Dengan keyakinan lelaki berpengalaman, ia mendekati aku dan mengajakku 
berdiri dari kursi. Tiba-tiba, mata kami saling bertatapaan, dadaku 
bergemuruh, mengikuti desakan gairah yang aku tahu salah namun tak ingin
 kuhentikan, Mul merapat ke arahku dan perlahan-laha mendekatkan 
bibirnya ke bibirku, bibir kami bertemu bagaikan mengalirkan listrik 
terlebih anakku segera menyentuh dadaku dan mengelus tubuhku yang masih 
terbalut pakaian lengkap. Bibir kami saling mengunci disertai gairah 
birahi yang mulai meninggi, Tangannya meraba dadaku dan aku melakukan 
yang sama di dadanya. Aku rasakan getaran hebat ketika Mul menyelipkan 
lidahnya ke bibirku dan tangannya mulai memilin puting payudaraku, 
sesuatu yang tak seharusnya dilakukan anak lelaki terhadap ibunya, namun
 sialnya aku memang menikmatinya. 
Aku begitu terangsang dengan birahi yang terus meninggi. Tanpa kendali, 
aku pun mulai bertindak di luar kelakuan ibu yang seharusnya, lepas 
begitu saja dari sisi gelap alam bawah sadar, bagian diriku yang jarang 
terungkap. Dengan genit aku berbisik di telinga anak kandungku, 
mengatakan dirinya. sebagai anak nakal yang ingin menyetubuhi ibunya. 
Aneh pula aku bisa mengatakan itu kepada anakku, sambil menangkap sinar 
matanya yang bergairah mendengar bisikanku. "Mul pingin banget ya sama 
Mama, pingin buka semua? Nakal deh..." bisikku.
Sambil berbisik aku mulai mengelus kemaluan anakku yang sudah sangat 
keras melalui celana jins ketatnya. Aku rasakan penis menggelantung 
milik anakku semakin membesar. Dari desahnya aku tahu Mul ingin terus ku
 elus di bagian sana dan melanjutkan kemesraan nafsu terlarang ini. 
Gairah seksual kami kian memucak dan aku mulai merasakan desir-desir 
geli di selangkanganku, tanda ingin melanjutkan keintiman ini 
benar-benar sepenuhnya menjadi hubungan seks terlarang.
Dengan suara rendah yang sama ia mulai mencumbuku, dengan tenang 
berbisik agar aku melepaskan beha agar dapat melihat keindahan 
payudaraku tanpa tertutup apapun . Mendengar bisikannya, aku langsung 
merasakan seluruh persendianku lemah, tak sanggup menolak keinginan 
anakku. Aku mulai menanggalkan pakaian dan melepaskan kaitan behaku di 
punggung tanpa melepaskan tatapan ke matanya sedetik pun. Tali beha 
hitamku yang sexy perlahan  terlepas menyusul kemudian cup di bagian 
depan di hadapan tatapan memohon mata anakku. Ia tampak suka melihatnya,
 dan menunggu kenikmatan yang ingin ia raih dari kedua bulatan milikku. 
Puting payudaraku pun mengeras dan berdenyut, dan aku yakin itu membuat 
gairahnya semakin bergolak ketika ia tak tahan lagi untuk segera 
menyentuh dengan jari, menjepit lembut, memilin, dan mengelusnya, 
sementara lidah kami menari bersama di mulut satu sama lain. Aku juga 
tak tahan melihat tonjolan kemaluan anakku yang kian membesar masih 
terperangkap dalam balutan celana jins-nya.  
Ketika aku menurunkan jins anakku hingga ke pahanya yang berotot,  
kemaluannya bagaikan melompat ke arahku seperti keris keluar dari 
warangkanya, kepalanya sungguh bulat, dengan urat yang menonjol. Aku tak
 tahan membiarkannya dan langsung menggenggamnya di tanganku, 
mendekatkannya ke mulutku dan memoles bagian ujungnya dengan lidah, 
membuat anakku mengerang nikmat. Nakal dan terlarang memang perbuatan 
ini, namun nikmatnya tak terkira. Aku tersadar ini adalah pengalaman 
erotis yang belum terpenuhi selama kehidupan seksualku. Seks dengan 
suamiku tak pernah benar-benar memuaskan, hampir tanpa gairah yang 
menggebu. Sebaliknya, Mul adalah gairah yang lahir kembali. Birahinya 
yang laksana hewan jantan menunjukkan dirinyaa yang sesungguhnya, sangat
 nyata. Terasa alamiah mengulum kemaluannya dan mulai menghisapnya 
perlahan. Lantas tanpa tergesa aku telusuri batang kemaluan anakku 
menuju pangkalnya. Ujung penis anakku pun menyentuh kerongkonganku. Aku 
ingin menunjukkan kepadanya memiliki hubungan intim ini, dan akhirnya 
mewujudkan khayalannnya menjadi kenyataan.
Aku merasakan kemaluannya semakin keras di mulutku dengan risiko 
sentuhan lembut yang merangsang di pelirnya yang penuh dengan air manii 
akan segera muncrat sewaktu-waktu. Ia mengerang lembut tatkalai aku 
mengelus pelirnya sambil menghisap penis, juga merasa heran karena 
anakku tampak pede dan mampu mengendalikan diri untuk menahan muncratan 
di mulutku. Aku mulai mengangkat rok dengan satu tangan hingga pahaku 
terbuka. Matanya menelusuri paha dan betisku, bagia tubuhku yang 
kuanggap paling indah. Aku tahu ia ingin aku membuka kedua paha dan 
celana dalamku agar ia bisa melihat vaginaku, jadi aku ingin kembali 
merangsangnya. "Mau lihat punya mama juga ya, terus punya Mul 
dimasukin?" kataku malu-malu karena merasa menjadi perempua rendahan, 
namun sebenarnya menikmatinya. Kujilat bibirku sendiri untuk memacu 
rangsangan tambahan, dan karena itu birahi anakku kian menggebu. Tampak 
benar, memang itulah yang ingin didengar anakku. Ia langsung berlutut 
dan aku terkejut karena ia langsung menurunkan celana dalam hitamku 
hingga tuit, melepasnya dari kedua kakiki, dan melemparkannya ke bawah 
meja.
Aku suka gairah agresif alamiah ini, dan dengan rela melebarkan kaki 
selebar-lebarnya, vaginaku tampak nyata, berkilau bagaikan buah ranum, 
dengan bulu-bulu tipis  hitam yang sengaja kurawat. Ia mulai mencium 
pahaku dengan cepat, menjilat pahaku bagian dalam, lidahnya bergerak 
tiada henti, bagaikan binatang liar yang bergerak bebas di pahaku. Aku 
menunggu saat-saat indah ketika ia menyentuhkan lidahnya ke vagiaku, 
namun ia menundanya, hingga aku harus merajuk hingga akhirnya aku 
merasakannya. Aku sampai harus memohon meskipun sebenarnya ia pun 
menginginkannya. "Sayang, ayo dong, koq belum sampai ke punya Mama? 
Ayoooo..." Aku mengerang dan akhirnya ia menyerah dan mulai menjilati 
bibir vaginaku yang berlendir berlama-lama, semakin cepat, bagaikan 
anaku kucing yang diberi semangkuk susu. Vaginaku semakin basah, wajah 
anakku pun ikut terkena cairan vaginaku, dan lidahnya mulai menekan 
klitorisku yang mengeras sehingga membuatku semaki ingin segera 
bersetubuh dengannya.
Tiba-tiba ia menghentikan gerakannya di vaginaku dan berbalik mencium 
bibirku. Mulutnya belepotan dengan cairan yang membuat aroma eksotis 
Lidah kami segera saling menjelajah satu sama lain. Namun aku masih bisa
 melihat kemaluannya bergerak mendekati vagina. Aku segera berbaring di 
sofa dan membuka selangkangan menunjukkan padanya aku juga 
mengiginkannya. Ia memahami isyarat itu dan memegang kedua pergelangan 
kakiku dengan dua belah tangannya yang kokoh, tegak lurus di depan 
vaginaku. Matanya menatap lurus ke mataku, penuh birahi, mengetahui 
saatnya untuk menyetubuhi ibu kandungnya. namun ia menatapku seakan 
ingin menebak isi benakku untuk mengetahui apakah ada keraguan. Aku 
mengangguk pelan memberitahukannya bahwa aku bersedia. Lantas ia 
menyorong kemaluannya menuju vaginaku. Kurasakan ujung penisnya 
menyentuh vagina, dan tanpa sadar aku mengerang. "Ohhhh, masukin Mul," 
ujarku lirih, dan langsung saja aku merasakan kemaluannya meluncur dan 
masuk sepenuhnya ke vaginaku. Semua sudah terjadi, sadar atau tidak, 
sungguh mendebarkan keintiman ini akan berlanjut hingga akhirnya
      
     
     
Langganan:
Posting Komentar
                            (
                            Atom
                            )
                          
0 komentar:
Posting Komentar