Cerita Eksibisionis Sarah : The Power of Love Part 1

 Kekuatan cinta memang susah untuk dimengerti. Hanya karena cinta, manusia mampu melakukan segalanya. Dan begitupun denganku.

Namaku Surya, seorang suami yang beberapa kali melakukan kesalahan kepada istriku dalam hal cinta. Aku telah selingkuh dengan beberapa orang wanita. Dan semua itu kulakukan hanya berdasarkan emosi sesaat. Namun, semenjak aku mengerti akan betapa pentingnya sosok yang telah mendampingiku selama ini, pada akhirnya aku sadar jika aku sangat ketakutan untuk kehilangan istriku.

Sarah, wanita yang aku kenal semenjak kuliah, adalah wanita pertama yang menerima cintaku dengan sungguh-sungguh. Wanita bertubuh sintal dengan kulit kuning langsat yang selalu mensupport diriku. Wanita penyabar yang telah mengenalkanku sebuah kenikmatan dunia bernama seks.

Namun, semenjak perselingkuhan itu terjadi padaku, aku baru sadar, jika aku tak bisa hidup tanpa cintanya.

Hingga pada akhirnya, Sarah, wanita tercintaku, membalas semua kelakuan kotorku.

***

Aku bekerja di sebuah perusahaan asing yang bergerak di bidang pertambangan. Dan sebagai manager project lapangan, tanggung jawab pekerjaanku selalu menuntut untuk tak dapat diam hanya di satu lokasi. Tak jarang aku harus meninggalkan istriku untuk mengawasi project luar kota selama 1-3 bulan. Bahkan seringkali, karena kesibukanku, aku sampai lupa menanyakan kabar Sarah atau memberitahu kondisi diriku hingga berminggu-minggu. Terlebih, semenjak kenal dengan istriku, aku tahu jika dia adalah wanita mandiri yang selalu bisa mengatasi semua kebutuhan dirinya.

“Dia pasti akan baik-baik saja…” Batinku dalam hati setiap kali aku memikirkan istriku.
Berbekal dari semua kemandirian Sarah, aku jadi yakin, jika selama dia aku tinggal tugas keluar kota,  aku tak perlu mengkhawatirkan kondisinya.

Kerja ekstra keras, tak mengenal waktu, lokasi hidup di daerah pedalaman yang sulit, semua kendala pekerjaan dapat dengan mudah aku atasi. Namun, satu-satunya hal yang tak bisa aku tahan dari pekerjaanku ini adalah, nafsu birahi.

Itu adalah satu-satunya kelemahanku yang hingga saat ini tak bisa aku atasi. Seminggu pertama aku meninggalkan istriku untuk bekerja, hampir setiap hari aku melakukan masturbasi. Dua minggu, tiga minggu, sebulan, dua bulan. Aku mulai tak tahan. Aku tak sanggup lagi melampiaskan nafsu birahiku dengan tanganku sendiri. Sampai di suatu saat, aku mulai berpikir nakal. Aku mulai berpikir untuk selingkuh.

Merasa jauh dari pengawasan istri, sudah banyak wanita dengan macam profesi yang ikut menemani diriku dalam melampiaskan petualangan birahiku. Rekan kerja satu kantor, penjaga toko, SPG, ibu rumah tangga, hingga anak sekolah, kenikmatan tubuh mereka sudah aku rasakan semua.

Penghasilan besar dari hasil gaji, tunjangan hingga tips vendor, membuatku menjadi mabok kepayang. Tak ada habisnya untuk aku hambur-hamburkan guna merasakan kenikmatan tubuh wanita. Belum lagi jika ada pitching vendor yang selalu menyediakan wanita sebagai upah entertainment dari mereka.

Ketika berfoya-foya, aku sama sekali tak pernah memikirkan kondisi Sarah. Yang jelas, selama aku sudah mengirimkan duit belanja bulanan, aku merasa telah melaksanakan tugas sebagai seorang suami. Hingga pada akhirnya, aku mendengar kabar dari tetangga, jika sekarang istriku sekarang tinggal bersama teman lelakinya.

Mendengar kabar mengejutkan seperti itu, aku segera memutuskan untuk pulang dengan pesawat paling pagi keesokan harinya. Dan setelah sampai di rumah, ternyata memang benar. Di tempat tinggalku ada seorang pria yang sama sekali belum pernah aku kenal.

“Mas… Kenalin, ini mas Markus…. “ ujar istriku mengenalkan teman lelakinya. “Mas Markus adalah teman yoga adek mas… “ jelas istriku lagi.
“Sekitar sebulan lalu, mas Markus terkena musibah mas… Dia baru saja ditipu rekan bisnisnya hingga bangkrut…mobil, rumah hingga uangnya ludes…” Ucap Sarah menceritakan perihal mengapa Markus berada di rumah kami. “Yaudah… karena adek kasihan… Adek ajak aja mas Markus untuk tinggal disini…”
“Kenapa kamu nggak ngabarin aku dulu dek…?” tanyaku.
“Khan mas tau, percuma adek ngabarin mas kalo mas sedang berada di proyek… Mas khan nggak bakalan mengangkat telpon tiap kali adek mencoba menghubungi mas…” Ujar Sarah lagi. ” Terlebih… tak jarang adek mendapati beberapa wanita berbeda yang mengangkat telpon adek setiap kali adek telpon mas…”

“Wanita-wanita sialan…” batinku. “ Pasti perek-perek itu yang menerima telpon istriku…”
“Adek tahu mas kalo mas sudah selingkuh dibelakang adek…”
“……….”
“Dan adek tahu mas… Jika perselingkuhan itu sudah mas lakukan semenjak setahun pernikahan kita… dan selama itu adek hanya bisa diam saja…”
“…………….”
“Jadi…. Jangan salahin adek ya mas kalo sekarang adek membalas semua kelakuan busuk mas…”

Mendengar penjelasan istriku, aku tak bisa marah, aku pun tak boleh dendam. Aku hanya bisa mencoba untuk mengerti istriku ketika selama ini, istriku aku selingkuhi.

Sarah pasti kesepian. Sarah pasti butuh perhatian. Dan ketika ia mengenal Markus, dia mendapat teman yang cocok. Teman yang selalu ada ketika istriku aku tinggalkan untuk selingkuh keluar kota. Teman yang selalu siap membantu istriku ketika jauh dariku. Teman yang pada akhirnya menggantikan posisiku ketika istriku membutuhkan kehangatan seorang suami.

“Jadi sekarang kamu selingkuh dengan lelaki pengangguran itu dek…?” tanyaku dengan nada yang aku buat setenang mungkin.
“Iya…” jawab istriku singkat.

Dengan terang-terangan, istriku menceritakan padaku tentang  ‘perselingkuhan satu-satunya’ dengan Markus. Termasuk tentang persetubuhannya yang sering mereka lakukan dirumah ini. Semuanya Sarah ceritakan guna membalas perselingkuhan yang aku lakukan dengan banyak wanita lain.

“Jadi sekarang kita impas donk mas… mas selingkuh adek juga selingkuh…. Walau jika diingat selama ini mas sudah selingkuh dengan banyak wanita… jadi seharusnya adek bisa berselingkuh dengan banyak lelaki juga …” kata istriku ketika kami berdebat tentang perselingkuhan dirinya. “Tapi itu mah gampang… Adek bisa melakukannya perselingkuhan dengan lelaki lain kapan saja…”

***

Sudah hampir sebulan aku berada dirumah, dan semenjak kepulanganku, aku memutuskan untuk bekerja dirumah. Mengambil tugas di kantor pusat dan membawanya pulang untuk diselesaikan dirumah. Semua aku lakukan guna meminta maaf pada istriku. Dan juga mencegah supaya Sarah tak berselingkuh dengan Markus lagi.

Namun semua itu sia-sia. Merasa diawasi olehku, perselingkuhan mereka seolah semakin menjadi-jadi. Dan aku yakin, Sarah bertekad untuk benar-benar membalas semua kelakuan busukku.

Sering kali aku melihat istriku dan selingkuhannya bercanda, bercengkrama dan berciuman didepanku ketika aku menonton TV. Mereka sengaja duduk tak jauh dari tempatku berada, dan memamerkan kemesraannya kepadaku. Tak jarang aku melihat Markus menepuk pantat atau mencubit payudara Sarah ketika mereka bercanda. Begitupun sebaliknya, istriku pun sering meremas pangkal selangkangan Markus ketika bersenda gurau.

Di ruang makan pun mereka sering suap-suapan, seolah mereka pengantin baru. Di dapur, sering aku melihat istriku menjilat dan mengulum jemari tangan Markus yang belepotan bumbu dapur. Juga Markus yang sengaja menorehkan kecap atau saos ke dada istriku untuk ia jilat.

Benar-benar membuatku emosi.

Hingga beberapa waktu lalu, aku mendengar dengan telingaku sendiri. Persetubuhan istriku dan selingkuhannya di teras belakang rumah ketika aku sedang sibuk menyelesaikan tugas kantorku di dalam kamar.
“Dek…okelah jika kamu berselingkuh dengan Markus… tapi khan bukan berarti, kamu bisa dengan seenaknya bersetubuh di rumah ini …” Ucapku datar, mencoba meminta pengertiannya…

“Ya itu resikomu mas kalo bekerja dirumah… “ Bela istriku “Kalo mas nggak suka, mending mas balik lagi ke proyek mas aja… Sekalian nerusin perselingkuhan mas dengan wanita-wanita itu… ”
“Ya bukan begitu dek…”
“Atau mas mau adek pindah? Adek bisa kok lakukan sekarang juga …” potong Sarah
“…….” Aku tak bisa berkata apa-apa lagi.
“Udah berulang kali adek katakan ke mas… Adek minta mas buat ninggalin adek…” ucap Sarah ketus
“Tapi mas masih sayang kamu dek… Mas nggak mau kehilangan kamu…”
“Ya sudah kalo begitu... mas harus mulai membiasakan diri untuk melihat dan mendengar perselingkuhan adek…”
“………….”
“Mas mas…. Udah punya istri… Siapa juga suruh selingkuh… “ cibir Sarah

Entah apa yang bisa aku lakukan untuk mengembalikan keutuhan rumah tangga kami, yang walau sebenarnya, rumah tangga kami masih utuh. Kami masih bersama, istriku juga masih melayani semua kebutuhanku, masih mencintai dan menyayangiku seperti sedia kala.

Bedanya, di bawah atap tempat tinggal kami sekarang, ketambahan sosok lelaki lain yang siap kapan saja memenuhi kebutuhan biologis istriku. Tentu saja, ketika mereka melakukan adegan percintaan itu, mereka tak ingat situasi. Mereka melakukannya dimanapun mereka suka. Sampai akhirnya, istriku memintaku, untuk sementara waktu pindah ke kamar tidur tamu supaya mereka bisa bersetubuh dengan leluasa di kamar tidurku.

Aku tak pernah tahu, hal apa yang membuat Sarah tergila-gila pada selingkuhannya itu. Bagiku, Markus sama sekali tak menarik, tak cakep, tak gagah, tak berpenghasilan, dan tak bermasa depan. Bukannya mau menyombongkan diri, tapi semua aspek positif dari seorang pria tak satupun ada dari diri Markus.

Satu-satunya yang membuatku iri akan diri Markus adalah, lelaki itu memiliki ukuran penis yang lebih besar dari milikku. Bahkan jauh lebih besar. Jika bibandingkan, ukuran pentungan nikmat milik Markus, hampir dua kali lipatnya milikku. Dan karena daging lebih itu, sepertinya istriku mampu terpuaskan olehnya. Amat sangat terpuaskan.

Markus mampu membuat istriku berubah. Istri yang dulu berucap sopan, sekarang menjadi sering melenguh dan mengembik bak pelacur murahan.  Istri yang dulu berkelakuan santun, sekarang mirip pelacur dengan vagina yang meronta-ronta kegatelan. Istri yang dulu tak mau melakukan hal aneh, sekarang menjadi pelacur haus sodokan kasar yang siap bercinta dengannya kapan saja dan dimana saja.

***

Minggu kemaren, kedua orang tua Sarah meminta kami berkunjung ke kediamannya. Mereka kangen akan putri kesayangannya yang sudah lama tak berkunjung. Mungkin kunjungan terakhir kami adalah ketika lebaran beberapa tahun lalu.

“Sarah mau banget mah, cuman saat ini dirumah Sarah ada seorang teman special yang sedang berkunjung…” ujar Sarah menjelaskan tentang keadaan yang sedang terjadi di rumah kami
“Serius mah….? Sarah boleh ajak…?” Tanya Sarah dengan nada girang.
“Okelah kalo begitu, Sarah bakal datang weekend besok…”

Dari percakapnnya, aku bisa mengetahui, jika acara berkunjung ke rumah orang tua Sarah besok, bakal ada kejutan buatku.

“Sayang… Besok kita kerumah Mama ya… Adek kangen banget… Udah lama banget khan kita nggak maen kesana…” pinta istriku sambil tersenyum bahagia.
“Lalu, si Markus gimana? Ditinggalin di sini aja ya….?” Tanyaku
“Nggak donk… Adek mau kenalin mas Markus ke Mama Papa…”
“Apa…?”
“Kenapa…? Kamu ga mau…? Kamu ga suka…?” Tanya Sarah dengan nada yang mulai sedikit sewot. “Kalo kamu nggak mau juga gapapa… Adek masih bisa kesana berdua aja kok bareng mas Markus…”
“Enggak… Gapapa kok sayang…” pasrahku.
“Makasih ya ganteng….” Ujar istriku manja sambil mengecup keningku.

***

Rumah orang tua Sarah berjarak sekitar 6 jam perjalanan, sehingga guna menghindari kemacetan, kami berangkat dari semenjak subuh.

Seperti biasa, semenjak keberadaan Markus di kehidupan kami, akulah yang selalu menjadi supir. Duduk sendirian di kursi depan, dibelakang roda kemudi. Sementara Sarah dan Markus, selingkuhannya, selalu memilih untuk duduk di kursi tengah.

Selama perjalanan ke rumah orang tua Sarah, aku hanyalah seperti patung yang tak mereka gubris sama sekali. Hanya menyetir dan konsentrasi ke jalan, sementara istriku dan Markus saling memainkan nafsu birahi mereka dengan leluasa.

Sarah, dengan atasan tanktop tanpa bra dan rok mini tanpa celana dalam, selalu dapat diakses oleh Markus dengan segala cara. Markus selalu duduk di sebelah kiri istriku karena dengan tangan kanannya, dia dapat dengan mudah mengobel vagina Sarah, menghisap putting Sarah, dan memuaskan birahi istriku dengan lebih leluasa. Sedangkan Sarah selalu ada di samping kanannya, supaya dengan mudah melakukan segala permintaan Markus termasuk permintaan untuk mengoral penisnya.

“Uuughh …sedot terus Mas!” kudengar desis birahi istriku di belakang jok mobilku. Dari kaca spion tengah aku berusaha melihat percumbuan mereka. Sengaja, semenjak beralihnya tugasku dari seorang suami menjadi supir, aku mengganti kaca spion tengah mobil dengan kaca spion cembung berukuran besar. Supaya dapat melihat semua sudut interior mobil dengan jelas.

Kulihat, Sarah sudah duduk mengkangkang tanpa celana. Memamerkan kobelan jari-jari tangan kiri Markus yang telah keluar masuk ke vagina tak berambutnya sudah membanjir basah. Markus pun sudah tak bercelana, melebarkan kedua pahanya guna membiarkan batang hitam beruratnya untuk dikocok-kocok oleh tangan kiri istriku.

Pria jahanam itu dengan liarnya mencumbui payudara istriku karena tanktop tipis Sarah sudah terangkat penuh setinggi leher, Markus dengan leluasa melumat habis-habisan kedua payudara montok Sarah. Tak jarang tangan kanannya meremas dan memelintir putting merah muda Sarah hingga ia menjerit kesakitan.

“Eeemmhhh...enak banget mas!” kudengar rintihan Sarah memanaskan telingaku
“Enaknya banget dek ngenyot tetek besarmu...Sluuuurrrppp….”  desah Markus

“SREEEEPPP… SLUUURPPP...” suara mulutnya mengisap dan mengempot payudara Sarah.
Kocokan jari Markus pada vagina Sarah juga makin ganas, terdengar dari suara kecipak yang menandakan Sarah sudah sangat basah karena terangsang berat.
“Aku mau keluar mas… Aku mau keluar….” Teriak istriku tiba-tiba ketika ia merasakan kenikmatan kocokan jemari tangan kiri Markus.

Buru-buru, istriku segera beranjak dari tempatnya duduk dan berpindah ke pangkuan Markus. Ia pun segera mengarahkan kepala batang raksasa lelaki pengangguran itu supaya tepat di lubang kenikmatannya. Dan setelah dirasa pas, Sarah segera menurunkan pinggulnya.

CLEEEPPPP.

“Ooouuuuugggghhhhh maassssss…..” teriak Sarah begitu ia merasa vagina sempit miliknya sudah terisi penuh oleh batang kejantanan Markus yang ada dibawahnya. “Enak bangeeeet maaaassss….”
“Goyang dek… goyang….” Pinta Markus.
“Enaaaak bangeeet maaaasss…. “ Teriak istriku setiap kali ia menurunkan dan menaikkan pinggulnya dari batang penis hitam milik Markus. “Eeeennnnnaaaaakkkk…..”
“Sempit banget memekmu dek….” Puji Markus.”Rasanya seperti memek perawan…”
”OOouuuuggghhhh…..Entotiin aku mas…. Entotin aku….”

Suasana didalam mobil seketika berubah berisik karena teriakan-teriakan mereka berdua. Sarah dan Markus seolah kehilangan ingatan jika saat itu, mereka sedang bercinta di dalam mobil yang sedang melaju di padatnya lalu lintas. Walau kondisi kaca mobil tak sepenuhnya gelap, dan ada kemungkinan jika mereka bisa terlihat dengan jelas dari luar mobil, mereka seolah tetep tak peduli. Yang penting nafsu birahi mereka segera terpuaskan.

“Sarah pasti sangat menikmati persetubuhan…” batinku dalam hati. Karena dari kaca spion, aku bisa melihat jika walaupun saat itu vagina Sarah terlihat tersiksa karena sodokan penuh batang raksasa Markus, tapi dari suara desahan dan erangan kenikmatan yang ia teriakkan. Aku bisa tahu jika istriku sangat menikmatinya.

Tubuh ramping Sarah, meliuk-liuk kesana kemari, mengimbangi sodokan-sodokan kasar Markus setiap kali ia menghujamkan batang beruratnya kedalam celah vagina istriku. Membuat mobil ini terasa ikut berayun, menikmati goyangan percintaan mereka.

Gila. Ini benar-benar gila.

Aktifitas mesum mereka berkelanjutan selama perjalanan ini. Mereka bahkan tetap meneruskan aktifitas mesum mereka ketika mobil kami berhenti di palang kereta api sembari menunggu kereta yang lewat. Alih-alih menghentikan bersetubuhan, mereka malah semakin memperganas aktifitas percintaannya.
“Terus mas… terus sodok memek adek….” Pinta istriku sembari mengobel klitorisnya.

Tubuh istriku terlihat begitu bergoncang setiap kali menerima sodokan tajam Markus. sesekali ia membungkukkan badannya kedepan dan berpegangan pada jok tempatku duduk.
“Adek sayang kamu mas…. Adek sayang kamu…” ujar istriku tiba-tiba sambil memajukan kepalanya dan mengecup pipi kiriku dari belakang.

Reflek. Akupun mengusap dan menepuk pelan kepala istriku dengan tangan kiriku, sambil melihat persetubuhan mereka melalui ke kaca cembung spion. Muka istriku terlihat begitu merona merah, menandakan jika ia benar-benar terangsang. Tubuhnya membungkuk, matanya nanar, dan payudara besarnya saling menepuk satu dengan lainnya.

Mendadak terdengar suara siulan keras dari arah samping. Ternyata, suara itu berasal dari sebuah truk yang juga berhenti menunggu di persimpangan kereta. Kernet truk itu buru-buru mengeluarkan HPnya dan mulai merekam persetubuhan istriku dan selingkuhannya. Tak lama, supir yang ada disampingnya pun melakukan hal serupa, mengeluarkan HP dan mulai merekam kearah kami.

Mendengar kegaduhan kernet truk itu, situasi di persimpangan kereta pun mulai memanas. Para pengemudi mobil dan pengendara motor mulai menengok kearah kami.
“Dek, ada yang liatin tuh!” aku memperingatkan mereka tanpa menoleh ke belakang.
“So what gitu loh?... Biarin ajah mas….” jawab sekenanya Sarah asal sambil terus menggeliatkan tubuhnya.
Aku hanya diam saja berpura-pura tidak tahu, membiarkan persetubuhan istriku dan selingkuhan menjadi tontonan mereka seperti orang bego. Aku hanya berharap kereta segera lewat dan pintu persimpangan segera terbuka.

“Aku mau keluar dek… “ ujar Markus ditengah kehebohan situasi persimpangan kereta.
“Aku juga mas…. Aku jugaaaa……” teriak istriku sambil terus menggeliat-geliat.” Kita keluar bareng yyyaaaaa maaaassss….”

 “OOOooooooooooggggghhhhhhhhhhhh” teriak istriku lantang. Diikuti dengan hentakan badannya yang tak terkontrol. “Aku keluar mas… aku keluaaarrr….”

Seiring teriakan orgasme istriku, rangkaian kereta pun melintas. Suara gemuruh roda besi kereta untuk sesaat meredakan suara-suara persetubuhan Sarah dan Markus.

“CREEET….CREETTT…CREETTT….”

“Apa ini…?” tanyaku dalam hati, mencari tahu cairan apakah yang membasahi tangan kiriku dan dashboard mobil ini.

Kembali aku melihat kearah spion. “ANJRIT…..” umpatku dalam hati “… ini sperma Markus….”
Aku lihat, ternyata Markus dengan bantuan tangan Sarah, membuang spermanya di luar vagina istriku. Istriku sengaja mengocok penis Markus yang ada di bawah selankgangannya dan membiarkan sperma dari batang penis selingkuhannya itu menyembur keluar dan membasahi interior mobil ini.

“Jauh sekali semburan sperma lelaki pengangguran ini…” kagumku. “Nggak heran kalau istriku menjadi begitu tergila-gila olehnya.

“Maaf mas… pejuhnya mas Markus muncratnya kejauhan….” Ucap istriku sambil menyodorkan sekotak tissue kearahku.

Aku segera mengambil beberapa lembar tissue dan langsung membersihkan tangan kiriku. Dan begitu pintu persimpangan kereta itu terbuka, aku segera tancap gas secepat mungkin menghindari sorak sorai dari kerumunan orang yang ada di persimpangan kereta itu.
Setelah berjalan beberapa lama, Markus memintaku untuk menepikan kendaraan di sudut jalan yang kosong.

“Mas Surya… sekarang giliran mas buat ngentotin bini mas… “ ujarnya tenang “Biar kita sama-sama senang mas…” ujarnya dengan nada kemenangan.
“…..” aku yang tak mampu berkata apa-apa. Aku yang sudah terlanjur horny, hanya bisa menganggukkan kepalaku pelan .
“Tapi ingat mas… jangan sekali-kali mas pake lubang bo’ol istri mas…. Karena lubang itu hanya buatku saja… Hehe hehe…” tambah lelaki bajingan itu lagi sambil tertawa ngejek.
“BANGSAT…” Ucapku dalam hati.

Entah apa maksudnya, ada satu hal aneh yang selalu Markus minta pada Sarah dan aku. Dia selalu menyuruhku untuk segera menyetubuhi istriku setiap kali ia selesai bercintanya.

Mendengar permintaan Markus itu, aku yang sudah terlanjur horny berat, mau tak mau pun pada akhirnya menyetubuhi istriku tercinta. Walau di tiap persetubuhan itu, aku tahu jika Sarah sama sekali tak menikmati sodokan batang penis kecilku.

“Bagaimana Sarah bisa merasakan enak… jika setiap kali aku menyetubuhi lubang kenikmatannya, lubang itu terasa begitu los… sangat longgar…“ batinku “Aku hampir sama sekali tak merasakan gesekan nikmat pada dinding vaginanya sama sekali…”

Jelas saja vagina istriku itu menjadi longgar, jika pada percintaan sebelumnya, vagina itu telah disesaki oleh batang lelaki yang sebesar air mineral kemasan.

Kugerakkan pinggulku maju mundur, berusaha merasakan kenikmatan yang masih tersisa. Dengan kedua tanganku yang bebas, aku mulai meraba dan meremas kedua pantat bulat istriku. Lagi-lagi, kurasakan lubang vagina istriku begitu kopong, sama sekali tak menggigit.

Iseng. Aku mulai meraba lubang anusnya.

“HEI…. MAS….” Hardik Istriku. “Jangan pernah nyoba buat masukin kontol kecilmu dalam bo’olku mas… bo’ol itu cuman buat mas Markus…” ucap Sarah mengingatkanku setiap kali aku mencoba untuk menyentuh lubang anusnya.

Sekilas, aku sebenarnya ingin membunuh mereka berdua, menyobek vagina istriku dan memotong penis panjang Markus dengan cutter yang ada di dashboard mobil. Tapi aku sama sekali tak ada keberanian untuk melakukan hal itu. Yang bisa kulakukan hanyalah menerima segala perlakuan mereka padaku. Padahal, aku ingin sekali untuk dapat mencoba merasakan kenikmatan lubang anus istriku. Tapi sudahlah, rasa untuk ingin merasakan ANAL SEKS dengan istriku sendiri hanyalah mimpi, toh diberi vagina longgar istriku ini saja aku sudah bahagia.

Walau sama sekali tak merasakan kenikmatan  lagi pada vagina Sarah, setelah beberapa menit menggoyang-goyangkan pinggulku, pada akhirnya aku berhasil juga membuang sperma panasku pada vagina istriku.

Okelah, mungkin saat ini, aku bisa membiarkan mereka berpuas-puas diri untuk saling menyetubuhi di dalam mobil, karena ketika kami sudah tiba di rumah orang tua Sarah, keadaan bakal kembali normal seperti biasanya.

Namun ternyata, aku salah.

***

“Mamaaaa….” Teriak Sarah sambil berlari menghambur keluar mobil.
“Tumben kamu lama sekali nyampenya sayang…?” Tanya Mama Sarah sambil menciumi pipi putri kesayangannya “Biasanya, siang udah sampe… “
“Iya, tadi kami sekalian jalan-jalan, terlebih di jalan macet banget mah, maklumlah weekend…” bohong Sarah.

Padahal cerita sebenarnya, kami sama sekali tak jalan-jalan ataupun terkena kemacetan, kami lama hanya karena Sarah beberapa kali memintaku untuk menghentikan mobil guna membiarkan ia dan selingkuhannya dapat bercinta lagi di dalam mobil.

“Yaudah kalo gitu… yuk Mama udah siapin menu kegemaranmu sayang…. Spageti saos tiram…” ajak Mama Sarah pada kami bertiga.
“Ini pasti nak Markus, teman yang sering diceritakan oleh Sarah…”
“Iya mah… ini teman dekat Sarah yang paling Sarah sayangi…. “

Begitu kami masuk ke ruang makan, makanan telah tersaji dengan meriah. Meja persegi panjang super besar dengan taplak yang menjuntai hingga lantai.

Mama Papa Sarah duduk bersampingan di sisi paling ujung dari meja makan. Sarah dan Markus duduk di sisi sebelah kanan mereka, sedangkan aku, duduk menyendiri di sisi sebelah kiri, tepat di seberang tempat duduk Sarah.

Sepanjang waktu makan malam, Sarah hanya membicarakan tentang kehebatan Markus. Dan seolah memiliki mantra super ajaib, kedua orang tua Sarah pun sepertinya ikut-ikutan terlena akan segala cerita Sarah tentang Markus. Mereka menanyakan segala hal tentang Markus, dan sama sekali melupakan akan kehadiranku.

Markus, yang sedang berada di atas angin, hanya bisa tersenyum-senyum sambil beberapa kali melirik ke arah Sarah yang ada di sampingnya. Dari pandangan mata mereka berdua, aku tahu jika saat ini, mereka sedang melakukan sesuatu hal mesum.

Dan benar saja, tangan kanan Markus tak berada di atas meja.

Seperti di film-film komedi, aku lalu berpura-pura secara tak sengaja, menjatuhkan lap makan ke lantai, dengan tujuan untuk mengetahui apa yang sedang Markus lakukan dengan tangan kanannya.

ANJRIT.

Walau sedang ngobrol dengan kedua orang tua mertuaku, sempat-sempatnya Markus mengobel vagina istriku tengan jari tangannya. Dan dari pandangan mataku sendiri, aku dapat melihat jika istriku juga menikmatinya. Karena, vagina kesayanganku itu terlihat begitu basah akan lendir-lendir kenikmatannya.

Lalu, tak kalah serunya, tangan kiri Sarah pun melakukan hal yang serupa. Ia mengocok batang panjang Markus yang telah menjulang keluar dari resleting celana pendeknya. Penis itu terlihat begitu mudah untuk dikocok karena saking panjangnya.

Mereka terlihat begitu tenang, seolah di sekitar mereka tak ada orang yang melihat. Terlebih ketika kedua orang tua Sarah sedang mengambil makanan atau ketika sedang lengah, tangan kiri Sarah terlihat begitu aktif mengocok batang panjang Markus dengan brutal.

Pantas saja dari tadi, muka Sarah bersemu-merah, nafasnya terkadang terdengar seperti sedang melenguh  dan beberapa kali ia memejamkan mata sambil sesekali menggigit bibir bawahnya.  Ternyata mereka sedang memacu birahi.

Aku tak dapat mempercayai mata kepalaku sendiri, Sarah dan Markus saling mendaki kepuasan di hadapan kami bertiga. Dan hebatnya lagi, akting istriku dan selingkuhannya itu sama sekali tak menunjukkan sesuatu hal yang mecurigakan.

Hingga untuk yang kesekian kalinya, ketika orang tua Sarah mengambil hidangan penutup di dapur, Dengan gerakan secepat kilat, Sarah segera menundukkan kepalanya ke arah selangkangan Markus dan memberinya seks oral dengan ganas.

Tak perlu waktu lama bagi Sarah untuk dapat membuat batang panjang Markus memuncratkan sperma didalam mulutnya. Karena begitu seks oral itu selesai, Sarah langsung menghisap semua sperma Markus,  menegakkan tubuhnya kembali seolah tak terjadi hal apa-apa.

Bahkan ketika orang tua Sarah sudah kembali duduk di kursi meja makan, beberapa kali Sarah (dengan sengaja) meneteskan sperma Makrus yang ada di dalam mulut ke arah dagunya dan memperlihatkan padaku ketika ia menelan habis cairan kental berwarna putih itu.

Ini gila, mereka benar-benar sudah gila.

***

“Mah… Sarah ngantuk… Sarah tinggal bubu duluan ya…” ujar Sarah mengakhiri acara makan malam kami.
“Iya… Mama juga udah ngantuk… tinggalin aja piring kotornya disini… ntar biarin si mbok yang ngebersihin ini semua… kalian langsung tidur aja…” balas Mama Sarah menutup acara makan malam itu.

Kami segera masuk ke kamar masing-masing. Seperti biasa, aku dan Sarah, tidur di kamar lama milik Sarah. Dan Markus tidur di kamar tamu.

Malam ini, Sarah menggunakan baju tidur super transparan berwarna biru muda yang memperlihatkan segala lekuk tubuhnya. Berulang kali ia berkaca di depan kaca meja rias, dan menyisir rambut hitam panjangnya.
“Kamu cantik dek…” pujiku sambil ku kecup punggung tubuhnya.
“Makasih ya mas …” balas Sarah sambil tersenyum ke arahku.
“Tubuhmu bener-bener membuatku horny sayang… betapa beruntungnya aku bisa menikahimu… “
“Ahh.. kamu bisa aja mas… pasti kamu mau minta jatah ya…?”
“Hehe.. hehe…”
“Ntar ya… abis adek maen ama kontol gedhe punya mas Markus dulu…” jawabnya genit.
“Tapi khan kamu baru aja nyepongin dia dek…”
“Ya gapapa khan?
“Beri aku sedikit aja kesempatan buat ngerasain jepitan memek kamu duluan dek…” ibaku pada Sarah “Biarin aja Markus sebentar buat mengistirahatkan tititnya dulu…”

“HAHAHAHAHA….” Mendadak istriku tertawa geli.
“Kontol Markus ga seperti kontolmu mas…”
“………..……”
“Walau kontolnya baru aja ngeluarin pejuh di mulut adeh… Kontol itu masih bisa bangun, nyodok, dan muasin adek….”
“……………..”
“Kontol mas Markus selalu bisa muasin birahi memek adek… Tak peduli berapa kali dan berapa banyak pejuh yang keluar dari kontolnya…”


Mendengar perkataan vulgarnya, aku  tak mampu menjawab sepatah katapun. Aku hanya bisa duduk di tepi tempat tidur dan melihat istri tercintaku berias secantik mungkin guna memuaskan selingkuhannya ketika mereka bersetubuh beberapa saat lagi.

“Mas… bisa tolongin adek?” pinta istriku dengan manja, setelah ia selesai berias diri.
“Minta tolong apa dek?” tanyaku dengan nada datar.
“Minta panggilin mas Markus kesini… adek udah siap untuk ngentot dengannya” balas istriku dengan senyum manjanya. “Memek adek udah gatal… Pengen disiram pejuh panasnya…” tambahnya lagi

Dengan perasaan dongkol, dendam dan marah, akhirnya, aku keluar dari kamar Sarah dan menuju ke kamar tamu. Kupanggil nama selingkuhan istriku dan kuketuk pintu kamarnya perlahan.
“Ada apa mas…?” Tanya Markus sambil membuka pintu.

Lagi-lagi, ketika Markus membuka pintu kamar tidurnya, aku melihat hal yang paling membuatku iri padanya.

Markus dan batang panjangnya.

Seolah dengan sengaja, ia membuka pintu kamar tidurnya dengan tak mengenakan selembar pakaianpun. Sehingga siapapun yang berada di hadapannya, bakal melihat ketelanjangan dan batang panjang yang menggelantung di antara selangkangannya.

Walau iri, sekilas aku ingin melihat, seperti apakah organ kebanggaan lelaki pengangguran ini.

Ternyata, setelah kulihat, memang sudah sepatutnya Markus bangga akan batang kejantanannya. Biarpun masih dalam kondisi lemas, batang itu sudah terlihat begitu memukau. Menggelantung lemas hampir sepertiga pahanya. Besar dan panjang. Kulit kelaminnya benar-benar mulus, tak menandakan ia pernah disunat. Kepala penisnya membonggol besar dan tertutup kulit kulup. Urat-urat halus yang bertonjolan di sekujur batang penisnya yang ketika ereksi akan berisikan darah yang mampu membuat penis itu terlihat semakin gagah. Pangkal penis dan kantung zakar yang  bebas rambut, semakin membuat penis itu terlihat menawan. Benar-benar penis yang sempurna.

“Kenapa mas…?” Tanya Markus lagi. Membuyarkan curi pandangan mataku kearah penisnya.
“A… anu…. Dipanggil istriku tuh…” jawabku pura-pura ketus.

Dengan langkah santai, dan nekad, Markus yang masih dalam kondisi bugil, langsung bergegas ke kamar tidur Sarah. Dan aku? Menggantikan posisi Markus, tidur di kamar tamu yang ada di sebelah kamar tidur Sarah. Di Samping kamar tidur yang seharusnya aku dan istriku gunakan untuk bersetubuh.

Aku pikir, karena sekarang istriku dan selingkuhannya berada di rumah orang tuanya, mereka bakal melakukan persetubuhan dengan tenang.

Namun sekali lagi, aku salah.

Mereka tanpa malu-malu mendesah, melenguh, dan berteriak dengan lantang. Mereka seolah tak punya rasa sungkan jika suara nafsu birahi mereka terdengar hingga keluar kamar. Suara tepukan pantat dan paha yang bertumbukan, suara kecipakan lendir kenikmatan mereka, suara ringkikan spring bed tempat bersetubuh mereka, hingga suara jeritan mereka ketika sama-sama orgasme. Tak henti-hentinya mereka berteriak, berteriak, dan berteriak sepanjang malam.

Untungnya, Sarah sama sekali tak menyebut nama Markus ketika ia mendapatkan semua orgasme-orgasmenya.
***

Pagi harinya, kedua orang tua Sarah merasa sangat kesal padaku. Sepertinya mereka malam itu tak mendapatkan tidurnya dengan nyenyak. Karena hal itu terlihat dari lingkaran hitam yang muncul pada kedua mata mereka.

“Surya, kamu sama sekali tak menghargai keberadaan kami disini….” Ucap Papa Sarah padaku.
“Iya nak… Mama merasa seperti di hutan rimba mendengar Sarah berteriak-teriak kesetanan seperti itu…” tambah ibu Sarah lagi.
“Walau kalian sudah menikah, bukan berarti kalian bisa melakukan percintaan itu secara brutal seperti semalam…”
“Iya pak… Maaf…” jawabku sambil mengangguk-angguk pasrah.

Aku tak mungkin memberitahukan ke mereka jika semalam bukan aku yang menyetubuhi dan memberikan kepuasan kepada putri kesayangan mereka, melainkan selingkuhannya, Markus.
Jadi aku hanya bisa berkata “Maaf… Maaf dan maaf…”

“Mah… sepertinya kamu juga harus menasehati Sarah deh… Engga sepatutnya dia berisik dan berteriak-teriak seperti itu…” ucap Papa Sarah mengakhiri perbincangan kami.

***
Liburan ini tak seperti yang aku bayangkan. Walau untuk sejenak aku bisa melepaskan penat akan pekerjaan di kantor, tapi stress karena mendengar suara dan teriakan brutal istriku semalam, masih sangat terngiang-ngiang di telinga. Teriakan pendakian ke puncak kenikmatan yang bakal sulit aku lupakan.

Sampai setelah aku pikir semua telah normal seperti sediakalanya. Mama Sarah memanggilku secara pribadi.
“Nak Surya… Mama mau ngobrol penting ama kamu…. Ikut Mama sebentar….”
“Ada apa lagi ini…?” tanyaku dalam hati.

Mama Sarah mengajakku kekamar tidur Sarah yang mana saat itu, kamar tidur tersebut telah kosong dan rapi kembali.

“Nak Surya… Mama tahu… apa yang telah terjadi dengan rumah tangga kalian selama ini…” kata Mama Sarah, membuka percakapan.
“Dan Mama juga tahu… siapa yang semalam membuat Sarah berteriak kesetanan seperti itu… Mama juga tahu orang yang menyetubuhi putri kesayangan Mama adalah bukan kamu… “
“Ja… Jadi… ma…”
“Sekarang…. Buka celanamu… Mama pengen tahu… apa yang menyebabkan putri Mama lebih memilih kontol orang lain untuk bisa memuaskan memeknya….”
“Tapi mah… aku tid”
“Cepet lakukan…  atau Mama harus panggil Papanya Sarah dan memberitahukan dia jika yang menyetubuhi putrinya semalam adalah Markus?” ucap Mama Sarah dengan tatapan mata tajam.

Merasa begitu terdesak, akhirnya kuturunkan celana pendekku kubuka celana dalamku dan membiarkan ibu mertuaku melihat batang penisku yang menggelantung lemas.
“Boleh Mama sentuh?”
“Maksud Mama…?”

Tanpa menunggu jawabanku, Mama Sarah langsung mendekat ke arah posisiku berdiri. Berjongkok di depan selangkanganku, lalu menatapku tajam. Aku yang masih sedikit bingung dengan maksud ibu mertuaku ini, hanya bisa mengangguk lemah.

Disentuhnya ujung penisku dengan jemari lentik Mama Sarah. Diangkatnya kepala penisku dan diamatinya dengan seksama. Perlahan jemari itu berpindah, dari kepala ke batang penisku, lalu mulai mengurutnya perlahan.

“Mah… Aaa…. Aapa yang ibu lakukan…?” tanyaku dengan nada bingung.
“Enak….?”  Tak menjawab pertanyaanku, Mama Sarah malah semakin mempercepat gerakan jemari tangannya.

Karena mendapat perlakuan yang tak pernah aku bayangkan selama ini dari ibu mertuaku, mau tak mau batang penisku yang semula menggelantung lemas, perlahan mulai mengeras dan mengacung ke atas.

Dan seolah ingin segera membuat batang penisku untuk ereksi sepenuhnya, Mama Sarah tiba-tiba mendekatkan kepalanya ke arah selangkanganku dan mulai mengecup ujung kepala penisku.

“Maaa…. “

Dijulurkanya lidah berwarna merah dengan air liur yang sudah membasah itu ke arah kepala penisku. Dengan tanpa malu-malu, Mama Sarah segera menjilat, mengulum dan menghisap penis kecilku. Sedotan mulut Mama Sarah benar-benar hebat, tak heran jika putrinya, Sarah pun memiliki keahlian sepertinya.

“Aku keluar maahh….” Ujarku pasrah sambil memegang kepala ibu mertuaku itu.

Empat semburan sperma panasku langsung muncrat ke dalam mulut Mama Sarah, dan dengan sigap, mulut Mama Sarah itupun langsung menerima semua muncratan spermaku.

“Enak….?“ Tanya mama Sarah lagi sambil memamerkan spermaku yang ada di dalam rongga mulutnya.
“………..” aku tak  menjawab, hanya bisa mengangguk pelan.

Mama Sarah lalu tersenyum dan dengan sekali tegukan, ia menelan semua sperma yang ada di dalam mulutnya.

Mendadak, lututku terasa begitu lemas. Kepalaku menjadi berat, dan mataku berkunang-kunang. Lalu, entah kenapa. Tiba-tiba aku jatuh terduduk di depan ibu mertuaku itu.

“Hahahahahaha….” Mama Sarah tertawa terbahak-bahak.
“Payah sekali dirimu Surya …”

Aku yang sepertinya kehabisan tenaga, tak mampu menjawab kalimat Mama Sarah itu. Hanya bisa diam sambil mengatur nafas.

“Ga heran kalo putri Mama memilih orang lain guna memuaskan nafsunya…” ujar Mama Sarah pelan. “Kok titit kamu bisa sekecil itu sih Surya…? Titit Papa Sarah ketika lemas aja tak sekecil tititmu ketika ereksi…” tambah Mama Sarah sambil menggoyang-goyangkan batang penisku yang sudah mengecil lemas.

“….” Lagi-lagi, mendengar ucapan Mama Sarah, aku hanya bisa terdiam.

Mama Sarah mendekat ke arahku duduk. “Dan yang lebih parah, ejakulasimu cepat sekali…” kata Mama Surya sambil menatap wajahku dengan pandangan iba.

“Jadi bukan salah Sarah khan mah? Kalo pada akhirnya Sarah selalu memilih mas Markus buat muasin nafsu birahi Sarah…?” Sebuah suara yang sangat aku kenal mendadak terdengar dari arah pintu.

Istriku dengan piyama tidurnya, tiba-tiba muncul di tengah pembicaraan kami. “Sarah sih sebenarnya enggak masalah dengan ukuran kontol mas Surya yang kecil itu… “jelas istriku. “Yang Sarah permasalahkan adalah… dengan ukuran kontol seperti itu… mas Surya kok ya masih sempat-sempatnya kepikiran untuk selingkuh bersama wanita lain… terlebih, wanita yang mas Surya ajak tidur, lebih dari satu orang…”

“Udah enak, dapet istri yang pengertian… eeeehhh… kok ya dia masih aja selingkuh…. Jadi bukan salah Sarah khan mah kalo……. Sini sayang…” Pinta Sarah sambil mangajak masuk, seseorang yang sedari tadi berada di luar kamar tidurnya

“Bukan salah Sarah khan mah... kalo kontol besar dan panjang ini yang harus memuaskan nafsu birahi Sarah…” Ujar istriku tenang sambil menggandeng dan sesekali mengoocok-kocok benda yang menggelantung panjang di antara selangkangan Markus bak tangan yang bisa diajak kemana-mana.

“Bukan Sarah… sama sekali bukan salahmu… justru seharusnya kamu beruntung mendapat lelaki dengan batang titit seperti dia“ ujar Mama Sarah tenang sambil tersenyum ke arah Makrus.

Sekejap, duniakupun  menjadi gelap .


MiAW
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar