Istriku Ternyata Eksibisionis Part 8 : Diperkosa Dihadapanku
Prolog:
Cerita di bawah ini merupakan 80% kisah nyata yang direvisi oleh saya
Naryo selaku suami, bersama sahabat cyber saya bernama Raka (perlu
diingat bahwa Raka akan muncul di part selanjutnya dari kisah
berkelanjutan ini). Nama yang akan di tampilkan dalam sepanjang cerita
"Istriku ternyata Eksibisionis" ini adalah 100% nama pendek dan nama
panggilan dari nama asli kami.
Saya (Naryo) 32 tahun dan Istri (Yola) 29 tahun, kami sudah menikah
selama 7 tahun lamanya (Sejak Tahun 2005). Saat ini sudah tahun 2013,
Mei. Sedikit bercerita tentang istri saya selaku tokoh utama dari kisah
nyata ini, ia memiliki penampilan cukup sederhana dan menarik, sangat
periang, dan memiliki banyak teman. Menurut Raka, istri saya cukup
cantik dan menarik jika diberi angka 1-10 ia memilih angka wajah (7.5)
dan badan (7). Dan ia seperti memiliki darah keturunan chinese hanya
sekitar 20% saja (tidak terlalu kelihatan).
Seperti yang sudah diceritakan sebelumnya bahwa istri saya positif
sekali menyukai aksi Eksibisionis. Sedangkan saya sendiri sebagai
suaminya menjadi kesulitan untuk memuaskan hasrat istriku karena
ternyata aksi eksibisionis istriku membuat ejakulasiku menjadi sangat
dini, hasrat-hasrat sebagai suami terlepaskan seketika menjadi sang
pengintip istri yang melakukan aksinya.
Pada Part 8 ini, saya ingin menceritakan kisah yang kami alami sehari
setelah kejadian Part 7 sekitar bulan September 2006. Walaupun kisah di
part 8 ini tidak sepenuhnya benar tetapi sekiranya 40-50% dari cerita
Part 8 dari segi cara, sebagian tehnik bercinta, tokoh-tokoh pria,
maupun lokasi kejadian, serta sebagian kata-kata liar adalah benar
sesuai dengan kejadian nyata dan dapat di sangsikan kebenarannya.
Tetapi, tehknik pelecehan, kata-kata kotor yang berlebihan, kata-kata
melecehkan suami (saya sendiri), serta ke-kotoran semua hal yang
dilakukan oleh tokoh-tokoh pria kepada istri saya, Yola, adalah karangan
dari Saya dan Raka.
Sekiranya beberapa hari setelah kejadian di rumah Pak Nizam pada Part 7.
Hari itu adalah hari senin, saya harus pergi ke sawah saya kebetulan
saat ini adalah masa panen. Saya harus mengawasi pekerjaan para petani
di sana. Dan merencanakan pembelian pupuk selanjutnya. Singkatnya saya
harus pergi pagi-pagi sekitar pukul 8 pagi. Saat itu, istriku Yola,
sedang bersiap-siap untuk membersihkan rumah dengan mengenakan daster
berwarna putih bercorak kembang ia mulai membersihkan halaman rumah. Dan
akupun berpamitan kepada istriku dan mengatakan bahwa aku mungkin
pulang agak malam karena sekarang masa Panen di sawah saya. Sekiranya
sudah seharian di sawah. Aku baru bisa pulang kerumah sekitar pukul 3
sore. Ternyata lebih cepat dari pada biasanya. Biasanya bisa sampai
malam. Badanku sudah kumel dan kotor karena membantu para petani untuk
memilah panen terbaik.
Dari jalan agak jauh dari rumah saya dapat melihat halaman depan rumah
saya. Saya mendapati seseorang yang tidak saya kenal duduk di depan
teras rumah saya sambil menghisap batang rokok sambil meminum kopi.
Sayapun memperlambat jalan saya dan berharap-harap cemas siapa orang
tersebut dan apa yang dilakukannya di sana. Saya berjalan tertatih-tatih
kelelahan sambil membawa beberapa contoh panen untuk ditunjukkan kepada
pemborong saya. Semakin dekat saya dengan rumah tetap saja saya tidak
mengenal orang tersebut. Mungkin saja tamu atau pemborong baru yang saya
tidak kenal. Sesampainya saya pada pagar rumah saya, saya membuka pagar
tersebut. Orang yang sedang merokok tadi jalan mendekat, sambil
mengkerutkan dahinya dan menaruh rokoknya di meja. Bersamaan dengan itu,
saya melihat Pak Amir keluar dari dalam rumah. "Deg!" begitu suara
jantungku serasa berhenti dan salah tingkah. Pak Amir adalah orang yang
beberapa hari lalu memperkosa Yola di rumah Pak Nizam (Baca Part 7).
Bapak yang merokok tadi bertanya kepada saya, "ada yang bisa saya bantu
pak?" Saya pun terdiam cukup lama dan memandang ke arah kedua pria ini.
Memutar otak saya dan keringatpun mengalir dengan deras. Jantung juga
berdegup tidak karuan. Akhirnya karena badan saya kumel dan kotor saya
memutuskan untuk bertingkah menjadi orang lain. "Anu, saya mau menaruh
hasil panen ini. Biasanya disuruh mengantar ini ke dapur oleh Ibu Yola.
Ibu Yolanya ada?" Pak Amir dengan luwes menjawab, "Bapak siapa yah? Ibu
Yola sedang sibuk di dalam." Lalu, samar-samar aku mendengar suara-suara
seperti desahan tetapi juga seperti tangisan. Saya terdiam lagi, dan
menjawab, "Saya suruhannya Pak Naryo suami Ibu Yola, untuk mengantarkan
hasil panen ke dapur."
Pak Amir menjawab lagi, "Begitu ya pak, Ibu Yolanya sedang tidak bisa
diganggu sih pak. Tapi mungkin bapak bisa lewat belakang saja dan
menaruhnya di dapur." Saya pun berkata, "Baiklah, kalau begitu saya
permisi menaruh ini ke dapur." Ketika saya melangkah ke arah samping
rumah saya mendengar suara desahan lebih jelas lagi. Sambil terus di
kawal oleh kedua orang ini. Seketika itu saya berusaha melirik-lirik ke
arah dalam rumah berharap menemukan istriku Yola. Ada sedikit kecemasan
dalam hatiku tetapi entah apa itu. Sesampainya di dapur aku berhasil
melirik ke dalam, aku melihat sepintas ke arah ruang tengah depan
kamarku. Yola sedang telanjang bulat dengan kedua tangan terikat menjadi
satu dan mata tertutup oleh kain sedang berlutut mengulum salah seorang
pria berperingai galak dan kekar. Aku pun langsung meletakkan hasil
panen tersebut dan ingin berusaha lari mencari pertolongan. Tetapi baru,
meletakkan panen itu, kedua pria di belakang saya mencegah langkahku.
Pria yang merokok tadi berkata, "Apa yang kamu lihat? Karena kamu sudah
terlanjur melihat, kami tidak bisa mengizinkan kamu pergi." Pak Amir
berusaha berprilaku baik kepadaku, "Begini pak, kami tidak bisa
membiarkan bapak pergi begitu saja setelah melihat Ibu Yola seperti itu.
Tetapi jika bapak mau bekerja sama dengan kami. Kami tidak akan melukai
bapak." Saya terdiam dan melotot hingga keringat dingin mendengar
perkataan tersebut, "Be...bekerja sama bagaimana yah pak?" Pak Amir,
menjawab lagi, "Pertama-tama suami Ibu Yola biasanya pulang jam brp
yah?" Sayapun berbohong dan berkata, "Biasanya sekitar jam 6 sore pak."
Pak Amir tersenyum sambil melirik bapak di sebelahnya, dan berkata lagi,
"Baik, sekarang bapak duduk dulu kita berbincang-bincang sedikit."
Sambil mempersilahkan aku duduk di bangku halaman belakang mereka
berdiri di depan saya seperti ingin mengajari sesuatu. Akupun menuruti
mereka untuk duduk.
Pak Amir berkata lagi, "Bapak sudah berapa lama bekerja dengan suami Ibu
Yola?" Akupun berbohong lagi dan berkata, "Sudah 5 tahun Pak". Pak Amir
tersenyum dan berkata, "Apakah selama 5 tahun ini bapak pernah
membayangkan Ibu Yola?" Saya berpura-pura bodoh dan berkata, "Mm...
maksud bapak?" Bapak yang merokok itu menimpali, "Ingin untuk
berhubungan intim dengan Ibu Yola." Saya pun berpura-pura kaget dan
berkata, "Wah! Tidak pak Tidak berani saya selancang itu." Pak Amir,
dengan sikap luwes nya berkata lagi, "Apakah bapak jika ada kesempatan,
ingin mencicipi rasanya istri dari majikan bapak?" DEG! Begitu suara
jantung saya. Namun, batang sayapun mulai terasa ada reaksi. Degup
jantung semakin cepat dan aku tidak mampu berkata-kata. Aku pun hanya
terdiam.
Pak Amir mengajakku, "Ayo pak coba ikut saya sebentar saya tunjukkan
sesuatu." Aku hanya melotot ke arah kedua pria ini. Dan akhirnya
memutuskan untuk mengikuti mereka masuk ke dalam rumahku sendiri.
Sesampainya di ruang tengah, aku melihat posisi Yola istriku masih
seperti tadi. Bapak yang senjatanya sedang dilayani oleh mulut istri
saya, melihat kami masuk ke ruangan tengah dan berkata. "Hey, siapa
dia?" Bapak yang merkok tadi berkata kepada dia, "Tenang saja, lanjutkan
saja pak." Saat itu saya menangkap, apakah yang sedang dilayani oleh
istri saya ini adalah boss dari mereka? Kamipun terdiam cukup lama
menyaksikan istriku melayani pria berperingai galak ini. Dengan kedua
tangan terikat dengan kain, tangan istriku menggengam senjata pria ini
dan mulut istriku tetap bekerja maju mundur untuk melayaninya.
Setelah cukup lama kami melihat aksi ini, Pak Amir membuka pembicaraan
kepadaku, "Bagaimana pak? Apakah bapak tertarik ingin bergabung?" Aku
hanya melirik Pak Amir sejenak dan diam saja tanpa berkata apapun. Bapak
yang merokok tadi, maju dengan seenaknya meremas dada istriku dan
memilinnya. Istriku terlihat hanya melenguh tertahan karena tersumbat
oleh senjata Bossnya itu. "Hmbbhpphm...", begitu sekiranya lenguhan
istriku. Dengan santainya bapak yang sedang memegang dada istriku
melihat kearahku dan berkata, "Tidak usah kahwatir dia tidak akan tahu
siapa kamu. Kerna menggunakan penutup mata. Dan juga kami tidak akan
bilang kok sama suami dari Ibu Yola tentang ini. Kamu tenang saja."
Mereka semua tertawa terbahak-bahak. Mereka benar-benar tidak menyadari
bahwa akulah suaminya. Sedangkan aku masih terdiam saja tidak mampu
berkata-kata apapun. Tidak lama kemudian Bapak yang sedang memilin dada
istriku, membuka semua pakaiannya dan terlihat senjatanya mengacung
keras, cukup besar juga.
Boss yang sedang dilayani oleh istriku sepertinya mengerti dan
melepaskan senjatanya dari kuluman istriku. Lalu, ia memposisikan
dirinya tidur di atas tikar di ruang tengah itu. Dan, Pak Amir menuntun
istriku untuk bangkit secara perlahan berjalan ke arah Bossnya yang
sedang berposisi tidur dengan senjata mengacung keras. Aku sudah
mengerti istriku akan di bawa ke mana. Aku hanya dapat menyaksikan dan
tak mampu berbuat apapun. Perlahan istriku melangkahi Boss itu, dan
tanpa disuruh lagi istriku sudah mengerti, ia langsung berjongkok.
Sepertinya istriku sendiri juga sudah dimakan birahi yang cukup besar.
Kedua tangannya yang terikat itu mencari-cari senjata Pak Boss, dan
berusaha menuntunnya ke liang vaginanya sendiri. "Jleb... ssshhh..."
begitu sekiranya suara lenguhan yang terdengar ketika senjata tersebut
memasuki liang vagina istriku sendiri.
Tanpa disuruh keduakalinya, istriku menggoyangkan pinggulnya sendiri
menikmati senjata si Boss itu didalam rahimnya. Dengan kedua tangan
bertumpu pada dada bidang sang Boss, Istriku terlihat benar-benar
menikmatinya terus menggoyangkan pinggulnya. Bapak yang merokok tadi,
berjalan ke samping istriku dan langsung mengulum dada sebelah kiri
istriku, sedangkan tangan kanannya meremas dada kanan istriku. Istriku
mulai melenguh kencang, "Ooooouuuggghhhh... ssshhh...." Pak Amir lalu
tersenyum sambil melihat ke arah bossnya, ia berjalan ke arahku dan
berkata, "ayo Pak, ikutan" Aku terdiam dan hanya menggeleng-gelengkan
kepala. "Udah jangan malu-malu sini kapan lagi kamu bisa mencicipi Ibu
Yola?" Aku tetap tidak beranjak. Lalu, Pak Amir menarikku ke sebelah
kanan istriku. "Buka!" begitu katanya singkat agar aku membuka celanaku.
Akhirnya aku menyerah karena memang senjataku juga tidak muat lagi di
dalam celana dalamku. Aku mengeluarkan senjataku dan menyodorkannya ke
arah wajah istriku. Namun, istriku benar-benar tidak menyadari bahwa ada
senjataku di sebelah kanannya, karena matanya sedang tertutup oleh kain
hitam.
Pak Amir mengarahkan wajah istriku ke arah kanan, dan menemukan
senjataku. Tanpa disuruh lagi, istriku membuka mulutnya sambil terus
melenguh, "ssshhhh.... huuufffhhh... hmbpphhmm..." Ia mulai mengulum
senjataku secara perlahan. Tetapi lambat laun kuluman istriku dan
sedotannya semakin kuat dan cepat, aku benar-benar tidak tahan melihat
istriku seperti ini, sekiranya 3-5 menit setelah istriku mengulumku. Aku
menumpahkan cairan putih ku ke dalam mulut istriku. Perlu dicatat pada
bagian ini, ini adalah pertama kali dan sampai kini Juni 2013, istriku
menelan spermaku. Karena setelah ini istriku tidak pernah menelan
spermaku lagi. Biasanya istriku berkata jijik untuk menelan spermaku,
sedangkan istriku selalu menelan sperma pria-pria lain yang menidurinya.
Tetapi kali ini untuk pertama kalinya aku merasakan sensasi seperti
pria-pria itu. Jujur saja ketika aku menuliskan kisah ini ingin rasanya
menyuruh istriku menelan spermaku lagi.
Melanjutkan cerita, aku pun melenguh panjang, dan mundur dari kuluman
istriku. Sejataku menciut kecil, para pria tersebut terbahak-bahak
melihat aku seperti itu. Seperti mencemooh aku seakan-akan aku ini
paling lemah dan tak berdaya di antara mereka. Lalu, Pak Amir mengambil
posisiku ia memelorotkan celananya dan mengarahkan senjatanya ke arah
mulut istriku yang sedang mendesah-desah kenikmatan. Sekarang lengkaplah
terlihat istriku yang tadinya diperkosa oleh ketiga pria tidak dikenal
ini. Cukup lama mereka berada dalam posisi ini. Lalu, bapak yang di
sebelah kiri istriku memberi kode kepada Pak Amir untuk melepaskan
ikatan tangan istriku yang sedang dilanda nafsu ini. Dengan seketika
ikatan tangan istriku pun terlepas. Akupun berlari kebelakang dapur dan
bersembunyi. Agar takut-takut kalau istriku melepaskan ikatan matanya.
Dan benar saja, istriku langsung melepaskan ikatan matanya dan melihat
ke arah 3 pria ini. Tanpa berkata apapun, istriku langsung melanjutkan
kulumannya terhadap Pak Amir. Sedangkan tangan kirinya berusaha
menggapai senjata bapak yang di sebelah kirinya.
Sekarang terlihatlah dengan jelas, seorang istri sedang melayani dan
menyambut dengan "sangat murah hati" untuk memberikan tubuhnya kepada
ketiga tamu tidak dikenalnya kecuali Pak Amir tentunya. Senjataku pun
perlahan sudah mulai membesar kembali. Waktu sudah menujukkan pukul 4
sore, keringat dari mereka sudah mulai bercucuran. Istriku terlihat
kenikmatan dan kewalahan "melayani" para tamunya tersebut. Sepertinya
irama permainan sudah semakin cepat, si boss sudah mulai merasakan
sesuatu terlihat dari raut wajahnya. Tanpa berlama-lama si boss
berteriak, "oouuugghhh... nikmattt sekali memekmu mbakkkkk..."
Sepertinya si Boss keluar di dalam vagina istriku. Istriku menghentikan
goyangan pinggulnya, si boss pun mengangkat pinggul istriku dan bangkit
berdiri. Sedangkan istriku dituntun oleh bapak yang merokok itu ke arah
kamarku sendiri. Istriku dengan bergandengan tangan seperti orang sedang
kasmaran berjalan mengikuti bapak itu ke arah kamar pengantin kami.
Akupun memutar ke halaman depan untuk mengintip kamar tidurku dari
jendela.
Sesampainya di sana istriku tanpa di suruh lagi memposisikan dirinya
untuk tidur di ranjang dan membentangkan kedua kakinya dan mungkin dapat
terlihat cairan sperma Pak Boss masih di sana dan di pahanya. Aku tidak
dapat melihatnya dengan jelas dari sini. Bapak yang merkokok tadi itu,
dengan terbelalak melihat kelakuan istriku berkata, "wah, mbak Yola udah
ga tahan yah, saya juga ga tahan mbak" Tidak berlama-lama lagi langsung
menyambar istriku dan memasukkan senjatanya dengan kasar ke liang
vagina istriku serta menciumi bibir istriku. Terlihat mereka seperti
sepasang kekasih yang sedang kasmaran melumat meraup menyedot nafsu satu
sama lain. Terlihat lidah bapak si perokok ini di hisap dan di sedot
oleh istriku tanpa rasa jijik sedikitpun. Di ruang tengah terlihat Pak
Boss sedang berpakaian dan bersih-bersih. Sedangkan Pak Amir,
memanggil-manggil aku untuk ke ruang tengah. Aku pun memutar dan masuk
kembali ke dalam.
Pak Amir dengan lagak seperti boss, menepuk-nepuk pundakku dan berkata,
"Kamu mau gak seperti pak joni di dalam?" Ternyata nama pria prokok itu
Pak Joni. Aku bertanya, "Mm... maksud bapak?" "Apa kamu ingin mencoba
rasanya vagina istri majikanmu, hahaha", sang boss dan Pak Amir tertawa
berbarengan. "Ah, tidak usah pak, saya sudah cukup.", begitu aku
menjawabnya. "Sudah, kamu tidak usah malu, rahasia aman kita jaga. Apa
kamu mau saya menutup mata Ibu Yola lagi?", tanya Pak Amir. "Saya
menjawab lagi, ah tidak usah pak tidak apa. Saya sudah cukup begini
saja." Pak Amirpun berkata, "Baiklah kalau begitu saya saja yang
menikmatinya lagi setelah Pak Joni." Setelah berkata seperti itu, Pak
Amir dan Bossnya mengajakku untuk duduk di halaman depan rumah. Si Boss
bertanya kepadaku, "Hey kamu, apa kamu tahu di mana saya bisa mengambil
minum? Saya haus." Lalu saya menjawab, "oh sebentar pak saya ambilkan."
Sambil berjalan melalui kamarku, aku melihat sekejab mata, istriku
sedang ditindih oleh Pak Joni. "Ahhh... uhhh.... iihhhh...
aaaahhhhhhh.... ssshhh.... sssshhhhhh...", sekiranya demikian suara
nafsu birahi istriku yang sedang memuncak. Akupun berjalan mengambil
minum dan sekembalinya aku melalui kamarku lagi. Akupun berjalan
perlahan dan tertahan ingin mengintip. Terlihat posisi mereka berubah,
istirku Yola, sedang menunggangi senjata perkasa Pak Joni. Untungnya
posisi mereka membelakangi arah pintu kamarku, sehingga istriku tidak
melihat aku di belakangnya. Seketika itu aku melihat istriku
menggoyangkan pinggulnya serta pantatnya ke sana kemari. Dengan tangan
kiri bertumpu pada dada Pak Joni. Sedangkan tangan kanannya sedang
meremasi dada kanannya sendiri, memilinnya sambil memejamkan mata
menengadah ke arah langit-langit.
"Oughhh... ssshhh... ahhhh.... yeeaaaahhhhh... yahhh....", desahan
istriku semakin membara. Pak Joni terdengar samar-samar berkata,
"mbak... suami kamu beruntung mendapatkan istri seperti mbak... uhh...
oghh... andaikan saja kamu istriku..." Sambil terlihat tangan kanan Pak
Joni meremas dada kiri istriku. Istriku berkata terbata-bata
ditengah-tengah nafsunya yang sedang memuncak, "ahh...a....kuuu...
istri.... istrii.... muu... ssshhh.... mass.... aku istrimu mass...."
DEG!!! Jantungku serasa berhenti sesaat. Darahku berdesir kencang.
Nafasku terasa sesak. Di satu sisi, senjataku bereaksi tiba-tiba saja ia
berontak dari celana dalamku di bawah sana. Pak Joni pun tertawa
meringis, "heheee.... heee.... akan ku puaskan kamu istriku
sayangg....." Istriku berkata lagi, "yaaahhhhhhh... puass....
puasssinn.... mass... puasin... akuuuuuuuuu.......... oooohhhhhhh!!!"
Akupun dengan berat, melangkah ke depan rumah untuk mengantarkan minuman
kepada tamu-tamu yang mungkin nanti akan mengilir istriku lagi.
Akupun berusaha menenangkan diriku mencoba berbaur dengan Pak Boss dan
Pak Amir di halaman rumahku sendiri ini. Kami berbicara panjang lebar
dan aku baru memahami apa yang sebenarnya terjadi sewaktu aku pergi ke
sawah tadi. Sekiranya setelah kejadian waktu itu di rumah Pak Nizam, Pak
Amir menceritakan kepada teman-teman sekampungnya bahwa ia berhasil
meniduri wanita yang sexy dan menawan dari desa sebelah. Menurut
kesaksiannya, wanita itu adalah istri yang kekurangan kepuasan dari
suaminya. Aku mendengar itu terasa ingin marah tetapi harus aku tahan.
Dia berceritera lagi, bahwa suatu saat nanti dia akan mencicipi istriku
lagi. Tiba lah saat itu adalah hari ini, di mana dia telah menceritakan
kepada teman-teman sekawannya di kampung sana. Sedangkan yang ia bawa
hari ini Pak Joni dan si Pak Boss yang dikenal dengan nama Pak Rojali.
Bapak Rojali adalah seorang kepala keamanan di desa sebelah, sudah
memiliki istri dan anak. Sedangkan Pak Joni adalah seorang pengangguran
yang dipekerjakan oleh Pak Rojali sebagai pesuruhnya.
Karena Pak Amin bercerita tentang istriku di desa sebelah, Pak Rojali
tertarik sekali ingin melihat istriku. Tetapi karena tidak memungkinkan
begitu saja istriku dapat dicicipi olehnya. Maka mereka memutuskan untuk
memperkosanya. Setelah mereka bertanya-tanya di mana rumah istriku
tinggal kepada orang sekitar. Akhirnya mereka datang ke rumahku dan
melihat istriku sedang sendirian di dalam rumah yang terbuka lebar.
Memang biasanya kami tidak pernah mengunci pintu apapun baik pagar
maupun rumah kami buka lebar-lebar di desa ini. Tidak seperti kebiasaan
di kota, selalu mengunci pagar dan pintu rumah. Mereka melihat istriku
sedang memakai daster di atas lutut tanpa bra sedang membersihkan rumah
seorang diri. Saat itu juga, Pak Rojali mengendap-ngendap ke arah
belakang rumah dan dengan sigap menutup mata istriku sedangkan Pak Joni
memegangi tangan istriku dan mengikatnya. Istriku menangis dan
ketakutan, sepertinya karena tidak memungkinkan untuk menyuruh istriku
melepaskan pakaian sendiri karena tangan terikat, maka mereka merobek
daster putih istriku.
Sampai saat ini aku baru tahu kalau daster istriku itu sudah robek, yang
kulihat tadi daster istriku ada di pojok lantai bersama celana
dalamnya. Setelah istriku telanjang bulat dan terikat, istriku nangis
tak berdaya tubuhnya di gerayangi oleh mereka, diciumi, dicilati,
dicubiti. Istriku hanya menangis dan bercampur dengan kenikmatan.
Setelah puas untuk "mengerjai" istriku dan terlihat istriku sudah tidak
menangis lagi. Mereka mulai dengan Pak Rojali menyodorkan senjatanya
kepada mulut istriku. Di saat ini lah aku datang. Dan "penderitaan"
istriku masih berlanjut hingga kini. Apakah cocok aku katakan
"penderitaan"? Sepertinya, suara erangan kenikmatan di kamar pengantinku
antara istriku dan Pak Joni tidak mencerminkan ciri-ciri dari
"Penderitaan". Bersamaan dengan pikiranku yang sedang berkecamuk
terdengar suara teriakan istriku nyaring sekali, "OOOOHHHHH......
SSSSHHHHHHHHH...... AAAAHHHHHHH........!!!!" Sepertinya istriku mencapai
puncaknya yang pertama hari ini.
Tak lama setelah itu, aku melihat Pak Joni keluar dengan senjata nya
yang berlumuran cairan cinta istriku, sambil berpakaian dan berkata
kepada Pak Amir. Siapa lagi tuh yang masih mau cicipi istrinya yang
empunya rumah sebelum pulang suaminya. Pak Amir bangkit berdiri tanpa
berlama-lama iya langsung masuk ke kamar pengantinku dan menutup
pintunya. Sehingga aku tidak tahu apa yang terjadi di dalam sana
suaranya pun samar-samar saja terdengar. Saya melirik jam dinding di
ruang tengah dan sudah menunjukkan pukul 5 sore, dan tidak anda
tanda-tanda Pak Amin keluar dari kamarku sejak tadi. Akhirnya sekitar 5
menit kemudian, Pak Amir keluar dari kamarku dengan hanya mengenakan
celana berjalan ke arah kami duduk. Tanpa banyak berkata-kata Pak Rojali
bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke arah kamar tidurku sambil
tertawa-tawa. Terdengar samar-samar suara istriku berkata, "Mas...
izinkan saya istirahat sebentar..." Pak Rojali berkata dengan geram,
"enak saja, sebentar lagi suamimu pulang, apa kamu ingin saya perkosa
depan suami kamu?"
Istriku terdiam seribu bahasa tidak mampu berkata apa-apa. Pintu kamarku
pun ditutupnya. Terdengar suara-suara geram Pak Rojali seperti, "hisap
ini...", "nungging sana...", "berbaring situ...", "goyang yang
cepat...", "Telan semua..." Sekiranya itu lah kata-kata yang di
luncurkan oleh Pak Rojali dalam mengauli istriku di ranjang pengnatinku
sendiri. Akhirnya setelah 30 menit lamanya, Pak Rojalipun keluar dari
kamar sambil tersenyum puas, dan berkata kepada kedua anak buahnya untuk
pulang. Tetapi aku tidak melihat adanya suara istriku ataupun
tanda-tanda istriku ingin keluar dari kamar tidurnya. Akhirnya setelah
puas meng-"gilir" istriku di rumahku sendiri di depan mataku sendiri,
mereka pun beranjak meninggalkan rumahku ini. Aku masih berharap-harap
cemas apa yang terjadi dengan istriku, mengapa tidak ada suara
sedikitpun.
Aku melirik ke arah kamar tidurku, dan ternyata yang kutemukan adalah,
istriku entah pingsan entah tertidur, dengan kedua tangannya terikat di
sisi kanan dan kiri ranjang dengan tubuh penuh keringan bercampur dengan
sperma. Dan juga tedapat bercak-bercak merah serta gigitan di dada kiri
dan kanannya serta pantat dan pahanya. Terlihat cairan sperma mengalir
di vaginanya menumpahi ranjang tidur kami. Perut dan dadanya mengkilap
oleh sperma dan keringat. Juga sebagian sperma mengenari rambut panjang
istriku. Mulut istriku pun disumpali oleh celana dalamnya sendiri pantas
saja ia tidak bersuara sejak tadi, serta matanya ditutup oleh kain
hitam. Aku bingung apa yang harus aku lakukan, jika aku membukanya
ikatannya maka, terbongkarlah sudah semuanya. Tetapi aku memutuskan
untuk diam dan berpikir sejenak. Aku mencoba ke belakang rumah untuk
mencari handuk dan sejenisnya, tetapi tiba-tiba sekembalinya aku dari
belakang. Aku melihat dari kejauhan ada seorang pria memasuki rumah kami
dan ternyata itu adalah Pak Bayu.
Akupun bingung harus berbuat apa, aku memutuskan untuk bersembunyi. Pak
Bayu memanggil-manggil istriku tetapi tidak ada jawaban, akhirnya ia
masuk ke dalam rumah dan mendapati istriku terikat di ranjang telanjang
bulat dengan penuh sperma. Pak Bayu berteriak, "ya ampun ada apa ini?"
Dilepaskannya semua ikatan istriku serta kain penutup matanya, dan
istriku dengan lemas tak berdaya berbicara kepada Pak Bayu, "Tolong... "
istri kemudian menangis. Akupun merasa iba melihat hal ini, tetapi apa
daya jika aku menyelamatkannya maka terbongkar sudah semuanya. Pak Bayu
kemudian menggendong istriku ke arah kamar mandi belakang. Dengan penuh
pengertian Pak Bayu memandikan istriku. Istriku yang nampaknya sudah
tidak mampu berdiri lagi, bersandar di bahu dan tubuh Pak Bayu. Pasrah
tak berdaya hanya diam saja dimandikan oleh Pak Bayu.
Sekiranya sudah bersih, istriku dikeringkan dengan handuk secara
perlahan. Dan didudukkannya di ruang tengah, Pak Bayu bertanya,
"pakaianmu di mana?" Istriku dengan sayu menjawab, "di dalam kamar mas,
di laci." Pak Bayupun mengambil pakaian istriku, sebuah daster tanpa
pakaian dalam. Kata Pak Bayu, "pakai ini nanti kamu masuk angin."
Istriku diam saja mencoba memakai daster tesebut dengan lemas. Lalu, Pak
Bayu berinisiatif mengambilkan air minum, di mana letak air minum itu
dekat dengan tempat aku bersembunyi, tetapi karena cukup gelap di daerah
dapurku Pak Bayu tidak dapat melihatku. Setelah istriku diberi air
minum, istriku berkata dengan penuh rasa terima kasih kepada Pak Bayu.
"Terima kasih banyak mas... kalau tidak ada mas...", istriku menutup
kedua matanya dengan kedua tangannya dan menangis lagi.
Namun, Pak Bayu berusaha untuk menenangkan istriku dengan memeluknya
sambil berkata, "coba ceritakan apa yang terjadi?" Istriku mencerita kan
semuanya dan kisahnya sama dengan yang sudah kuceritakan di atas tadi.
Sambil terus menangis tersedu-sedu istriku berusaha menyelesaikan
ceritanya. Pak Bayu berkata, "Bajingan itu Amir, uda di kasi hati malah
minta jantung! Besok akan saya beri pelajaran mereka." Seperti yang
kalian ketahui bahwa di Part 7, desa sebelah tidaklah begitu akur dengan
desa kami, terutama para penjaga nya. Mereka berseteru entah apa yang
di perebutkan selama ini. Istriku akhirnya berhenti menangis dan menatap
Pak Bayu dalam-dalam, dan mencium bibirnya dengan penuh perasaan. Cukup
lama mereka berciuman, hingga nafas istriku terdengar tersengal-sengal,
seperti wanita yang siap di mangsa lagi.
Ciuman itu berlangsung cukup lama, Pak Bayu mengambil inisiatif untuk
meraba dada istriku yang hanya tertutup oleh daster tanpa pakaian dalam.
Istriku mendesis perlahan dan menahan tangan Pak Bayu sambil berkata,
"Jangan mas, yola lelah sekali hari ini. Lagipula sebentar lagi Mas
Naryo pulang." Pak Bayu pun menghentikan aksinya dan memberikan tatapan
penuh arti kepada istriku, sambil berkata lemas mengatur nafas nafsunya,
"hufhh... i.. iya... baiklah... mas pulang dulu yah." Tiba-tiba saja,
tangan istriku menangkap tangan Pak Bayu yang hendak pergi itu dan
berkata lagi, "Mas... temani Yola sampai tertidur yah. Yola masih
takut..." Pak Bayu pun tanpa banyak berkata, langsung mengangkat istriku
ke dalam kamar kami. Akupun melangkah secara perlahan untuk keluar ke
halaman samping agar dapat melihat kejadian di dalam kamarku melalui
jendela kamar kami.
Secara perlahan aku mendekati jendela itu tidak ada suara-suara sama
sekali, keadaan sekitar gelap dan sunyi. Sesampainya aku di jendela
kamarku sendiri, aku melihat istriku sedang memejamkan mata kelelahan
sambil dipeluk oleh Pak Bayu dari belakang. Sedikit rasa cemburu mulai
tumbuh dalam diriku. Darahku berdesir ingin marah. Sekiranya ada 30
menit istriku nampak tertidur. Pak Bayu mulai mencoba untuk melepaskan
pelukannya dan bersiap pergi meninggalkan istriku yang tengah tertidur
lelap.
Bersambung ke Part 9
Salam
Naryo & Raka
0 komentar:
Posting Komentar