Citra sambil membatin, "Ingat... Mas Marwan sudah memberi ijin..."
" TIIITT... TIIITT... TIIITT... TIIITT..."
"Mbak Citra yang cantik, gimana mbak? Kapan bisa bayar tunggakan rumah? Mbak telat bayar hampir 1 bulan loh..."
Seketika lamunan Citra buyar, isi pesan barusan semakin merusak suasana
pagi harinya. Buru-buru Citra masuk kedalam rumah dan membangunkan
suaminya yang masih tidur nyenyak.
“Mas... Bangun mas… Sepertinya kamu harus mencari pekerjaan baru. Semua
perhiasanku sudah aku jual semua demi menutup kebutuhan hidup kita
sehari-hari….” Omel Citra.
"Hooooaahhmmmm... Kenapa Dek?...." Tanya Marwan mencoba mencari tahu sebab istri cantiknya ngomel-ngomel di pagi hari.
"Pak Darjo minta duit kontrakan.."
“Sabar ya Dek... Mas masih belum ada duit... Kamu coba ulur lagi deh sampai minggu depan..."
"Ulur... Ulur... Ulur... Selalu saja pakai alesan itu..."
"Sini sayang... Duduk dulu disini...." Ajak Marwan supaya Citra
mendekat. "Kamu Tenang saja ya... Nanti siang mas ada janji ketemuan
sama pemilik tanah... Semoga bisa dijadikan obyekan..." jawab Marwan
sambil mengusap rambut panjang Citra, “Nah kalau proyeknya GOAL, mas
bakal lunasin semuanya.... Dan mas bakal beliin kamu semua barang yang
kamu minta..." tambahnya lagi mencoba menenangkan emosi istrinya
“Yah... Semoga saja Mas… Aku udah malu mas kalo ditagih teman-temen... Masih belum sanggup buat melunasi hutang…"
"Hehehehe... Tenang saja sayang... Sekarang kamu bikinin mas kopi dulu ya... Mas mau siap-siap..."
"Bikin aja sendiri... "
"Looohh....? Emang kamu mau kemana dek...?"
"Kamu nggak liat apa... Aku sudah telat ke kantor..."
"Ciieeeee... Masih ngambek nih ceritanya... Hahahaha..."
"Bodo...."
***
Sudah lebih dari 30 menit, Citra duduk di halte, menunggu bis
langganannya yang tak kunjung datang. Semenjak motor kesayangannya
dijual Marwan untuk menutupi kebutuhan rumah tangganya, hampir tiap pagi
Citra harus berangkat dari rumah jam setengah 6 pagi supaya bisa tiba
dikantor jam 8. Namun entah kenapa hari ini hampir semua kendaraan umum
tak terlihat. Sekalipun terlihat, pasti sudah penuh terisi orang.
"Mungkin karena BBM naik kali ya mbak... " Ujar seorang lelaki tua yang
sedari tadi mencoba mengajak Citra bercakap-cakap, "Jadi bisnya pada
ngambek... Hehehe..." Tambahnya lagi. Dengan mata melotot kearah
payudara Citra, lelaki tua membetulkan posisi selangkangannya.
"Iya kali pak..." Jawab Citra tak peduli dengan apa yang lelaki tua itu
sedang lakukan, "Dasar kakek-kakek cabul...". Dengan cuek Citra terus
menyantap sarapan paginya, sepotong lemper ayam yang baru saja ia beli
di warung samping halte.
"Mbak orang kantoran ya? Pantes bajunya seksi sekali..." Tanya lelaki
tua itu pantang menyerah. Melihat Citra yang sama sekali tak
menggubrisnya, mata lelaki tua itu kembali jelalatan, memandang tubuh
Citra dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Pahamu bener-bener mulus
mbak... " Bisik lelaki tua itu pelan sembari menggeser posisi duduknya
kearah Citra. "Tetekmu juga besar sekali... Gimana kalau pagi ini kita
jalan-jalan dulu? Yah sedikit bersenang-senang gitu..." Ucap lelaki tua
itu sambil mencoba mengelus-elus paha putih Citra. "Aku bisa membayarmu
kok... Kamu tinggal pilih aja cantik, mau dibayar pake uang atau pake
kontolku ini..." Kata lelaki tua itu. Dengan santai lelaki tua itu
mengambil tangan Citra yang bebas lalu mengarahkannya ke batang penisnya
yang sudah menegang dari balik celananya.
Melihat ulah lelaki tua yang kurang ajar itu kemarahan Citra meledak-ledak.
"Heeeeh... BANGSAT... Pak Tua... Anda jangan kurang ajar ya... " Bentak
Citra keras sembari menarik tangannya dari genggaman lelaki tua itu.
Saking kerasnya, orang-orang yang berada disekitaran halte seketika
menengok kearahnya, "Saya bukan wanita murahan... Dan saya nggak
tertarik dengan uang kotor atau titit busukmu itu.... PERGI...!"
Merasa mangsanya ternyata melawan dan merasa malu, lelaki tua itupun tak
mau mengalah. Otak kotornya, segera memutar situasi. "Dasar LONTE...
Wanita tak tahu diri... Semalam lo ngemis-ngemis minta dientot, minta
kepuasan, minta uang... Eeehh... Begitu udah dikasih, sekarang malah
belagak lupa. INGET... Semalam, lo ngentotin KONTOL ini, KONTOL ini yang
muasin nafsu birahi lo... " Balas lelaki tua itu berusaha menjatuhkan
harga diri Citra. "Kalo lo mau minta uang lagi, jangan minta ama gw...
Minta aja ama mucikari lo..." Kata lelaki tua itu sambil melangkah
pergi.
"HEEEEII... BANGSAT... " Teriak Citra makin marah, "SINI... KITA BELUM KELAR..."
"Gausah sok pura-pura deh mbak... Kalo jadi lonte ya lonte aja... Gausah
jadi pembohong juga..." Teriak lelaki tua itu menutup pembicaraan dari
kejauhan.
"Mimpi apa aku semalem... Sampe dikira pelacur gini... Ini pasti
gara-gara baju sialan ini, orang jadi mengira aku wanita murahan."
Gerutu Citra sambil berulang kali menurunkan bagian bawah roknya, supaya
tak banyak memamerkan paha mulusnya. "Sejak kapan sih baju-baju ini
sudah pada kecil... Begitu Mas Marwan dapet duit, aku harus beli banyak
pakaian baru..."
Sebenarnya, bukan baju Citra yang menjadi sempit, tapi tubuhnyalah yang
semakin gemuk. Mungkin karena ia sering ngemil, tubuh yang dulunya kurus
sekarang berubah menjadi semakin semok. Dan karena hal itu, terkadang
ia merasa kesulitan untuk menutup semua aurat tubuhnya.
Memang, di kantornya Citra dituntut untuk dapat selalu tampil mempesona.
Blouse plus blazer serta rok pendek dan heels, menjadi pakaian
sehari-harinya. Jadi tak heran, jika ketika Citra menunggu bis, ia
selalu menjadi santapan mata-mata mesum setiap lelaki yang melewatinya.
Rambut hitam panjang, wajah cantik menawan, bibir tipis yang selalu
terlihat basah, serta kulit putih yang mulus, selalu dapat membuat Citra
seperti bunga diantara lebah, dikerubutin banyak lelaki. Terlebih
ukuran payudaranya yang besar, pinggulnya yang semok dan kakinya yang
jenjang, mampu menjadi senjata mematikan bagi setiap lelaki yang
mendekat.
"Pagi mbak Citraaaa... " Terdengar suara berat seorang lelaki dari arah belakang, " Pagi-pagi udah PANAS aja mbak..."
Merasa ada orang yang memanggil namanya, Citra segera mencari tahu siapa
pemilik suara berat itu, berharap bukan pria iseng lagi. "Ee... Eeeh
Mas Seto..." Jawab Citra begitu tahu si pemanggil itu adalah suami
Anissa, tetangga satu kontrakannya.
Tampan, tegap, berkumis tipis dan memiliki senyum menawan. Seketika,
Citra merasa terpana melihat ketampanan suami tetangganya itu. Walaupun
mas Marwan tak kalah tampan namun entah kenapa pagi itu pesona seto
mampu membuat Citra melupakan suaminya.
"Kok belum berangkat mbak...? Tanya Seto lagi.
Sejenak, Citra menatap Seto dari ujung rambut hingga ujung kaki. Rambut
jabrik berjambang, jakun besar, berjaket kain tipis dilapis kemeja,
celana kain dan sepatu kulit. "Jadi ini pria yang selalu membuat membuat
berisik dirumah tetangga... Jadi seperti ini tampang lelaki yang selalu
membuat puas Anissa...?"
Melihat Seto yang sedang berada didekatnya, tiba-tiba Citra teringat
akan permainan cinta Seto dan Anissa tadi pagi yang begitu mengganggu,
teringat desahan orgasme Seto dan Anissa yang dapat mereka raih berulang
kali, teringat betapa Seto mampu membuat Marwan Emosi karena selalu
dibanding-bandingkan.
"SILAKAN SAJA KAMU CARI KONTOL-KONTOL YANG JAUH LEBIH BESAR... SILAKAN
SAJA KAMU MINTA DIENTOT AMA KONTOL-KONTOL PRIA LAIN YANG LEBIH KUAT
Sekilas Citra mengingat kalimat kasar suaminya tadi pagi. "Oke Mas...
Adek bakal lakuin semua itu..." Ucap Citra dalam hati. "Jangan sampai
kamu menyesal..."
Sakit memang hati Citra ketika tadi pagi Marwan membentaknya dengan
kalimat kasar seperti itu. Tapi, setelah berulang kali dipikirkan, apa
untungnya bersakit hati melulu, lebih baik jika Citra menyikapi sakit
hati itu menjadi hal yang lebih menyenangkan untuk dirinya. "Okee...
Adek bakal cari kontol pria lain yang lebih bisa MEMUASKAN dahaga birahi
Adek...".
"Loh.. Kok malah senyum-senyum sendiri... " Kaget Seto, "Mbak... Jangan
melamun mbak... Haloo..." Sapa Seto sambil melambai-lambaikan tangannya
ke wajah Citra.
"Ee... Ehhh.. Iya... Kenapa mas...?" Jawab Citra kaget.
"Jangan melamun... Disini banyak copet... "
"Aaa... Apanya yang mau dicopet mas.... Wong aku orang yang nggak punya apa-apa..."
"Heeehh… Jangan gitu aah... Mbak masih punya banyak barang berharga loh..."
"Barang apaan mas...?"
"Itu..." Jawab Seto sambil menunjuk ke arah Citra dengan dagunya.
"Hayoooo... Matanya nakal yaaa..." Jawab Citra malu-malu, sambil berusaha menutup bagian payudaranya dengan blazer.
"Hehehe.. Bukan tetek kamu mbaaak... Maksud aku, mbak khan masih punya
kecantikan dan tubuh yang indah... Bagiku itu tak ternilai mahalnya
loh..." Puji Seto tipu-tipu, sambil meneruskan melirik asset terbesar
Citra yang membusung indah.
“Ooooo... Kirain kamu nunjuk-nunjuk tetek aku... Hihihi..."
"Hmmm... Sebenernya iya juga sih... Hehehehe... " Canda Seto, " Habisan,
cowok mana sih mbak yang ga tertarik kalau melihat tetek segede itu...?
Apalagi yang punya cantiknya banget-banget-banget..."
"Aaaaah Mas jago gombal juga..."
“Ya Ampun mbak... Jangan panggil aku mas dooonk.. Kaya udah tua aja... " Kata Seto basa-basi, "Panggil aku Seto atau Set aja..."
"Set...?"
"Iya, Set... Asal jangan panggil aku Setan aja..."
Hihihihii... Ternyata kamu lucu juga yaa..." Tawa Citra cekikikan.
"Omong-omong kok belum berangkat mbak..?"
" Iya nih... Aku lagi nunggu bis..."
"Oalaaah.... Kirain tadi nungguin aku... Hehehe..." Jawab Seto sambil
bercanda, "Nggak bakalan dateng mbak... Hari ini supir-supir bisnya pada
demo..." Jelas Seto, "Kalo mau, mbak berangkat bareng ama aku aja...
Kantor kita khan dekat..."
"Hmmmm... Okedeh...." Merasa tak ada cara lain yang lebih cepat selain
menerima tawaran Seto, akhirnya Citra menerima ajakan itu.
Melihat tingkah Seto yang easy going, membuat Citra seketika itu
langsung tertarik. "Ternyata... Seto playboy juga.... Kita lihat, sejauh
apa kenakalannya..."
"Bener nggak kenapa-napa nih kalo aku berangkat kerja bareng kamu
gini...?" Tanya Citra basa-basi, "Ntar kalo Anissa cemburu atau marah,
jangan salahin aku yaa..."
"Yeee... Dia Anissa nggak bakalan marah mbak.... Wong sekarang dia
sedang diterminal, mau pulang kampung... Jadinya ya nggak bakalan
tahu,,, Hehehehe"
"Huuuuu... Dasar.... " Ucap Citra, "Aku duduknya sambil peluk badan kamu ya... Takut jatuh... "
"Jangankan cuman minta meluk mbak... Mau minta yang lain juga pasti bakal aku kasih kok..Hehehe...
"Bener nih...? Nanti kalo tau aku mintanya apa... Bakal capek loh... Hihihi..."
" Enak kali mbak kalo capek-capek itu.... Bikin sehat... Hehehehe... Yuk naek.."
Dengan lincah, Citra segera menempatkan pantat semoknya diatas jok motor
Seto. Kemudian ia segera memeluk pinggang Seto kuat-kuat, sengaja
membiarkan payudara besarnya tergencet ke tubuh Seto.
"Waduh.... Empuk bener..." Celetuk Seto.
"Eeehh... Empuk apanya Set...? "
"Ituloh mbak... Apem yang dijual deket kantor aku, pasti jam segini udah
pada mateng...Hehehe.." Canda Seto berusaha mengalihkan percakapan.
"Pegangan yang kenceng mbak... Aku mau jalan..."
"Yeeee... Ngeles nih yeee...Hihihi... Bilang aja yang empuk tetek aku... Hihihi..."
Meladeni cara becanda mesum Seto, entah kenapa Citra merasakan sebuah
kesenangan tersendiri. Sebuah kesenangan yang pernah ia rasakan dulu,
ketika ia dan Marwan masih pacaran.
***
Sepanjang perjalanan, senyum lebar selalu tersungging di wajah cantik
Citra. Ia sama sekali tak pernah menyangka jika hari ini ia bisa
berdekatan dengan Seto. Bahkan bukan hanya berdekatan, melainkan bisa
memeluk tubuh suami tetangganya yang sering ia bayangkan ketika sedang
bermasturbasi.
"Mbak... Kok senyum-senyum sendiri? Jangan jadi orang gila dulu ya
mbak... Kita khan nggak kearah Rumah Sakit Jiwa." Kata Seto sembari
melirik Citra dari kaca spion motornya.
"Hihihi.. Biarin... Mulut-mulut aku ini.... Weeeekk..." Jawab Citra sambil menjulurkan lidahnya.
"Hehehe... Eh mbak... Boleh jujur nggak..."
"Kenapa Set..?"
"Makasih ya mbak sudah mau berangkat bareng aku..."
"Loh kok...?"
"Iya mbak... Sebenernya aku mengagumi mbak loh... "
"Megagumi gimana??"
"Beneran.. Mbak itu cantik, pinter, jago masak, ngomongnya lembut...
Beda banget ama Anissa..." Ujar Seto tiba-tiba membanding-bandingkan
Citra dengan istrinya. "Mbak juga seksi, putih, semok trus...."
"Kok diem...? Teruuuussss...?"
"Teteknya geeddeeee baaangeeeet... Bikin aku selalu adem panas mbak...
Hehehehe..." Asal tau aja ya mbak... Gara-gara sering mbayangin kamu...
Anissa tuh yang aku jadikan pelampiasan... "
"Maksudnya? Pelampiasan gimana Set..."
"Hehehehe... Tapi mbak janji jangan marah ya... "
"Hmmmm... Iyadeh. Aku janji nggak bakal marah..."
"Jadi mbak... Karena keseringan ngeliat kecantikanmu, keseksianmu,
kemolekanmu... Aku jadi sering ngebayangin kamu... Dan ujung-ujungnya,
aku jadi sering deh, ngewein Anissa sambil ngebayangin Anisaa itu
kamu... Hehehe..."
"Owalaaaaaahhh... Daaaasssaaaar geniiiiiitttttttttt...." Teriak Citra
tiba tiba sambil memberi pelajaran ke Seto karena telah berbuat mesum.
Dengan kekuatan penuh, Citra memberikan pelukan keras kepunggung Seto,
ia menghukum lelaki cabul itu dengan memberinya sengatan birahi.
"Hehehe... Makasih ya mbak... "
"Idiihh.... Ada gitu ya orang mesum kaya kamu itu... "Ejek Citra. "Eh
tapi-tapi... Gimana rasanya begituan sama istri sambil ngebayangin orang
lain..pasti lebih enak ya? Hihihi..." Tanya Citra penasaran.
"Enak sih mbak... Cuman bakalan lebih enak kalo beneran bisa ngajak
ngewe orang yang dibayangin itu...Hahaha... Pasti enaknya banget banget
banget...
"Yeeeeeee.... Maunya.... Awas loh sampe ketahuan yang punya... Hihihi..."
"Yaaa... Khan mas Marwan nggak ada disini mbak... Hehehe..."
Berkali-kali mendengar Seto menyebut nama suaminya, membuat perasaan
aneh yang sedari tadi ada dihati Citra menjadi semakin terasa. Perasaan
dilecehkan oleh mas Marwan tadi subuh, seolah mengubah Citra yang
biasanya tabu meladeni ucapan-ucapan mesum orang lain, menjadi sosok
yang haus akan kenakalan.
"Dasar cabul..." Kata Citra sambil kembali mencubit pinggang Seto.
"Addduhhh... Pedes bangeeeett.." Jerit Seto spontan.
"Sudah punya istri cantik, masih aja ngegodain istri orang..."
"Hehehe... Namanya juga usaha mbak..."
"Emang kamu kurang puas ama Anissa Set...?"
"Ya khan kalo punya dua istri bakalann lebih puas lagi mbak... Hahahaha...."
"Hihihihi... Kaya kamu kuat aja ngehadepin dua istri Set...? Secara tiap pagi main mulu..."
"Loh... kok mbak bisa tahu...?"
"Hihihi... Sekomplek kontrakan juga tahu kali Set... Wong kalian kalo begituan berisiknya minta ampun... "
"Hehehe... Habisan enak sih mbak..." Jawab Seto cengengesan. "Ga
kebayang gimana rasanya punya dua istri... Apalagi kalo nambah istrinya
kaya mbak... Biiiuuuhhh... Genjot teruuuusss..."
"Meesssuuuummm..." Ucap Citra lagi-lagi mencubiti tubuh Seto.
"Hahahaha... Ampun mbak ampun... Hahaha..." Kata Seto sambil tertawa-tawa kegelian. "Udah-udah Mbaaakk... Ampuuunnn"
"Bisa-bisanya ya kamu ngebayangin mbak jadi istri kamu..."
"Habisan salah mbak sendiri sih jadi orang kok cantik banget... Ya sudah
tak ada jalan lain... Mbak harus terima saja resikonya..." gombal Seto,
"Ga kebayang puasnya mas Marwan seperti apa... Pagi dikamar, siang
diruang tamu, sore didapur, malem dihalaman belakang... Pasti dia puas
banget ya mbak... Hehehe..."
"Hei hei hei... Nyetirnya tuh lihat jalan... Jangan merem-merem terus..." Tegur Citra.
"Hahaha... Ngobrol ama mbak tuh bikin adem panas... Bikin aku jadi..."
"Horny...?" Potong Citra, "Pantesan keras banget jendolan celananya....." Tambah Citra tanpa malu-malu lagi.
"Jendolan apaan mbak...?" Tanya Seto pura-pura nggak tahu.
"Jendolan yang ini niiiihhhh........" Jawab Citra sambil meremas selangkangan Seto.
Entah keberanian darimana, jemari lentik Citra tiba-tiba meremas batang
penis lelaki yang bukan suaminya itu. Dan seketika itupula, Citra
menyadari jika apa yang ia remas bukanlah batang biasa.
"Astaga besar sekali...." Batin Citra dalam hati
***
Dikantor, Citra sama sekali tak dapat berkonsentrasi dengan apa yang
sudah menjadi kerjaannya. Beberapa kali ia salah menekan nomor telephon,
salah mengetik proposal, salah memphotocopy dokumen, salah memasukkan
garam kedalam teh, bahkan Citrapun salah memesan menu makan siang. Semua
yang ada di otaknya hanyalah berisikan senyum Seto, sosok Seto dan
penis Seto.
" TIIITT... TIIITT... TIIITT... TIIITT..."
“Kalo kerja jangan ngelamun mulu - Seto"
Mendadak Citra menerima sebuah pesan dari Seto, padahal sepertinya ia
tak pernah memberikan nomor telephonnya ke Seto. "Aku dapet no.hapemu
dari Anissa. Makasih ya mbak buat TETEK PAGInya, bikin aku jadi
semangat" Ucap Seto ceplas-ceplos lagi.
"Dasar mesuuuuuummmm " Balas Citra "Semangat apa horny...?"
"Hahaha. Gimana nggak horny mbak, kalo sepanjang perjalanan tadi aku
bisa ngerasain empuknya tetek kamu mbak" Balas Seto santai. "Kena
pungung aja aku udah berasa enak, apalagi kalo kena remes?"
"Sakit dong kalo diremes.Hihihi... Sumpah.... Kamu bener-bener mesum
Set...." Ledek Citra, "Heran. Kok Anissa bisa betah ya punya lelaki
cabul kaya kamu. Isi otaknya begituan mulu. Kaya ga ada cowo lain aja.
Hihihi..."
"Yaaah. Kamu juga kalo udah kena sengatanku, pasti bakal lupa ama suamimu mbak. Hahahaha..."
"Yeee. Emang kamu kalajengking. Pake nyengat-nyengat segala..."
"Hehehe.Eh iya mbak, bagi photomu donk" Pinta Seto, "Lagi semangat nih"
"Heeeehh. Buat apa? Nggak ah. Ntar malah dipake buat yang nggak-nggak2"
"Nggak-nggak gimana mbak?"
"Hihihi. Pake pura-pura nggak ngerti segala. Kamu minta photoku pasti mau dipake buat olahraga tangan khaaan"
"Owwww.Maksud kamu coli Mbak?Hahahaha.Tau aja"
Tiba-tiba, selintas pikiran nakal terbersit di benak Citra, dengan cepat
Citra segera bersolek, lalu mengangkat handphonenya dan mengambil
beberapa gambar dirinya. Ia sengaja mengambil gambar ketika sedang
tersenyum manja, menggigit bibir, dan menjulurkan lidah nakal..
"CKLIK CKLIK CKLIK"
Sejenak, ia melihat beberapa hasil jepretan amatirnya. Lumayan bagus juga. Kirim
"Wuih. Cantik bener bidadariku.Bibirnya seksi abis" Kata Seto girang.
"Tuh, pelototin aja sampe puas. Anggep aja buat bayaran tadi pagi"
"Hehehe. Makasih ya Mbakku sayang. Langsung ngaceng nih."
"Udah sana buruan ngocok kekamar mandi.Puas-puasin deh...."
"Hehehe. Makasih ya mbakku saayaaanng"
Tahu jika photo dirinya ketika senyum saja bisa membuat orang lain
bernafsu, membuat Citra semakin tenggelam dalam permainan mesumnya.
Lagi-lagi Citra mempunyai pikiran nakal, jauh lebih nakal. Buru-buru ia
melepas beberapa kancing atas kemejanya, lalu memamerkan sedikit kain
beha beserta gundukan payudaranya .
"CKLIK CKLIK CKLIK"
Tanpa merasa malu lagi, Citra segera mengirim lima photo seksiny.
"Ini sedikit bonus buat kamu Settt :* " Kirim Citra sambil menambahkan icon kiss dalam pesannya.
"WUAAHHH. Busyeeett. Gede banget tetek kamu mbak. Putih. Sampe uratnya
keliatan" Ketik Seto kegirangan, "Kalo gini mah aku bisa langsung
muncrat."
"Hihihi... Awas loh, ngocoknya jangan kenceng-kenceng. Nanti malah patah. Hihihihi."
"Hahaha. Sialan. Jadi pengen ngeremes tetek kamu mbak" Ketik Seto makin mesum.
"Remes aja. Itu khan udah ada di hape kamu"
"Sialan.... Maksud aku ngeremes punya kamu beneran."
"Hihihi... Sini aja kalo mau..." Godaku.
Tiba-tiba, sebuah gambar masuk kedalam handphone Citra. Sebuah gambar
yang seketika itu juga, membuat jantung Citra berhenti berdetak.
"Titit Seto...." Ucap Citra dalam hati. "Besar banget...."
Dengan seksama, Citra mengamati gambar yang terpampang jelas di
handphonenya. Berulangkali ia memperbesar gambar itu, menikmati setiap
pixel penis Seto sepuas-puasnya. Penis itu begitu besar, dan panjang.
Berwarna coklat tua dengan urat-urat yang bertonjolan di sekujur
batangnya. Kepalanya begitu besar, berwarna merah kehitaman dengan kulit
yang begitu mengkilap. Kantung zakarnya juga sangat besar,
menggelantung panjang dan memperlihatkan dua buah telur yang begitu
menggiurkan untuk diremas.
Mendadak, puting payudara Citra mengeras dan vaginanya berdenyut.
Sepertinya wanita cantik itu ingin melakukan masturbasi. Ia sudah
tenggelam dalam imajinasinya, dan imajinasi itu butuh pelampiasan.
Buru-buru, Citra beranjak keluar dari area meja kerjanya dan memeriksa
seluruh teman kerjanya.
"Bagus... Semua orang sepertinya sedang istirahat makan siang...
Aman..." Ucapnya lega. Setelah itu ia kembali duduk dan mengamati layar
handphonenya. Karena posisi meja Citra ada dibagian depan kantor, jadi
ia bisa tahu jika seandainya ada orang yang mendekat.
Dengan cekatan, ia lalu menurunkan tangannya kebawah. Masuk kedalam rok
dan mulai mengusap bibir vaginanya yang sudah membanjir basah dari luar
celana dalam.
"Ooohhh... Enak bangeeeett.." Desah Citra sembari terus meremas puting
payudaranya dari balik kemeja, "Sssssetoooo..... Andai kamu jadi
suamiku..."
Karena kantor sepi dan nafsunya sudah memuncak, kenakalan Citra pun
semakin menjadi-jadi. Buru-buru ia menaikkan Ujung rok pendeknya lalu
memegang tepi celana dalamnya.
SET...SET...SET.
Dalam satu gerakan cepat, ia segera menurunkan celana dalam itu dan
meletakkannya di dalam laci meja kerjanya. Setelah itu, Citra pun
melepas blazernya dan meraih kaitan branya dari belakang punggung.
CTEK.
Gerakan tangannya sungguh gemulai, ia melepas semua tali beha yang
mengikat payudaranya, lalu menariknya keluar dari bawah kemeja. Dan
seketika itu, payudaranya yang berukuran besar langsung jatuh kebawah,
menggelantung manja dengan santainya.
"Fiuuuh... LEGA..." Ucap Citra setelah berhasil melepas semua pakaian
dalamnya. Sekarang, walaupun dari luar Citra terlihat masih menggunakan
kemeja dan rok kerjanya, namun didalamnya, ia benar-benar telanjang.
"Mesum sekali kau Citra Agustina... " Batinnya sambil kembali mengelusi
payudaranya dari luar kemeja kerjanya. "Sssshhhhh... Setoooo...isep
tetek aku Sseeeet..." Perlahan tapi pasti, darah birahi Citra semakin
panas, hingga desahan dan erangan pun mulai keluar manja dari bibir
mungilnya. Membuat siapapun yang mendengarnya dijamin bakal bernafsu.
"Ooouuuhhh...Gigit puting aku sayang..."
Dan benar, tak jauh dari tempat Citra yang sedang asyik bermasturbasi,
ada sesosok lelaki yang juga tak kalah mesumnya, sedang mengawasi istri
Marwan itu dari balik persembunyiannya. Matanya sama sekali tak
berkedip, mulutnya menganga dan tangannya mengocok batang penisnya yang
telah tegak berdiri.
Sepertinya nafsu yang melanda diri Citra sudah terlalu tinggi sehingga
ia lupa, (atau tak peduli?) jika masih ada orang lain yang masih berada
dikantor.
Pak Utet adalah seorang cleaning service yang sudah bekerja belasan
tahun di kantor yang sama dengan Citra. Karena kantor itu adalah kantor
kecil, disana ia juga bertugas sekaligus office boy yang membantu
pekerjaan karyawan yang ada disitu. Pak Utet juga terkenal sebagai
seseorang yang pendiam. Ia suka bekerja dalam diam dan tak ada yang
mengetahui kapan ia bekerja, tahu-tahu lelaki tua itu sudah meyelesaikan
apa yang semua karyawan minta. Selain itu, jarang sekali pak Utet
terlihat mondar mandir, sehingga wajar jika Citra tak mengetahui pak
Utet yang masih ada dikantor.
Dimata Pak Utet, Citra adalah seorang wanita baik-baik. Seorang wanita
profesional yang sama sekali tak mau terlihat nakal atau murahan. Wanita
santun yang tak pernah bisa membuat dirinya berpikiran macam-macam.
Namun, entah kenapa, beberapa waktu belakangan ini, Citra berubah
menjadi seseorang yang baru. Seseorang yang suka menggoda, genit dan
suka bercanda mesum. Ditambah lagi, akhir-akhir ini Citra juga sering
bersolek dan berpakaian seksi sehingga semakin menambah daya tariknya
dalam menjerat lelaki.
Sesekali, Citra ke kantor dengan memakai dress dengan bahan yang tipis
tembus pandang, sehingga membuat kulit putihnya beserta bra dan celana
dalamnya terlihat menerawang. Sesekali juga, Citra datang dengan rok
mini atau blouse berbelahan dada rendah, memamerkan kaki mulus dan
payudara besarnya.
Melihat perubahan seperti itu, mau tak mau membuat Pak Utet menyerah
juga. Ia mulai membayangkan segala hal mesum ketika Citra ada
didekatnya.
Hingga suatu hari dijam makan siang, terjadi hal yang cukup menegangkan.
Ketika pak Utet sedang sibuk membesihkan ruang meeting yang baru tadi
pagi dipakai direksi, ia mendapati Citra yang sedang mendesah-desah
keenakan. Walau hanya dilihat dari belakang, Pak Utet tahu jika Citra
sedang meremasi dadanya yang besar dan padat berisi. Bahkan sesekali,
Pak Utet melihat Citra menjilati puting payudaranya dengan gemas.
Kebetulan, ruang meeting yang ada di belakang meja kerja Citra
menggunakan pembatas kaca yang dilapisi kaca filem satu sisi. Selama Pak
Utet tak menyalakan lampu, orang dari luar ruangan tak akan dapat
melihat ke arah dalam sama sekali.
"Ohh Seto... Isep tetekku Set.." Bisik Citra lirih sambil meremas dan
mencubiti payudaranya. "Iseep... Terus sayang... Isep yang kenceng...
Sluuurpp... Nyam... Nyammm.... "Suara lidah Citra begitu seksi. Ia terus
menjilati kedua puting payudaranya yang besar secara bergantian.
"Ssshhh... Terus sayang... Isep teruuusss.." Erang Citra keenakan,
seolah sedang melakukan persetubuhan yang sebenarnya, "Ooohhh.., Iyak
teruuussss..."
"Buussseeeettt.... Mimpi apa aku semalam...?" Ujar Pak Utet sambil
menelan liur birahinya. Ia tak mengira bakal bisa melihat wanita
idolanya memamerkan tubuh telanjangnya. "Astagaaaa... Tetekmu besar
sekali Neeengg.... Remes terus Neeng... Remes yang kenceng...." Kata pak
Utet lirih sambil terus mengocok penisnya yang sudah keras menegang.
Panasnya gelombang birahi Citra benar-benar membuat wanita itu
kehilangan akal sehatnya. Merasa kurang puas dengan apa yang ia lakukan,
membuat dirinya semakin nekat. Tanpa rasa malu lagi, Citra membuka
semua kancing kemejanya dan membiarkan payudaranya terbuka bebas. Lalu
dengan gemas, ia meremasi kedua payudara besarnya kuat-kuat.
"Setooooo... Remas tetek aku sayang... Remas yang kuat..." Jerit Citra
keenakan sambil membayangkan jika remasan itu dilakukan oleh Seto.
Karena ingin segera mencapai orgasme, Citra terus menjilat dan meremasi
payudaranya. Ia pun lalu mengangkat tepi bawah roknya, menaikkan hingga
setinggi pusar lalu mengusap klitorisnya. " Iya sayang... Jilat memek
aku..... Cucup lendir kewanitaanku.... Ohhhsss... Nikmat sekali..."
tambah Citra lagi sambil mulai menusuk-nusuk vagina gundulnya dengan
jemari lentiknya..."Ayo sayang.... Tusuk memekkuuu...Tusuk dengan titit
besarmu..." Ucapnya berimajinasi.
Dengan cepat, jemari-Jemari itu mulai melakukan tugasnya. Masuk, keluar,
masuk, keluar. Mengantarkan pemiliknya mendaki gunung kenikmatan yang
mulai meninggi. Lendir kenikmatannya pun mulai membanjir basah, keluar
tiada henti seiring kocokan jemari tangannya yang semakin cepat.
"CLOK...CLOK... CLOK..."
Suara tusukan jemari nakal Citra pada vaginanya mulai terdengar nyaring.
"Sodok memek aku Seettt... Ayo sodok... Ooooggghhh.... Terus Setoooo...." Semakin lama kocokan jemari tangannya semakin cepat.
"Terus Neeeng Citra... Kobel terus memek mulusmu Neeeng... "Erang pak
Utet sambil membelalakkan matanya, "Puasin dirimu sayang... Ssshhh....
Kobel teruuuusss sampe moncoott... Dasar wanita nakaaalll..." Erang Pak
Utet yang juga melakukan hal serupa, membetoti batang penis tuanya yang
sudah semakin renta. Berusaha terus mengimbangi kenikmatan semu
persetubuhan akibat terlalu lama tak merasakan kenikmatan vagina wanita.
"Aku harus bisa mendapatkan kenikmatan tubuhnya... Aku harus bisa
memasukkan kontol tuaku kedalam memek sempit itu... Aku harus bisa..."
Kata pak Utet dalam hati.
Merasa gelombang orgasmenya mulai datang membuat masturbasi Citra
semakin dahsyat. Jilatan lidah ke payudaranya semakin buas dan kocokan
jemari lentik di vaginanya juga semakin cepat. "Hooooohhh.... Sssshhhh..
Terus sayaaanng... Sodok terus memek aku dengan titit besarmu...
Teruuuss... OOhhh... "
Ditusuk-tusuk sedemikian rupa, membuat vagina Citra terlihat semakin
menggoda. Vagina yang semula putih gemuk itu sekarang sudah berwarna
kemerahan dan tembem. Cairan kewanitaannya juga mengalir begitu hebat,
hingga menetes-netes jatuh keatas kursi tempatnya duduk.
"CLOK... CLOK... CLOK..."
Perlahan tapi pasti, Citra merasakan ada sesuatu akan meledak keluar
dari dalam tubuhnya. Desakannya terasa semakin lama semakin kuat, hingga
membuat tubuh indahnya meliuk-liuk dan menggeliat tidak karuan. Bibir
basahnya terus mendesah menceracau. Nafasnya semakin cepat dan badannya
menghangat, seolah terserang demam tinggi. Hingga akhirnya ia merasa
ingin ingin pipis.
"Ssshhh.. Aku nggak tahan lagi Set... "
"NENG CITRA...." Mendadak, sesosok pria muncul dari balik tembok dan
memutuskan rentetan pra-orgasme Citra. "Lagi ngapain Neng...?" Tanyanya
lagi dengan mata yang tak berkedip menatap ke arah Citra.
"Eee.. Eh Pak Utet..." Citra kaget sekaget-kagetnya. Saking kagetnya
wajah Citra langsung memucat. Ia tak tahu harus berbuat apa. Buru-buru
ia segera jongkok, berusaha menyembunyikan tubuh telanjangnya.
Sambil jongkok Citra buru-buru membetulkan semua pakaiannya yang
berantakan. Menutup kancing kemejanya yang terbuka dan menurunkan rok
pendeknya yang tersingkap sampai pusar.
"Udah Neng... Nggak usah dibenerin bajunya... Bapak sudah tahu
kebiasaanmu kok..." Kata pak Utet lagi sembari mendekat kearah Citra.
Mendadak, mata Citra seolah mau copot. Pak Utet mendekat ke arahnya
dengan tanpa mengenakan celana sama sekali. Ia mendekat dengan penis
yang sudah mengacung tinggi. "Bapak bisa membantumu menuntaskan nafsu
birahimu Neng..." Ucap pak Utet dengan tatapan mata penuh nafsu..
Diraihnya lengan mulus Citra, dan diajaknya bangkit dari posisi
jongkoknya. " Pak... Jangan Pak.." Pinta Citra seolah tau maksud pak
Utet sambil berusaha melepaskan pegangan tangannya.
"Berdiri Neng... Kamu nggak usah takut ya Cah Ayu..." Pinta Pak Utet tegas.
"Aku malu pak.. Jangan..."
Karena nafsu Pak Utet sudah sampai ubun-ubun, ia sama sekali tak
menggubris larangan Citra. Dengan nafas mendengus-dengus, lelaki tua itu
membalik tubuh Citra dan memeluknya dari belakang. Mulut tebalnya lalu
menciumi leher jenjang Citra dan tangannya mulai meremasi payudara Citra
dengan buas.
Sadar jika ia terjebak dalam dekapan lelaki tua itu, Citra berusaha
menjauh dari. Tapi karena tenaga wanitanya berbeda jauh, semua itu
terasa sia-sia. Citra yang bertubuh jauh lebih kecil dari pak Utet
merasa terkunci, sama sekali tak dapat melepaskan diri dari dekapan
lelaki tua itu.
"To... Tolong ja... Jangan apa-apakan saya pak... Le-lepaskan saya Pak..."
"Nggak apa-apa kok Neng... Kita sama-sama butuh kepuasan... Biarkan
bapak membantumu melepaskan beban birahimu..." ujar Pak Utet yang terus
meremasi payudara Citra dari belakang, dan mendesak tubuh rampingnya
kedepan hingga ke menabrak meja kerjanya.
"Ahhh... Titit Pak Utet tepat di sela-sela pantatku... Dia akan
memperkosaku..." Gelisah Citra ketika merasakan tonjolan hangat penis
pak Utet yang mulai berdenyut di belahan pantatnya. "Tititnya besar
sekali.... "
"Ayolah Neng... Mumpung kantor sepi..." ucap Pak Utet sembari terus
meremasi payudaranya dan menciumi tengkuk leher Citra. "Yuk Neng...
Sebelum orang-orang kantor pada balik... Bapak bantu muasin nafsu
birahimu.... " Tambahnya lagi sambil meremas payudara Citra keras-keras.
"Aduh pak... Sakit..."
"Bapak tahu semuanya kok Neng... Kamu sebenernya merasa kurang
mendapatkan kepuasan dari suamimu khan? Mmppphhh...." Kata Pak Utet
sambil menciumi tengkuk leher Citra. "Kontol kecil suamimu pasti nggak
pernah bisa memberikanmu kenikmatan khan? "
Tak menjawab, Citra hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, mencoba menolak semua doktrin yang diberikan oleh lelaki tua itu.
"Bapak bisa tau Neng... Kontol kecil suamimu pasti tak pernah bisa
bermain lama. Kontol suamimu pasti selalu moncrot dikala kamu sedang
mencoba menikmatinya... " Bisik Pak Utet, "Ayolah Neng... Terima tawaran
bapak... Selama ini kamu pasti sering membayangkan gimana rasanya
ngentot dengan kontol yang jauh lebih besar dari kontol suamimu.... Kamu
penasaran dengan kontol pria-pria lain... Percuma Neng punya suami tapi
tak pernah bisa memberikan kenikmatan duniawi... Kalau dibiarkan,
sampai kapan Neng bakal mengobok-obok memekmu terus..? "
Entah kenapa, kalimat-kalimat yang dikatakan oleh Pak Utet begitu mengena di hati Citra.
"Ayo Neng... Buruan... Bapak bisa memberimu kenikmatan, sebelum
teman-teman kantormu balik... Hanya 10 menit Neng... Bapak bisa
memberimu orgasme... Ayo Neng.. Terima tawaran Bapak.. ".
"Citra... Tak ada salahnya menuruti nasehat lelaki tua itu... " Pikir
Citra galau. "Toh Mas Marwan sudah memintamu untuk mencari kontol-kontol
pria lain... Jadi terima saja tawaran pak Utet ini..."
Entah karena nafsu birahinya yang sudah terlanjur tinggi atau terkena
hipnotis lelaki tua itu, Citra tiba-tiba mengangguk setuju. Iapun lalu
melemaskan pertahanan tubuhnya. Citra Agustina menerima tawaran mesum
cleaning service itu. Terlebih, pelampiasan masturbasinya beberapa saat
tadi perlu penuntasan secara cepat.
"Naaahh... Begitu khan enak Neeeng..." kata Pak Utet yang dengan nafas
penuh nafsu terus-terusan menciumi tengkuk Citra sambil meremasi
payudara indahnya. "Tetekmu benar-benar gede Neng... Montok... Sayang
banget kalo nggak diapa-apain... Cuppp..cuuuppp" kata Pak Utet mesum
sambil merabai perut dan vagina Citra dari belakang.
"Pak... Jangan keras-keras ya..."
"Hak... hak... hak.." Tawa Pak Utet keras-keras.
Karena nafsu setan pak Utet sudah begitu besar, ia segera mendekatkan
pinggulnya ke pantat Citra dan mulai menempatkan kepala penisnya yang
sudah berkedut di lubang vagina Citra.
"Maafkan adek Mas..." Kata Citra dalam hati. "Adek hanya mencari kepuasan birahi semata, cintaku masih tetap hanya untukmu..."
Dengan pasrah Citra segera menundukkan tubuhnya kedepan, dan membuka
pahanya lebar-lebar, membiarkan penis lelaki tua itu masuk ke dalam
tubuhnya.
"Ooohhh... Susah banget Neng... Kontolku sepertinya kesulitan menjebol memek sempitmu..." Ucap Pak Utet bingung.
Penasaran akan penis Pak Utet, Citra segera menengok ke belakang. Dan,
seketika itu pula, Citra langsung tahu penyebab sulitnya penis Pak Utet
untuk dapat masuk ke liang senggamanya.
"Pak... Tititmu besar sekali..." Jerit Citra panik. Ia buru-buru menjauh dari gesekan penis lelaki tua itu.
"Titit...? Ini KONTOL Neng... KONTOL... hak hak hak.." Jawab Pak Utet
sambil mencoba kembali menusukkan kepala penisnya ke vagina Citra dari
belakang.
"Jangan Pak.... Sakit... Pasti sakiiitt..." Jerit Citra lagi. "Paaakkk... jangaaaannn.."
"Sttt.... Udah-udah... Kamu diam dan nikmatin saja ya Neng... " Erang
Pak Utet yang kesulitan menusukkan batang penisnya ke liang kenikmatan
Citra.
"Sakit paaaakk... Saaakiiitttt..." Jerit Citra begitu merasakan kepala
kemaluan Pak Utet mulai memaksa masuk kedalam vaginanya, membuka lebar
mulut celah kewanitaannya hingga batas terlebarnya.
"Sabar Neng... Bentar lagi pasti enak kok... Kamu kesakitan gara-gara
kontol kecil suamimu tak pernah memberi kenikmatan... Kontol kecil
suamimu mah apa enaknya... Enakan KONTOL BESARKU Neng..."
Mendengar Pak Utet menghina suaminya, Citra mendadak merasakan sensasi
aneh. Sensasi nikmat antara sakit hati dan rasa gatal akan sodokan penis
besar di vagina, membuatnya mulai merasa keenakan. Secara tiba-tiba
Citra semakin membuka lebar-lebar pahanya, supaya mempermudah lelaki tua
itu membongkar vaginanya.
"Hak hak hak... Benar-benar istri yang pengertian..."
"Ssshh.... Pak... pelan-pelan..." Pinta Citra sambil terus merasakan
dorongan kasar penis besar Pak Utet. Ia sadar jika dalam beberapa detik
kedepan, vagina sempitnya akan menerima sodokan penis lelaki lain.
"Sesak banget memek aku Pak... Ssssakit..." jerit Citra lemah ketika ia
merasakan kepala penis Pak Utet yang berukuran cukup besar itu mulai
memasuki gerbang vaginanya. Citra menarik nafas panjang, sodokan penis
besar itu membuat Citra ingin menangis. Namun beruntung, lendir yang
keluar ketika ia bermastubasi beberapa saat tadi sedikit banyak agak
membantu mengurangi peretnya persetubuhan terlarang mereka. Perlahan
tapi pasti, penis Pak Utet yang besar itu mulai masuk perlahan ke dalam
vagina Citra, dan menggesek semua syaraf kenikmatannya.
Pelan tapi pasti, vagina sempit Citra menelan penis panjang Pak Utet.
Sedikit-demi sedikit mulut dan rongga vaginanya melar, berusaha
menyesuaikan diri dengan bentuk penis pria lain ini. "Uuuuggghhh...
Pak... Sakit... Ssshh... Ampun Paaakkk..." Desah Citra sambil mengigit
bibir bawahnya. Antara bingung, takut dan takjub, Citra tak dapat
berkata apa-apa. Ia hanya bisa merintih-rintih sambil terus berusaha
menikmati batang panjang Pak Utet ketika merasuk kedalam vaginanya.
"Sakit paaaakkk...."
PLEK..
Akhirnya, tak beberapa lama kemudian, batang penis Pak Utet berhasil
amblas seluruhnya ke dalam liang kenikmatan Citra. "Ooooohhhh....
Aastagaaa... Ppanjang banget titit lelaki tua ini...." kata Citra dalam
hati.
Melihat tubuh Citra yang masih tegang karena dimasuki penis besarnya,
Pak Utet tak buru-buru langsung menggoyangkannya. Ia membiarkan Citra
untuk dapat menikmati kebesaran batang kelaminnya.
" Hak hak hak... Mentok banget Neng..." Tawa Pak Utet puas. "Goblok
sekali suamimu ya Neng... Menyia-nyiakan memek selegit ini... Hak hak
hak"
"Ooohhhhmmmm.... " tak menjawab apapun, Citra hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kenapa Neng...?"
" Ssaakit Ppaaakk... Terasa penuh banget..."
"Masa sih? Sakit apa enak? Hak hak hak ..." Canda Pak utet, "Kalo sakit,
memekmu nggak mungkin bakal memijat kontolku seperti ini Neng...Hak hak
hak..."
Merasa kebohongannya diketahui Pak Utet, muka Citra seketika memerah.
"Mulutmu mungkin bisa berbohong, tapi memekmu berkata sejujurnya... Kamu
menikmati kontol besarku khaaaann? Hak hak hak...".
Tak sadar, Citra mengangguk. Ia mengakui kenikmatan yang sedang ia
rasakan memang membuatnya seolah terbang. Meskipun pada awalnya ia tak
menyukainya, namun entah kenapa, tiba-tiba ia merasakan kenikmatan yan
sangat luar biasa.
"Gimana neng...? Mau diterusin apa nggak...?" Goda Pak Utet sambil
perlahan mulai menarik batang penisnya keluar dari vagina Citra.
"Oooohhh... Paaak...." geleng-geleng Citra. Ia menyadari jika penis
lelaki tua itu mampu mengalahkan rasa malunya. "Jangan Paaak..."
"Jangannnn...? Bener nih...? Kalo nggak mau, kontolnya bapak cabut loh ya..?"
"Jangan Pak..."
"Looohh.. Kok? Jangan gimana Neng? Bapak nggak ngerti... " tanya Pak Utet pura-pura.
"Jangan dicabut... Pak ... Masukin lagi... "
"Masukin? Masukin gimana Cah Ayuuuu... Masukin apanyaaa..?"
"Masukin tititmu Pak... Sodok memek aku..."
"Titit? Maksud Neng KONTOL? Neng mau bapak nyodokin KONTOL bapak ke memek kamu.... Gitu?"
"Iya Pak... KONTOL... Sodok memek aku dengan KONTOLMU..."
"Naaah Gitu donk... Khan bapak jadi ngerti maksudnya... Hak hak hak.. "
Goda Pak Utet puas. "Kamu benar-benar wanita nakal Neng... Ayo sebut...
Aku memang wanita nakal..."
"Iya pak... Aku nakal... Oooohh... Aayo Pak... Buruan sodok memek
akuuuu..." Jerit Citra yang sudah benar-benar tak mampu menahan gatal
birahi di vaginanya.
"Hak hak hak.... Iya Bapak sodok nih... Uhh... Uhhh..Uhhh..." Balas Pak
Utet buru-buru memajukan pinggulnya. "Sumpah Neng... Memek kamu peret
banget.... Pasti kontol suamimu kecil banget ya? Pasti kamu tak pernah
terpuaskan olehnya ya? Hak hak hak..."
"OOoooohhh... Iya Pak.. Iyaaaaaa... KONTOL MAS MARWAN MEMANG TAK PERNAH
MEMUASKAN AKU....SODOK TERUS PAK.... TERUUUUSSSS..."Jerit Citra tak
tertahankan. Kenikmatan akan persetubuhan terlarang itu membuat dirinya
benar-benar lupa daratan.
"HAK HAK HAK.." Tawa Pak Utet puas.
Dengan kekuatan penuh, pak Utet segera menyodokkan penisnya kuat-kuat.
Hingga membuat tubuh ramping Citra terdorong-dorong kedepan, menabrak
meja. "Oooouuggghhh... Memekmu sempit sekali Neeeeng.. Pantatmu juga
semoookk... Bikin bapak pengen nyodok lubang anusmu saja...Oooouuuhhh..
Neeeng ENAAK BANGEEEETTT..." jerit pak Utet.
"iya Paaakk ... oooohhh..." teriak Citra tak mau kalah. Dengan tubuh
yang ditunggingkan, Citra membuka pahanya lebar-lebar supaya penis besar
pak Utet dapat memompa vaginanya lebih cepat lagi. "Sodok yang keras
Pak... Sodok memek aku paaaak.. "
"Neng Citraaaa... Kamu benar-benar istri yang nakal.." Goda Pak
Utet."Mirip pelacur murahan.... Hak hak hak.." Tawa pak Utet puas sambil
menusuk lubang anus Citra dengan jemari gempalnya.
"Mmmppphhhhh.... Ooouuhh Paakk... Sodok yang kenceng Pak... Aku mau keluar... "
"Kita keluar bareng ya Neeeng...." Tiba-tiba pak Utet mengerang dan
menekan tubuh Citra keras-keras. Berkali-kali ia menghentakkan penisnya
dalam-dalam hingga membuat Citra mengerang keenakan. Sepertinya, lelaki
renta itu sudah tak mampu lagi menahan luapan orgasmenya. "Ooohhhhh....
Neeenng.. ENAAAKKK... "
CROT CROOT CROOOT..
Bertubi-tubi, penis Pak Utet itu menyemburkan sperma panasnya, memenuhi
setiap rongga vagina Citra. Denyutan demi denyutan penis tua itu terasa
begitu nyata, menghantarkan benih-benih kehidupan ke liang rahim Citra
"Neng ... Makasih ya suguhan memeknya.... Memang, tak ada yang lebih
enak selain ngentotin memek istri orang lain... Hak hak hak..."
"Iiiihh Bapak... Kok ngomongnya mesum gitu.. Iya pak... Sama-sama...
Hihihi..." jawab Citra spontan, rupanya ia masih tak sadar jika
vaginanya baru saja disembur oleh jutaan sperma dari penis lelaki lain.
Ia hanya berharap jika sperma panas pak Utep tak berhasil membuahi
telur-telur dirahimnya.
"Neng Citra Agustina... Makasih ya Neng sudah memberi kenikmatan buat
bapak..." Kata pak Utep sambil menciumi tengkuk leher Citra. "Sekali
lagi makasih...."
Tak beberapa lama, pak Utep pun segera mencabut penisnya yang telah
lemas, lalu iapun menghilang ke balik tembok. Meninggalkan Citra yang
masih terengah-engah keenakan di atas meja kerjanya, telungkup tak
berdaya membiarkan sperma lelaki tua itu menetes-netes keluar dari
vagina mulusnya.
Termenung, Citra berusaha memikirkan apa yang baru saja menimpa dirinya.
Menarik nafas dalam-dalam, Citra mencoba menikmati sisa-sisa denyut
orgasmenya.
"Mas Marwan, terima kasih.... Berkat anjuran kalimat-kalimat kotormu
tadi pagi, Adek jadi bisa merasakan apa itu namanya kenikmatan dalam
persetubuhan... Nikmatnya ketika bercinta... Nikmatnya ketika orgasme...
" Kata Citra dalam hati, "Adek sadar kalau Adek memintamu terlalu
banyak, menuntutmu terlalu banyak... Oleh karena itu Mas, mulai saat
ini, Adek tak akan meminta apapun darimu lagi Mas... Adek sudah
menemukan apa yang adek cari... Adek sudah menemukan apa yang mas Marwan
inginkan, sesuai anjuranmu tadi pagi..."
Setitik air mata tiba-tiba mengalir keluar dari mata indah Citra.
Mengalir tanpa bisa ia bendung lagi. Terisak, wanita cantik itu terisak
setelah sadar kenakalan yang telah ia perbuat dengan lelaki yang bukan
suaminya. Dalam posisi yang masih belum berubah, Citra menangis
tersedu-sedu. Semua perasaan bercampur menjadi satu. Antara menyesal,
bingung, takut, dan senang, tak bisa ia gambarkan. Yang jelas, saat itu
tubuhnya baru saja merasakan kenikmatan dalam persetubuhan.
Ditengah isak tangisnya, jemari Citra meraba vaginanya yang masih
meneteskan sperma lelaki lain, ia masukkan perlahan kedalam vaginanya,
lalu itu jilat. "Ini adalah sperma lelaki lain pertama yang tersembur di
dalam rahimku... " Ucap Citra lagi dalam hati. "Mas... Adek telah
memberikan mahkota kenikatan Adek yang harusnya buat mas semata kepada
lelaki lain... Dan Adek ternyata menyukainya... Mungkin ini bukan
persetubuhan terakhir Adek dengan lelaki lain Mas... Mungkin ini baru
yang pertama...."
Sambil mulai merasakan kembali sisa-sisa kenikmatan orgasme yang masih
ia rasakan, tersungging sebuah senyum kepuasan di wajah cantik Citra.
"Terima kasih Mas Marwan... Maafkan Adek..."
***
By :
Tolrat
Home
Cerita Eksibisionis
Citra
Penulis Lain
Cerita Eksibisionis Citra : Nafsu Birahi Citra part 2 | Awal Kenikmatan Yang Salah
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar