Cerita Eksibisionis Dinda : 4 Menginap 1


Sabtu siang itu, cuaca begitu terik. Ruang kelas pun terasa begitu panas. Dibalik seragam ini, keringat mulai membasahi tubuhku. Ah, ingin rasanya aku segera membuka baju ini, atau setidaknya membuka jilbabku agar membiarkan hembusan angin membantu mendinginkan tubuhku.

Entah apa yang sedang dibicarakan oleh guruku saat itu. Sebagian besar dari kami memiliki tatapan kosong tak memperdulikan keberadaan guru kami di depan kelas. Sedangkan aku hanya sibuk mengibas-kibaskan buku tulisku yang sebenarnya tidak menyejukkan sama sekali.

Akhirnya bel sekolah yang ditunggu-tunggu datang juga. Segera ku kemasi barang-barangku dan beranjak pulang menggunakan motorku. Sialnya aku malah terjebak macet dalam keadaan panas terik seperti itu. Karena aku sudah tidak tahan lagi, kuputuskan untuk mengarahkan laju motorku ke arah tempat kos kak Naya. Setidaknya aku bisa ngadem terlebih dulu disana.

Sampailah aku di tempat kos yang dijaga oleh satpam tersebut. Kos Kak Naya terbilang tempat kos baru. Dari banyaknya kamar yang tersedia, hanya beberapa kamar yang sudah terisi. Bahkan di lantai 2, baru ada 2 penghuni yang salah satunya Kak Naya. Oleh karena itu, tempat kos ini terbilang sepi. Apalagi, cowok tidak diperbolehkan masuk kesini dan satpam yang berjaga tadilah yang akan memastikannya.

"Kak..!" teriakku dari depan pintu kamarnya.

"Siapa?" teriak kak Naya dari dalam.

"Dinda kak!" jawabku.

"Masuk aja... gak kukunci..." jawabnya.

Sayup-sayup terdengar suara gemircik air ketika aku mulai membuka pintu kamarnya. Benar saja, ketika aku masuk ke kamarnya, kak Naya terlihat sedang berada di bawah guyuran air shower di dalam kamar mandi yang mana sesuai kebiasaannya, tanpa menutup pintu kamar mandi tersebut. Dengan cuek kak Naya tetap melanjutkan aktivitas mandinya tersebut meski saat ini tubuh telanjangnya dengan bebas terlihat olehku. Aku juga tidak terkejut dengan hal ini. Aku sering mendapatinya berktivitas di dalam kamar mandi tanpa dengan menutup pintunya. Bahkan bisa dibilang aku tidak pernah melihatnya menutup pintu tersebut sama sekali setiap kali aku mampir kesini. Kak Naya mengatakan jika dia telah terbiasa dengan hal tersebut karena dia merasa masih tetap aman karena kamar mandi tersebut berada di dalam kamarnya.

"Eh tutup lagi pintunya!" teriak kak Naya ketika melihatku masih membiarkan pintu kamarnya terbuka.

"Iya-iya... kenapa gak kamar mandinya aja yang ditutup sih..." jawabku sambil langsung nyelonong ke tempat tidur kak Naya.

Fiuh... Akhirnya aku bisa membuka jilbabku. Aku juga membuka 2 kancing teratas seragamku agar hembusan kipas angin yang berada di kamar kak Naya dapat langsung menyentuh kulitku. Kusenderkan tubuhku ke dinding kamar kak Naya sambil menikmati kembusan angin  yang langsung menyentuh area kulit dadaku. Tak lama kemudian kak Naya keluar dari kamar mandi dengan handuk yang sedang ia gunakan untuk mengeringkan rambutnya.

"Kak..."

"Ya?"

"Serius kak Chandra pernah ngeliat kak Naya bugil kayak gini?" tanyaku.

"Serius lah..." jawabnya singkat.

"Trus abis itu ngapain?" tanyaku.

"Maksud kamu?" jawabnya.

"Ya kan pasti abis itu ngapain gitu.. masa cuma ngeliat doang..." tanyaku lagi.

"Kamu ni nanyanya aneh-aneh aja sih? Ya cuma liat aja.... maunya kamu gimana? Aku diperkosa gitu? Ga usah mikir yang aneh-aneh deh.." jawabnya.

"Ya... siapa tau... trus kakak pernah liat punya dia?" tanyaku penasaran.

"Apanya yang punya dia?" tanyanya.

"Ti..tit..." jawabku sambil mengisyaratkan dengan jari telunjukku.

"Hahaha.... pernah..." jawabnya.

"Kayak apa kak?" tanyaku.

"Heh.. kamu ni masih kecil.. gausah bayangin yang aneh-aneh!" jawabnya.

"Kan aku belum pernah liat punyanya cowok kayak apa kak...."

"Masa sih?" tanyanya.

"Pernah sih... tapi cuma di video..." jawabku.

"Hayo... kamu suka nonton bokep ya..?" ejeknya.

"Kan aku cuma penasaran aja...." jawabku.

"Hahahaa.... ya kayak gitu deh... gak kebayang deh kalo itunya nanti masuk kesini... haha" jawabnya yang saat ini sedang mengeringkan selangkangannya dengan handuknya.

"Kak nay pernah megang?" tanyaku.

"Gak pernah... tapi pengen... haha... boro-boro megang... itu aja baru pertama kali aku bisa ngeliat langsung punyanya cowok... haha" jawabnya.

"Tuh kan... kak Naya aja baru liat..." kataku.

"Hehe... aku kan juga penasaran... haha" jawabnya.

Kak Naya membuka lemari bajunya. Pandangannya menyisir setiap rak pada lemarinya untuk memilih apa yang akan ia kenakan. Hingga akhirnya dia menemukan pilihannya di salah satu rak yang posisinya agak dibawah. Untuk mengambil baju pilihannya tersebut, dia membungkukkan badan sehingga membuat pantatnya tepat berada di depan mukaku.

Setiap orang pasti akan menyadari betapa seksinya pantat kak Naya meski sedang tertutup celana sekalipun. Sebagai sesama cewek pun aku mengagumi bentuk pantatnya tersebut.

Dengan iseng, kugunakan kedua tanganku untuk meremas pantat kak Naya.

"Gausah usil deh din..." katanya sambil tetap berusaha mengambil bajunya dari lemari.

"Abisnya kak Naya sembarangan naruh pantat sih.... masa mukaku dikasih pantat.... lama-lama kucium nih pantat!" candaku sambil tetap meremasnya.

"Yaudah cium aja... nih" jawab kak Naya yang malah makin menyodorkan pantatnya ke mukaku.

"Nih... aku cium....."

PLAK! Kutampar pantatnya dengan tanganku hingga kak Naya kaget.

"Aw!" kak Naya langsung membalikkan badanya. "Awas ya kamu...! Pokoknya harus aku balas..." teriak kak Naya yang langsung menyerangku.


Masih dengan tubuh telanjang, kak Naya berusaha menarik rok seragamku. Dia berusaha menaikkan rokku agar dapat meraih pantatku. Aku pun berusaha mempertahankan posisi rokku hingga aku jatuh tersungkur di ranjang tempat tidurnya.

"Ah... ampun kak.... ampun..... haha" jeritku ketika kak Naya mulai menggelitik tubuhku agar aku melepaskan genggaman pada rokku. Namun karena usahanya itu gagal, gelitikan itu pun mengarah ke remasan pada dadaku.

"Ahhh... ampun... kak nay curang...." teriakku yang kini  juga ikut melindungi dadaku.

Dan akhirnya kak Naya menyerah. Dia pun mengehentikan aksinya.

"Awas ya... pokoknya nanti aku balas..." ucapnya.

"Kak Naya curang.... masa pake remes tetek segala...." keluhku.

"Abisnya kamu yang mulai duluan..." jawabnya.

Begitulah cara kami bercanda. Kami tak canggung lagi membicarakan hal-hal 'dewasa', atau pun saling menjahili 'bagian tubuh' kami masing-masing. Mungkin dulu aku memang malu untuk menunjukkan tubuh telanjangku kepada kak Naya. Namun sekarang keakraban kami malah bisa dibilang sudah kelewat batas. Kami tidak lagi malu menunjukkan tubuh telanjang kami masing-masing, bahkan tidak sungkan lagi untuk saling menyentuhnya.

Kak Naya kembali melanjutkan memakai bajunya.

"Kak Nay mau kemana?" tanyaku sambil merapikan kembali bajuku yang kusut oleh perbuatan kak Naya.

"Kuliah lah..." jawabnya.

"Tumben pake rok... biasanya kan pake jeans..." kataku mengomentarinya yang saat ini sedang memakai rok panjang.

"Biar gak gerah... cuacanya lagi panas..." jawabnya.

"Oh... pantes kak Naya gak pake cd... biar 'sepoy-sepoy' ya? haha" kataku.

"Udah sering kali...." jawabnya.

Dia melanjutkan memakai atasannya yang juga tidak didahululi dengan bra. Itu artinya kak Naya tidak memakai apa-apa lagi dibalik bajunya.

Sebenarnya aku juga ingin seperti kak Naya. Namun aku masih belum berani membiarkan tubuhku tanpa pakaian dalam di balik seragam ketika ke sekolah. Apalagi seragam sekolahku terbilang tipis. Jika aku tidak memakai bra, pastilah putingku akan terlihat dari luar seragamku. Kecuali jika aku mendobelinya dengan tanktop.

"Kamu mau pulang apa masih mau disini?" tanyanya yang saat ini mulai memakai jilbabnya.

"Kak Nay kuliah sampe jam berapa?" tanyaku.

"Gak nyampe jam 4 lah paling.." jawabnya.

"Yaudah aku disini dulu deh... mau bobo cantik dulu..." jawabku.

Setelah memakai sedikit make-up, kak Naya pun telah terlihat cantik dengan baju 'tertutup' nya tersebut. Jauh berbeda dengan apa yang kulihat tadi ketika dia tidak mengenakan apa-apa di tubuhnya.

"Kamu jangan kemana-mana ya... kalau mau ganti baju, ambil aja bajuku di lemari..." ucapnya ketika hendak keluar kamar.

"Iya kak..." jawabku.

"Eh iya.... aku nitip jemuran di depan ya... siapa tau nanti ujan..." katanya.

"Tumben kak Naya nyuci sendiri... gak dilaundry? Lagian lagi terik gini.. mana mungkin ujan..." jawabku.

"Ah.. banyak komentar kamu... dah, aku pergi dulu..." katanya sambil berlalu meninggalkanku di kamarnya.

Aku berdiri untuk menutup pintu kamar Kak Naya. Sesaat kulihat jemuran kak Naya di depan kamar. Ternyata jemuran tersebut hanyalah beberapa pakaian dalamnya yang digantung di sebuah gantungan jemuran di depan kamarnya.

Setelah menutup pintu, kubuka sisa kancing seragamku. Aku terbawa suasana seakan-akan ini adalah kamarku sendiri. Aku memang sudah terbiasa untuk menanggalkan bajuku ketika berada di dalam kamarku sendiri. Sepertinya kebiasaan sebagai nudist memang mulai melekat pada diriku, sedangkan aku juga mulai mencoba melakukan eksibisi setelah merasakan keseruan dari aktivitas aneh tersebut. Seperti halnya hari ini, karena aku merasa aku sendiri di kamar, maka aku tidak sungkan untuk membuka bajuku meski kamar ini adalah kamar milik kak Naya.

Lega rasanya dapat melepas baju lengan panjang tersebut. Dengan masih mengenkan tanktop dan rok seragamku, aku membuka lemari baju kak Naya. Sesuai tawarannya, aku ingin mencoba baju milik kak Naya. Siapa tahu aku dapat ketularan keseksiannya setelah memakai bajunya.

Baju Kak Naya kebanyakan baju lengan panjang serta celana panjang. Itu karena kak Naya dalam kesehariannya juga memakai jilbab seperti halnya aku. Tentu aku tidak tertarik dengan baju seperti itu. Aku lebih tertarik dengan pakaian kak Naya yang tidak dipunyai olehku. Aku mendapati beberapa hotpant, celana pendek yang biasa dipakai kak Naya jika di rumah. Ternyata celana tersebut memang benar-benar mini, bahkan tidak beda jauh dengan celana dalam. Sudah sejak lama aku ingin sekali mamakai celana seperti ini. Kalau tidak gara-gara orang tuaku yang tidak memperbolehkanku memakai celana seperti ini, aku sudah pasti akan memakainya sejak lama.

Setelah memilih hotpant yang kurasa cocok, aku pun mulai melepas rok abu-abuku sehingga menyisakan celana dalam putih di dalamnya. Aku juga melepas celana dalamku karena aku biasa melihat kak Naya tidak pernah memakai celana dalamnya lagi ketika memakai celana seperti ini.

Setelah memakai hotpant kak Naya, rasanya tidak jauh berbeda dengan hanya memakai celana dalam. Malah aku merasa bahan celana ini lebih tipis dibandingkan dengan celana dalam yang biasa kupakai.

Aku menatap tubuhku di pantulan cermin. Aku merasa begitu seksi dengan hanya mengenakan tanktop dan hotpant seperti ini. Walaupun sebenarnya tanktop yang kupakai tidak terlalu seksi karena sedikit longgar dan tidak terlalu memperlihatkan area dadaku. Aku ingat jika kak Naya sering memakai tanktop yang sampai memperlihatkan belahan dadanya itu. Aku pun kembali mencari benda tersebut di lemari pakaiannya.

Tidak mendapatkan tanktop, aku malah menemukan sebuah baju tidur berbentuk daster babydoll dengan 2 buah tali mungil di bagian pundak serta panjang yang tidak melebihi lutut jika dipakai. Sepertinya aku tidak pernah melihat kak Naya memakai baju ini.

Karena penasaran, aku pun mencoba baju tersebut. Kulepas tanktop yang kupakai sekarang dan menggantinya dengan baju tersebut. Ternyata baju tersebut tidak kalah seksi. Namun entah apakah karena kebesaran atau memang modelnya, bagian depan baju tersebut terlihat begitu rendah sehingga hampir sebagaian besar braku tidak tertutup olehnya. Bahkan talinya pun tidak lebih besar dari tali braku.

Bagaimana ya jika aku melepas braku? Apakah dadaku masih tertutup? Pertanyaan tersebut lah yang langsung muncul dibenakku ketika mencoba baju ini. Karena penasaran, kulepas braku dengan tanpa melepas baju tersebut. Setelah membetulkan posisi bajunya, ternyata baju tersebut masih menutupi dadaku, namun hanya sekitar 2cm dari posisi putingku. Baju ini benar-benar mengekspos area dadaku. Bahkan ketika aku membungkukkan badanku, maka dadaku akan terlihat menggantung dengan bebas tanpa ada yang menghalanginya.

Namun aku merasa tidak hanya dadaku saja yang terlihat ketika membungkuk, namun pantatku juga. Ini karena bagian bawah baju ini begitu pendek. Sepertinya baju ini memang tidak kebesaran dipakai olehku, hanya saja modelnya yang seperti ini.

Kembali kutatap pantulan tubuhku di cermin. Hembusan kipas angin membuat bagian bawah baju ini sedikit terangkat hingga memperlihatkan hotpant yang kupakai. Namun sepertinya terlihat aneh jika aku memakai hotpant dengan baju seperti ini. Kucoba melepaskan kembali hotpant yang kupakai dan membiarkan bagian bawahku tidak tertutup apa-apa. Dan kurasa hasilnya sempurna. Baju ini terlihat sangat cocok sekali dipakai olehku. Aku merasa telanjang dan memakai baju dalam satu waktu. Itu karena memang sebagian besar bagian tubuhku tidak tertutup dengan sempurna.

Aku telah memutuskan untuk memakai baju ini saja. Kurapikan lagi baju-bajuku dan mengembalikan hotpant kak Naya ke lemari. Lalu kuhempaskan tubuhku ke ranjang. Aku tak memperdulikan lagi jika bagian bawah bajuku telah tersingkap hingga ke perutku. Bahkan aku dapat menikmati ketika hembusan kipas angin dapat langsung mengarah ke area selangkanganku.

Tiba-tiba terbesit sebuah ide. Bagaimana kalau aku keluar kamar dan membiarkan angin menerbangkan bagian bawah bajuku ini ya?

Setelah kejadian dipantai bersama kak Naya kemarin, aku memang mulai menikmati keseruan berksibisi. Namun terkadang, keiinginanku untuk memamerkan tubuh ke dunia luar selalu terbentur dengan keberanianku. Aku masih punya rasa malu, aku juga masih punya rasa takut. Bisa dibilang, aku kapok untuk melakukan kegilaan seperti di pantai kemarin. Aku kapok bertelanjang bulat di tempat umum seperti itu. Tapi karena sisi lain hatiku menginginkan aku untuk melakukan eksibisi, aku mengakalinya dengan hanya mencoba mengekspos sedikit bagian tubuhku ke tempat umum. Setidaknya aku tetap dapat merasakan keseruan bereksibisi tanpa harus membiarkan tubuhku telanjang bulat.

Setelah memberanikan diri, aku langsung bangun dari ranjang dan merapikan lagi bajuku untuk memastikan bagian tubuhku tertutup dengan semestinya. Setelah merasa rapi, kubuka pintu kamar kak Naya. Aku sempat beraharap jika hembusan angin akan langsung menyambutku ketika kumembuka pintu, tapi ternyata tidak. Tidak ada angin sedikitpun waktu itu.

Merasa kecewa, aku melangkahkan kakiku untuk lebih maju ke depan hingga aku benar-benar berdiri di balkon depan kamar kak Naya. Kulihat tidak ada siapa-siapa di lingkungan kos ini, kecuali satpam yang posisinya sangat jauh dari kamar kak Naya. Walau terkesan sepi, sebenarnya depan kamar kak Naya langsung menghadap ke sebuah jalan perumahan yang tidak sedikit orang berlalu-lalang di jalan tersebut.

Jika saja balkon ini tidak memiliki pagar tembok setinggi perut, dapat kupastikan orang yang sedang berada di jalan tersebut dapat melihatku dengan mudah dan bahkan dapat melihat bagian kewanitaanku dari balik baju pendekku ini.

Kembali kulangkahkan kakiku kedepan sehingga aku dapat meraih pagar tembok. Dengan sedikit mencondongkan tubuhku, kugunakan kedua tanganku untuk bertumpu pada tembok pagar balkon sambil memandangi aktivitas orang-orang yang berada di depan kamar kak Naya. Ah akhirnya angin yang ditunggu-tunggu datang juga. Kurasakan bagian belakang bajuku terkibas bebas sakan-akan ingin memperlihatkan pantatku. Sayang, orang-orang yang berada di bawah tidak dapat menikmati pemandangan ini. Walaupun sebenarnya aku juga tidak ingin ada yang melihatnya.

Aku masih memiliki rasa takut ketika mencoba mengekspos tubuhku seperti ini. Dan tentunya juga malu jika ada orang yang melihatku begini. Walau bagaimanapun aku tetap wanita baik-baik, hanya saja memiliki kebiasaan yang buruk. Maka dari itu, yang dapat aku lakukan hanyalah mencoba mengekspos tubuhku namun tanpa berharap ada yang melihatnya. Itu semata-mata kulakukan karena aku menikmatinya.

Tiba-tiba terdengar suara pintu yang terbuka dari kamar sebelah kamar kak Naya.

Benar saja, ada seorang cewek keluar dari kamar tersebut. Merasa panik, segera kurapikan bajuku. Kugunakan tanganku untuk menahan posisi bagian bawah bajuku agar tidak terangkat oleh angin.

Cewek tersebut menyapaku sambil berlalu begitu saja. Aku pun membalas dengan senyum kepadanya.

Waktu itu jantungku benar-benar berdegup kencang. Tidak hanya karena 'kepergok' dengan baju seperti ini, namun juga karena kehadiran cewek tersebut yang secara tiba-tiba.

Karena takut hal-hal buruk yang lain akan terjadi, kuputuskan untuk langsung masuk ke kamar dan menutup pintunya.

Kembali kurebahkan tubuhku ke ranjang kak Naya. Ketika secara tanganku tidak sengaja menyentuh selangkanganku pada saat membetulkan posisi baju, aku mendapati permukaan kemaluanku sedikit basah. Aneh. Ketika aku merasa malu dan takut karena 'kepergok' tadi, nafsuku malah naik.

Hingga akhirnya, seperti tanpa dikomando, tangan kananku langsung melakukan tugasnya pada kemaluanku setelah aku mengangkangkan kakiku lebar-lebar. Bajuku sudah terangkat hingga ke perut. Tangan kiriku menyelinap didalamnya untuk meraih dadaku dan meremas-remasnya.

Ini adalah masturbasi pertamaku yang dilakukan di kamar kak Naya, dan itupun tidak diketahui oleh kak Naya. Aku juga tidak pernah melihatnya masturbasi di kamarnya sendiri. Hanya saja aku sering mendapatinya tak bercelana ataupun tidak memakai baju sama sekali ketika aku berkunjung ke kosnya, dan dengan santainya dia mengaku kalau dia baru saja melakukan masturbasi.

Tak lama kemudian, akhirnya aku mencapai orgasme, dan tertidur setelahnya karena kecapekan.

****

Tak terasa aku tertidur sangat terlelap. Namun ada sesuatu yang aneh membangunkanku. Aku merasakan ada sesuatu yang berbulu bergerak-gerak di daerah selangkanganku. Aku yang belum sepenuhnya sadar, mulai merasakan geli ketika bulu-bulu itu menyentuh kemaluanku.

"Hayo! Abis ngapain kamu?!" teriak kak Naya mengagetkanku.

Sontak aku langsung membuka mataku. Ternyata kak Naya lah yang menjahili kemaluanku. Dia menggunakan boneka yang ada di ranjangnya untuk menggesek-gesekannya ke kemaluanku.

"Ah kak Naya... ganggu orang tidur aja..." keluhku.

"Tidur? Kok gak pake daleman? Kok tidurnya ngangkang? Kok inimu basah?" Kak Naya terus menyerangku dengan pertanyaannya. Ternyata aku tertidur masih dengan posisi ngangkang seperti pada saat masturbasi tadi.

Tanpa merasa bersalah, aku malah tersenyum menanggapi cercaan pertanyaan kak Naya. Kak Naya pasti sudah paham kalau aku baru saja masturbasi.

"Heh! Kalo ditanya jawab... malah senyum... kamu abis masturb ya? jawab...." tanya kak Naya sambil menekan bonek yang ada di tangannya ke kemaluanku.

"Iya... kak ... iya.... ahaha" jawabku sambil menahan geli dari serangan boneka yang ada di selangkanganku dan berusaha merapatkan kakiku

"Udah berani ya kamu... udah numpang di kamar orang... malah masturbasi..." kata kak Naya sambil terus menyerangku dengan bonekanya.

"Ampun kak ampun... hahaha... lagian kak Naya juga pernah masturb di kamarku..." jawabku.

Kak Naya menghentikan aksinya. Sepertinya dia tidak bisa membalas perkataanku.

"Iya... tapi minta ijin dulu kek kalo mau masturb... kan bisa aja tuh spreiku kotor gara-gara kamu...." jawabnya.

"Iya deh maaf..." jawabku sambil merapikan bajuku.

Kak Naya mulai melucuti pakaiannya sendiri. Setelah telanjang bulat, dia mengambil sebuah kaos dari dalam lemarinya. Sambil memakai kaos tersebut, dia berjalan menuju kamar mandi. Tanpa menggunakan celana lagi, dia langsung menduduki closet dan melakukan buang air kecil. Semua aktivitasnya dapat kulihat karena dia tidak menutup pintu kamar mandinya.

Sesaat kemudian, kak Naya keluar dengan tissue toilet yang masih digunakannya untuk mengeringkan kemaluannya.

"Liatin apa kamu?" tegur kak Naya yang menyadari kalau dari tadi aku terus menatapnya.

"Gak apa-apa kak.... hmmm... ngomong-ngomong kak Naya suka eksib sejak kapan sih?" tanyaku.

"Hmmm... kapan ya? Seumuran kamu deh kayaknya..." jawabnya.

"Kok bisa suka eksib? Emang awalnya gimana?" tanyaku.

"Hmmm... udah lupa gimana awalnya.... kamu sendiri suka kan?" tanyanya balik.

"Suka apa?"

"Ya eksib lah..."

"Gak tau kak... suka sih... tapi masih takut..." jawabku.

"Ya itu wajar... aku sampe sekarang juga masih sering takut kok... aku juga masih punya malu... kalo aku gak punya malu, pasti sekarang aku udah telanjang bulat sambil lari-larian di pinggir jalan kayak orang gila... haha" jelasnya.

"Kalo kak Nay malu, kenapa masih ngelakuin eksib?" tanyaku.

"Aku tanya balik ke kamu... Kenapa kamu suka eksib?" tanyanya.

"Soalnya.... seru?" jawabku.

"Iya. Seru, menantang, deg-degan... rasanya hampir sama kayak kamu masturbasi kan?"

"Iya sih... tapi kayaknya lebih enakan masturbasi deh kak... haha" jawabku.

"Kalo eksib sambil masturbasi? hehe"

"Nah itu baru seru... hahaha" jawabku.

"Ngomong-ngomong, yang di pantai kemaren itu seru kan?"

"Hooh... seru..." jawabku.

"Mau lagi?"

"Ke pantai?" tanyaku.

"Bukan ke pantainya... tapi eksibnya..." jawabnya.

"Oh..."

"Kok cuma 'oh'? Mau lagi gak?"

"Gimana ya.... aku masih takut kak..." jawabku.

"Tapi kamu suka kan?"

"Suka sih... tapi kayaknya aku gak lagi deh kalo kayak di pantai itu lagi..."

"Kenapa?"

"Ya... pokoknya gak lagi-lagi kalo bugil kayak kemaren lagi..." jawabku.

"Kok kemaren berani?"

"Kan itu gara-gara kak naya yang bugilin aku... kak nay tau sendiri kan aku kemaren sampe nangis gara-gara dibugilin kak Naya.... pas sampe rumah aku juga gak habis pikir kenapa aku bisa senekat itu..."

"Katanya suka eksib... kok kapok? haha" ejek kak Naya.

"Terserah kak Naya deh mau ngomong apa... aku kan emang gak segila kak Naya... aku mah cewek alim, gak suka yang aneh-aneh... emangnya kak Naya, pake baju tapi gak pake celana... haha" jawabku.

"Cewek alim? Mana ada cewek alim yang pake baju kayak gitu? Udah gak pake daleman, putingnya nongol sembarangan, tidurnya pake ngangkang pula... emang ada cewek alim yang hobinya mainin pepeknya sendiri?" kata kak Naya yang menyindir bajuku dan kebiasaanku.

"Itu kan kalo di rumah kak... kalo di luar aku tetep alim... haha"

"Halah... ngeles aja kamu... dah, kamu mau pulang apa mau nginep disini?" kata kak Naya.

"Pulang dong..." jawabku.

"Serius mau pulang hujan-hujan gini?"

"Lho emang hujan?" tanyaku.

"Dari tadi keless... kamu gak denger? keasyikan masturb sih kamu... dan kamu masih inget gak pesenku sebelum aku berangkat tadi?"

"Astaga! Jemuran!" aku baru sadar kalau aku lupa sesuatu.

"Udah telat! Padahal itu stock daleman satu-satunya...." gerutu kak Naya.

"Hehe... maaf ya kak... kalo kak Naya mau, kak nay boleh kok pake daleman aku... hehe" jawabku.

"Halah! Bisanya cuma ngomong maaf aja kamu..." kata kak Naya.

"Lagian kak Naya juga gak pernah pake daleman...." kataku.

"Sok tahu kamu... udah, malam ini kamu nginep sini aja.." katanya.

"Kenapa?"

"Ya gak apa-apa... temenin aku aja..." jawabnya.

"Hmmm... aku mau malam mingguan kak... hehe" jawabku.

"Malam mingguan sama siapa kamu...? jomblo juga..."

"Emang kak Nay gak malam mingguan sama kak Chandra?" kataku.

"Gak.. Chandra lagi ada acara sama temen-temennya.."

"Hmmm... gimana ya..." kataku ragu.

"Pokoknya aku gak mau maafin kamu buat yang seharian ini kalo kamu gak nemenin aku malam ini..." katanya.

"Tapi kan aku belum ngomong ke mama... aku juga gak bawa baju ganti..."

"Nanti biar aku yang omongin ke tante... kamu kan bisa pake baju aku.. ini aja kamu pake punyaku..." katanya.

"Yaudah deh kalo gitu... demi menebus kesalahanku ke kak Naya... aku rela ngelakuin apapun yang kak Naya mau..." kataku.

"Serius kamu mau ngelakuin apapun yang aku suruh?"

"Gak gak! Becanda... hehe... aku mau nemenin kak Naya aja hehe..." jawabku.

Akhirnya setelah menelepon orang tuaku, aku diberi ijin untuk menginap di tempat kak Naya. Usut punya usut, ternyata semalam kak Naya baru saja menonton film horror bersama kak Chandra, yang katanya masih kebayang adegan-adegannya sampai sekarang. Itulah kenapa malam ini dia minta ditemani olehku.

****


Hari mulai beranjak malam. Tidak ada tanda-tanda jika hujan akan reda. Sementara itu, aku mulai gerah karena sore ini aku memang belum mandi.

"Kak... aku numpang mandi ya...." pintaku.

"Ya.." jawabnya sungkat.

"Aku minta sabun sama samponya juga ya... aku kan gak bawa alat mandi..." kataku lagi.

"Iya...." jawabnya dengan cuek.

"Makasiih..." aku pun menanggalkan bajuku dengan hanya menggeser tali yang ada di pundakku sehingga bajuku dengan mudahnya jatuh ke lantai. Lantas, dengan bertelanjang aku berjalan menuju kamar mandi. Mirip sekali dengan adegan pada iklan sabun mandi haha.

Di dalam kamar mandi, aku menyadari ternyata pintu kamar mandi tersebut memang tidak dapat dikunci karena rusak. Dan parahnya lagi, pintu tersebut akan selalu terbuka sendiri jika aku berusaha menutupnya kecuali kalau aku mengganjalnya dengan sesuatu. Ternyata ini lah alasan kenapa kak Naya tidak pernah menutup pintu kamar mandinya.

Aku pun sedikit menikmati mandi di kamar mandi yang seolah-olah tak berpintu ini. Rasanya seperti aku membiarkan aktivitas mandiku ini di tonton oleh orang lain. Ketika aku sedang menyabuni tubuhku, tiba-tiba listrik padam.

Meskipun langit terlihat belum terlalu gelap, keadaan kamar tetap menjadi gelap gulita karena sedikitnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Aku yang sedikit panik sambil mencari posisi kran shower, dikejutkan dengan kak Naya yang tiba-tiba membuka pintu kamarnya. Mungkin dia ingin mencari sumber cahaya dari luar.

Namun hal yang terduga terjadi.

Ketika kak Naya membuka pintu lebar-lebar, tetangga kos kak Naya sedang tepat melintas di depan kamar. Tidak hanya melintas, dia juga menyapa kak Naya. Tentu saja dengan posisi pintu kamar mandi dan pintu kamar kak Naya yang sejajar, tetangga kos tersebut dapat melihatku yang saat ini sedang telanjang bulat dengan tubuh penuh busa sabun.

Oke, aku tidak terlalu khawatir jika dia melihatku telanjang. Toh, dia juga cewek dan aku bisa saja mencari alasan kenapa aku tidak menutup pintu kamar mandi. Yang kukhawatirkan adalah, seingatku tadi kak Naya hanya memakai kaos tanpa mengenakan celana. Apakah cewek tersebut menyadari hal tersebut? Apa yang akan dipikirkan oleh cewek tersebut setelah melihat kak Naya membiarkan kemaluannya tak tertutup oleh pakaian sama sekali? Dan apa juga yang akan dikatakan kak Naya kepadanya perihal pakaiannya tersebut?


bersambung
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar