Cerita Eksibisionis Lisa : Istri Pemain Kartu Eksibisionis 2A

Istri Pemain Kartu (bagian 2.1) (Karya: VivianLee)
Butuh hampir satu bulan untuk memulihkan kehidupanku setelah lewat malam keparat itu. Aku sangat mencintai istriku sehingga aku harus menerima bahwa semua itu adalah salahku dan Lisa hanya melakukannya karena ia mencintaiku dan berpikir bahwa semua itu tak lain adalah keinginanku. Lisa sendiri tidak pernah menyinggung kejadian malam itu denganku. Dan kupikir selama aku tidak bertemu dengan Rony, Mario dan Karel lagi, semuanya akan berakhir sampai di sini. Namun setelah itu aku mendapat e-mail dari Rony.
E-mail tersebut berisi foto Mario sedang bersetubuh dengan istriku dari belakang. Foto ini diambil dari kejadian malam itu! Mario bukan hanya menggunakan kamera-kamera itu sebagai alat tayang pada malam tersebut melainkan ia juga menggunakannya sebagai alat rekam atas semua yang terjadi malam itu. E-mail itu juga berisi penjelasan bahwa jika aku tidak meminta satu permohonan kepada istriku, mereka akan menyebarluaskan seluruh video rekaman ke semua orang yang kami kenal. Teman kerja istriku, teman-teman kantorku, keluarga kami, semua orang! Permohonan yang mereka ajukan sederhana saja: Mereka ingin aku mengatakan kepada istriku bahwa aku sangat terangsang atas apa yang terjadi malam itu dan bahwa aku ingin ia mengenakan pakaian yang ia kenakan malam itu, membawa video kamera, datang ke rumah Rony, dan dalam beberapa jam itu ia harus menuruti semua perkataan mereka sama seperti yang ia lakukan di malam itu. Di e-mail itu dijelaskan pula bahwa selama Lisa melakukan semuanya itu mereka tidak akan menyebarkan video rekaman itu ke siapapun dan bahkan mereka mungkin memberikan video-video itu kepada istriku setelah selesai.
Aku harus menuruti permintaan mereka. Aku harus mendapatkan kembali video-video itu sehingga semua ini dapat berakhir. Memang memalukan namun aku memaksa diriku untuk datang ke istriku dan menjelaskan permintaanku untuk kali ini saja karena aku sangat terangsang dengan kejadian malam itu dan memastikan agar ia harus membawa balik video rekamannya. Kalimat terakhir yang keluar dari mulutnya sebelum ia pergi adalah, “Aku melakukan ini semua hanya untukmu, Bud. Aku sayang kamu.”
Empat jam kemudian istriku kembali dengan wajah yang sangat lelah dan rambutnya berantakan. Saat aku hendak memeluk dirinya ia menghentikanku. Lisa mencampakkan sebuah kaset video ke tanganku dan berkata, “Nih, ini yang kau inginkan.” Tanpa berhenti, ia terus berjalan masuk ke kamar. Lisa benar-benar kesal memikirkan aku mengirimnya untuk melakukan ini semua. Namun sebenarnya aku hanya ingin menyelamatkan pernikahan kami. Aku bergegas ke ruang keluarga dan memastikan bahwa kaset video ini benar-benar berisi kejadian malam permainan kartu itu.
Aku menarik kursiku mendekat ke TV dan menekan tombol “play”. Setelah beberapa detik, pada layar TV-ku aku melihat sebuah ruangan namun bukan ruangan tempat kami bermain kartu! Yang kulihat adalah sebuah ruang keluarga dengan dua sofa dan sebuah meja di antaranya. Karel duduk di salah satu sofa itu dan Rony duduk di sofa lainnya, jadi aku menduga Mario-lah yang memegang kamera. Istriku berdiri di samping meja dan kelihatannya sedang berbicara dengan Rony namun aku tidak dapat menangkap pembicaraan mereka dengan jelas karena Mario memegang kamera dari seberang ruangan. Video ini jelas-jelas bukan hasil rekaman malam itu! Mereka masih menyimpan kaset video tersebut dan mereka hanya memberikan hasil rekaman malam ini!
Perhatianku kembali ke layar televisi. Pengambilan gambar semakin mendekat saat Mario maju menghampiri mereka. Aku dapat mendengar suara Rony. “Jujur saja, gua ngga tau siapa, Lisa. Budi bilang dia akan mengirim seseorang datang kemari dan kita hanya boleh melakukan foreplay sampai orang itu datang.” Lisa sangat kesal dan hal itu terlihat dari wajah Lisa yang termakan bualan Rony. Bagaimana bisa ia percaya aku mengirim seseorang ke sana sementara aku hanya menyuruhnya menuruti perkataan Rony, Mario dan Karel.
“Jadi sampai orang itu datang, apa yang ingin elu lakukan untuk foreplay, Lisa?” tanya Karel. Mario men-zoom kamera ke wajah Lisa dan menunggu jawaban darinya. Lisa tidak menaruh minat sama sekali dan hal itu terlihat jelas dari raut wajahnya. “Apa saja. Tidak ada pengaruhnya denganku.”
Rony membungkuk meraih kolong meja dan menarik sebuah tas. Lalu ia menjelaskan, “Elu kelihatannya bosan jadi lebih baik kita segera mulai aja permainan ini. Kita bermain Truth or Dare (Jujur Atau Tantangan).”
“Lalu tas itu buat apa?” tanya Lisa.
“Isi tas ini akan membantu kita melakukan foreplay,” jawab Rony sambil mengosongkan isi tas tersebut ke atas bangku. Walau tak bisa melihatnya di layar TV, aku dapat mengira isi tas itu adalah berbagai jenis sex toy.
“Kami membeli mainan ini untuk membantu permainan Truth or Dare ini menjadi lebih menari,” Rony menambahkan penjelasannya.
Rony melanjutkan lagi, “Aturannya adalah secara bergiliran kita akan mengajukan satu pertanyaan. Elu punya satu kesempatan untuk menjawab dan kalau kita pikir elu menjawab dengan jujur, elu bisa lanjut ke pertanyaan berikutnya tanpa harus melakukan tantangan. Tapi kalau elu menolak untuk menjawab atau kalau kita pikir elu berbohong berarti elu harus menjalankan tantangan dari orang yang sedang mendapat giliran bertanya.”
Rony meletakkan tangannya di atas mainan-mainan itu, “Dan seperti yang sudah gua bilang, mainan ini untuk membuat tantangannya menjadi lebih menarik.”
Lisa tidak menjawab dan hanya menunduk menatap barang-barang yang Rony maksud. Kemudian Mario pasti duduk di salah satu bangku di sana karena pengambilan gambar video tersebut sedikit bergerak turun namun aku masih belum dapat melihat sex toy yang berada di hadapan Lisa.
“Sebelum kita memulai ini, elu harus melepaskan BH dan celana dalam seperti malam itu,” perintah Mario.
Istriku memasukkan kedua tangannya ke balik kaosnya dan melepaskan kait BHnya. Lalu ia menarik BH itu keluar tanpa memperlihatkan tubuhnya kemudian dengan hati-hati ia menurunkan celana dalamnya sambil memastikan roknya tetap pada tempatnya. Lisa masih mencoba mempertahankan harga dirinya walau Rony, Mario dan Karel jelas-jelas mempunyai maksud yang berbeda.
“Silakan duduk di atas meja supaya kita bisa langsung mulai,” kata Rony.
Lisa menurut. Ia duduk di atas meja, menyilangkan kakinya lalu menurunkan ujung roknya untuk menutupi pahanya, memastikan Ronny tidak mendapat ‘tontonan gratis’.
“Baik, gua mulai duluan!” kata Karel. “Lisa, elu pasti sudah menduga akan bermain seks dengan kita malam ini, jadi kenapa elu masih juga mengenakan BH dan celana dalam?”
Aku tidak dapat melihat wajah Lisa karena Mario duduk di seberang meja di hadapan Karel. Lisa menjawab, “Aku tidak keluar rumah tanpa mengenakan pakaian dalam, Karel. Aku bukan pelacur!”
Rony lalu berkata, “Giliran gua. Ok, elu bilang kalau elu bukan pelacur tapi elu tetap datang kemari walau sudah tau bakalan berhubungan seks dengan kita, tiga laki-laki sekaligus dan elu sudah menikah. Pertanyaan gua: bukankah itu bisa dibilang pelacur?”
Lisa menoleh ke arah Rony dan dilihat dari raut wajahnya aku tahu ia marah sekali. “Tidak, itu tidak bisa dibilang pelacur! Aku melakukan semua ini untuk suamiku dan hanya itu saja alasanku!” jawab Lisa dengan suara yang keras.
Mario menginterupsi ketegangan suasana tersebut, “Ah terserah deh, sekarang giliran gua. Lisa, waktu malam itu dari antara kita, elu paling suka berhubungan seks sama siapa? Gua, Karel atau Rony?”
Istriku menundukkan kepala sejenak lalu kembali memandang Mario yang sedang mengambil gambar dengan kamera video di wajahnya. Lisa memandang langsung ke lensa kamera seakan-akan ia sedang memandang langsung ke arahku. “Elu, Mario, Ok? Itu kan yang elu mau dengar?” katanya dengan nada kesal.
“Ah gua bilang dia bohong! Dia jelas-jelas paling suka sama gua!” teriak Karel.
“Gua juga ga setuju,” tambah Rony.
Mario lalu berkata, “Hei, gua sih percaya sama kata-kata elu, tapi elu tetap harus menjalankan tantangan karena mereka pikir elu berbohong.”
Mario memandang tumpukan sex toy di atas bangku dekat Rony dan meraih salah satu mainan. Saat ia mengangkat tangannya aku melihat ia memegang sebuah penis dari karet. “Gua tantang elu untuk mengoral dildo ini selama 2 menit,” perintahnya.
Lisa mengerling dan menjawab dengan pelan, “Baik.”
Lalu Lisa mendekati kamera untuk mengambil dildo tersebut dari tangan Mario tapi ia berkata, “Eh bukan begitu, gua akan pegang ini selama elu melakukannya.”
Mario memegang dildo itu dengan satu tangan sementara tangan lainnya masih memegang kamera. Wajah istriku mulai memenuhi layar TV saat ia membungkuk menghampiri penis palsu itu. Lisa memasukkan ujung dildo itu ke dalam mulutnya dan mulai menghisapnya dengan perlahan keluar masuk. Setelah beberapa kali hisapan Lisa mulai melahap hampir setengah panjang dildo itu.
“Elu bisa melakukannya dengan lebih hot, Lisa. Ayo dong!” seru Karel.
Lisa berhenti barang satu atau dua detik lalu dengan sangat perlahan ia mendorong seluruh panjang dildo itu masuk ke dalam mulutnya sampai ke batas di mana tangan Mario memegang dildo itu.
Lisa menarik mundur kepalanya sehingga dildo itu keluar dari mulutnya dengan perlahan lalu mendorong lagi kepalanya sehingga bibirnya menyentuh jari-jari Mario. Begitu seterusnya kepala Lisa naik turun dan seluruh panjang dildo itu keluar masuk mulutnya.
“Satu menit lagi, Lisa. Tatap gua selama elu menghisap dildo ini.”
Air ludah Lisa mulai meleleh ke jari-jari Mario yang memegangi dildo itu dan selama satu menit berikutnya aku harus menyaksikan pengambilan close up wajah istriku yang sedang mengoral penis palsu yang dipegang Mario sambil matanya menatap ke lensa kamera.
Karel akhirnya menyatakan bahwa waktunya sudah habis dan kini gilirannya lagi. “Lisa, berapa ukuran BH elu?” tanyanya.
Istriku menjawab pertanyaan mudah ini dengan cepat, “34C.”
Mereka sepakat bahwa Lisa menjawab dengan jujur.
“Dengan ukuran 34C, elu bisa menghisap puting elu sendiri dong?” tanya Rony.
Lisa menoleh ke arah Rony dan kelihatannya ia mengalami kesulitan untuk menjawab pertanyaan ini. Setelah mengambil beberapa saat untuk memutuskan jawaban yang paling tepat akhirnya ia menjawab, “Iya, aku bisa.”
Mario dan Karel langsung memprotes dan berkata bahwa mereka pikir Lisa berbohong dan harus melakukan tantangan dari Rony.
“Oke, untuk membuktikan ini, gua menantang elu untuk memasukkan salah satu puting susu elu ke dalam mulut elu, terus tanpa menggunakan tangan elu harus menahannya selama satu menit di dalam mulut elu,” perintah Rony.
Lisa mendesah panjang sambil matanya melirik ke atas selama sesaat. Lalu ia mengangkat bagian bawah kaosnya ke sekeliling lehernya. Kedua payudaranya terpampang di hadapan semua yang berada di dalam ruangan itu! Lisa mendorong payudara kanannya ke arah mulutnya. Jarak antara payudara dan mulutnya masih jauh sehingga istriku harus menundukkan kepalanya dan menekan payudaranya sedikit lebih tinggi. Baru setelah itu ia dapat memasukkan puting susunya ke dalam mulut.
“Tanpa bantuan tangan!” teriak Rony.
Perlahan-lahan Lisa menurunkan tangannya sementara berusaha menahan puting susunya di dalam mulutnya dengan menghisapnya dengan kuat. Hanya dalam beberapa detik setelah menurunkan tangannya, Lisa mengeluarkan suara “Mmph” kecil setelah menyadari bahwa dirinya harus menghisap lebih kuat dari yang ia duga.
Pipinya kini menjadi kempot dan aku dapat mendengar deru nafas melalui hidungnya sementara ia bergumul untuk menahan putingnya.
Setelah satu menit berada di posisi yang memalukan, Lisa akhirnya diijinkan untuk melepaskan payudaranya. Lisa segera menurunkan kaosnya untuk menutupi dadanya.
Kini giliran Mario dan ia baru saja hendak melemparkan pertanyaan kepada Lisa saat bel rumah berbunyi. Lisa hendak bangkit berdiri dari meja namun Rony menyuruhnya untuk tetap duduk di sana. Lisa jelas-jelas kelihatan gugup dan cemas. Lalu ia menatap ke bawah untuk memastikan tubuhnya sudah tertutup dengan benar. Semuanya tertutup dengan benar hanya saja istriku tidak dapat berbuat apa-apa untuk menutupi puting susunya yang keras menegang terlihat menonjol dari balik kaosnya.
Karel berteriak, “Ayo masuk, pintunya tidak dikunci!”
Setelah itu aku melihat mulut istriku tiba-tiba menganga terbuka saat ia melihat siapa yang baru saja masuk.
Lisa langsung memalingkan wajahnya dari orang itu dan mengarahkan pandangannya ke Rony lagi. Ia terlihat sangat malu. Ia menutup kedua matanya seakan berusaha untuk berharap agar semuanya langsung berakhir. Rony memandang ke orang tersebut dan menyuruhnya untuk masuk bergabung dengan mereka. Begitu figur orang itu masuk ke dalam layar TV, aku masih tidak dapat melihat siapa dia karena yang dapat kulihat hanyalah bagian pinggang ke bawah dari orang tersebut. Akan tetapi setelah itu Mario mendongakkan kameranya dan aku dapat melihat orang itu!
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar