Cerita Eksibisionis Yola : Istriku Ternyata Eksibisionis Part 7 : Diperkosa Tapi Enak ?

Cerita Eksibisionis Yola : Istriku Ternyata Eksibisionis Part 7 : Diperkosa Tapi Enak ?

Prolog:
Cerita di bawah ini merupakan 80% kisah nyata yang direvisi oleh saya Naryo selaku suami, bersama sahabat cyber saya bernama Raka (perlu diingat bahwa Raka akan muncul di part selanjutnya dari kisah berkelanjutan ini). Nama yang akan di tampilkan dalam sepanjang cerita "Istriku ternyata Eksibisionis" ini adalah 100% nama pendek dan nama panggilan dari nama asli kami.

Saya (Naryo) 32 tahun dan Istri (Yola) 29 tahun, kami sudah menikah selama 7 tahun lamanya (Sejak Tahun 2005). Saat ini sudah tahun 2012, Agustus. Sedikit bercerita tentang istri saya selaku tokoh utama dari kisah nyata ini, ia memiliki penampilan cukup sederhana dan menarik, sangat periang, dan memiliki banyak teman. Menurut Raka, istri saya cukup cantik dan menarik jika diberi angka 1-10 ia memilih angka wajah (7.5) dan badan (7). Dan ia seperti memiliki darah keturunan chinese hanya sekitar 20% saja (tidak terlalu kelihatan).

Seperti yang sudah diceritakan sebelumnya bahwa istri saya positif sekali menyukai aksi Eksibisionis. Sedangkan saya sendiri sebagai suaminya menjadi kesulitan untuk memuaskan hasrat istriku karena ternyata aksi eksibisionis istriku membuat ejakulasiku menjadi sangat dini, hasrat-hasrat sebagai suami terlepaskan seketika menjadi sang pengintip istri yang melakukan aksinya.

Pada Part 7 ini, saya ingin menceritakan kisah yang kami alami sekitar bulan September 2006. Walaupun kisah di part 7 ini tidak sepenuhnya benar tetapi sekiranya 40-50% dari cerita Part 7 dari segi cara, sebagian tehnik bercinta, tokoh-tokoh pria, maupun lokasi kejadian, serta sebagian kata-kata liar adalah benar sesuai dengan kejadian nyata dan dapat di sangsikan kebenarannya. Tetapi, tehknik pelecehan, kata-kata kotor yang berlebihan, kata-kata melecehkan suami (saya sendiri), serta ke-kotoran semua hal yang dilakukan oleh tokoh-tokoh pria kepada istri saya, Yola, adalah karangan dari Saya dan Raka.

================================================== =

Hari ini adalah hari Rabu, seperti biasa istriku harus bekerja menjaga toko Neneknya di kota. Istriku sudah mandi dan berpakaian lengkap dan siap berangkat kerja. Ia pun berpamitan dengan aku dan Pak Dahlan yang sedang berbincang-bincang sejak tadi. Terlihat sekali istriku tampak begitu cantik hari ini entah mengapa dandanannya kali ini seperti orang ingin berkencan saja. Namun, ternyata Pak Dahlan dengan luwes berkata terlebih dahulu daripada aku, "Duh... cantik sekali mbak Yola hari ini." Akupun hanya tersenyum. Yola, istrikupun tersipu-sipu sambil berkata, "Ah, Pak Dahlan bisa saja, saya yakin mbak Yeni lebih cantik." Dalam hatiku, memang sih Yeni lebih cantik. Mbak Yeni, adalah istri Pak Dahlan, menurut saya pribadi kecantikannya melebihi dari semua wanita di desa ini termasuk istri saya yola. Hehe... Namun, Pak Dahlan bertanya ke istriku, "Mbak lewat jalan mana sini biar saya antar. Kebetulan saya bawa motor." Istriku melirik kepadaku sambil berusaha menolak halus, "ah tidak usah Pak cuma ke depan nanti naik angkutan umum." Pak Dahlan tanpa berlama-lama pamit kepadaku dan berkata, "saya antar sampai angkutan umum situ deh daripada jalan kaki kan." Akhirnya istrikupun tak bisa menolak karena Pak Dahlan sudah bersiap berangkat dengan motornya, dan aku pun terpaksa memperbolehkan. Istriku berboncengan dengan Pak Dahlan keluar dari rumah, akupun membukakan pintu pagar dan menguncinya kembali sambil melihat Pak Dahlan melaju bersama istriku. Lalu aku kembali ke dalam rumah untuk bersiap-siap dan berbenah menjalani hari ini. Aku mandi, makan, menonton televisi, dan tak terasa waktu sudah menunjukka pukul 14.00. Aku berpikir beruhubung Pak Dahlan berada di desa ini aku ingin menanyakan apakah ada pekerjaan di kota. Sambil aku ingin sekali bertemu dengan istrinya, mbak Yeni. Akupun bergegas untuk beranjak ke rumah Pak Dahlan. Aku berjalan kaki sekiranya melewati beberapa tikungan dan sampailah di depan rumah Pak Dahlan. Aku melihat ada motor Pak Dahlan berarti ia berada di rumah. Aku melihat pagar rumahnya tidak terkunci, maka aku masuk saja ke dalam dan mengetuk pintu rumahnya sambil memanggil-manggil, "Pak Dahlan....!" Namun setelah beberapa kali ketukan aku tidak mendengar adanya balasan dari dalam. Apakah ia sedang di kamar mandi? Aku memutar ke arah samping untuk mencoba mengetuk dari pintu belakang, namun dalam perjalanan ke sana aku melewati kamar pak Dahlan. Sekiranya beberapa jengkal sampai di jendela Pak Dahlan aku mendengar suara-suara desahan seorang wanita yang sepertinya sedang berusaha meraup kenikmatan dari seorang pria. Aku berjalan sambil mengendap-endap secara perlahan ke arah jendela kamar Pak Dahlan. Dengan riang aku berpikir akhirnya aku bisa melihat aksi mbak Yeni yang sudah aku idam-idamkan sejak lama di atas ranjang. Membayangkannya saja tonjolan luar biasa sudah terasa pada senjataku di bawah sana.

Sesampainya aku di jendela Pak Dahlan. aku dapat melihat dengan jelas ada seorang wanita telanjang bulat tanpa mengenakan pakaian apapun sedang menungging berusaha mengangkat pantatnya yang bahenol itu ke atas dan tubuhnya bertumpu di atas ranjang Pak Dahlan. Pak Dahlan masih mengenakan pakaian lengkap hanya saja celana panjangnya turun setengah lutut dan celana dalamnya juga. Aku melihat ke sekitar kamar itu, herannya aku tidak menemukan pakaian wanita ini selembarpun di lantai ataupun di ranjang. Namun, rasa penasaran ku atas pakaian wanita ini buyar mendengar suara-suara kenikmatan yang dihasilkan oleh wanita ini. Sambil menungging serta terus menerus mendesah merintih kenikmatan. Pak Dahlan terlihat memaju mundurkan pantatnya ke dalam lubang wanita itu dengan cepat dan hebat sekali. Namun, aku belum bisa melihat tubuh wanita ini, sang istri (Mbak Yeni) sepenuhnya karena terhalang oleh pak Dahlan dari posisi arah aku mengintip. Yang dapat kulihat hanya kaki tangan serta rambutnya yang berguncang hebatserta suara-suara seperti "pokk... pokk... pokkk..." hasil hentakan dari Pak Dahlan. Namun aku tidak tahan lagi ingin bermasturbasi sekarang juga karena tubuh Mbak Yeni yang sudah lama-lama kuidam-idamkan akan segera kulihat. Maka aku menurunkan celanaku dan mulai mengocok senjataku secara perlahan. Ohhh... Mbak Yeni, nikmat sekali rintihanmu pasti senjata pak dahlan sangat pas dalam rahimu. Seksi sekali suara desahan mu mbak. Aku terus beronani dengan hebat sambil memikirkan tubuh mbak Yeni di depan sana. Pak Dahlan nampak belum ingin keluar ia masih kenikmatan menyodok-nyodokkan senjatanya. Pak Dahlan berkata, "oh nikmat sekali... kamu memiliki vagina yang nikmat." Mbak Yeni tidak menjawab apapun ia hanya terus mendesah seperti sudah tidak perduli lagi keadaan sekitarnya. Akupun mempercepat kocokanku membayangkan senjataku yang masuk ke vagina nikmat mbak yeni seperti yang Pak Dahlan katakan tadi. Sekiranya sedikit lagi aku ingin keluar, detik-detik terakhir aku akan memuntahkan spermaku ke taman sekitar situ. mbak yeni juga mulai berkata, "akuuuu sudah mau keluaaarrr massss...." Namun, Pak Dahlan malah melepaskan senjatanya, sepertinya ia ingin menyiksa istrinya itu dengan tidak memperbolehkam keluar. Akupun menghentikan kocokanku, menahan jgn keluar dulu, aku masih ingin menikmati pergumulan ini. Sang wanita ini nampak berteriak histeris ketika Pak Dahlan mencabut senjatanya, "massssss..... jangan di cabutttttt.... gimana sihhhh...." Pak Dahlan mundur dan melepas celana nya dari lututnya sementara itu aku melihat istrinya dengan cepat menunduk di depan senjata pak dahlan dan mengulum kemaluannya. Pak Dahlan mendesah ringan "awww.... nikmat sekali dik... kamu lebih nakal dari istriku, dia mana mau menghisap kemaluanku dalam keadaan kotor begini." Aku bingung, "istrinya?" Bukankah itu istrinya? Apakah Pak Dahlan berselingkuh? Wah dengan siapa ini? Aku berusaha mencari tahu tetapi tidak bisa kulihat wajahnya dengan jelas. Memang terlihat berbeda jika dipikir-pikir, rambut wanita ini panjang sedangkan mbak yeni hanya sepundak. Siapa yah selingkuhan pak dahlan? Setelah puas membersihkan kemaluan Pak Dahlan yang kotor akan cairan cinta wanita itu sendiri. Tiba-tiba saja Pak Dahlan membangunkan wanita ini dan melepaskan dari kemaluannya. Ketika wanita itu berdiri dan Pak Dahlan bergeser dari arah jendelaku mengintip serta ia melepaskan seluruh pakaiannya dan menjatuhkannya ke lantai. Pak Dahlan beranjak naik ke atas ranjang pernikahannya. Aku dapat melihat dengan jelas wanita itu berdiri menghadap ke arah jendela aku mengintip. Dan bagai ditembak peluru dadaku langsung sesak sejenak hampir tidak berdetak rasanya. Bahwa wanita itu adalah, Yola, istriku yang tadi pagi diboncengi oleh Pak Dahlan untuk berangkat ke toko. Tetapi malah sekarang berdiri di dalam kamar Pak Dahlan telanjang bulat tanpa sehelai benangpun pada tubuhnya serta mulutnya yang sudah belepotan karena cairan cintanya sendiri. Ada apa ini? Bukankah tadi pagi mereka pergi ke toko? Apakah sejak tadi pagi istri saya sudah bersama Pak Dahlan mengarungi bahtera cinta ini? Jika benar dari tadi pagi kenapa Pak Dahlan masi berpakaian lengkap? Dan sepertinya istriku sudah bermain lebih dari 1 kali permainan karena nampak sekali badannya kumel dan rambutnya acak2an serta ranjang Pak Dahlan pun acak-acakan. Jika sudah lebih dari satu kali bermain kenapa Pak Dahlan masi berpakaian lengkap?
Beribu-ribu pertanyaan muncul di dalam kepalaku. Namun, senjataku yang tadinya berdiri tegak menjadi loyo setengah mati. Karena shock!!! mengetahui keadaan ini. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa hal ini bisa terjadi pada istriku lagi? Namin, perhatianku fokus ke arah istriku yang berjalan perhalan dengan lemas karena lelah ke arah sisi ranjang satunya. Mata istriku tidak lepas dari kemaluan Pak Dahlan yang tidak terlalu besar tetapi berdiri dengan gagahnya seperti menghipnotis istriku untuk mendekati senjata itu. Pak Dahlan dengan santainya berbaring di atas ranjang dan menyilangkan tangannya untuk menyangga kepalanya sambil melihat istriku yang berjalan lemas ke arah senjatanya. Namun sekiranya istriku sudah hampir menggenggap senjata itu, Pak Dahlan berkata, "eits... sebelum kamu boleh menikmatinya lagi kamu harus bergoyang dulu di situ, aku ingin melihat kamu menari demi meraih kenikmatanmu." Istriku terlihat lemas sekali dan melenguh, "uuuhhhh masss aku capek nih, dari tadi gak dikasih sama mass malah di kasih ke orang lain. Dari tadi pagi yang aku inginkan hanya mas bukan mereka." Ha?!? Apa maksudnya ini? dalam hatiku bertanya-tanya. Dari tadi pagi? Mereka? Orang lain? Pak Dahlan hanya tersenyum tanpa mengatakan apapun. Akhirnya istriku menyerah dan beranjak ke arah kaki Pak Dahlan berdiri dengan polosnya tanpa sehelai benangpun sambil berusaha memberikan pose-pose sexy ke arah Pak Dahlan dengan mata sayup-sayup seperti wanita yang sangat horny dan bernafsu menggoyangkan pinggulnya ke kanan dan ke kiri. Menggerakkan tangan dari bibirnya menjelajah ke arah dadanya, memilin dadanya sendiri, menarikknya ke arah berlawanan, lalu, menurunkan satu tangannya ke arah liang vaginanya dan mulai meraba-raba vaginanya sendiri. Sedangkan Pak Dahlan dengan penuh kemenangan tersenyum lebar sambil tertawa, "hehe.... kamu sexy dan nakal sekali sayang... suamimu beruntung sekali bisa mendapatkan wanita senakal dan sesexy kamu." Namun, istriku malah tersenyum dengan nakal ke arah Pak Dahlan sambil terus melenggok-lenggokkan tubuhnya dan berkata, "masa sih mass... suamiku selalu memuji-muji kecantikan Mbak Yeni loh mas. Aku malah dibilang tidak se-cantik mbak Yeni lho!" Deg... Aku merasa bersalah atas semua ini. Jangan-jangan aksi istriku berselingkuh dengan Pak Dahlan sebenarnya adalah untuk membuktikan siapa dirinya terhadap Mbak Yeni serta aku yang selalu mengoceh kepadanya atas kecantikan Mbak Yeni. Aku tertunduk lemas, semua amarahku atas istriku lenyap seketika. Setelah mengetahui bahwa sebenarnya ini adalah salah aku sendiri yang telah membuat istriku seperti ini. Sepertinya istriku merasa tertekan atas hadirnya Mbak Yeni dalam kehidupan kami, oleh karena itu, ia ingin membalaskan dendamnya itu dengan cara tidur bersama Pak Dahlan. Tetapi kenapa ada kata-kata "Mereka? dan Orang Lain? sebelum dia dapat tidur dengan Pak Dahlan?" Pertanyaan ini masih belum terjawab olehku.
Pak Dahlan melanjutkan pujiannya lagi kepada istriku yang seumur-umur aku baru pertama kali melihatnya bahwa dia sexy sekali jika berpose dan berkelakuan seperti itu. Seperti wanita nakal yang benar-benar menginginkan senjata sang pria. "Wah masa sih mbak? Menurut aku sih kamu lebih cantik dan sexy daripada Mbak Yeni lho. Aku sih rela jika harus menukar Mbak Yeni dengan kamu sebagai istri saya.", goda Pak Dahlan. Saya yakin dia tidak bersungguh-sungguh akan hal itu. Saya yakin dia hanya berusaha menggoda istri saya yang sudah kepalang basah telanjang bulat di depannya ini. Saya pribadi juga jika ada wanita telanjang dan menggoyangkan tubuhnya di depan saya, pastilah aku akan memberikan pujian-pujian terbaik yang bisa kuberikan. Namun, istriku nampak sudah terjatuh dalam perangkap godaan Pak Dahlan, istriku tersenyum gembira dan terlihat sekali wajahnya kembali cerah dan semangatnya kembali berapi-api, goyangannya pun semakin heboh dan sexy. Setelah sekian lama bergoyang, istriku berkata kepada Pak Dahlan, "mas... bolehkah aku sekarang ? aku menginginkanmu mas..." Pak Dahlan yang sepertinya sudah sangat bernafsu dengan terlihat batangnya sudah berdiri keras menganggukkan kepalanya ke arah istriku. Dan istriku seperti Macan liar langsung melompat ke arah senjata Pak Dahlan dan mengulumnya dengan mengeluarkan suara-suara sendiri, "ehmmm.... ehmmm.... ssshhmmm... slurrprmmhmm..." Berulang kali istriku mengulum senjata itu seperti sedang keenakan makan ice cream. Matanya terlihat terpejam dan sangat menikmati senjata yang masuk ke dalam mulutnya itu. Pak Dahlan terlihat sangat kewalahan atas kuluman istriku itu sepertinya sangat nikmat sekali. Setelah cukup lama ia mengulum kemaluan Pak Dahlan hingga basah kuyup. Istriku melirik ke arah Pak Dahlan seperti meminta izin untuk memasukkan senjata nya ke dalam liang vaginannya. Namun, tanpa menunggu persetujuan Pak Dahlan, istriku merangkak menaiki ranjang dan melangkahi kaki Pak Dahlan dan mulai merangkak naik ke arah kemaluan Pak Dahlan. Sambil dengan memberikan tatapan sayu ke arah Pak Dahlan yang masih saja dari tadi menyilakan tangannya di atas kepalanya seperti seorang pria sombong yang sudah mendapatkan kemenangan bertubi-tubi dari wanita telanjang di depannya ini. Yola, istriku menggenggam kemaluan Pak Dahlan yang basah kuyup atas air liur istriku itu dan berusaha mengarahkan ke liang vaginannya sendiri.

Akupun sudah tidak menyalahkan istriku lagi atas aksi perselingkuhan ini, karena memang sebagian besar adalah kesalahanku sendiri yang terlalu memuji-muji Mbak Yeni, istri Pak Dahlan. Akhirnya akupun berkata kepada diriku sendiri, baiklah untuk kali ini aku rela, istriku disetubuhi oleh Pak Dahlan.Di antara banyaknya persetubuhan istriku dengan pria-pria sebelumnya. Baru kali ini aku merelakan istriku untuk disetubuhi oleh pria lain yaitu Pak Dahlan. Istriku dengan bersusah payah memposisikan liang vaginanya ke arah senjata Pak Dahlan. Namun, kami semua dikagetkan oleh pintu kamar ini yang terbuka secara tiba-tiba. Kami semua terdiam dan kaget, dengan posisi istriku yang menantang sedang menggenggam senjata Pak Dahlan yang sekiranya kepala kemaluannya baru saja menyentuh bibir vagina istriku. Namun, terhenti dan semua pandangan mengarah ke arah pintu yang terbuka dan itu ternyata adalah Pak Nizam dan Pak Bayu. Pak Bayu terkekeh-kekeh sambil berkata, "waduh-waduh... lagi asik-asiknya nih..." Istriku masih dengan posisi yang sama nampak tersipu-sipu malu, mukanya nampak merah padam dan menundukkan kepalanya sambil menoleh ke arah Pak Dahlan. Pak Dahlanpun berkata kepada Pak Bayu, "ya ampun bay, kenapa lu ganggu aja. Kasihan kan Yola dari tadi pagi belum mendapatkan dariku." Yola pun semakin tertunduk malu mendengar perkataan itu. Pak Bayu menimpali tanggapan Pak Dahlan, "haha... maaf nih boss! kami cuma ingin pamit nih Pak soalnya udah sore harus bersiap-siap ronda nanti malam." Lalu Pak Bayu melanjutkan lagi, "wah-wah dik Yola, akhirnya mendapatkan senjata Pak Dahlan nih ye... Tadi pagi ajah memelas terus ingin Pak Dahlan. Sekarang lupa deh sama kita-kita yang comblangin dik Yola." Namun, istriku benar-benar seperti kepiting rebus dalam keadaan ini, dan menolah ke arah Pak Bayu, sambil terbata-bata, "i...i...yaa Pak Bayu, Pak Nizam, terima kasih..." Pak Nizam dan Pak Bayu, tertawa terbahak-bahak melihat posisi istriku seperti itu benar-benar sudah tidak tertolong lagi ia kepalang basah di hadapan mereka. Pak Bayu dengan sombong ia berkata lagi kepada istriku, "ingat kamu berhutang lho sama kita berdua atas berhasilnya kamu mendapatkan Pak Dahlan. Suatu saat nanti akan kami tagih lho! Seperti tadi pagi kan seru tuh hehe..." Dan seketika itu juga, pantat istriku diturunkan jlebb kemaluan Pak Dahlan ambles tanpa kesulitan ke dalam liang vagina istriku. Istriku tak mampu berkata apa-apa lagi karena kaget dan nikmat, namun ia tetap berusaha mengangguk mengiya kan tanda persetujuan untuk melakukan hal "tadi pagi" kepada mereka berdua. Entah hal apa itu.
===Hanya dugaan saja===
Terjawablah sudah, misteri pertanyaanku sedari tadi yang bertanya siapa "mereka?" Ternyata setelah kita sambungkan alur cerita ini, sepertinya istriku meminta pertolongan Pak Bayu dan Pak Nizam untuk dapat tidur dengan Pak Dahlan entah bagaimana cara mereka, sampai sekarang aku tidak tahu. Yang bisa aku lakukan hanya menebak-nebak, mungkin ketika di antar Pak Dahlan ke pangkalan angkot. Istriku terlihat oleh Pak Nizam dan Pak Bayu sedang berboncengan dengan Pak Dahlan. Lalu, mungkin istriku bercerita kepada Pak Bayu bahwa iya ingin sekali tidur dengan Pak Dahlan. Sepertinya di situ, istriku berbalik arah ke rumah Pak Dahlan bersama Pak Bayu dan Pak Nizam. Lalu, sesampainya di rumah Pak Dahlan, Pak Bayu memakai taktik entah apapun itu yang membuat Pak Dahlan mau meniduri istriku dengan sukarela. Tetapi, mungkin Pak Bayu dan Pak Nizam mengajukan syarat sebelum boleh tidur dengan Pak Dahlan, istriku harus melayani mereka berdua terlebih dahulu. Itu menjelaskan mengapa tidak ada selembari pakaian istriku di dalam kamar Pak Dahlan. Mungkin saja di ruang tamu atau ruangan lainnya saya belum mengetahui di mana pakaian istriku sekarang. Mungkin pergumulan itu terjadi sejak pukul 8.00 tadi hingga pukul 14.00 sekitar 4-6 jam istriku harus melayani nafsu dua pria buaya ini barulah ia boleh mendapatkan Pak Dahlan. Itu juga menjelaskan kenapa istriku berada di kamar bersama Pak Dahlan pada pukul 14.00 sedangkan istriku telah telanjang bulat tanpa selehai benangpun dan Pak Dahlan seperti baru memulai pergumulan ini. Dan juga terlihat wajah istriku yang lemas karena harus melayani 2 pria buaya itu sebelumnya selama 4-6 jam lamanya. Walaupun semua ini hanya dugaan saja, tetapi senjataku tidak bisa dibohongi. Senjataku sendiri berdiri tegak sekeras batu membayangkan hal ini semua telah terjadi pada istriku atas kesalahan ku sendiri. Aku memaafkan istriku atas persetubuhan dengan mereka semua ini. Karena aku tahu aku yang salah.
===Cerita berlanjut===
Namun, tanpa menunggu Pak Bayu dan Pak Nizam meninggalkan ruangan, istriku yang sudah benar-benar bernafsu dan merah padam mukanya, menggoyang-goyangkan pinggulnya di atas kemaluan Pak Dahlan. Terdengar desisan istriku dengan mata tertutup, "sssshhhh... ohhhh..." yang sangat dipenuhi oleh kenikmatan. Pak Bayu terkekeh-kekeh lagi, "hehehe... akhirnya dik Yola... akhirnya yahhh huahuahaaaa..." Tanpa memperdulikan sindiran Pak Bayu itu, istriku terus melenguh "oohhhh.... uhhh..." dan menggoyangkan pinggulnya dengan sangat bernafsu sekali. Pak Dahlan terlihat menikmati goyangan istriku di atas kemaluannya masih dengan pose sombongnya Pak Dahlan meandangi istriku yang berusaha meraih kenikmatan dari senjatanya itu. Istriku terlihat memilin-milin dadanya sendiri sambil menengadah ke arah langit-langit dan melenguh serta mendesis. Namun, Pak Bayu berkata kepada Pak Dahlan, "pak maaf ganggu lagi nih, kita butuh ongkos nih buat makan siang belum makan soalnya pak. hehe..." Istriku menatap ke arah Pak Bayu dengan jengkel sambil melotot. Namun, Pak Bayu sambil mundur dan berkata, "aduh jangan ngambek dong dik Yola, tapi kita berdua laper nih. Dik Yola kan sudah mendapatkan Pak Dahlan. Kita-kita belum mendapatkan apa-apa dari Pak Dahlan karena harus membantu dik Yola seharian." Istriku benar-benar jengkel diperlakukan seperti itu, padahal sejak tadi pagi istriku sudah memuaskan mereka berdua sekaligus. Malah berkata belum mendapatkan apa-apa. Berengsek sekali perlakuan pria-pria buaya ini, mengganggap service yang sudah diberikan istriku tadi pagi "bukan sebagai bayaran atas bantuan mereka". Namun, Pak Dahlanpun berkata kepada mereka, "coba tolong ambil dompet ku di dalam saku celanaku." Pak Bayupun melangkah dan mengambil celana Pak Dahlan di lantai merogoh sakunya untuk mencari dompet tersebut. Lalu, setelah menemukannya iya berjalan secara perlahan ke arah Pak Dahlan dan memberikan dompet itu di samping istri saya yang sedang merem melek menggoyangkan pinggulnya. Pak Dahlan nampak kewalahan karena tubuh dan ranjang itu bergoyang-goyang atas guncangan istriku, Pak Dahlan berusaha mengeluarkan uangnya dari dalam dompet itu. Seketika itu juga, Pak Bayu tersenyum simpul melihat istriku yang belum menyadari Pak Bayu berada tepat di sebelahnya. Pak Bayu tidak bisa diam saja menatap istriku yang sedang mendesah-desah kenikmatan itu. Tangan Pak Dahlan terlihat menyodorkan uang sebesar 20rb ke arah Pak Bayu. Tetapi Pak Bayu malah mengarahkan tangannya ke arah dada istriku meremas dan memilinnya. Istriku dengan mata terpejam melenguh hebat sambil memegangi tangan yang meremas dadanya itu. Mungkin ia masih berpikir yang meremas itu adalah Pak Dahlan. Namun, Pak Dahlan hanya tersenyum kepada Pak Bayu atas perlakuannya itu kepada istriku. Namun, Pak Dahlan menurunkan tangannya seperti tidak jadi memberikan uang itu, menunggu Pak Bayu selesai dari aksinya itu.

Akhirnya istrikupun tersadar bahwa yang meremasi dirinya itu bukan Pak Dahlan melainkan Pak Bayu. Namun, Yola tidak terlihat kaget sedikitpun atas aksi Pak Bayu terhadap dirinya itu. Dengan tatapan sayu ke arah Pak Dahlan, entah seperti ia meminta persetujuan dari Pak Dahlan. Pak Bayu mendaratkan bibirnya ke bibir istriku yang sedang mendesis desah kenikmatan itu. Pak Bayu melumat bibir istriku dengan nikmat, sedangkan istriku dengan rakus melumat habis lidah dan bibir Pak Bayu. Tangan Pak Bayu pun tidak lepas dari dada istriku yang terus-terusan memilin meremas menarik memilin meremas mencubit dada istriku tanpa henti. Setelah cukup lama mereka berciuman, tangan istriku mulai merambat ke selangkangan Pak Bayu yang sudah terlihat menonjol itu. Secara meraba-raba istriku membuka reseleting celana Pak Bayu serta memelorotkan celananya dan celana dalam Pak Bayu hingga terpampanglah senjata kebanggan Pak Bayu yang berwarna hitam kecoklatan itu. Istriku masih terus berciuman sambil terus menggoyangkan pinggulnya di dalam kemaluan Pak Dahlan, istriku sudah menggenggam kemaluan pria lain yaitu milik Pak Bayu yang sudah siap dipakai kapan saja dia mau. Akhirnya Pak Bayu menghentikan ciumannya dan berjalan menuju kaki Pak Dahlan, istriku yang tadinya menghadap ke arah Pak Dahlan kini memutarkan badannya sambil membiarkan kemaluan Pak Dahlan di dalam dirinya ke arah kaki Pak Dahlan di mana Pak Bayu berdiri di sana dengan senjata mengatung keras. Istriku tanpa harus di suruh lagi ia membungkuk ke arah kaki Pak Dahlan dan mengulum kemaluan Pak Bayu. Kali ini Pak Dahlan berusaha menggoyangkan pinggulnya karena istriku sedang sibuk dengan mulutnya. Terlihat sekali dalam posisi ini istriku benar-benar menikmatinya, karena ketika mengulum kemaluan Pak Bayu ia seperti tidak dapat berkonsentrasi dengan sempurna, sedikit-sedikit berhenti untuk merasakan kenikmatan pada liang vaginanya. Saya melihat Pak Nizam sudah mengeluarkan senjatanya juga dari celananya dan berusaha beronani sendirian di dekat pintu kamar.

Namun, sepertinya istriku melihat Pak Nizam hanya beronani sendirian ia memanggil Pak Nizam dengan kode tangannya yang lembut. Akhirnya Pak Nizampun berjalan menghampiri istriku, tanpa menunggu lama, istriku mengulum senjata Pak Nizam dan tangan kanannya terus melakukan kocokan terhadap senjata Pak Bayu. Istriku mengulum kedua kemaluan itu secara bergantian. Hingga akhirnya, "Ahhh..... sshhhhhhhh ohhhhhhhhhhhhhhh.......", tiba-tiba saja istriku berteriak panjang, ia tengah mencapai orgasme pertamanya. Dan tidak lama kemudian, Pak Nizam juga tidak tahan lagi, dan berteriak "ahhh.................." panjang sekali lolongan Pak Nizam. Sperma itu di semburkannya ke mulut istriku, istriku megap-megap karena dia masih kelelahan mendapatkan orgasmenya tadi, hingga spermanya berantakan. Namun ada beberapa sperma yang sepertinya menetes ditadang oleh tangan istriku dan dijilatnya kembali hingga bersih. Setelah itu, tidak lama kemudian Pak Bayupun mencapai puncaknya, "wahhh... enakkk.... ssshhh..." begitu katanya. Sambil menyemprotkan spermanya ke dalam mulut istriku lagi. Kali ini mulut istriku tidak mampu menampung sperma Pak Bayu. Namun sebagian besar sudah dilahap oleh istriku. Sambil mulutnya berceceran cairan putih, istriku mengambil posisi duduk. Dan menatap Pak Bayu dan Pak Nizam, sepertinya menyuruh mereka bergegas pergi dari kamar itu. Pak Nizam dan Pak Bayu sepertinya mengerti, dan mereka merapihkan pakaian mereka serta mengambil uang yang diberikan Pak Dahlan tadi lalu keluar dari kamar itu dan bergegas berpamitan kepada istriku dan Pak Dahlan. Lalu, istriku kini memutarkan kembali badannya menghadap ke Pak Dahlan. Ketika istriku hendak mencium bibir Pak Dahlan, ia menolaknya dan berkata, "mbak, itu bibirnya masih penuh sperma aku tidak mau ah mencium kamu gitu. Jijik rasanya." Dengan agak jengkel istriku berusaha membersihkan bibirnya dengan lidahnya. Namun, tidaklah mungkin bisa membersihkan semua karena sudah berceceran hingga ke pipi dan dada istriku. Akhirnya, istrikupun pasrah saja melakukan persetubuhan sepihak ini. Terlihat seperti pasangan dimana sang pria tidak ingin disetubuhi oleh sang wanita. Di mana sang wanita ingin sekali mendapatkan kepuasan dari sang pria tetapi prianya seperti tidak bernafsu memandang istriku karena kotor.

Persetubuhan seperti ini berlangsung cukup lama, hingga akhirnya Pak Dahlan memutuskan untuk menyudahi persetubuhan ini. "Mbak, sudah dulu deh yah kamu mandi dulu saja, kapan-kapan kita lanjutkan lagi. Karena Mbak Yeni, sebentar lagi juga pulang.", begitu seru Pak Dahlan. Istriku benar-benar kesal dibuatnya, sepertinya istriku ini benar-benar ingin sekali mendapatkan pelayanan dari Pak Dahlan. Mungkin yang ada dipikiran istriku adalah ingin memenangkan pertarungan antara dia dan Mbak Yeni. Dia harus bisa memuaskan Pak Dahlan melebihi yang pernah dilakukan oleh Mbak Yeni. Akhirnya dengan tidak berkata apapun dan muka yang cemberut, ia melepaskan senjata Pak Dahlan dari dalam tubuhnya. Waktu sudah menunjukkan Pukul 16.00, Istriku duduk di sisi ranjang dengan tubuh penuh keringat dan bau sperma yang menyengat, istriku hanya terdiam menatap Pak Dahlan yang sedang berpakaian. Sepertinya istriku menyadari bahwa dari tadi Pak Dahlan belum juga mencapai orgasmenya. Akhirnya, tanpa berpikir panjang lagi, istriku berlutut di depan kemaluan Pak Dahlan dan mengulumnya dengan cepat. Pak Dahlan berteriak kecil, "awww.... haduh mbak... nafsu banget sih..." Istriku hanya menoleh sedikit ke atas dan melanjutkan kulumannya itu. Pak Dahlan nampak kenikmatan dan meremasi rambut istriku itu, dengan cepat istriku mengulum habis kemaluan Pak Dahlan. Pak Dahlanpun nampak sangat menikmati kuluman istimewa istriku ini, ia dengan sendirinya mendorong-dorong kepala istriku ke arah kemaluannya lebih dalam lagi. Namun, detik-detik Pak Dahlan akan segera orgasme, istriku malah menghentikan kulumannya. Pak Dahlan berteriak, "mbakk... lagi mbak jangan di hentikan." Tanpa berkata panjang istriku berdiri dan lalu berbaring di atas ranjang pernikahan Pak Dahlan, sambil mengangkang kan kakinya ke arah kiri dan kanan berharap Pak Dahlan mau mengeluarkan spermanya di dalam rahim istriku. Pak Dahlan sepertinya sudah terhipnotis oleh godaan istriku yang sedang mengangkang lebar di depannya ini. Ia pun memasukkan senjatanya ke dalam kemaluan istriku, blesss.... "ooouugghhh... hmbbbhhm..." begitu lenguhan istriku mendapatkan senjata Pak Dahlan memasuki tubuhnya.
Tanpa berlama-lama Pak Dahlan langsung menghujam-hujamkan senajtanya ke liang vagina istriku itu yang sepertinya sudah sangat basah sekali. "Plokk.. plokk... plokk..." sekiranya suara tubuh kedua pasangan ini beradu. Dan suara-suara decitan ranjang yang terus di hujani oleh lenguhan dan desahan serta teriakan istriku. "Ohhh... mas dahlann... ohhh... ahhh... iisssshhh...... yaaa terusssin masss... ohh lebih cepat massshhh... ugggghhh.." Akupun mulai mengocok senjata ku sendiri di luar jendela ini. Pak Dahlan juga terlihat sangat menikmati pergumulan ini, hingga ia tidak perduli lagi akan keadaan sekitar, tangan kanan Pak Dahlah berusaha meremas-remas dada istriku. Istrikupun membantu menuntun tangan Pak Dahlan ke arah dadanya untuk menerima remasan kasar dari Pak Dahlan yang tengah bernafsu. Nampak sekali wajah istriku bergembira melihat Pak Dahlan diambang nafsu nya karena sepertinya ia berhasil mencuri Pak Dahlan dari Mbak Yeni, istri Pak Dahlan. Sekarang terlihatlah kedua pasangan yang sedang bersetubuh nyaris sempurna, di mana istriku pun berusaha menyeimbangi irama Pak Dahlan yang sedang dilembah kenikmatannya itu. Dengan terus mengayunkan tubuhnya, istrikupun menarik-narik tubuh Pak Dahlan untuk berusaha menciumnya. Tetapi Pak Dahlan menolak dan terus menolak mungkin masih jijik atas sperma Pak Bayu dan Nizam tadi. Melihat perlakuan Pak Dahlan yang memandang istriku hina, kotor, dan jijik, aku mendapatkan desiran hebat dalam diriku sehingga aku mencapai klimaks aksi pengintipan ini. Spermaku tercecer di atas tanah. Akhirnya, setelah sekian lama, Pak Dahlan berkata kepada istriku, "mbaaaakkkk, akuuu mau keluarrrr...." Istriku pun berkata kepada Pak Dahlan, "tahannn bentarr massshhhh akuuu sedikitt lagiiiihhh..." Pak Dahlan nampak tidak dapat menahannya dan berkata lagi, "tidaakkk bisaaaa mbakkk.... di luar apa di dalammm?" Tetapi karena tidak ada jawaban dari istriku, karena ia sedang berusaha mencapai kenikmatannya sendiri.

Pak Dahlan terlihat ingin mencabut senjatanya dari liang vagina istriku. Namun, yang tak kuduga-duga, kedua kaki istriku terlihat menahan dan menarik kembali tubuh Pak Dahlan untuk kembali ke dalam tubuhnya. Tanpa tertahankan lagi, Pak Dahlanpun mencapai orgasmenya, "Ohhhhhhhhhhhhhhhh....... mbakkkkkkkkkk......... jangannnnnnnnnn........" Sepertinya Pak Dahlan tidak ingin menumpahkan spermanya di dalam tubuh istriku ini. Istrikupun berteriak bersamaan dengan keluarnya sperma Pak Dahlan dalam tubuhnya, "ssssssssshhhhhhh......... massshhhhhhhh......... ohhhghhhhhhhhhhhhhhh... angettt....." Lalu, setelah didiamkan beberapa saat senjata Pak Dahlan sepertinya sudah mengecil dan terlepas dari vagina istriku. Ruangan itu nampak sunyi sekali beberapa saat, akhirnya Pak Dahlanpun berkata, "mbak... itu tumpah takut kena sprei nanti istriku bisa gawat." Lalu, Istriku sepertinya mengangkat kedua kakinya ke atas untuk membiarkan sperma itu masuk ke dalam tubuhnya. Pak Dahlan yang bingung atas kelakuan istriku ini bertanya lagi, "lho kok malah di masukin mbak gak takut hamil?" Istriku hanya tersenyum simpul dan menjawab kepanikan Pak Dahlan itu, "aman kok mas, bukan masa suburku." Aku sendiripun lega mendengarkan hal itu. Setelah cukup lama istriku memasukkan semua sperma Pak Dahlan ke dalam tubuhnya. Istrikupun berdiri dan masih telanjang bulat dengan kondisi rambut acak-acakan sperma berceceran di vaginanya hingga pahanya. Istriku pun tetap membantu Pak Dahlan mengambil semua pakaian Pak Dahlan di lantai serta membantu Pak Dahlan untuk memakai pakaiannya tanpa memperdulikan dirinya yang masih kusam dan kotor.
Setelah usai membantu Pak Dahlan berpakaian, Pak Dahlan berkata kepada istriku sambil mengecup kening istriku, "kamu hebat mbak, aku puas" Istriku memberikan senyuman penuh arti kemenangan terhadap mbak Yeni yang selama ini aku puji-puji. Pak Dahlan berkata lagi, "kamu bisa berpakaian sendiri kan? aku harus cepat-cepat mandi dan membereskan kamar ini sebelum yeni pulang. Kalau bisa kamu juga bergegas pulang yah sebelum yeni datang." Istriku benar-benar seperti pelacur saat itu, setelah dipakai dan diusir pulang. Namun mungkin karena istriku hanyut atas kemenangannya ia tidak perduli dengan perlakuan Pak Dahlan itu, malah ia berkata, "aku bantu membereskan kamar ini deh yah mas." Istrikupun tanpa menunggu persetujuan Pak Dahlan dengan masih telanjang bulat membereskan kamar itu. Pak Dahlan terlihat meninggalkan kamar itu dan menuju ke arah kamar mandi di belakang rumah. Aku masih penasaran, di manakah pakaian istriku? Akupun mencoba meninggalkan kamar Pak Dahlan dan mengendap-endap ke arah depan rumahnya apakah baju itu ada di ruang tamu? Aku mengintip ke dalam, tidak ada apa-apa hanya gelas minuman dan rokok saja di ruang depan. Lalu, aku berjalan memutar ke samping sisi rumah satu lagi, tetap tidak menemukan apapun di ruang tengah. Aku berjalan lagi ke arah belakang rumah Pak Dahlan, dan melihat ada pintu dapur terbuka di sana, juga tetap tidak menemukan apapun.

Akhirnya setelah sekian lama berputar-putar tetapi tidak menemukan apapun, aku melihat istriku berjalan ke arah kamar mandi Pak Dahlan yang letaknya di dekat dapur belakang rumah itu. Istriku berkata, "mass mandinya masih lama tidak, tolong ambilin bajuku di rumah Pak Nizam dong." APAA??!! Baju istriku ternyata ada di rumah si Nizam? Memang sih rumah Pak Nizam terletak tepat di belakang rumah Pak Dahlan dari sini saja aku dapat melihat rumah Pak Nizam di belakang sana. Itu menjelaskan mengapa pintu belakang Pak Dahlan terbuka tadi. Berarti tadi mereka menggiring istriku telanjang bulat ke dalam rumah Pak Dahlan melalui pintu belakang. Lalu, tanpa diduga-duga Pak Dahlan berengsek itu berkata kepada istriku, "wah mbak, maaf nih agak lama aku mandinya. Kamar tadi sudah di beresin mbak?" Istriku menjawab, "sudah mas." Pak Dahlan melanjutkan, "ya udah kamu mandi di rumah si Nizam gih. Cepetan ntar keburu Mbak Yeni pulang loh." Istriku terlihat kesal mendengar perlakuan Pak Dahlan, lalu istriku berkata lagi, "Mas di mana menaruh handuk, aku pinjam sebentar yah?" Pak Dahlan berkata lagi, "hm... coba kamu cek di jemuran situ, kayaknya ada handuk kecil. Mbak, tolong kunci pintu belakang sekalian yah." Lalu, istrikupun melangkah ke belakang rumah untuk mencari jemuran sambil mengunci pintu tersebut, dan menemukan handuk kecil yang dimaksud, jka ia menggunakan handuk itu pasti ada salah satu bagian tubuhnya yang akan terpampang bebas karena handuk ini sangat tidak mungkin untuk menutupi tubuhnya secara menyeluruh. Akhirnya tanpa berpikir panjang istriku mengambil handuk itu dan berusaha menutupi bagian bawahnya saja. Namun dadanya ia tutupi dengan tangan kananya. Sambil mengendap-endap dan mengintip ke arah luar serta ke arah rumah Pak Nizam. Sekiranya aman dan tidak ada orang yang lewat di sana, memang sangat jarang ada orang yang melewati jalur ini, mungkin bisa dibilang hanya Pak Nizam yang melewati jalur ini.
===Tambahan Tidak Nyata===
Dengan tangan kanan terus menutupi tubuhnya, istriku berusaha keras mengunci pagar belakang rumah Pak Dahlan. Setelah berhasil mengendap-endap istriku sampai di depan pintu Pak Nizam, dan ternyata... Pintu itu terkunci!!! Waduh ia panik sendiri, haruskah ia kembali ke tempat Pak Dahlan? Istrikupun mengetuk-ngetuk pintu Pak Nizam berharap Pak Nizam berada di rumah. Dengan setengah telanjang, berselimutkan handuk kecil pada bagian bawah istriku terus mengetuk-ngetuk pintu Pak Nizam. Tetapi tidak ada orang yang menjawab, sepertinya Nizam sedang pergi bersama Pak Bayu tadi. Setelah cukup lama, berusaha mengetuk pintu Pak Nizam, istriku memutuskan untuk kembali ke rumah Pak Dahlan. Tetapi bersamaan dengan itu istriku melihat Mbak Yeni sudah pulang. Maka istrikupun mengurungkan niatnya untuk kembali ke rumah Pak Dahlan. Sekarang istriku seorang diri di depan rumah Pak Nizam setengah telanjang. Akupun ingin membantunya tetapi, jika membantunya maka semuanya akan bubar. Mungkin pernikahanku akan terancam. Aku bingung harus bagaimana. Istrikupun pasrah dan duduk di kursi halaman depan rumah Pak Nizam sambil melepas handuk kecil itu dan menutupi tubuh istriku secara memanjang dari dada hingga ke bawah. Setelah menunggu sekiranya waktu menunjukkan pukul 17.30 berarti istriku sudah menunggu sekitar 1 jam lamanya di sana. Terdengar suara orang berjalan dari kejauhan. Istrikupun panik, dan berusaha sekuat tenaga menutupi seluruh bagian tubuhnya. Tetapi apa mau dikata lagi ia tidak mungkin menutupi semuanya. Setelah beberapa saat, sampailah orang itu di depan rumah Pak Nizam, dan terbelalak melihat istri saya setengah telanjang dengan hanya ditutupi oleh handuk. Kedua orang itu sepertinya orang desa sebelah belakang dari sisi desa kami. Kami tidak begitu mengenalnya dan jarang sekali melihat mereka datang ke desa kami. Saya sendiri tidak mengetahui nama mereka.
Namun, pria yang satu berkata kepada pria yang satu lagi, "eh, mir, lu liat itu ga, kok ada perempuan setengah telanjang yah? apa itu setan?" Lalu pria berinisial mir ini pun berkata sambil berusaha melihat ke arah istriku, "eh ia loh saya juga melihatnya, mukanya tidak kayak setan ah jo, lu gila kali cantik gitu dibilang setan." Lalu, pria berinisal jo ini pun berkata lagi, "kan kali aja gw juga ga tau, masa ada perempuan telanjang magrib-magrib gini sih. sendirian lagi." Pria berinisial mir menjawab lagi sambil terkekeh, "wah rejeki nomplok nih kayaknya jo. coba yuk kita datengin dulu." Kedua pria ini mendekati istriku, yang sedang berusaha tertunduk malu menutupi wajah dan tubuhnya, sambil berkata, "halo dek, kok sendirian di sini, gak pakai baju lagi kenapa?" Istriku dengan melirik ke arah kedua pria ini sambil terbata-bata dan tampak ketakutan, berusaha menjawab, "aa... anu... mas, aku kekunci di depan sini, baju aku di dalam rumah. Nunggu yang bawa kunci pulang belum pulang-pulang dari tadi." Pria berinisial jo ini menimpali, "waduh dek, kok bisa kekunci, dan baju nya kok bisa ketinggalan di dalam sih? bahaya banget loh kalau telanjang gitu di jalan kecil begini. Kalau diperkosa gimana?" Sambil wajahnya menyeringai dan berusaha melirik ke arah tubuh telanjang istriku. Istriku tidak mampu menjawab apapun, hanya tertunduk malu. Pria yang berinisal mir menyadari ketegangan istriku, dan ia berusaha lebih luwes kepada istriku, "eh ia perkenalkan nama saya Amir, dan ini Tarjo. Nama kamu siapa dik?" sambil menyodorkan tangannya untuk salaman. Istriku akhirnya menjawab, "perkenalkan saya Yola mas." sambil berusaha menahan handuk itu agar tidak jatuh dengan tangan kirinya, istriku bersalaman dengan kedua pria ini. Pak Amir mencoba menenangkan istriku lagi, "gimana kalau saya temani mbak Yola sampai teman mbak pulang ke rumah nih?" Pak Tarjo menyeringai lebar ke arah Pak Amir dan juga Pak Amir seperti memberi kode-kode kepada Pak Tarjo. Istriku menimpali, "eh ga usah mas, aku sendiri aja gpp kok." Istriku berusaha mengusir mereka. Pak Amir belum menyerah, "tapi mbak, kalau ada pemerkosa datang bahaya loh mbak bisa diperlakukan sadis mungkin dipukuli mbak." Istriku pun merasa takut mendengar hal itu, sambil tertunduk dan berpikir. Pak Amir dan Pak Tarjo memposisikan diri mereka duduk serta berjongkok di samping istriku.
Sambil berusaha memecahkan keheningan, Pak Amir menyadari bahwa istriku mengenakan cincin kawin, "wah mbak sudha menikah yah, kok suaminya mana?" Istriku bingung ingin menjawab apa cukup lama ia terdiam akhirnya ia menjawab, "belum pulang mas." Pak Tarjo menimpali lagi, "oh jadi mbak lagi menunggu suaminya pulang yah?" Istriku dengan berusaha berbohong karena malu, "i...iyaa.. mas suamiku lagi pergi sama temannya tadi." Pak Amir yang sambil terus berusaha mengintip ke arah tubuh telanjang istriku, Pak Amirpun berkata lagi, "mbak cantik yah, suaminya pasti beruntung banget deh bisa mendapatkan istri secantik mbak." Istriku diam seribu bahasa tidak bisa menjawab apapun. Pak Tarjo bertanya lagi, "mbak ga kedinginan apa tanpa pakaian begitu? Mau pakai baju saya dulu?" Istriku nampak bergembira mendengar itu, "eh... boleh mas... makasih banyak." Lalu, Pak Tarjo melepaskan kaosnya dan ingin memberikannya kepada istriku tapi malah menariknya kembali. "Tapi dengan satu syarat mbak." begitu katanya. Istriku bertanya penuh keheranan, "ss...syarat apa ya mas?" Pak Tarjo menimpali, "Syaratnya kamu singkirkan dulu handukmu itu, biarkan aku bisa melihat mbak lebih jelas, hehe..." Kedua pria itu pun tersenyum lebar mendengar perkataan Pak Tarjo. Istriku terdiam, tetapi tidak protes sedikitpun, istriku tanpa banyak berpikir lagi ia langsung menyingkirkan handuk itu dari tubuhnya dan terpampanglah tubuh wanita polos telanjang bulat di depan kedua pria yang baru saja dikenalnya 5 menit lalu.

Mata kedua pria ini benar-benar tertegun tidak bisa lepas dari selangkangan istriku serta buah dada istriku yang menggantung bebas dihadapan mereka. Mereka seolah-olah terhipnotis ingin menerkam istriku itu. Setelah tediam beberapa lama, Pak Amir dan Pak Tarjo saling menatap dan berdiri didepan istriku itu. Sambil melepaskan pakaian mereka satu per satu. Istrikupun panik berusaha mengambil handuk itu lagi, namun dengan sigap Pak Tarjo menepis handuk itu ke samping jatuh dan kotor. Kini Pak Tarjo dan Pak Amir sudah bertelanjang bulat di depan istriku. Istriku benar-benar tampak ketakutan terlihat dari wajahnya dan matanya seperti ingin menangis. Lalu Pak Amir berusaha menenangkan istriku lagi, "mbak, jangan nangis mbak, tolongin kami aja deh kita janji gak akan memperkosa mbak. Tapi bisa ga bantu kami keluarin hasrat kami." Istriku pun diam seribu bahasa, dan karena ingin semua ini cepat berakhir berhubung langit juga sudah terlihat gelap. Istriku langsung berjongkok di depan kedua senjata mengatung bebas ini tanpa berkata apapun, mengulum senjata Pak Amir. Aku tidak dapat melihat dari arah sini sebesar apa senjata mereka. "Oh... pintar banget ini perempuan.", timpal Pak Amir ke arah Pak Tarjo. Tanpa menunggu lama, senjata Pak Tarjo sudah digenggam oleh istriku, sambil terus menghisap kemaluan Pak Amir. Pak Tarjo tersentak, "wow..." Tak lama setelah itu, istriku mengulum senjata Pak Tarjo sambil mengocok senjata Pak Amir. Pak Amir yang terlihat cukup cerdik berkata, "wah ini perempuan kayaknya udah mengerti yang kita mau jo." Lalu melanjutkan pertanyaan kepada istriku, "memangnya mbak Yola pernah yah melayani dua pria seperti ini?" Istriku tidak mau mengindahkan pertanyaan itu dan melanjutkan kulumannya terhadap Pak Tarjo. Namun, mungkin karena kesal didiamkan oleh istri saya, Pak Tarjo berkata, "kalau kamu gak menjawab kita perkosa berdua lho" Istriku lalu melirik ke arah Pak Tarjo dan Pak Amir sambil mengangguk-anggukkan kepalanya, tanda bahwa dia pernah melayani dua pria sebelumnya.
"Wah, tidak heran deh kalau kamu pinter melayani kita berdua sekaligus. Jadi penasaran nih bagai mana rasanya berhubungan dengan kamu.", timpal Pak Amir. Istriku menoleh ke arah Pak Amir dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Pak Tarjo pun menjawab lagi, "ayo lah mbak, bantu kita-kita nih, udah kepalang tanggung." Istriku melotot ke arah mereka dan berkata, "tidak mas... jangan... bentar lagi suami saya pulang mas." Tetapi Pak Amir malah berkata sambil mengangkat tubuh istri saya dari posisi berjongkok menjadi berdiri, "ya makanya mbak, kita buru-buru sebelum suami mbak pulang dong." Istriku terus-terusan berkata, "jangan mas... jangan ampun mass..." Tetapi tangan Pak Amir dengan lincah merogoh liang vagina istriku dan membuat istriku terpekik, "awww... shh..." Pak Amir melihat tangannya basah dan berkata, "lho katanya gak mau kok basah gini? Hm kok bau sperma yah? Kamu habis berhubungan yah tadi? Wah dengan siapa tuh? Hayo... Mau kita beri tahu suami kamu ah kalau kamu tidak mau melayani kami." Istriku pun terdiam seribu bahasa, tidak mampu menjawab apapun lagi, ia menangis tersedu-sedu. Namun, Pak Amir tidak perduli akan hal itu lagi, ia menundukkan istriku menghadap kemaluan Pak Tarjo, dan mulai mengarahkan senjatanya ke dalam liang vagina istriku. Tanpa kesulitan karena sudah basah, blesss... masuk sudah senjata Pak Amir, pria yang baru dikenalnya 15 menit yang lalu. Istriku terpekik, "oooggghhh... sssshhhh..." Seketika itu juga, mulut istriku dimasuki oleh senjata Pak Tarjo. Dari posisi ini sudah mulai terlihat bahwa senjata Pak Amir cukup normal ukurannya, sedangkan Pak Tarjo, cukup besar dan berwarna hitam kecoklatan, mirip dengan Pak Bayu.
Pak Amir terlihat asik memompa istriku sambil meracau, "ohhh... yeeeehhh... ooohhh... sipppp.... kapan lagi dapat istri orang jo cantik lagi." Istriku sudah pasrah dalam keadaan ini dan berusaha mengimbangi permainan Pak Amir, ia pun menggoyang-goyangkan pinggulnya dan mendesis-desis kecil, "hmbpphhmm.... hmbphm,...sssshhh..." Pak Amir dan Pak Tarjo bertatap-tatapan melihat istriku yang sudah keenakan. Mereka tertawa terbahak-bahak melihat istriku yang sudah hanyut akan birahi. Dengan kasar, Pak Amir terus menyodok-nyodokkan senjatanya ke arah kemaluan istriku. "Wah gila enak banget ini istri orang, ga tahan nih....", seru Pak Amir. Lalu, Pak Amir mencabut senjatanya dan memutar tubuh istriku bergantian, sambil terus mengocok senjatanya sendiri melihat Pak Tarjo mengarahkan senjatanya ke arah liang vagina istriku. Namun, Pak Tarjo nampak kesulitan memasukkan senjatanya yang cukup besar itu, akhirnya karena tidak berhasil masuk terus. Yang tak kuduga-duga istriku malah mencari dan meraba kemaluan Pak Tarjo untuk diarahkan ke vaginanya sendiri. Pak Tarjo melirik ke arah Pak Amir sambil tersenyum lebar. Sedangkan Pak Amir sudah tak tahan lagi ingin segera menyemburkan spermanya itu ke wajah istriku. Jleb... tubuh istriku tersentak atas kemaluan Pak Tarjo yang memasuki tubuhnya itu, "ahhh...." Bersamaaan dengan itu, Pak Amir menyemburkan spermanya ke mulut istriku yang terbuka, sebagian terkena rambut istriku namun, istriku dengan cepat dan tanggap mengulum senjata Pak Amir agar tersembur di dalam mulutnya tidak berceceran ke mana-mana. "Wowww... mantap nih perempuan... mau menelan sperma gw." seru Pak Amir yang senjatanya sudah dilumat habis dan terlihat mulai menciut.

Dari kejauhan aku mendengar suara langkah kaki, sepertinya Pak Nizam sudah pulang bersama Pak Bayu. Lalu, akupun panik apa yang akan dikatakan mereka kepada istriku jika melihat hal ini. Aku tidak dapat memikirkan satu solusipun. Karena aku juga tidak dapat berkonsentrasi penuh melihat yola dikerjai oleh dua pria yang baru dikenalnya ini. Sesampainya mereka di rumah Pak Nizam, mereka kaget sekali melihat ada dua pria sedang melakukan persetubuhan di depan rumahnya. Pak Bayu yang terkenal sebagai preman di kampung ini lgs berteriak, "eh brengsek ngapain kalian?" Istriku tersentak kaget mendengar suara Pak Bayu. Dan, mencabut penis mereka berdua dari mulut dan liang vaginanya, sambil berusaha meraih handuk yang terjatuh tadi. Pak Amir dan Pak Tarjo bertatap-tatapan dengan Pak Bayu dan Pak Nizam. Kata Pak Amir kepada Pak Tarjo, "wah jo, sial jg kita ternyata itu bininya si Bayu." Namun, si Bayu bukan membela istriku malah berkata, "eh, siapa bilang itu istri gw?" Pak Amir kebingungan, "lalu, istri Pak Nizam?" Pak Nizam menggeleng-gelengkan kepala. Pak Tarjo ikut kebingungan, "Lalu istri siapa yah ini? kok tadi bilangnya istri yang punya rumah ini?" Pak Bayu dan Pak Nizam bertatap-tatapan, dan ketawa terbahak-bahak. Pak Bayu dengan cerdik dan berkata, "gini aja deh, kita selesaikan dengan kepala dingin, gimana kalau kita masuk dulu ke rumah semua." Lalu mereka bersama-sama masuk ke dalam rumah, istriku hanya diam dan pasrah di gandeng oleh Pak Bayu masuk ke dalam rumah. Aku pun mencoba mengikuti mencari posisi yang pas untuk mengintip. Tetapi tidak ada posisi yang benar-benar bagus karena rumah ini sangat kecil, aku hanya dapat mengintip sedikit. Itupun aku harus berjingkrak-jingkrak untuk mencapai jendelanya. Sangat tidak memadai untuk mengintip.

Tetapi aku dapat mendengarkan percakapan mereka di dalam. Sesampainya aku di posisi mendengarkan, Pak Bayu menyuruh Pak Nizam menemani istriku mandi dan membersihkan tubuhnya. Lalu, aku mendengar mereka berbicara tentang, bagaimana mereka bisa menyetubuhi istriku? kenapa ini semua bisa terjadi? Lalu, setelah mendengarkan penjelasan dari Pak Tarjo, Pak Bayu tertawa terbahak-bahak. Lalu, Pak Bayu menceritakan siapa itu yola, tinggal dimana dan siapa suaminya, namakupun disebutkannya. Setelah itu, Pak Bayu mengganti topic, dan berkata, "gini mas sudah lama kampung Pak Tarjo dan Pak Amir, tidak sejalan sama kampung kita. Bagaimana kalau saya izinkan kalian mengerjai Yola lagi, maka sejak hari ini kampung kita berteman tanpa keributan lagi." Pak Tarjo dan Pak Amir, saling bertatap-tatapan, lalu Pak Tarjo berkata lagi, "Wah, Pak Bayu, serius nih? Bapak tidak takut dengan suaminya?" Pak Bayu menghisap rokok dalam-dalam, dan tertawa, "Hahaha... Takut kenapa? Berdasarkan cerita bapak-bapak tadi kenapa bapak bisa bertemu dengan Yola, sepertinya yola datang sendiri ke sini ingin mengejutkan saya dan Nizam. Mungkin suaminya lagi ga kasih jatah kekekekeke...." Begitu mereka tertawa terkekeh-kekeh.

Lalu, aku tidak dapat melihat dalam posisi ini lebih lama lagi karena posisi mengintip aku benar-benar tidak nyaman. Dan aku juga takut ada orang lain yang melewati daerah ini, dan lagi waktu sudah menunjukkan pukul 18.30 aku harus menyalakan lampu rumah. Maka aku memutuskan untuk pulang ke rumah dan berbenah di sana. Aku berpikir bahwa istriku akan pulang sebentar lagi setelah mandi di rumah Pak Nizam. Tetapi sampai saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 belum juga ada tanda-tanda istriku akan pulang. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke rumah Pak Nizam lagi untuk memastikan semuanya baik-baik saja. Sekiranya beberapa jengkal sebelum sampai di tempat mengintip, terdengar suara erangan istriku yang benar-benar sedang mengayuh kenikmatan. "sssh.... ohhh... mass... ohh... ssshhh..." sekiranya begitu suaranya. Ketika aku melihat melalui posisi aku mengintip, ternyata istriku sedang berada di atas Pak Tarjo. Sedangkan ketiga pria lainnya sedang terduduk dan tertidur kelelahan di depan televisi sana. Yang tersisa tinggal istriku dan Pak Tarjo.

Terdengar suara-suara persetubuhan mereka. Tak lama kemudian istriku berkata, "mas, kok mas belum keluar sih kuuatt amaat... oghhh ssshhh..." Pak Tarjo terlihat senang dan berkata, "iya dong sayang, aku kan ingin memberikan apa yang tidak diberikan suami kamu." Istriku tersenyum mendengar itu dan berkata lagi, "oh mass, enakkk, aku... ohh istrimu mas..." Pak Tarjo mengangkat istriku, membaringkannya, dan mulai menyodok-nyodokkan senjatanya dengan cepat dan kasar. Istriku berteriak-teriak, "Achh.. Ohh... Yeaaaahhh... Yahhh.... SSshhh... Achhh... Massssssssssss" Tanpa berhenti Tarjo meremasi buah dada istriku mengulumnya menyedotnya dan menciumi bibir istriku. Kini terlihat istriku berpangutan dengan Pak Tarjo, mereka saling bertukar lidah dan air liur.
Sekiranya pukul 20.30, sampailah sudah pergumulan ini pada klimax nya, istriku menjerit keras sekali, "aaaa.chhhh... keluarrr........ masssssss.." Pak Tarjo pun berkata, "akuuu juga sayanggg..." Pak Tarjo terjatuh dan terbaring di atas istriku dengan kemaluan masih berada di dalam vagina istriku. Terdengar suara terengah-engah di antara kedua insan ini. Pak Tarjo dan istriku nampak tidak bergerak sama sekali, tidak ada upaya istriku ingin menggeser Pak Tarjo dari tubuhnya. Sekiranya beberapa menit dalam posisi seperti itu. Aku pun beristirahat dari mengintip. Karena posisi mengintipku benar-benar tidak enak. Sekiranya beberapa menit kemudian aku mengecek lagi kondisi mereka, ternyata masih juga pada posisi yang sama. Semuanya tertidur. Waktu sepertinya sudah menunjukkan pukul 21.00 belum ada tanda-tanda mereka bangun. Apa yang harus aku lakukan istriku harus segera pulang. Aku mulai merasa kedinginan di depan sini. Akhirnya setelah menunggu sekian lama aku memutuskan untuk meninggalkan istriku bersama pria-pria brengsek itu lagi.
Sesampainya di rumah aku mencari jacket dan celana panjang. Lalu, buru-buru berlari ke arah rumah Pak Nizam kembali. Sesampainya di sana aku menemukan istriku sedang berdiri telanjang bulat dan berjalan ke arah tumpukan pakaian di kursi panjang. Sepertinya itu pakaian istriku, aku melihat Pak Amir terbangun dari tidurnya. Dan berjalan ke arah istriku, sambil berkata, "mau pulang dik?" Istriku berkata, "iya mas, kalau tidak suamiku akan kebingungan." Pak Amir sepertinya terangsang melihat tubuh telanjang istriku itu, terlihat senjatanya mulai bereaksi. Pak Amir berkata, "sini aku bantu pakaikan baju" Pak Amir mengambil Bra istriku dan membentangkannya lalu istriku bersiap mengenakannya tetapi dengan licik Pak Amir malah meremasi buah dada istriku. Istriku menggerutu, "aduh mas, udah dulu yah. ehm..." Pak Amir berkata lagi sambil tersenyum, "iya cuma iseng kok mengucapkan perpisahan kepada ini. hehe..." sambil terus meremasi dan memuntir pentilnya. Lalu, Pak Amir berjalan ke belakang istriku bukannya malah mengaitkan bra tersebut tetapi malah meremasi buah dada istriku dari belakang.

Istriku diam saja menerima aksi Pak Amir ini, dan terlihat semakin lama, istriku menyandarkan kepalanya ke pundak Pak Amir serta memejamkan matanya. Lenguhan pelan terdengar dari bibir istriku, "ughh.... hmmmbhhmm.." Senjata Pak Amir pun terlihat ingin beraksi kembali. Tanpa kuduga-duga tangan istriku membelai rambut Pak Amir dan mengarahkan wajahnya ke arah wajahnya sendiri. Merekapun berciuman, bibir mereka perbangutan. Cukup lama mereka dalam posisi seperti ini, istriku terlihat menaikkan satu kakinya ke bangku panjang di depannya. Pak Amir juga tanggap sekali untuk menurunkan serangannya ke arah vagina istriku. Sekarang terlihat istriku benar-benar dikuasai oleh hasrat Pak Amir ini. Tangannya terus meremasi dada istriku, sedangkan tangan satunya terus mengobok-obok vagina istriku dan mereka terus berpangutan. Namun, secara perlahan bra istriku terjatuh ke lantai. Lalu, istriku dengan tidak sabar melepaskan ciumannya dan memposisikan dirinya menungging dengan pantat terbuka ke arah Pak Amir. Pak Amir mengerti yang diinginkan istriku dan langsung saja memasukkan senjatanya ke dalam vagina istriku.
Istriku terpekik, "oughhh... ssshhh..." Aku melihat waktu sudah menunjukkan pukul 21:00 tetapi sepertinya istriku sedang memulai petualangan barunya. Lenguhan demi lenguhan, desahan demi desahan mereka mengarungi bahtera cinta bersama-sama. Sekiranya beberapa menit kemudian, terdengar lolongan panjang dari istriku, "oughhhhhhhhhh................ massssssss........ gilaaaaaaaaa..........." Pak Amir pun terdengar, "hufhhhhhhhhhh........" Tanpa berlama-lama Pak Amir mencabut senjatanya dari vagina istriku yang sedang menungging lemas. Terlihat cairan sperma Pak Amir meleh keluar di bibir vaginanya. Lalu, istriku mengambil celana dalamnya dan mengelap cairan tersebut dengan celananya dalamnya sendiri. Lalu duduk di bangku panjang itu sambil terengah-engah dan tersenyum melihat Pak Amir berdiri di depannya. Namun, istriku tidak mau berlama-lama ia langsung berdiri dan menggunakan Bra nya. Pak Amir membantu mengenakan Rok istriku serta mengancingkan Pakaian istriku. Istriku merasa tersanjung atas perbuatan Pak Amir tersebut dan mengelus kemaluan Pak Amir sambil mengecup bibirnya dan mengatakan "Terima Kasih." Serta memberikan celana dalam istriku yang penuh sperma itu kepadanya. Mengapa? Mengapa istriku berterima kasih kepada Pak Amir? Sepertinya istriku tersenyum penuh kepuasan atas permainan terakhir tadi.
Akupun beranjak untuk pulang karena aku harus sudah ada di rumah sebelum Istriku, Yola. Sekiranya 5 menit aku di rumah istrikupun datang. Aku membukakan pintu dia tetapi biasanya ia mencium dan memelukku kali ini ia berkata aku mau mandi dulu mas. Aku capai. Aku memakluminya karena dia sudah bermain sepanjang hari.

Perlu diingat bahwa Part 7 bagian akhir bukanlah 100% kisah nyata. Itu adalah request pembaca ingin melihat aksi Yola lebih liar lagi khususnya gangbang. Tetapi, memang kejadian-kejadian seperti itu ada walaupun tidak se-sadis atau se-heboh yang di ceritakan di part 7.

Salam,
Naryo & Raka
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar