Cerita Eksibisionis Mama Sinta : Liburan Keluarga | Di Sebuah Perjalan Pulang

Sore yang indah di pantai dengan ombaknya yang berisik menenangkan. Sinta menikmati tubuhnya di siram sinar matahari senja. Anaknya Jaka bermain selancar dengan lihainya diantara ombak yang tak terlalu besar. Itu adalah ombak terkahirnya di hari itu. Mereka harus segera pulang. Kris suaminya tampak berjalan dengan sumeringah dengan dua box pendingin ikan besar di lengannya.

"Banyak ya sepertinya tangkapan hari ini" Sinta menyindir bawaan yang baru saja di hempaskan suaminya Kris ke pasir pantai. "Kamu pasti lupa kalau mobil kita itu udah penuh"

"Tenang aja sayang, barang - barang di mobil kan bisa kita rapihin. Pasti nanti muat" rengeknya "lagipula hari ini benar - benar banyak ikan, sayang. Dan besar - besar"

Sinta mengalah pada suaminya. Ia tidak tega meninggalkan hasil pancingan selama seharian itu. Ia dan suaminya kembali ke mobil dan membereskan ulang barang - barang agar 2 boks besar ikan bisa muat dalan mobil sedan sedang yang mereka kendarai ke pantai hari itu. Hari mulai gelap dan kenyataannya hanya tersisa tempat duduk untuk satu orang di belakang, bangku depan di isi banyak barang seperti boks ikan dan beberapa peralatan piknik, bagasi belakang penuh dengan peralatan seperti payung, kursi pantai, handuk, dan pakaian kotor.

"Nah, sekarang gimana ? Cuma sisa satu tempat Kris" keluh Sinta pada suaminya. Jaka sama bingungnya

"Gimana kalo gini, kamu duduk di pangku sama si Jake" Kris tetap memaksakan agar hasil tangkapannya hari itu bisa dibawa pulang.

Sinta agak bingung dengan permintaan suaminya itu. Walaupun Jaka anaknya, tapi itu agak canggung mengingat Jaka sudah berumur 18 tahun. Dan terlebih lagi perjalanan pulang akan makan waktu dua jam. Itu bisa saja membuatnya keram.

"Ayolah, ini kan cuma dua jam perjalanan sayang" rengeknya. "Dan Jaka gak keberatan kan ya Nak ?"

"Iya Pa, gak masalah kok" Jaka masuk kedalam mobil tak acuh

Sinta walau bagaimana pun tak tega merusak kesenangan suaminya tentang hasil tangkapannya hari itu. Ia setuju saja.

"Mama gak berat kan Jak" Sinta sudah duduk di pangkuan Jaka.

"Oke semua, kita berangkat" hanya suara suami nya saja yang terdengar. Dari bangku belakang akses pandangan ke bangku depang betul betul tertutup denga banyak barang - barang terlebih boks ikan yang besar itu.

Perjalanan sebelum masuk tol betul - betul parah. Mobil berguncang - guncang karenanya. Membuat badan Sinta ikut berguncang. Jaka menjadi sangat diam. Wajahnya sulit dikontrol. Penisnya perlahan menegang karena gesekan bokong Mamanya. Sinta merasakannya juga. Tubuhnya sudah merangsang anaknya. Sebagai ibu berusia 40 tahun. Ia masih terlihat menggoda. Kulitnya masih kencang dan tetek 36B yang ia banggakan belum kendur, lebih lagi bokongnya benar - benar masih kenyal. Wajahnya juga tidak terlihat menua. Suaminya bahkan selalu minta jatah tiap hari. Ia seringkali menggodanya dengan mengatakan wajahnya mirip sandra dewi namun dengan tetek besar dan tubuh sekal. Kini bokongnya yag sekal sedang menggoda penis anaknya. Sinta sedikit merasa risih karenanya. Tapi sedikit bangga juga, karena ibu - ibu sepertinya masih bisa menggoda berondong seperti anaknya. Sinta hanya memakai hot pants dan tank top putih sedangkan Jaka hanya memakai celana pantai pendek dan tipis. Membuat penisnya begitu dirasakan oleh Sinta. Kini penis Jaka benar - benar tegang, Sinta bisa merasakan batang penis Jaka mulai menggesek permukaan memeknya yang di lapisi hot pants berbahan legging. Ia mulai terangsang juga rupanya. Suasana di bangku belakang makin panas dengan mobil yang terus bergoyang karena jalan berlubang. Sinta melirik ke arah Jaka, pemuda 18 tahun berwajah polos dengan tubuh proporsional sedang menghindari menatap punggungnya. Kepalanya menghadap kejendela dan tangannya terkulai saja di kedua sisi. Matanya terlihat sekali tidak fokus ke arah pemandangan di jendela.

"Jak, tanganmu pasti pegel kalo begitu. Taruh tanganmu begini aja" Sinta yang sudah terangsang mencoba menggoda Jaka. Ia meraih kedua tangan Jaka dan meletekannya di paha mulusnya. Ia mengigit bibir bawahnya. Sentuhan Jaka di pahanya tambah membuatnya terangsang. Jaka juga sudah terangsang berat namun ia masih takut. Ia tidak mengerti kode yang di berikan Mamanya. Tapi setiap kali mobil bergoyang tangannya mengambil kesempatan mengelus pelan pangkal paha Mamanya. Membuat Sinta bergetar. Ia melihat ekspresi mamanya saat ia mengelus pahanya. Mamanya tidak menolak. Jaka menyadari mamanya juga sudah terangsang. Ia tak tahan lagi. Jaka menarik satu tangannya dari paha mamanya dan merogoh penisnya kemudia menariknya keluar dari celanya. Kini penisnya terbuka.

"Jak.." bisik Sinta pura - pura terkejut
"Aku gak tahan mah" Jaka menari sedikit hot pants Mamanya dari belakang dan menyelipkan penisnya di antara belahan bokong kenyal. Rasanya hangat. Tangannya memeluk perut dan satunya lagi mulai merogoh memek Mamanya yang berbulu halus karena sering di cukur.

Sinta menoleh ke arah Jaka. Tatapan mereka bertemu. Dan nafsu membuat mereka mereka berciuman panas. Ditengah ciuman panas itu

"Apa kalian tidur" Suara suaminya mengagetkan mereka. "Aku matikan lampunya agar kalian lebih nyenyak" sambungnya. Tak lama lampunya mati. Diantar gelapa Jaka dan mamanya bergumul. Ciuman mereka makin panas sementara pinggul Sinta bergerak maju mundur dan memutar. Bokongnya mengocok penis Jaka yang terselip.

Jari Jaka kini menemukan klitoris Sinta. Membuatnya hampir mengerang dan melepas ciumannya. Matanya terpejam sambil menggigit bibir bawahnya. Jaka makin nakal saja. Kini tangan satunya lagi merogoh tetek Mamanya. Memelintir pentil hitamnya. Hingga membuat pentilnya mengeras. Tubuhnya mengejang kenikmatan. Jaka menciumi dan menjilati leher wanita yang sedang dipangkunya, Sinta, Mamanya sendiri. Memek sinta mulai basah. Mobil berhenti di pintu tol. Sinta memanfaatkannya untuk membuka celana dan memutar badannya ke arah Jaka. Kakinya membuka lebar dan tanganya memegang penis Jaka. Memainkanya. Mengocoknya dengan ludah sebagai pelumas. Jaka menahan erangannya

"Kamu liat situasi. Jangan sampe papamu tengok ke belakang" bisiknya pada Jaka

"Iya Mah"

Sinta langsung melumat bibir anaknya. Rambutnya yang hitam panjang menutupi muka Jaka. Sementara pinggulnya terus bergoyang. Penis jaka di kocok dengan belahan bokong kenyal. Dengan posisi ini jaka hanya bisa meremas remas bokong Mamanya. Pinggul sinta terus bergoyang sambil memberi ciuma erotis pada Jaka sesekali. Kuat juga jaka pikirnya. Sudah 30 menit di beri lap dance belum keluar juga.

"Mah, masukin dong" Rengek jaka dengan berbisik
"Sst. Enggak. Gak boleh" Sinta tidak mau anaknya memasukkan penis kedalam memeknya. Ia tak mau jika nanti sampai kelepasan didalam. Terlalu beresiko pikirnya

Jaka pasrah saja. Pinggul Sinta tak berhenti menggoyang penis Jaka. Jaka sibuk meremas dan menghisap pentil teteknya. Perjalanan sudah hampir sampai. Sinta mempercepat goyangannya membuat Jaka ingin keluar. Ia meremas bokong mamanya dan memaju mundurkannya. Sinta tau betul anaknya akan segera klimaks. Ia memeluk anaknya dan pinggulnya makin cepat bergoyang. Jaka memluk erat Mamanya....
"Crot!!!" Cairan sperma membasahin selangkangab Sinta

"Enak Ma" bisik Jaka

"Duh berantakan deh jadinya nih" Sinta memakai hot pantsnya lagi. "HUAAAH....." ia pura pura menguap "Sayang bisa minta tisu basah di dashboard"

"Oh kamu udah bangun. Si jaka masih tidur ya" sambil mengulurkan se pack tisu basah ke belakang tanpa bisa menoleh karna bok besar

"Iya tuh"

Jaka menahan suaranya. Ia jadi was - was.
"Tenang aja" bisik mamanya sambil mengelap kekacauan yang sudah terjadi.
Jaka kembali memakai celananya dan sepanjang sisa perjalanan meremas remas tetek mamanya dengan penis ya masih tegang.

"Aku mau lagi dong Ma. Tapi Memek Mama".....

-End
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar