Sebelumnya ane, ucapkan banyak-banyak terima kasih buat segala macam
support, kritik, dan dukungan dari para pembaca setia kisah NBC ini.
Sekaligus meminta maaf, karena kesibukan natal dan tahun baru kemaren
telah membuat semua pihak menanti kelanjutan cerita ini.
So, tanpa menunggu lebih lama lagi, sok atuh.....
Enjoiy ajah...
Nafsu Birahi Citra part 5 | Akhir Sebuah Penantian
Para tokoh :
1. Citra Agustina (26), Seorang wanita cantik bertubuh kurus namun memiliki payudara ekstra besar berukuran 36 F
2. Seto Maryadi (24), Suami playboy Anissa yang suka main perempuan dibelakang istrinya.
3. Utet (52), Lelaki tua mesum yang sangat jatuh cinta kepada Citra.
***
"Hai mbak...Gimana kabar...?"
Sebuah pesan singkat tiba-tiba masuk ke inbox Citra. Pesan singkat dari Seto maryadi, suami dari Anissa Rumina.
"Eh Seto.. Aku baik-baik saja kok..." Balas Citra singkat.
"Maaf ya mbak tentang kejadian kemaren..." Pesan Seto lagi.
"Hihihi... Iyaa..."
"Sepertinya aku terlalu kelewatan mbak..."
"Halah... santai saja Set...Mbak nggak apa-apa kok..."
Sebenarnya Citralah yang harusnya berterima kasih pada Seto. Gara-gara
melihat photo penisnya, Citra bisa mempunyai mainan baru yang bisa
memuaskan dahaga birahinya setiap saat. Mainan itu adalah penis Pak
Utet. Yah, walaupun kelihatannya penis Pak Utet tak sebesar penis Seto,
tapi paling tidak, penis lelaki tua itu lebih besar dari milik mas
Marwan.
"Enggak mbak... Aku harusnya minta maaf...."
"Haduuh...Apaan sih Set... Udah udah. Nggak usah dipikirin lagi kali... Hihihi...".
"Aku khawatir kamu marah mbak. Soalnya beberapa hari ini kamu sama
sekali nggak ngabar-ngabarin aku..." Jelas Seto, "Apalagi sekarang kalo
aku lihat... Kamu sudah punya gandengan baru.."
"Gandengan baru...?" Tanya Seto penasaran.
"Iya... Bapak-bapak tua yang setiap hari selalu datang kerumahmu pagi-pagi...."
"Owalaaaah.... Itu mah Pak Utet." Jelas Citra, "Dia cuma mbantuin aku
nganter jemput ke kantor aja kok.... Nggak lebih" Bohong Citra. Tak
mungkin ia menceritakan kenakalan dirinya dengan Pak Utet.
"Tukang ojek...?"
"Hihihi.. Iya deh... Tukang ojek.."
"Masa cuman tukan ojeh sih mbak...? Kok sepertinya kamu mesra sekali ama lelaki tua itu...?"
"Hihihi... Cembuuruuu nih yeee..." Goda Citra.
"Hmmm Enggak sih.. Belom..." Jawab Seto sok tak peduli.
"Hihihi... Beneran nih nggak cemburu...?"
"Hmmm. Dikit sih.... Hehehehe..." Kata Seto mengaku," Tapi walau cuman
ojek, belakangan ini aku jadi nggak bisa nganter bidadariku mbak. Aku
kangen ama bidadariku yang cantik..." Puji Seto mulai melancarkan jurus
rayuan mautnya.
"Halaaaah... Mulai deh... Gombalnya keluar...."
"Beneran mbak. Aku kangen pelukanmu....."
"Hihihi... Bilang aja kamu pengen ngerasain empuknya tetek besarku...
Iya khaaaaann..? Ngaku ajalaaah... Hihihi...." Celetuk Citra vulgar.
"Hehehehe.... Iya sih.... Kangen empuknya...."
"Lagian... Kamu sendiri juga nggak pernah ngabarin aku.."
"Iya mbak maaf.... Khan udah aku bilang tadi... Aku pikir, aku agak
keterlaluan ketika mengirim photo kontolku ke kamu.. " Jelas Seto lagi,
"Karena setelah itu, mbak sama sekali tak pernah membalas pesan-pesanku
lagi...".
"Kamu ternyata perhatian sekali ya Seto..." Batin Citra. Sebenarnya
bukan Citra yang tak mau membalas. Melainkan ia benar-benar tak memiliki
waktu untuk bisa bermesum ria dengan handphonenya lagi. Terlebih dengan
adanya Pak Utet di sekitarnya yang selalu meminta jatah ketika mereka
sedang sendiri di kantor.
"Mbak... " Panggil Seto lagi melalui pesan singkat.
"Yaaa...?" Jawab Citra.
"Boleh nggak...?" Tanya Seto, mencoba membuat Citra penasaran.
"Boleh apa....?" Balas Citra.
"Boleh nggak kalo nanti malam aku ajak kamu jalan...? Aku mau minta maaf..."
"Khan udah aku maafin Set..."
"Ayolah mbak... Aku mau bener-bener mau minta maaf..."
"Hmmm.. Gimana ya...? Sepertinya aku ada perlu deh....." Balas Citra mencoba menggoda Seto.
"Ayolah mbaaak... Pleeeaaaaseeeeee.... Ayo mbaaak...."
"Hmmm... Okedeh... Tapi kamu jemput aku ke kantor ya..."
"YEEESSSSS....Asyeeekk.. Makasih ya mbak..."
"Iyaaa..."
'"Aku sayang deh ama kamu mbak..."
"Gombaaaalll..."
Hehehe... Tunggu aku nanti malam ya mbakku sayaaangg..."
Melihat jawaban-jawaban Seto, seketika hati Citra menjadi berbunga-bunga. Ia seolah seperti kembal ke masa pacaran dulu.
***
"Hai mbak... Aku udah di depan kantormu nih... Yuk..." Tanya suara lelaki dari ujung telephon.
"Itu suara Seto..." Batin Citra girang, "Enggak kok Set.... Ini juga baru kelar mberesin file... Tunggu bentar ya..."
KLIK.
Secepat kilat, Citra membereskan semua barang-barang yang masih
berantakan di atas meja kerjanya, memasukkan semua handphone dan dompet
ke dalam tasnya, mematikan komputer kerjanya dan langsung meninggalkan
kantor.
"Nardi, Oji, Burhan, Ijul, Hendro, Minda aku pulang dulu yaaa... Udah dijemput..." Pamit Citra kepada semua teman kerjanya.
"Iyaaa Citraaaaa...." jawab mereka serentak,
"Eh Cit... Tunggu... " Panggil Minda, teman dekat Citra satu-satunya dikantor ini, "Aku juga mau pulang.... Bareng donk..."
"Yaudah... Yuk..."
"Cie...Cie...Suami pergi, istri senang-senang nih ceritanya...Hihihi..."
Celetuk Minda tiba-tiba ketika melihat Seto melambai kearah mereka dari
kejauhan.
"Hihihi. Kaya kamu enggak aja..." Balas Citra
"Yeee beda dooonk... Kalo mas Anwar khan emang pelaut cit, jadi aku
sering ditinggal pergi..." Bela Minda, "Eh kenalin dong Cit..."
"Udah lama Set...?" Tanya Citra basa-basi, " Eh iya... Ini ada yang mau kenalan nih..."
"Minda Ratnawati..." Kata Minda yang langsung mengulurkan tangan mungilnya, memperkenalkan diri.
"Seto Maryadi..." balas Seto sambil menjabat tangan Minda.
Melihat Seto bersalaman dengan minda, entah kenapa tiba-tiba Citra merasa cemburu. Buru-buru ia melepas tangan mereka berdua.
"Udah-udah... Nanti malah kesetrum.... Hihihi.." Selak Citra.
"Hihihihi.... Ada yang posesif nih yee..." Celetuk Minda
"Hahahaha... Apaan sih....?" Jawab Citra.
"Iye..Iye... Nggak bakalan gw ambil kok Cit... Hihihi..."
"Udah ah... kalo ngobrol mulu kapan jalannya nih..."
"Hihihihi... Iyeeeeee.... Yauda gih, sana jalan...."
Ketika Citra akan naik keatas motor Seto, tiba-tiba, entah darimana Pak Utet muncul diantara mereka.
"Loh neng Citra ga pulang bareng bapak...?" Tanya Pak Utet mencari tahu.
"Eh iya pak.... Saya baru inget... Hari ini saya ada janji pergi kerumah
temen pak..." Ucap Citra bohong, "Nanti bapak langsung pulang aja
yaa..."
"Kalo mau, bapak bisa anterin kok Neng..." Ucap Pak Utet tak mau menyerah.
"Nggak apa-apa pak... Aku sudah ada yang anterin..." Tolak Citra halus.
"Beneran Neng... Bapak anterin aja ya..."
Tak menjawab, Citra hanya tersenyum sambil menggeleng lembut.
"Ooohh gitu... Yaudah Neng... Hati-hati di jalan ya..." Ucap Pak Utet sopan seraya berlalu meninggalkan mereka bertiga.
"Ngotot banget tuh bapak tua Cit... Kok sampe ngebet banget nganterin
kamu pulang...?" Tanya Minda dengan nada dan pandangan curiga."Kamu
pelet ya...?"
"Hihihii... Iya donk... Nih... Weeeee...." Jawab Citra santai sambil menjulurkan lidahnya.
Citra tahu mengapa Pak Utet ngotot banget untuk mengajak dirinya pulang
bareng bersamanya. Karena seharian ini Citra sama sekali tak menggubris
keinginan lelaki tua itu ketika ingin menyetubuhinya dikantor, otomatis
nafsu birahinya pasti sudah melambung tinggi.
Berulang kali Pak Utet mengirimkan kode-kode permintaan seks buat Citra,
tapi ia tak membalas sedikitpun. "Hari ini aku mau jalan dengan Seto
paaaak.." Ucap Citra dalam hati, sambil berusaha terlihat sibuk. "Lagian
tadi pagi khan kontol gatelmu sudah dapet jatah...."
Dan seolah tahu dengan maksud Citra, Pak Utet mencoba untuk mengerti,
jika Citra sudah terlihat sibuk begitu itu artinya, ia menolak ajakan
mesumnya dengan cara yang halus.
"Hahahaha... Yaudah... Ati-ati dijalan ya... Seto..." Wanti Minda, buat Seto.
"Loh kok Seto yang diperhati'in..?"
"Aaahh... Khan kalo ama kamu bisa ketemu kapan aja... Hihihi.." Geli Minda
"Huuuuuu........" Balas Citra sambil melambaikan tangan.
***
"Hari ini kamu cantik sekali mbak..." Rayu Seto.
"Ooohhh jadi kemaren-kemaren aku biasa aja nih...?"
"Hahahaha.... Enggak mbak... Bukan begitu... Hari ini cantikmu melebihi
hari-hari kemaren..." Canda Seto yang tiba-tiba memeluk rubuh ramping
Citra.
"Iiiihhh... Genit ah... Baru juga jalan udah peluk-pelukan gini..." Kata Citra genit.
"Hehehe.... Jujur ya mbak... Akhir-akhir ini aku tuh kangen banget ama
kamu.. Jadi pas malam ini aku bisa ajak kamu jalan, rasanya tuh....
Luuuar biasa senengnya..."
"Kangen apa nafsu? Sampe keras gitu... Hihihi.." Celetuk Citra.
"Loh... Kok kamu tau mbak...? Emangnya keliatan ya...?" Kata Seto yang buru-buru membetulkan posisi selangkangannya.
"Gimana nggak keliatan...? Wong ngejendol gitu... Hihihi.." Jawab Citra sambil menunjuk tonjolan penis di pangkal kaki Seto.
"Waduh...."
"Emang kamu ga pernah pake celana dalem ya...?"
"Engga..." Jawab Seto singkat, "Habisan celana dalem biasanya bikin kontolku kesempitan. Jadi susah ngacengnya.... Hehehe..."
"Huuuu... Ngacengan...." Seloroh Citra, " Genit sih.... ".
"Nggak apa-apa kali mbak... Namanya juga lagi jalan ama bidadari, jadi kalo ngaceng ya wajar. Hehehe.."
"Idih... Malu-maluin deh..."
"Malu apa maauuu...?" Goda Seto, "Beneran nih mbak... Aku sepertinya sedang jatuh cinta ama dirimu..."
"Dasar playboy... Jatuh aja sendirian, biar sakit... " Gemas Citra sembari mencubit pinggang Seto.
"Wadooowww... Pedesnyaaaa... " Kata Seto yang akhirnya semakin
mempererat lelukan tangannya ditubuh Citra, "Aku cinta kamu mbak.."
"Aku enggak... " jawab Citra judes.
"Hahahaha... Muuuuuaaaah... "
Tiba-tiba, Seto mengecup pipi Citra mesra, "Aku sayang kamu... Mbak cantikku..."
Merasa pria yang sedari dulu ia kagumi berkata seperti itu, membuat
Citra seolah dimabuk kepayang. Detak jantungnya memompa darah begitu
cepat, membuat wajah cantik istri Marwan itu bersemu merah.
Akhirnya pintu theater dibuka. Seto yang merasa mengajak Citra mencoba
memberikan pelayanan ekstra kepada wanita pujaannya itu. Walau ia tak
membawa banyak uang, paling tidak cukup untuk membeli minuman dan
makanan kecil pelengkap nonton.
"Yuk mbak... Filmya sudah mau mulai...." Ajak Seto.
Di dalam bioskop, Seto sengaja memilih tempat duduk di bagian bawah,
jauh dari penonton yang lain. Dalam gelap, mereka berdua mulai tenggelam
dalam perselingkuhannya. Saling goda, saling raba, dan saling rayu.
"Kamu cantik mbak... " Selah tak ada bosan-bosannya, Seto selalu
mengucapkan kalimat itu, "Beruntung sekali lelaki yang bisa
mendapatkanmu... Seperti diriku malam ini... Aku benar-benar
beruntung...." Ucap Seto lagi sambil meremas tangan Citra, lalu
mengecupnya pelan.
Sembari menunggu filmnya mulai, Seto mencoba mendekatkan diri. Berulang kali lelaki playboy itu memuja kecantikan Citra.
"Akhirnya... Malam ini akhirnya aku bisa juga mengajak kencan dengan
wanita impianku...." Batin Seto sambil berulang kali menciumi tangan
mulus Citra. Tak henti-hentinya, Seto mengagumi kesempurnaan tubuh
wanita yang ada disampingnya itu. Kulitnya putih, bersih, mulus.
Wajahnya ayu, bibirnya tipis, rambutnya panjang. Dan yang paling
membuatnya sering menelan ludah birahi adalah, payudara Citra. Payudara
berukuran ekstra besar itu selalu berhasil membuat benih-benih suburnya
terbuang percuma dikamar mandi.
Tak lama, lampu bioskop pun meredup, tanda film mereka segera diputar.
"Aku sayang kamu mbak... " Kecup Seto dipipi Citra seraya mulai
memeluknya erat. Sepertinya Citra dan Seto sudah mulai tak tertarik
dengan apa yang sedang ditayangkan di layar lebar. Perlahan, pelukan
Seto berubah menjadi usapan, rabaan, dan remasan. Perlakuan Seto yang
benar-benar gentlemen bak pangeran, membuat Citra semakin terbang ke
langit saking senangnya. Ia semakin terpesona. Dibiarkannya tangan Seto
yang mulai merabai dirinya.
"Kecantikanmu membuatku bingung mbak..." Kata Seto yang terus menciumi
tangan Citra, "Aku tak tahu harus melakukan apa supaya bisa mendapatkan
hatimu mbak..." Tambahnya lagi sambil mengusap rambutnya.
Tiba-tiba Seto muncium bibir Citra. Melumat bibir tipis itu dengan basah.
"Aku sayang kamu mbak..." ucapnya lagi. Seraya sesekali memaksakan lidah
basahnya masuk kedalam mulut Citra, mengajak wanita cantik itu untuk
mengadu lidah.
Melihat Seto yang sudah begitu bernafsu, mau tak mau membuat Citra ikut
panas juga. Iapun mulai membuka katupan bibir tipisnya dan membalas
gulat lidah Seto sambil meremas kepala belakangnya dengan gemas.Tak
lama, kedua insan itupun mulai asyik saling cium, saling peluk, dan
saling raba.
Tenggelam dalam nafsu, kedua insan yang sedang jatuh cinta ini seolah
gak lagi peduli akan film yang sedang mereka tonton. Seto juga berulang
kali menciumi leher jenjang Citra, mengirim setrum-setrum nikmatnya
asmara terlarang ke wanita cantik disampingnya itu. Tangannya juga mulai
meraba payudara besar Citra dari luar blouse tipisnya, membuat Citra
semakin kegerahan karena birahi.
"Astaga... Kamu cantik sekali mbak... " Kata Seto lagi, " Dan
tetekmu.... Tetekmu besar sekali mbak... Membuatku nafsu banget...."
"Hooohhmmm... Aku juga Set..."
Tiba-tiba Seto meraih tangan Citra, lalu meletakkan di selangkangannya. "Mainkan mbak, jangan diam saja... Kocokin kontolku...."
"Astaga Set... Besar sekali..." Pekik Citra kaget ketika tangan
berjemari lentiknya menyentuh batang hangat yang begitu keras, keluar
dari resleting celana Seto.
Entah sejak kapan Seto mengeluarkan batang penisnya dari dalam celana.
Walau dalam kegelapan ruang bioskop, penis Seto masih terlihat begitu
gagah, menjulang tinggi jauh melewati sabuk celananya. Tertimpa sinar
temaram layar bioskop, kepala penis itu begitu mengkilap.
"Seto sudah benar-benar terangsang..." Girang Citra dalam hati sambil
berulang kali mengusap precum yang terus menerus keluar dari ujung mulut
penis lelaki pujaannya itu. Sekilas, saking besarnya diameter batang
penis Seto, Citra seolah menggenggam pergelangan tangannya sendiri.
"Besar Sekali kontolmu Set..." Puji Citra yang terus menerus
membolak-balik batang penis yang ada di genggamannya. "Emang memek
Anissa ga sakit ya kalo kamu sodok pake kontol segedhe ini...?" Tanya
Citra lagi penasaran.
"Hehehehe.... Awal-awal dulu sih dia hampir seminggu nggak bisa jalan mbak...?"
"Maksudnya...?"
"Memeknya bengkak.."
"Serius...?"
Jika dibandingkan, Citra merasa minder dengan Anissa. Penis suami mereka
berdua bak langit dan bumi. Penis Marwan yang mungil berasa tak ada
paa-apanya jika dibandingkan penis besar Seto. Karena ukurannya tak ada
setengahnya.
"Ayo mbak... Kocokin yang kenceng... " Pinta Seto singkat sambil
buru-buru melepas ikatan sabuk celananya, lalu ia membebaskan seluruh
organ kejantanannya keluar dari celananya, " Remasin telorku juga
mbak..."
"GILA... INI BENAR-BENAR GILA..." Ucap Citra dalam hati, "Aku sedang
melakukan hal mesum ditempat umum dengan lelaki yang bukan suamiku... "
"Santai saja mbak... Mereka nggak bakalan mengganggu kok..." Ujar Seto,
seolah tahu kekhawatiran Citra, "Mereka juga melakukan hal yang sama..."
"Benar juga..." Batin Citra setelah ia menengok ke sekeliling.
Tak jauh dari tempatnya duduk, terlihat beberapa pasangan yang juga
telah mulai melakukan hal mesum yang sama dengan yang Citra dan Seto
lakukan. Seperti cewek gendut di samping Citra yang sudah mulai menaik
turunkan kepalanya, mengoral penis pasangannya. Bapak tua di belakang
Citra, sudah mulai menciumi payudara wanita muda dengan ganas. Dan tak
jauh didekat bapak tua tadi ada pasangan muda yang juga sudah mulai
berciuman hebat, bergulat dalam nafsu tanpa menghiraukan keadaan
sekelilingnya. Walau di bioskop itu ada petugas yang menjaga, namun
sepertinya ia tak mempedulikan dengan apa yang dilakukan para penonton.
"Terus mbak... Kocok yang kenceng... Shhh...." Pinta Seto
Citra hanya tersenyum sambil mengangguk pasrah. Jari jemarinya
menari-nari sepanjang penis Seto, mengikuti urat-uratnya yang
bertonjolan, seraya sesekali meremas dan mencubit testis penuh rambut
milik Seto. Dengan terus membisikkan rayuan-rayuan maut, Seto
berinisiatif, ia mulai membuka kancing blouse Citra satu persatu, hingga
menampakkan bulatan payudara Citra yang terperangkap tangkupan bra.
"Kulit tetekmu putih banget mbak... Mulus..." Puji Seto sambil mengecupi
bra dan payudara Citra. Dengan gemas, Seto meremasi payudara Citra
dari luaran branya.
"Aku buka bra mu ya mbak...?"
Hanya anggukan pasrah yang dapat Citra berikan.
Dengan satu sentakan, Seto mengangkat bra Citra ke atas, membebaskan
gundukan daging kebanggaan Citra. Seketika itu, kedua payudara Citra
meloncat, turun kebawah dan menjuntai dengan indahnya.
"Cuuupp... Tetekmu indah sekali mbak... Besar... Empuk..." Kecup Seto
berulang kali sambil mengusapi puting Citra yang sudang mengacung keras.
"Ohhh Seeetooo... Ssshhh... "Ujar Citra sambil meremas rambut suami temannya itu.
Walau ini bukan perselingkuhan pertama Citra, namun perlakuan lembut
Seto membuatnya berdebar tak karuan. Birahinya melambung begitu cepat,
jauh lebih cepat daripada dibandingkan dengan
perselingkuhan-perselingkuhan sebelumnya.
"Enak sekali Seeeet... Terusss..." Desah Citra keras tanpa malu, seolah mulai tenggelam dalam birahinya.
Tiba-tiba Seto melahap seluruh payudara kiri Citra, lalu dengan
kecepatan tinggi ia memasukkan tangan kikrinya kedalam rok pendek Citra.
Dielusi paha dalam Citra sambil terus melumat payudaranya. Sembari
mengelusi menikmati kehalusan paha dalam Citra, jemari Seto dengan
lincah mulai menyelinap masuk semakin jauh kedalam celana dalam Citra.
" Woow... Gundul..." Ujar Seto yang merasa jemarinya sama sekali tak
menemukan sehelai rambutpun di kemaluan Citra, "Licin banget mbak.. Kaya
memek anak SMP...."
"Eeehhmmm. Enak banget Set..." Desah Citra keenakan, "Terusin sayang...
Mainin Itilku..." Lenguh Citra disela-sela aktifitas meremas dan
mengocok penis Seto
"Kamu udah horny ya mbak...?" Tanya Seto penasaran, "Memek kamu sudah
basah banget..." Kata Seto lagi sembari mentowel-towel tonjolan klitoris
wanita Citra yang mulai menegang keras. Membuat celah kewanitaan Citra
semakin membanjir basah.
Iseng, Seto sengaja menggesek-gesekkan jari tengahnya di sepanjang mulut
vagina Citra, mengorek lelehan lendir yang keluar dari liang
kenikmatannya. "Lendir kamu enak banget mbak..." Kata Seto sembari
mengecapi lendir yang ada di jemari tangannya. "Wangi juga...."
"Ooohhh... Suka kamu Seet..? Oohhmm... Gosek terus Settt..."
"Suka banget mbak.... Pasti rasanya juga Eehhhmmmm.... Legit ya mbak...."
Tak mampu berkata apa apa, Citra hanya bisa menggigit bibir. Kepalanya mengangguk-angguk mengiyakan.
"Hehehe.... Nakal....Sluuurrrppp.... Ccup cuppp.... Sluuurrrpp..." Suara
mulut Seto yang kembali sibuk menyeruput puting payudara Citra.
"Jilat terus set... Jilat sesukamu..." Desah Citra manja.
NCAK NCAK NCAK NCAK... Suara basah kemaluan Citra yang juga mulai dikobel jemari Seto.
"Seto....Oooohh... Terus Set..." Erang Citra sambil meremasi rambut Seto. Membenamkannya dalam-dalam kearah payudara empuknya.
Tiba-tiba, tubuh Citra menggeliat,dan mulai bergetar. Rupanya, gelombang orgasme Citra mulai menyapanya.
"Entot aku Set.." Pinta Citra Tiba-tiba, "Aku udah nggak kuat lagi..."
"Beneran mbak....?"
"Ayo buruan... Aku udah bener-bener nggak tahan..."
Melihat penonton lain juga banyak yang tak konsen, membuat kenakalan
Citra mulai tak terkendali. "Yuk Set... Entot aku sekarang...."
Akhirnya dengan gerakan cepat, Citra dan Seto segera melepasi bawahan
mereka masing-masing. Seto menurunkan celana kainnya hingga sebatas
paha, dan Citra buru-buru melepas celana dalamnya lalu menyimpannya ke
dalam tasnya.
Dengan senyum birahi yang mengembang lebar, Seto lalu meminta Citra
supaya berpindah untuk duduk diatas pangkuannya. Tanpa basa-basi
Citrapun langsung mengiyakan. Dibantu jemari tangan lentik Citra, ia
lalu menidurkan batang penis seto searah dengan lubang vaginanya lalu
mendudukinya. Rupanya Citra ingin merasakan kenikmatan gesekan urat
penis seto terlebih dahulu.
"Ohhh mbak... Enak bangeeet...." Ucap Seto yang mulai mencumbu leher
jenjang Citra sembari memeluk wanita bertubuh ramping itu dari belakang.
"Yuk mbak masukin... udah basah banget nih kontolku...." Kata Seto
sembari terus meremasi kedua payudara Citra yang sudah terekspos jelas,
sambil mempermainkan puting payudaranya.
Akhirnya, setelah merasa batang Seto sudah cukup basah oleh lendir
kewanitaannya, dengan satu gerakan singkat, Citra mulai mengangkat
pinggulnya dan mengarahkan kepala penis Seto kelubang vaginanya..
"Hmmmpppfff... Erang Citra ketika kepala penis Seto mulai membelah liang
vaginanya lebar-lebar. "KONTOLMU BESAR SEKALI SEEETTT...." Raung Citra
lagi.
Kelojotan tak karuan. Citra seolah sedang berusaha memasukkan botol
minuman mineral ke dalam vaginanya. Besar sekali, sampai-sampai perlu
beberapa kali tusukan hingga kepala penis Seto mulai bisa melewati
gerbang kemaluan Citra.
"Ooooogghhhh... Mbaaakkk... Sempit bangeeettt..." bisik Seto yang
merasakan jika batang penisnya melengkung-lengkung ketika ingin memasuki
lubang kenikmatan Citra yang berukuran kecil.
Susah sekali. Walau vagina sempitnya sudah benar-benar basah, tetap saja kepala penis Seto tak dapat menerobos masuk.
"Mungkin kontolku masih kurang basah kali mbak...." Bisik Seto mencoba mencari titik permasalahannya.
Tak ingin membuang banyak waktu, Citra segera mengulangi gerakan
maju-mundur pinggulnya, mencoba membasahi kepala penis Seto dengan bibir
vaginanya lagi. Dan setelah beberapa kali usapan basah itu melumuri
penis Seto, dengan satu gerakan pinggul, Citra menaikkan lagi pinggulnya
dan berusaha menancapkan penis Seto kedalam vaginanya lagi.
"Heeeeeekkkkhhh...?" Erang Citra terheran-heran, " Padahal sudah tiap
hari kontol besar pak Utet membongkar vaginaku... Tapi kenapa kontol
Seto tak juga bisa masuk..?"
Karena Citra tak juga berhasil memasukkan penisnya, mau tak mau membuat
Seto gemas. Sembari terus mengecupi tengkuk Citra, Seto pun meraih
pundak wanita cantik itu. Lalu dengan satu gerakan singkat, Seto
menurunkan pundak Citra keras-keras kebawah, memaksa bibir vagina Citra
yang masih sempit supaya menerima tusukan penis keras Seto lebar-lebar.
"OOOHHHHH..... HHHHEEEEEEEEEGGGGGHHHHHH......" Erang Citra Spontan yang
disusul dengan teriakan kesakitan, "AAAAARRRRRGGGGHHHHH....." Dengan
keras, Citra membenamkan cakaran kuku tangannya ke paha Seto, menandakan
jika sakit yang ia terima tidaklah main-main.
Karena merasa kesakitan, Citra berusaha bangkit dari pangkuan Seto,
namun tak diperbolehkan. Tangan Seto tetap menahan Citra supaya tetap
posisinya. Karena sudah kepalang tanggung, Seto kembali memaksakan
kepala penisnya supaya dapat bisa segera bertamu ke liang vagina Citra.
"SSSSSHHH.... SEEEETTTT.... GA MUUUUAT SEEETT...." erang Citra kesakitan
sambil terus mencengkeram paha Seto. Dengan satu tangan Citra mencoba
menutup mulutnya, berusaha untuk menyamarkan erangan-erangannya.
Beruntung, suara teriakannya agak teredam oleh suara bising film.
Sehingga tak seberapa ketara oleh penonton bioskop lainnya.
"Sabar mbak... Tahan bentar yaa..." Kata Seto sembari kembali menurunkan pundak Citra kebawah.
"..... HHHHEEEEEEEEEGGGGGHHHHHH......" Sekali lagi Citra mengerang tertahan.
CLEEPPPP
Akhirnya, usaha Seto mulai membuahkan hasil, dengan usaha yang cukup
keras kepala penis berhasil menerobos ketatnya gawang pertahanan vagina
Citra.
"OOOuuuuuggghhh.... Legit banget memekmu mbak.." Ucap Seto agak lega.
"Saakiiiit..."
"Iya mbak... Tahan yaaaa.... " Ucap seto lagi sembari terus berupaya
menurunkan pundak Citra supaya semakin turun kebawah. "Ayo renggangin
tangannya mbak... Biarin memekmu menerima tusukan kontolku.
"Pelan-pelan Seeett... Saaakiiiiiittttt... Hhhh..Hhhh... " Bisik Citra
berusaha tenang sambil mencoba menyesuaikan diri dengan penis besar
Seto, "Bisa sobek deh memek aku..."
"Tahan ya mbaaakku sayaaanggg.... Bentar lagi pasti terasa enak..."
"Kena sodokan kontolmu, aku seperti berasa perawan lagi Set..."
***
By:
Tolrat
Home
Cerita Eksibisionis
Citra
Penulis Lain
Cerita Eksibisionis Citra : Nafsu Birahi Citra part 5 | Akhir Sebuah Penantian
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar