Cerita Eksibisionis Mengintip Mama 2 : Aku dan Rudi

Saat di sekolah aku tidak dapat berkonsentrasi karena hal tadi, dan tiba-tiba aku teringat Bayu dan Dani, mungkin mereka sekarang sedang mengintip ibuku mencuci. Sampai akhirnya pukul 12 siang aku pulang ke rumah. Ya, karena sekolahku pulang lebih cepat pada hari jum’at dan sabtu.

Sesampai di rumah, kulihat ibuku sedang beres-beres, mempersiapkan pesanan cucian yang akan di antar ke pemesan di komplek perumahan yang tidak jauh dari rumahku. Ibu menyuruhku menjaga rumah. Tapi aku tidak mengiyakan pesan ibu melainkan berkata akan membantunya mengantarkan pesanan cucian. Ibuku tersenyum senang, kamipun berangkat mengantarkan pesanan ke komplek perumahan yang tidak jauh dari rumah kami.
Setelah selesai mengantarkan semua pesanan dan menjemput cucian kotor lainnya, kamipun pulang ke rumah. Ibu segera mempersiapkan makan siang untuk kami berdua dan kamipun makan siang bersama. Lalu aku pergi keluar karena diajak Rudi temanku untuk bermain bola.

Sama seperti kemaren sore, aku bergegas pulang agar bisa mandi bersama ibuku lagi. Dan benar saja kami mandi bersama lagi sekitar pukul 6 sore. Saat mau mandi terdengar suara yang memanggil namaku. Ibuku berhanduk dan membuka pintu, sementara aku menunggu di sungai.

Ternyata itu adalah Rudi temanku. Sial kenapa dia mengikutiku ke sini. Rudi, “joni besok mancing yuk?? Ajaknya. Aku mengiyakan karena kesal. Aku tidak tahu apa yang di pikiran Rudi, yang jelas dia benar-benar menghambat langkahku untuk mandi bugil bareng ibuku lagi. Ya! karena Rudi dan aku berbicara di sungai tempat aku mandi.
Dari belakang kami terdengar suara ibu. Rudi kamu juga dekil sekali, ikutan mandi saja disini nak! Aku terkejut dengan apa yang dikatakan ibu, dan kulihat Rudi juga bingung. Tapi Rudi tidak mengelak, dia bicara, tapi Rudi tidak membawa baju ganti Bi! Pake baju Joni saja nanti ya Rud! Aku kesal, masak Rudi mandi bareng kita bu??, kataku.

Tapi dulu Rudi khan juga sering mandi bareng kita, kata ibuku. Iya, tapi itu dulu waktu masih bocah, sekarang kami udah gede bu!kataku. Sama saja baru kelas 1 SMP udah gede kata ibuku. Sambil menuju ke arah kami, lalu dengan santai membuka handuknya di depan kami berdua. Aku masih tetap berdesir dan terkejut melihat tubuh ibuku telanjang. Saat aku lihat Rudi dia bingung dan mukanya memerah melihat ibuku telanjang bulat di depannya.

Aku hanya diam, rasanya aku ingin marah kepada ibu, karena sama saja ibu mempermalukanku di depan temanku. Tapi harusnya aku marah sama Rudi karena telah melihat tubuh ibuku telanjang. Tapi ibuku lebih dulu berkata, Rudi cepat buka baju dan mandi sebelum gelap! Rudi terkejut dan menjawab dengan terbata—bata, iiii…iii..ya..Bi!

Rudipun membuka bajunya dan saat akan mau masuk ke sungai. Ibuku bilang lo kenapa tidak seperti Joni. Khan malu Bi???Mandi telanjang ama Bibi, kata Rudi. Lo biasanya dulu khan juga telanjang, buka saja semuanya nanti biar Bibi yang cuci pakaian kamu. Rudipun juga membuka celananya dan CDnya. Tapi membelakangi ibu. Kulihat tubuh Rudi yang berkulit lebih gelap telanjang dengan kontol yang tegang. Aku marah melihatnya bernafsu pada ibuku yang tak lain adalah sebenarnya Bibinya sendiri. Rudi masuk ke sungai dengan berjongkok, mungkin agar kontolnya yang tegang tidak dilihat ibuku.

Akupun juga ikut masuk ke sungai, karena dari tadi aku memang sudah telanjang. Kulihat Rudi hanya berdiam saja di dalam sungai, dengan muka merah dan badan yang menggigil. Sepertinya dia juga merasakan hal yang sama denganku kemaren. Ibukupun lalu beranjak ke tepi sungai dan bersabun menghadap ke arah kami. Kulihat Rudi tidak berhenti menatap ibuku yang bugil sedang bersabun dengan posisi duduk di tepi sungai, memasukkan kedua kakinya ke dalam sungai.

Terlihat dada yang lebarnya seukuran dua botol AQ*A ukuran satu liter, dengan puting kecokelatan yang memiliki panjang lebih dari 1 cm dan dikelilingi oleh gugusan warna kecokelatan disekitar puting payudara ibu dengan diameter 5cm. Lubang pusat ibu di perut yang agak buncit dan memek ibu yang hanya terlihat bulu yang layu karena basah, karena di posisi ini sulit melihat dengan jelas dibawah mahkota bulu memek ibu.

Aku sangat bernafsu melihatnya, tapi saat berpaling ke arah Rudi kulihat dia masih gemetar dengan wajah memerah melihat dengan tatapan nafsu ke arah ibuku. Aku marah dan menarik Rudi untuk melihat ke arah lain. Kamu jangan liat ke sana terus donk! Itu ibuku tahu. Dia mengikutiku, namun kembali melihat ke arah ibuku. Aku jadi semakin kesal, aku berniat untuk memukulnya. Namun baru sebatas niat yang tidak kesampaiaan, karena ibuku memanggilku untuk menyabuni punggungnya dan menyuruh kami berdua agar cepat-cepat bersabun juga.

Kami mendekat ke arah ibu, ibuku memberi handuk kecil kepadaku untuk menyabuni punggunggnya. Dan sabun ke Rudi agar dia segara menyabuni badannya. Rudi dan aku masih di dalam air di depan tubuh ibuku yang telanjang. Ibu menyuruh kami naik ke atas, Rudi membelakangi ibu menghadap ke arahku saat naik ke tepi sungai dan duduk berjongkok di samping ibu. Ya sudah jelas dia melakukan itu agar kontolnya yang tegang tidak terlihat oleh ibuku. Giliranku yang naik ke atas, karena sudah terbiasa aku santai saja berdiri di depan ibu saat mau naik dengan kontol yang tegang. Dan akupun duduk di belakang ibu dan mulai menggosok punggung ibu. Ibuku menghadap ke arah tebing di depan kami.

Saat aku melihat ke arah Rudi di samping ibuku, aku terkejut ternyata dia sedang mengocok kontolnya yang tegang. Ibuku tidak melihat karena melihat ke arah depan, dan Rudi cukup cerdik melindungi aksinya dengan berjongkokdi samping kanan ibuku sambil mengocok kontolnya dengan tangan kanannya, pandangan memang juga terhalang, tapi gerakannya tidak bisa menipuku.

Aku marah, apa yang kamu lakukan Rud?? Rudi terkejut dan pura-pura sabunan saja. Saat ibuku melihat ke arah Rudi, ibu bertanya kepadaku, ada apa nak?? Tapi Rudi yang menjawab, tidak apa-apa bu. Aku langsung saja menjawab, burung Rudi hidup bu. Kupikir ibuku akan marah, aku rasa Rudi juga berpikiran yang sama. Namun kami salah, ternyata ibuku tertawa, “Burung kamu juga mengeras!,”


Ga’ kok kataku. Iya terasa keras di punggung ibu. Akupun jadi malu, bukan kepada ibuku tapi kepada Rudi karena dia pasti berpikiran aku juga teransang. Ibuku lalu berkata kepada Rudi, jadi kamu sudah tahu ya Rud??


Rudi : Tahu apa Bi??
Ibu : Yang kamu lakukan tadi??
Rudi : Rudi tidak melakukan apa-apa kok Bi!
Ibu : jangan bohong Rud, santai saja, sudah berapa lama kamu tahu mengocok??
(Aku hanya bisa diam dan terus menggosok punggung ibuku)
Rudi : udah lama bu sekita 2 bulanan
Ibu : kok kamu ga’ ngasih tahu Joni?/
Aku terkejut mendengar pertanyaan ibu.
Rudi : maaf bu..
Ibu : ya sudah silahkan kamu teruskan, santai saja bibi ga’ bakalan bilang ke ibu kamu kok! Liat tuh nak Rudi aja mandiri..


Aku tersipu malu mendengar perkataan ibuku, dan kulihat Rudi sekarang dengan santai mengocok kontolnya. Ibuku tersenyum melihatnya, dan sekarang aku mulai menyabuni bagian depan ibuku. Saat melihat posisiku yang menyabuni dada ibuku kulihat Rudi melihat dengan semangat. Ibuku berkata, kalo kamu mau ikutan boleh juga kok kata ibuku.
Apa-apaan sih bu!kataku. Lo Rudi khan keponakan ibu sama juga anak, lagian dia dari dulu khan udah mandi bareng kita. Benar kata ibuku, dulu waktu kami masih tinggal di rumah nenek bersama dengan orangtua Rudi. Kami sekeluarga sering mandi bersama di sungai dibelakang rumah nenek. Ibu Rudi alias bibiku, Ibuku, Rudi, Aku sering mandi bersama. Dan tentu saja semuanya bugil, dan aku selalu menyabuni buah dada ibuku saat mandi, dan kami saling berebut untuk memainkan dada ibu karena ibuku juga mengizinkan Rudi ikut memainkan dada ibuku waktu itu. Rudi suka bukan karena tidak bisa menyabuni dada ibunya ataupun nenekku, tapi buah dada ibukulah yang terbesar di antara ketiga wanita itu. Perbedaan antara dada ibuku dan ibu Rudi adalah ibuku memiliki ukuran dada 1/3 lebih besar dari bibiku.

Bibiku juga mengizinkanku menyabuni dadanya namun itu aku lakukan hanya saat mandi tanpa adanya ibu, bukan karena takut dimarahi ibu, tapi karena buah dada ibuku lebih besar dan menarik begitu juga dengan Rudi. Kalo nenek saat itu baru berumur sekitar 42 tahunan dan memiliki payudara yang tak kalah indah dari kedua anaknya hanya saja tidak begitu besar, hanya sebesar 1 botol AQ*A ukuran 1 liter.
Namun kesenangan itu semua, terakhir kali waktu kelas 2 SD, karena setelah itu kami pindah ke rumah kami sekarang. Tapi aku lebih beruntung daripada Rudi karena aku memilki ibu wanita dengan payudara terbesar diantar 3 wanita tersebut meskipun Rudi bisa menatap dan menikmati buah dada nenek dan bibi alias ibunya sendiri.


Rudi dan akupun mulai menyabuni tubuh ibuku dari depan dengan posisi ibu yang duduk mengahadap ke arah tebing di depan. Ibu duduk di atas batu, dan kami berdua di depannya menyabuni sambil membungkuk menghadap ibu yang bugil dan kontol kami yang terus menegang.


Aku mendapat bagian kanan dan Rudi bagian kiri. Kulihat Rudi memang sedikit ragu untuk menyabuni dada kiri ibuku, namun ibuku tersenyum menatap wajah Rudi, membuat Rudi percaya diri untuk menyabuni payudara ibuku sebelah kiri.


Awal mulanya ibu terlihat menikmati aksi kami berdua, kurasa ibu bernostalgia akan kenangan masa lalu. Sambil sesekali ibu mengusap-usap kepala kami berdua dan ternyata ibu memang bercerita tentang kehangatan masa lalu kami. Sementara aku dan Rudi terus menikmati memegang buah dada ibuku dengan kontol yang semakin tegang dan kepala kontolku terlihat memerah.


Tiba-tiba ibuku memegang kontol kami, dan mengocoknya. Aku hanya diam kesenangan dan kulihat Rudi gugup dan gemetar. Tenang Rud! Kata ibuku. Kali ini bibi bantu kalian berdua, tapi ingat jangan keseringan mengocok nanti bisa capek dan malas. Kami berdua hanya diam kesenangan menahan kontol yang tegang dan cengkeraman ibu pada kontol kami dan mengocoknya. Sementara kami terus menyabuni buah dada ibuku yang besar dan kenyal tapi lembut.

Kurasa bagian kanan dada ibuku yang menjadi bagian ku terasa semakin padat, kutekan puting susu ibuku terasa membesar dan mengeras dan mengacung. Dengan puting yang mengeras seperti ini ayik juga memegangnya. Aku memutar-mutarnya dengan tanganku dan meremas-remas dada ibuku. Dan kurasakan kocokan tangan kiri ibu di kontolku terasa semakin kencang.


Karena tak tahan aku berdiri dengan kepala menengadah ke atas dan mata tertutup. Hingga akhirnya aku merasa lega karena spermaku sudah keluar, saat membuka mata kulihat wajah ibuku penuh dengan spermaku, dan kulihat Rudi juga sudah tidak dikocok ibu lagi dan dia terlihat membersihkan diri.
Kami bertiga pun masuk ke sungai dan membilas tubuh kami dengan berendam di air sungai. Setelah itu kami handukan. Ibuku berkomentar kalo kontol kami ukurannnya tidak beda jauh, dan ternyata Rudi lebih dulu muncrat daripada aku. Rudi juga berterima kasih kepada ibuku seperti aku. Ibuku berpesan agar jangan keseringan.
Setelah itu kami ke rumah, aku meminjamkan pakaianku ke Rudi. Lalu Rudi bermaksud akan pamit pulang kepada ibu dan aku. Sebelum pulang Rudi berkata kepada ibuku yang masih memakai handuk , “ terima kasih bi, lain kali boleh mandi sama bibi lagi??.

Boleh tapi jangan keseringan mengocok ya, dan bibi tadi itu Cuma membantu kalian, jangan dibilang ke orang ya Rud, bibi malu juga kalo diomongin orang, kata ibuku. Iya bi, kata Rudi. Lalu Rudi pulang ke rumahnya, meninggalkan aku dan ibuku.
Ibuku lalu menyiapkan makan malam untuk kami berdua tanpa berpakaian terlebih dahulu dan hanya menggunakan handuk. Aku ikut membantu ibu menyiapkan makan malam. Karena mellihat handuk biru yang hanya menutupi sebagaian tubuh ibuku membuatku bersemangat. Terlihat handuk menutupi sebagian dada ibu yang besar dan hanya sampai paha saja. Lalu kamipun makan malam berdua, dengan keadaan ibuku yang masih tetap hanya dibungkus handuk dan kontolku yang kembali tegang melihat tubuh ibuku.
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar