Aku Sintia, sehabis lulus smu aku dinikahkan ortu ke temen ortu, dah
agak berumur si, tapi suamiku itu tampan, tajir kerna meiliki beberapa
perusahaan yang berhasil dalam bisnisnya, dan juga sangat workaholik.
Aku sangat menikmati kehidupan suami istri ketika berbulan madu. Suamiku
menggarap aku setiap saat dia bernapsu, tetapi begitu kembali ke dunia
nyata, diapun kembali ke kebiasaannya yaitu workaholik, dia sangat sibuk
ngurusi semua perusahaan. Aku secara materi berkecukupan, tapi secara
batin sangat kesepian. Apalagi aku menikah masi umur belasan dan ini
tahun pernikahanku yang kedua. Aku memang nurut aja apa kata ortu
sehingga ketika dijodohkan ya iya aja. Kebetulan aku sejak kecil suka
ikut masak ma ibuku sehingga kebiasaan itu terbawa sampe sekarang
walaupun aku masak hanya untuk diriku sendiri kerna suami gak pernah
makan dirumah. Pulang selalu dah larut malem sehingga dah cape dianya
dan gak ada niat menyentuh aku. Kalo weekend dan dia ada dirumah, kami
selalu makan diluar. Itupun jarang kami bermesraan kerna abis makan
malem biasanya dia tenggelem ma kerjaannya sampe aku tertidur duluan dan
dia nyusul karna dah ngantuk berat.
Aku suka makanan segar sehingga bahannya juga kudu segar, kalo beli di
supermarket itu sudah tidak segar kerna dah lama dipetiknya, makanya aku
nunggu tukang sayur aja kalo mau masak. Aku si gak punya langganan
tukang sayur yang tetep, tapi suatu pagi kuliat ada tukang sayur yang gi
berdiri depan rumahku, dia menghadap ke rumahku, rupanya dia lagi
kencing. Aku kaget banget liat kon tolnya, item besar panjang padahal
lagi gak ngaceng. Palagi kalo gi ngaceng tu, kaya apa gedenya.
membayangkan itu memekku jadi basah. Kerna gak mo mempermalukan si
tukang sayur, ku nunggu dia slesai pipis baru kluar rumah. Tu bapak
tampangnya kaya orang timteng, pantes kon tolnya gede panjang gitu, tapi
logat ngomongnya sunda pisan. Ku panggil ja mamang. "Mang orang sunda
ya, atau orang arab". "Bapak saya arab tapi ibu sunda pisan neng, kenapa
nanya gitu". "Gak apa, iseng ja nanya mang". Aku beli beberapa sayuran
dan dia nawarain nanas jualannya. Kubilang aku males ngupasnya, trus dia
jawab nti dia kupasin, cuma sehabis dia dagang nti dia balik lagi. Wah
kesempatan ni, pikirku. Kali2 bisa nikmati kon tol jumbonya, aku jadi
ngeres kerna masih terbayang terus kon tolnya yang besar panjang dalam
keadaan lemes gitu. "Ya boleh deh mang, nanasnya aku ambil semua, tapi
bener ya nanti mamang balik lagi buat ngupasin nanasnya".
Transaksi selesai dan dia pergi sementara aku masuk dan mulai mengolah
sayur yang kubeli ditambah beberapa bahan laen dari lemari es, sehingga
tersajilah beberapa lauk untuk aku makan siang dan makan malem, nasi
masi ada sisa kemaren sehingga cukup diangetin aja. Makan siang selesai,
dia blon dateng juga, aku ngantuk dan tertidur, sampe aku bangun
rasanya gak ngedenger ada orang ngetok pintu pager. Aku mandi, ketika
ditengah acara cuci rambut terdengar ada bel berbunyi, wah nanggung ni,
cuci rambut lon beres dia dah datang. Ya dah ku balut tubuhku pake jas
kamar dan membungkus rambutku dengan anduk, Aku gak pake apa2 dibawah
jas kamar, ikat pinggang ku ikatkan asal aja sehingga bagian dada
tersingkap kalau ku bergerak. Aku keluar membukakan pintu pagar dan
segera kembali masuk rumah. Kuminta dia ngunci pintu pager dan
kupersilah kan dia masuk langsung ke dapur tempat aku meletakkan nanas2
yang tadi kubeli. Ku liat dia rapi gak acak2an kaya waktu dagang tadi,
rambutnya juga rapi disisirnya, kayanya dia dah mandi dulu seblon ke
tempatku. Biat tukang sayur dia cukup kerenlah sebagai lelaki. Matanya
membelalak meliat aku yang cuma terbungkus jas kamar yang mini banget.
Dadaku tersingkap cukup lebar kerna ikatan dipinggang longgar aja,
sehingga belahan toketku nampak. Biar aja deh dia napsu ma aku, kali ja
dia mau garap aku setelah beres kupas nanasnya. aku balik ke kemar mandi
untuk menuntaskan acara keramasku. Aku jadi horny sendiri, sambil mandi
aku menggosok2 toketku sampe pentilku mengeras. aku ngilik itilku
sendiri sampe aku nyampe. Aku kaget karena cukup lama aku berswalayan,
sampe lupa si tukang sayur gi motongin nanas. Segera aku memakai daster
tanpa daleman sama sekali dan keluar. “Sori ya mang, lama ya, sekalian
nyuci sih”, kataku. “Nyuci apaan neng, kan ada mesin cuci”. “nyuci yang
gak bisa pake mesin cuci. Dah beres ya mang ngupasnya”, kataku. "Udah
neng, tinggal dipotong kecil2 aja kalo mo dimakan. Mo sekalian
dipotong2". "Gak usah deh mang, biar nanti ku potong sendiri kalo mo
dimakan". "Prempuan kan gak bole makan nanas banyak2 neng". "Mangnya
kenapa mang". "Bisa becek", jawabnya sambil nyengir. "becek apanya
mang", tanyaku pura2 gak ngerti. "Itunya neng, jadi gak seret lagi kan
kalo becek". "apanya yang becek dan seret si", aku masi terus
bersandiwara. Dia mandangi dadaku terus, emang si dasternya tipis jadi
pentilku membayang jelas di dasterku. aku hanya mengenakan daster mini,
sehingga paha mulusku menjadi tersingkap, matanya bergantian menelusuri
dada dan pahaku. "Ih mamang matanya jelalatan gitu". "Bisnya neng ngasi
liat gitu si". Wah dah konak ni, itu yang kutunggu2, ku jadi nunggu aja
ni apa tindakan dia lebi lanjut.
Aku memasukkan nanas yang sudah dikupas ke lemari es, kemudian menarik
tangannya untuk duduk di sofa. Ketika duduk dasterku naik keatas. Aku
membiarkan ketika tangannya diletakkan perlahan didengkulku. Dia mulai
mengelus2 pahaku. Makin lama elusannya makin keatas, dasterku
disingkapnya sehingga pahaku terkespose semuanya. Elusannya mengarah ke
selangkanganku, aku mengangkangkan pahaku secara otomatis. Ketika
jarinya mulai mengelus memek dari luar cdku, aku melenguh nikmat,
“maaang”. “Napa neng”, katanya sambil mencium pipiku. “Geli mang”.
Elusannya menjadi gerakan mencongkel, memekku basah dengan sendirinya
dan nyerep ke cdku. itilku menjadi sasaran berikutnya. “Neng dah basah
gini, kamu dah napsu ya”, kembali dia mencium pipiku. “Mamang nakal sih
tangannya”, jawabku manja. Akhirnya dia menghadapkan tubuhnya ke arahku.
kurasakan bibirnya sudah menyentuh leherku, terus menyusur ke pipiku.
Tubuhnya bergeser merapat, bibirku dilumatnya dengan penuh napsu. Sedang
kunikmati lidahnya yang menjelajah di mulutku, kurasakan tangan
besarnya membuka kancing daster ku dan kemudian menyelusup kedalam dan
meremas toketku. toketku tercakup seluruhnya dalam tangannya. aku
rasanya sudah tidak kuat menahan gejolak napsuku, padahal baru awal
pemanasan. Bibirnya mulai meneruskan jelajahannya, sambil melepaskan
dasterku, leherku dikecup, dijilat kadang digigitnya.
Aku mengangkat tanganku keatas untuk mempermudah dia melepaskan
dasterku. Sambil tangannya terus meremas-remas toketku. Bibirnya terus
menelusur di permukaan kulitku. Dan mulai pentil kiriku tersentuh
lidahnya dan dihisap. Terus pindah ke pentil kanan. Kadang-kadang seolah
seluruh toketku akan dihisap. Dan tangan satunya mulai turun dan
memainkan puserku, terasa geli tapi nikmat, napsuku makin berkobar
karena elusan tangannya. Kemudian tangannya turun lagi dan menjamah
selangkanganku. memekku yang pasti sudah basah sekali. Dibelainya celah
memekku lagi dengan perlahan. Sesekali jarinya kembali menyentuh itilku.
Bergetar semua rasanya tubuhku, kemudian CD ku yang sudah basah itu
dilepaskannya.
Aku mengangkat pantatku agar dia bisa melepas pembungkus tubuhku yang
terakhir. Jarinya mulai sengaja memainkan itilku. Dan akhirnya jari
besar itu masuk ke dalam memekku. Oh, nikmatnya, bibirnya terus
bergantian menjilati pentil kiri dan kanan dan sesekali dihisap dan
terus menjalar ke perutku. Dan akhirnya sampailah ke memekku. Kali ini
diciumnya jembutkudan aku rasakan bibir memekku dibuka dengan dua jari.
Dan akhirnya kembali memekku dibuat mainan oleh bibirnya, kadang
bibirnya dihisap, kadang itilku, namun yang membuat aku tak tahan adalah
saat lidahnya masuk di antara kedua bibir memekku sambil menghisap
itilku. Dia benar benar mahir memainkan memekku. Hanya dalam beberapa
menit aku benar-benar tak tahan. Dan.. Aku mengejang dan dengan
sekuatnya aku berteriak sambil mengangkat pantatku supaya merapatkan
itilku dengan mulutnya, kuremas-remas rambutnya. Dia terus mencumbu
memekku, rasanya belum puas dia memainkan memekku hingga napsuku bangkit
kembali dengan cepat. “Mamang pinter banget ngerangsang aku. Biasanya
sama siapa mang maennya. Aku sudah pengen dientot.” kataku memohon
sambil kubuka pahaku lebih lebar.
Dia tidak menjawab, bangkit dan mengangkat badanku yang sudah lemes dan
dibawanya ke kamarku. Aku dibaringkan di ranjang dan dia mulai membuka
bajunya, kemudian celananya. Aku terkejut melihat kon tolnya yang besar
dan panjang nongol dari bagian atas CDnya. Kemudian dia juga melepas CD
nya. Sementara itu aku dengan berdebar terbaring menunggu dengan semakin
berharap. kon tolnya yang besar dan panjang dan sudah maksimal
ngacengnya, tegak hampir menempel ke perut. Aku merinding apakah muat
kon tol segitu besarnya di memekku. Dan saat dia pelan-pelan menindihku,
aku membuka pahaku makin lebar, rasanya tidak sabar memekku menunggu
masuknya kon tol extra gede itu. Aku pejamkan mata. Dia mulai mendekapku
sambil terus mencium bibirku, kurasakan bibir memekku mulai tersentuh
ujung kon tolnya. Sebentar diusap-usapkan dan pelan sekali mulai
kurasakan bibir memekku terdesak menyamping. Terdesak kepala kon tolnya
yang besar itu. Ohh, benar benar kurasakan penuh dan sesak liang memekku
dimasuki kon tolnya. Aku menahan nafas. Dan nikmat luar biasa. Mili per
mili. Pelan sekali terus masuk kon tolnya. Aku mendesah tertahan karena
rasa yang luar biasa nikmatnya. Terus.. Terus.. Akhirnya ujung kon tol
itu menyentuh bagian dalam memekku. Terasa sangat mengganjal sekali
rasanya, besar, keras dan panjang. Dia terus menciumi bibir dan leherku.
Dan tangannya tak henti-henti meremas-remas toketku. Tapi konsentrasi
kenikmatanku tetap pada kon tol besar yang mulai dienjotkan halus dan
pelan. Aku benar benar cepat terbawa ke puncak nikmat yang belum pernah
kualami. Nafasku cepat sekali memburu, terengah-engah. Aku benar benar
merasakan nikmat luar biasa merasakan gerakan kon tol besar itu. Maka
hanya dalam waktu yang singkat aku makin tak tahan. Dan dia tahu bahwa
aku semakin hanyut. Maka makin gencar dia melumat bibirku, leherku dan
remasan tangannya di toketku makin kuat. Dengan tusukan kon tolnya yang
agak kuat dan dipepetnya itilku dengan menggoyang goyangnya, aku
menggelepar, tubuhku mengejang, tanganku mencengkeram kuat-kuat
sekenanya. memekku menegang, berdenyut dan mencengkeram kuat-kuat,
benar-benar puncak kenikmatan yang luar biasa. Aku tak ingat apa-apa
lagi kecuali kenikmatan dan kenikmatan. “Maang, aku nyampe maang”, Aku
sendiri terkejut atas teriakkan kuatku. Setelah selesai, pelan pelan
tubuhku lunglai, lemas.
Setelah dua kali aku nyampe dalam waktu relatif singkat, namun terasa
nyaman sekali, Dia membelai rambutku yang basah keringat. Kubuka mataku,
Dia tersenyum dan menciumku penuh napsu, tak henti hentinya toketku
diremas-remas pelan. Tiba tiba, serangan cepat bibirnya melumat bibirku
kuat dan diteruskan ke leher serta tangannya meremas-remas toketku lebih
kuat. Napsuku naik lagi dengan cepat, saat kembali dia mengenjotkan kon
tolnya semakin cepat. Uhh, sekali lagi aku nyampe, yang hanya selang
beberapa menit, dan kembali aku berteriak lebih keras lagi. Dia terus
mengenjotkan kon tolnya dan kali ini dia ikut menggelepar, wajahnya
menengadah. Satu tangannya mencengkeram lenganku dan satunya menekan
toketku. Aku makin meronta-ronta tak karuan. Puncak kenikmatan diikuti
semburan peju yang kuat di dalam memekku, menyembur berulang kali. Oh,
terasa banyak sekali peju kental dan hangat menyembur dan memenuhi
memekku, hangat sekali dan terasa sekali peju yang keluar seolah
menyembur seperti air yang memancar kuat. Setelah selesai, dia
memiringkan tubuhnya dan tangannya tetap meremas lembut toketku sambil
mencium wajahku. “Neng luar biasa, memeknya peret dan nikmat sekali. Gak
apa kan aku ngecret didalem”, pujinya sambil membelai dadaku. “Gak apa
kok mang, lebih nikmat lagi kesemprot peju anget. Mamang juga hebat.
Bisa membuat aku nyampe beberapa kali, dan baru kali ini akubisa nyampe
dan merasakan kon tol raksasa. Hihi..” “Jadi neng suka dengan kon
tolku?” godanya sambil menggerakkan kon tolnya dan membelai belai
wajahku. “Ya mang, kon tol mamang nikmat, besar , panjang dan keras
banget” jawabku jujur. Dia memang sangat pandai memperlakukan wanita.
Dia tidak langsung mencabut kon tolnya, tapi malah mengajak mengobrol
sembari kon tolnya makin mengecil. Dan tak henti-hentinya dia menciumku,
membelai rambutku dan paling suka membelai toketku. Aku merasakan
pejunya yang bercampur dengan cairan memekku mengalir keluar. Setelah
cukup mengobrol dan saling membelai, pelan-pelan kon tol yang telah
menghantarkan aku ke awang awang itu dicabut sambil dia menciumku. Tak
lama kemudian tertidurlah aku dalam pelukannya, merasa nyaman dan
benar-benar aku terpuaskan dan merasakan apa yang selama ini hanya
kubayangkan saja.
Aku bangun masih dalam pelukannya. Katanya aku tidur nyenyak sekali,
sambil membelai rambutku. Hari dah menjelang sore. Kurang lebih setengah
jam kami berbaring berdampingan. Ia lalu mengajakku mandi. Dibimbingnya
aku ke kamar mandi, saat berjalan rasanya masih ada yang mengganjal
memekku dan ternyata masih ada peju yang mengalir di pahaku, mungkin
saking banyaknya dia mengecretkan pejunya di dalam memekku. Dalam
bathtub yang berisi air hangat, aku duduk di atas pahanya. Dia
mengusap-usap menyabuni punggungku, dan akupun menyabuni punggungnya.
Dia memelukku sangat erat hingga dadanya menekan toketku. Sesekali aku
menggeliatkan badanku sehingga pentilku bergesekan dengan dadanya yang
berbulu dan dipenuhi busa sabun. Pentilku semakin mengeras. Pangkal
pahaku yang terendam air hangat tersenggol2 kon tolnya. Hal itu
menyebabkan napsuku mulai berkobar kembali. Aku di tariknya sehingga
menempel lebih erat ke tubuhnya. Dia menyabuni punggungku. Sambil
mengusap-usapkan busa sabun, tangannya terus menyusur hingga tenggelam
ke dalam air. Dia mengusap-usap pantatku dan diremasnya. kon tolnya pun
mulai ngaceng ketika menyentuh memekku. Terasa bibir luar memekku
bergesekan dengan kon tolnya. Dengan usapan lembut, tapak tangannya
terus menyusuri pantatku. Dia mengusap beberapa kali hingga ujung
jarinya menyentuh lipatan daging antara lubang pantat dan memekku.
“mamang nakal!” desahku sambil menggeliat mengangkat pinggulku. Walau
tengkukku basah, aku merasa bulu roma di tengkukku meremang akibat
nikmat dan geli yang mengalir dari memekku. Aku menggeliatkan pinggulku.
Ia mengecup leherku berulang kali sambil menyentuh bagian bawah bibir
memekku. Tak lama kemudian, tangannya semakin jauh menyusur hingga
akhirnya kurasakan lipatan bibir luar memekku diusap-usap. Dia berulang
kali mengecup leherku. Sesekali lidahnya menjilat, sesekali menggigit
dengan gemas. ”Aarrgghh.. Sstt.Sstt..” rintihku berulang kali. Lalu aku
bangkit dari pangkuannya. Aku tak ingin nyampe hanya karena jari yang
terasa kesat di memekku.
Tapi ketika berdiri, kedua lututku terasa goyah. Dengan cepat dia pun
bangkit berdiri dan segera membalikkan tubuhku. Dia tak ingin aku
terjatuh. Dia menyangga punggungku dengan dadanya. Lalu diusapkannya
kembali cairan sabun ke perutku. Dia menggerakkan tangannya keatas,
meremas dengan lembut kedua toketku dan pentil ku dijepit2 dengan jempol
dan telunjuknya. Pentil kiri dan kanan diremas bersamaan. Lalu dia
mengusap semakin ke atas dan berhenti di leherku. “Mang, lama amat
menyabuninya” rintihku sambil menggeliatkan pinggulku. Aku merasakan kon
tolnya semakin keras dan besar. Hal itu dapat kurasakan karena kon
tolnya makin dalam terselip di pantatku. Tangan kiriku segera meluncur
ke bawah, lalu meremas biji pelernya dengan gemas. Dia menggerakkan
telapak kanannya ke arah pangkal pahaku. Sesaat dia mengusap usap
jembutku, lalu mengusap memekku berulang kali. Jari tengahnya terselip
di antara kedua bibir luar memekku. Dia mengusap berulang kali. itilku
pun menjadi sasaran usapannya. “Aarrgghh..!” rintihku ketika merasakan
kon tolnya makin kuat menekan pantatku. Aku merasa lendir membanjiri
memekku. Aku jongkok agar memekku terendam ke dalam air. Kubersihkan
celah diantara bibir memekku dengan mengusapkan 2 jariku.
Ketika menengadah kulihat kon tolnya telah berada persis didepanku. kon
tolnya telah ngaceng berat. “Mang, kuat banget sih, baru aja ngecret di
memekku sekarang sudah ngaceng lagi”, kataku sambil meremas kon tolnya,
lalu kuarahkan ke mulutku. Kukecup ujung kepala kon tolnya. Tubuhnya
bergetar menahan nikmat ketika aku menjilati kepala kon tolnya. Dia
meraih bahuku karena tak sanggup lagi menahan napsunya. Setelah berdiri,
kaki kiriku diangkat dan letakkan di pinggir bath tub. Aku dibuatnya
menungging sambil memegang dinding di depanku dan dia menyelipkan kepala
kon tolnya ke celah di antara bibir memekku. ”Argh, aarrgghh..,!”
rintihku. Dia menarik kon tolnya perlahan-lahan, kemudian mendorongnya
kembali perlahan-lahan pula. Bibir luar memekku ikut terdorong bersama
kon tolnya. Perlahan-lahan menarik kembali kon tolnya sambil berkata
“Enak neng?”. ”Enaak banget mang”, jawabku!” Dia mengenjotkan kon tolnya
dengan cepat sambil meremas bongkah pantat ku dan tangan satunya
meremas toketku. “Aarrgghh..!” rintihku ketika kurasakan kon tolnya
kembali menghunjam memekku. Aku terpaksa berjinjit karena kon tol itu
terasa seolah membelah memekku karena besarnya. Terasa memekku sesek
kemasukan kon tol besar dan panjang itu. Kedua tangannya dengan erat
memegang pinggulku dan dia mengenjotkan kon tolnya keluar masuk dengan
cepat dan keras. Terdengar ‘cepak-cepak’ setiap kali pangkal pahanya
berbenturan dengan pantatku. “Aarrgghh.., aarrgghh..!Mang.., aku
nyampe..!” Aku lemas ketika nyampe lagi untuk kesekian kalinya. Rupanya
dia juga tidak dapat menahan pejunya lebih lama lagi. “Aarrgghh..,
neng”, kata nya sambil menghunjamkan kon tolnya sedalam-dalamnya.
“Mang.., sstt, sstt..” kataku karena berulangkali ketika merasa tembakan
pejunya dimemekku. “Aarrgghh.., neng, enaknya!” bisiknya ditelingaku.
“Mang.., sstt.., sstt..! Nikmat sekali ya dien tot mamamng”, jawabku
karena nikmatnya nyampe. Dia masih mencengkeram pantatku sementara kon
tolnya masih nancep dimemekku. Beberapa saat kami diam di tempat dengan
kon tolnya yang masih menancap di memekku. Kemudian dia membimbingku ke
shower,menyalakan air hangat dan kami berpelukan mesra dibawah kucuran
air hangat.
Setelah selesai aku keluar duluan, sedang dia masih menikmati shower.
Selesai dengan rambut yang masih basah dan masih bertelanjang bulat, aku
keluar dari kamar mandi. Hari dah mulai gelap. Aku menyiapkan makan
malem sambil tetep bertelanjang bulat. Masakanku tadi siang kuangetin
lagi, demikian juga nasinya. Diapun keluar kamar bertelanjang bulat
juga, sepertinya dia masih mau sekali lagi. Kami nyantap makanan sambil
ngobrolin kenikmatan yang baru kami nikmati. “Mamang pengalaman sekali
ngegarap tubuhku, sampe aku klojotan berkali2, biasanya garap siapa
mang?. “Iya neng, biasanya aku suka maen ma pembantu2 aja yang pengen
kugarap, baru sekali ini maen ma yang punya rumah. jau lebi nikmat lah
ma neng, neng mana cantik, putih, mulus lagi".
Setelah makan, aku ngajak duduk di sofa. dia memintaku duduk di
pangkuannya. Aku menurut saja. Sambil mengobrol, aku dimanja dengan
belaiannya. Diraihnya daguku, dan diciumnya bibirku dengan hangatnya,
aku mengimbangi ciumannya. Dan selanjutnya kurasakan tangannya mulai
meremas gemes toketku, kemudian tangannya menelusuri antara dada dan
pahaku. Nikmat sekali rasanya, tapi aku sadar bahwa sesuatu yang aku
duduki terasa mulai agak mengeras. Ohh, langsung aku bangkit. Aku
bersimpuh di depannya dan ternyata kon tolnya sudah mulai ngaceng, walau
masih belum begitu mengeras. Kepala kon tolnya ku raih, ku belai dan
sebelum penuh ngacengnya langsung aku kulum kon tolnya. Tapi hanya bisa
sesaat, sebab dengan cepatnya kon tolnya makin membengkak dan dia mulai
menggeliat dan berdesis menahan kenikmatan permainan lidahku dan membuat
mulutku semakin penuh. “Mamang hebat ya sudah ngaceng lagi, kita lanjut
yuk mang”, kataku yang juga sudah terangsang. Rupanya dia makin tak
tahan menerima rangsangan lidahku. Maka aku ditarik dan diajak ke kamar.
Aku berbaring diranjang yang masih berantakan sisa pertempuran seru
tadi. Kakiku ditahannya sambil tersenyum, diteruskan dengan membuka
kakiku dan dia langsung menelungkup di antara pahaku. “Aku suka melihat
memek neng” ujarnya sambil membelai bulu jembutku. Aku merasakan dia
terus membelai jembutku dan bibir memekku. Kadang-kadang dicubit pelan,
ditarik-tarik seperti mainan. Aku suka memekku dimainkan berlama-lama,
aku terkadang melirik apa yang dilakukannya. Seterusnya dengan dua
jarinya membuka bibir memekku, aku makin terangsang dan aku merasakan
makin banyak keluar cairan dari memekku. Dia terus memainkan memekku
seolah tak puas-puas memperhatikan memekku, kadang kadang disentuh
sedikit itilku, membuat aku penasaran. Tak sadar pinggulku mulai
menggeliat, menahan rasa penasaran. Maka saat aku mengangkat pinggulku,
langsung disambut dengan bibirnya. Terasa dia menghisap lubang memekku
yang sudah penuh cairan. Lidahnya ikut menari kesana kemari menjelajah
seluruh lekuk memekku, dan saat dihisapnya it ilku dengan ujung
lidahnya, cepat sekali menggelitik ujung itilku, benar benar aku
tersentak. Terkejut kenikmatan, membuat aku tak sadar
berteriak..“Aauuhh!!”. Benar benar hebat dia merangsangku, dan aku sudah
tak tahan lagi. “Ayo dong mang, aku pingin dientot lagi” ujarku.
Dia langsung menempatkan tubuhnya makin ke atas dan mengarahkan kon tol
gedenya ke arah memekku. Aku masih sempat melirik saat dia memegang kon
tolnya untuk diarahkan dan diselipkan di antara bibir memekku. Kembali
aku berdebar karena berharap. Dan saat kepala kon tolnya telah menyentuh
di antara bibir memekku, aku menahan nafas untuk menikmatinya. Dan
dilepasnya dari pegangan saat kepala kon tolnya mulai menyelinap di
antara bibir memekku dan menyelusup lubang memekku hingga aku berdebar
nikmat. Pelan-pelan ditekannya dan dia mulai mencium bibirku lembut.
Kali ini aku lebih dapat menikmatinya. Makin ke dalam.. Oh, nikmat
sekali. kon tolnya semakin masuk. Belum semuanya masuk, Dia menarik
kembali seolah akan dicabut hingga tak sadar pinggulku naik mencegahnya
agar tidak lepas. Beberapa kali dilakukannya sampai akhirnya aku
penasaran dan berteriak-teriak sendiri. Setelah dia puas menggodaku,
tiba tiba dengan hentakan agak keras, dipercepat gerakan mengenjotnya
hingga aku kewalahan. Dan dengan hentakan keras serta digoyang
goyangkan, tangan satunya meremas toketku, bibirnya dahsyat menciumi
leherku. Akhirnya aku mengelepar-gelepar. Dan sampailah aku kepuncak.
Tak tahan aku berteriak, terus Dia menyerangku dengan dahsyatnya,
rasanya tak habis-habisnya aku melewati puncak kenikmatan. Lama sekali.
Tak kuat aku meneruskannya. Aku memohon, tak kuat menerima rangsangan
lagi, benar benar terkuras tenagaku dengan orgasme berkepanjangan.
Akhirnya dia pelan-pelan mengakhiri serangan dahsyatnya. Aku terkulai
lemas sekali, keringatku bercucuran. Hampir pingsan aku menerima
kenikmatan yang berkepanjangan. Benar-benar aku tidak menyesal ngen tot
dengan dia, dia memang benar-benar hebat dan mahir dalam ngen tot, dia
dapat mengolah tubuhku menuju kenikmatan yang tiada tara.
Lamunanku lepas saat pahanya mulai kembali menjepit kedua pahaku dan
dirapatkan, tubuhnya menindihku serta leherku kembali dicumbu. Kupeluk
tubuhnya yang besar dan tangannya kembali meremas toketku. Pelan-pelan
mulai dienjotkan kon tolnya. Kali ini aku ingin lebih menikmati seluruh
rangsangan yang terjadi di seluruh bagian tubuhku. Tangannya terus
menelusuri permukaan tubuhku. Dadanya merangsang dadaku setiap kali
bergeseran mengenai pentilku. Dan kon tolnya dipompakan dengan penuh
napsu, bibirnya menjelajah leher dan bibirku. Ohh, luar biasa. Lama
kelamaan tubuhku yang semula lemas, mulai terbakar lagi. Aku berusaha
menggeliat, tapi tubuhku dipeluk cukup kuat, hanya tanganku yang mulai
menggapai apa saja yang kudapat. Dia makin meningkatkan cumbuannya dan
memompakan kon tolnya makin cepat. Gesekan di dinding memekku makin
terasa. Dan kenikmatan makin memuncak. Maka kali ini leherku digigitnya
agak kuat dan dimasukkan seluruh batang kon tolnya serta digoyang-goyang
untuk meningkatkan rangsangan di itilku. Maka jebol lah bendungan, aku
mencapai puncak kembali. tiba tiba dia dengan cepat mengenjot lagi.
Kembali aku berteriak sekuatku menikmati ledakan orgasme yang lebih
kuat, aku meronta sekenaku. Gila, batinku, dia benar-benar membuat aku
kewalahan. Kugigit pundaknya saat aku dihujani dengan kenikmatan yang
bertingkat-tingkat.
Sesaat dia menurunkan gerakannya, tapi saat itu dibaliknya tubuhku
hingga aku di atas tubuhnya. Aku terkulai di atas tubuhnya. Dengan sisa
tenagaku aku keluarkan kon tolnya dari memekku. Dan kuraih batang kon
tolnya. Tanpa pikir panjang, kon tol yang masih berlumuran cairan
memekku sendiri kukulum dan kukocok. Dan pinggulku diraihnya hingga
akhirnya aku telungkup di atasnya lagi dengan posisi terbalik. Kembali
memekku yang berlumuran cairan jadi mainannya, aku makin bersemangat
mengulum dan menghisap sebagian kon tolnya. Dipeluknya pinggulku hingga
sekali lagi aku orgasme. Dihisapnya it ilku sambil ujung lidahnya menari
cepat sekali. Tubuhku mengejang dan kujepit kepalanya dengan kedua
pahaku dan kurapatkan pinggulku agar bibir memekku merapat ke bibirnya.
Ingin aku berteriak tapi tak bisa karena mulutku penuh, dan tanpa sadar
aku menggigit agak kuat kon tolnya dan kucengkeram kuat dengan tanganku
saat aku masih menikmati orgasme.
“Neng, aku mau ngecret di dalam memek neng ya”, katanya sambil
menelentangkan aku. “Ya, mang”, jawabku. Dia menaiki aku dan dengan satu
hentakan keras, kon tolnya yang besar sudah kembali menyesaki memekku.
Dia langsung mengenjot kon tolnya keluar masuk dengan cepat dan keras.
Dalam beberapa enjotan saja tubuhnyapun mengejang. Pantat kuhentakkan ke
atas dengan kuat sehingga kon tolnya nancap semuanya ke dalam memekku
dan akhirnya crot .. crot ..crot, pejunya muncrat dalam beberapa kali
semburan kuat. Herannya, ngecretnya yang ketiga masih saja pejunya
keluar banyak, memang luar biasa staminanya. Dia menelungkup diatasku
sambil memelukku erat2. “Neng, nikmat sekali ngen tot sama neng, memek
neng kuat sekali cengkeramannya ke kon tolku”, bisiknya di telingaku.
“Ya mang, aku juga nikmat sekali, tentu saja cengkeraman memekku terasa
kuat karena kon tol mamang kan gede banget. Rasanya sesek deh memekku
kalau mamang neken kon tolnya masuk semua". "Sayangnya aku kudu balikl
neng, kudu nyiapin dagangan sayur buat besok lagi. Suaminya blon pulang
ya neng". "Ah dia kalo dah kerja ya lupa ma aku mang. Kalau ada
kesempatan, aku dien tot lagi ya mang”, jawabku.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar