Cerita Eksibisionis Fenny : Penderitaan Fenny | Chapter 4 : Panasnya Jembatan Penyeberangan

Hari itu tak seperti biasanya Erick tidak menjemput Fenny di sekolahnya melainkan hanya memberi alamat dan menyuruh Fenny untuk pergi ke tempat itu sendiri. Meski Fenny sangat takut dengan apa yang Erick rencanakan Fenny tidak memiliki pilihan lain dan dengan terpaksa Fenny menyetop taksi untuk menuju tempat yang dimaksud.

Tempat yang harus dikunjungi Fenny adalah sebuah rumah makan di suatu kawasan pertokoan padat yang di kedua sisi jalannya penuh dengan pedagang kaki lima. Tidak perlu waktu lama untuk Fenny menemukan Erick di rumah makan yang dimaksud.

“Selama ini gua udah nurutin semua perintah lu... please... gua mohon jangan rendahin gua lebih jauh... please... please...” mohon Fenny dengan suara pelan yang sangat takut dengan pertemuannya saat itu yang di luar kebiasaan.

“Lu jadi orang curigaan amat sih... gua nyuruh lu ke sini cuma karna gua gak bisa jemput lu...” ujar Erick sambil meneruskan menyantap makanannya.

“Tenang aja... gua gak ada rencana ngebagi memek lu ma orang-orang di sini hehehe...” sambung Erick sambil melecehkan Fenny.

“Ayo... gua yakin lu dah gak sabar pengen ngerasain kontol di memek lu kan hehehe...” ujar Erick sambil berdiri dan mulai berjalan keluar.

“Mobil gua diparkir gak jauh dari sini... ikutin aja gua...” sambung Erick lagi.

Fenny lalu mengikuti Erick berjalan menembus keramaian sore hari kawasan pertokoan itu.

“Mobil gua ada di seberang jalan...” ujar Erick sambil mulai menaiki tangga jembatan penyeberangan.

[​IMG]
jembatan penyeberangan yang kedua sisinya tertutup reklame

Jembatan penyeberangan di kawasan pertokoan itu kedua sisinya dari ujung ke ujung tertutup reklame besar yang membuat jembatan penyeberangan itu seperti lorong panjang yang gelap meski pun masih siang hari. Karena jalanan yang tanpa pembatas jalan dan selalu macet semua orang di kawasan pertokoan itu tidak ada yang pernah menggunakan jembatan penyeberangan yang ada di situ. Lama-kelamaan jembatan penyeberangan di kawasan pertokoan itu menjadi tempat nongkrong dan istirahat para anak jalanan di kawasan itu.

Fenny yang tidak mengetahui apa-apa tentang jembatan penyeberangan di kawasan pertokoan itu terus mengikuti Erick menaiki tangga jembatan penyeberangan. Di jembatan penyeberangan itu Fenny harus berjalan zig-zag menghindari beberapa anak jalanan yang sedang tidur di lantai jembatan.

“Ini bang lonte yang katanya bebas kita entot hehehe...” ujar seorang laki-laki di belakang Fenny yang mengejutkannya dan membuat Fenny berbalik ke arah suara itu berasal.

Sekarang di hadapan Fenny berdiri dua orang laki-laki dengan kulit gelap terbakar matahari yang bertampang kampung. Dua orang laki-laki itu juga memakai baju yang sangat lusuh dan kotor seperti sudah lama tidak pernah dicuci. Sekarang posisi Fenny hanya berjarak sekitar 1 meter dan di posisi itu Fenny sudah bisa mencium bau tidak sedap badan mereka. Fenny yang tidak suka dan jijik dengan apa yang dia lihat melangkah mundur namun terhenti karena salah satu laki-laki itu tiba-tiba menangkap tangan kirinya.

“Please... please... jangan lagi... ampun... jangan kayak gini...” Fenny menatap dan memohon ke Erick sambil mencoba melepas cengkeraman tangan laki-laki itu di tangan kirinya yang hanya dibalas Erick dengan senyuman puas.

Yang sekarang berdiri di depan Erick dan Fenny adalah Jaja dan Daus yang masing-masing berumur 24 dan 22 tahun. Jaja dan Daus sudah hidup di jalanan bertahun-tahun dan sekarang di antara anak-anak jalanan, pengemis dan pengamen di daerah itu merekalah yang berkuasa. Beberapa hari sebelumnya Erick dan Toni sudah memberi tahu Jaja dan Daus soal rencana mereka hari itu.

“Waktu dibilang hari ini ada lonte yang bisa dientot gratis gua pikir lonte emak-emak yang udah gak laku lagi... gak ngira gua kalo lontenya amoy ABG kayak gini hehehe...” ujar Jaja yang terus mencengkeram tangan Fenny.

“Iya nih... mulus bersih lagi... biasanya gua cuma ngeliat amoy kayak gini di mobil yang lewat doang hehehe...” ujar Daus yang ikut menangkap tangan kanan Fenny untuk kemudian dia elus-elus.

“Gak pernah ngimpi gua bisa ngentot memek amoy ABG kayak gini... cantik banget ni amoy...” sambung Daus yang mencoba mengelus pipi Fenny tapi gagal karena Fenny menghindar.

Karena Fenny adalah orang yang serius dalam hal kebersihan dan sangat benci dengan ketidak rapian dan kotoran tidak jarang dia membersihkan sendiri kamarnya meski sudah ada pembantu untuk itu, karena itu juga Fenny sering sekali berganti pakaiannya hanya karena sedikit keringat. Namun karena semua itu sekarang Fenny merasa sangat tersiksa dan jijik karena laki-laki yang sekarang berada di hadapan Fenny jauh lebih kotor dan kumuh meski dibanding dengan para preman yang pernah memperkosa Fenny.

“Gua dah bilang kemaren gua gak mau kamera-kamera gua yang dipasang di sini sampe ada yang ilang... semua itu tanggung jawab lu ok” seru Erick ke Jaja dan Daus.

“Tenang bos... dikasi lonte amoy kayak gini cuma jagain kamera ma bikin video doang si gampang...” jawab Jaja tanpa melepas pandangannya dari Fenny yang masih terus berontak berusaha melepaskan dirinya.

“Sip kalo gitu... sekarang jam lima... gua balik lagi jemput ni lonte jam dua belas jam satuan ok” ujar Erick sambil tersenyum ke arah Fenny.

“Nggak... nggak... please jangan tinggalin gua di sini... please... please gua mohon... ini tempat umum...” Fenny terus memohon belas kasihan Erick tanpa hasil.

“Sssttt... jangan keras-keras... justru karna ini tempat umum lu gak mau kan lebih banyak orang naek ke sini hehehe...” ujar Erick.

“Ya udah... gua balik dulu sekarang ok hehehe...” sambung Erick sambil berbalik dan melangkahkan kakinya menjauh.

“Udah moy... tenang aja nape... gua janji bakal ngasi enak hehehe...” ujar Jaja yang tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya.

“Us pegangin tangannya...” sambung Jaja yang diikuti oleh Daus dengan mengunci kedua tangan Fenny di punggungnya.

Sekarang Fenny berdiri dengan kedua tangannya dipegangi oleh Daus yang berada di belakang Fenny dan berhadapan langsung dengan Jaja. Tanpa Fenny sadari anak-anak jalanan lain yang tadinya tersebar di jembatan penyeberangan itu sudah berkumpul di sekitar mereka.

“Cantik... mulus... bingung gua mo mulai dari mana...” ujar Jaja.

“Ah buka aja dulu bajunya tul gak hehehe...” sambung Jaja sambil tangannya meraih kancing teratas dari kemeja seragam Fenny dan melepasnya.

“Please jangan diterusin... please... kasianin gua... gimana kalo ini semua kejadian ma keluarga lu... temen lu...” Fenny terus memohon berusaha meraih rasa kasihan dari Jaja dan Daus.

“Jangankan keluarga... kalo ada apa-apa ma kita emang ada yang peduli?? Emang lu peduli?” ujar Jaja yang kini meraih kancing kedua dan melepaskannya.

Tanpa bisa Fenny cegah satu-persatu kancing kemejanya dibuka oleh Jaja dan akhirnya Fenny berdiri di situ dengan kemeja seragam yang kancingnya telah terbuka semua. Tak cukup sampai di situ Jaja pun membuka kemeja Fenny ke belakang yang kemudian tersangkut di tangan Fenny yang masih dipegangi dengan erat oleh Daus.

“Dari tadi lu kayaknya jijik ya deket kita-kita??” tanya Daus.

“Iya tuh... lu bisa ada di sini gua yakin lu dah gak perawan lagi... gua juga yakin lu dah dientot ma banyak kontol...” ujar Jaja menatap tajam mata Fenny.

“Lu ngerasa kita gak pantes tuk lu?? Karna kita cuma anak jalanan sama pengemis gitu??” tanya Jaja sambil terus menatap Fenny.

“Bukan gitu... bukan...” jawab Fenny mencoba mencari alasan yang tidak menyinggung orang-orang yang ada di situ.

“Gak bisa jawab kan... kita idup di jalanan gak segoblok itu juga... kita tau kalo lu biasanya mandang rendah kita-kita ini... tuk lu kita kayak sampah bukan!” ujar Jaja menaikkan suaranya yang membuat Fenny terdiam takut.

Jaja kemudian berjongkok di depan Fenny lalu mengelus-elus betis Fenny. Fenny yang masih merasa takut karena bentakan Jaja hanya bisa terdiam. Lama-kelamaan elusan Jaja naik ke atas ke paha Fenny lalu sampai ke pinggang Fenny yang dalam prosesnya membuat rok Fenny terangkat sampai celana dalamnya terlihat jelas menjadi tontonan semua orang di situ.

“Please... jangan...” mohon Fenny lagi dengan suara pelan.

“Lu boleh nganggap kita orang hina... gak papa... tapi bentar lagi kita bakal bikin lu lebih hina daripada lonte pinggir jalan...” ujar Jaja sambil mendekatkan mukanya ke muka Fenny lalu mencium bibirnya dengan sangat bernafsu.

Selagi Jaja mencium Fenny Daus menarik lepas kemeja Fenny kemudian dia juga menarik turun celana dalam Fenny. Fenny yang perhatiannya terfokus ke Jaja yang sedang menciumnya mencoba meraih celana dalamnya namun terlambat.

“Kalo lu pikir kita orang hina lu pikir siapa yang mau pake memek bekas pengamen ma pengemis hehehe...” bisik Jaja setelah dia puas mencium bibir Fenny.

Tiba-tiba Daus membalikkan tubuh Fenny lalu Daus langsung memeluk sekaligus mencium bibir Fenny dengan sangat bernafsu sambil bergantian meraba vagina dan payudara Fenny. Jaja yang sekarang berada di belakang Fenny membuka kaitan bra Fenny lalu menyibukkan dirinya dengan menjilati tengkuk dan punggung mulus Fenny. Daus yang menyadari bra Fenny sudah tidak terkait lagi langsung menarik lepas bra itu lalu menciumi dan menghisap puting Fenny.

Melihat langsung adegan panas seperti itu para anak jalanan yang paling depan mulai ikut meraba dan mengelus kaki Fenny. Salah seorang anak jalanan sedikit mengangkat kaki Fenny dan meloloskan celana dalamnya yang kemudian dia gunakan untuk mengocok penisnya.

“Heh jangan ikut-ikutan dulu! Kalo dah slese baru lu pade... lu sekarang bawa tu kardus ke sini!” seru Jaja ke anak jalanan yang sedang mengelus-elus kaki Fenny.

Anak jalanan tersebut beserta satu anak jalanan lainnya langsung mengambil kardus yang dimaksud oleh Jaja dan membeberkannya di dekat Fenny.

“Sambil tiduran bro... gua mo ngerasain memek ni lonte...” ujar Jaja.

“Jangan... aaahhh... gak mau... kotor... ooogh...” ucap Fenny yang terbiasa bersih.

“Gak usah banyak bacot... lonte hina kayak lu emang cocoknya dientot di atas kardus kotor hehehe...” ujar Jaja melecehkan Fenny.

Fenny yang sekarang hanya memakai rok yang sudah tergulung di pinggangnya ditidurkan oleh Jaja dan Daus di atas kardus kotor. Dengan terpaksa kulit putih mulus Fenny harus bersentuhan dengan kardus kotor yang bau apek. Fenny yang masih tidak rela tubuhnya dijamah oleh golongan rendah seperti Jaja dan Daus masih terus melawan dengan sia-sia karena kalah tenaga. Fenny hanya bisa mencoba bergantian mendorong Jaja dan Daus.

Setelah Fenny dalam posisi telentang di atas kardus Daus melanjutkan aksinya di payudara Fenny dengan menghisap puting Fenny bergantian selagi tangannya meremas dan mencubit ringan puting Fenny. Jaja pun tak ketinggalan mengangkat dan merentangkan kaki Fenny sehingga vagina Fenny terbuka bebas lalu menjilati dan menghisap vagina Fenny.

Melihat itu semua anak-anak jalanan yang ada di situ kembali mendekati Fenny untuk menonton dari jarak yang sedekat mungkin. Mereka sekarang hanya menonton tanpa berani ikut menyentuh Fenny.

“Ni lonte masih sempit bro...” ujar Jaja yang sekarang memakai jarinya untuk mengorek-ngorek vagina Fenny.

“Toketnya juga mantep nih... kenceng... kenyal...”ujar Daus sambil sesekali menampar ringan payudara Fenny hanya untuk melihat payudara Fenny berguncang.

Mendapat rangsangan sedemikian rupa gairah Fenny meski terpaksa akhirnya naik juga dan rontaan Fenny makin lama makin lemah dan tanpa Fenny sadari berubah menjadi geliat seksi.

“Namanya lonte bentar aja memeknya dah banjir gini hehehe...” ejek Jaja yang terus mengorek dan memompa vagina Fenny dengan dua jarinya sambil mulutnya terus menyedot cairan vagina Fenny.

Makin lama korekan dan pompaan jari Jaja di vagina Fenny makin cepat temponya yang membuat Fenny yang makin dekat ke orgasmenya makin gelisah dan otot-otot tubuhnya pun mulai menegang. Tahu Fenny sudah dekat dengan orgasmenya Jaja menambah rangsangan untuk Fenny dengan memasukkan dua jarinya ke anus Fenny dan langsung memompanya dengan cepat.

“Aaahhh... please... aaaaaaghh... cukup... ooogh... aaaaaaghh...” erang Fenny yang akhirnya mendapat orgasme pertamanya hari itu.

Dengan Daus masih berada di atas Fenny menikmati payudaranya Fenny mengalami orgasme yang membuat tubuhnya melenting dan kakinya menegang yang membuat punggung dan pantatnya terangkat tinggi. Tak pernah sekali pun dalam hidupnya Fenny membayangkan kalau dia bisa mendapat orgasmenya di tempat umum seperti jembatan penyeberangan yang kotor di atas kemacetan lalu lintas Jakarta dengan para pengamen dan pengemis jalanan. Selagi tubuh Fenny masih bergetar mengalami orgasmenya Jaja melepas celananya lalu mengangkangi muka Fenny lalu dengan seenaknya duduk tepat di atas payudara Fenny.

“Isep kontol gua... jadi lonte jangan males...” seru Jaja sambil memegang kepala Fenny dan menjejalkan penisnya yang sudah ereksi penuh ke mulut Fenny yang terbuka masih terengah-engah setelah orgasmenya.

“Bener lu bilang... ni lonte memeknya mantep hehehe...” ujar Daus yang sekarang menjilati vagina Fenny.

Selama sekitar sepuluh menit Jaja menduduki payudara Fenny dan dengan paksa memaju-mundurkan kepala Fenny dengan penisnya berada di mulut Fenny. Tangan Fenny hanya bisa meremas paha Jaja tanpa bisa melawan. Tanpa peduli dengan Fenny yang beberapa kali tersedak oleh penisnya, Jaja terus memompa penisnya di mulut Fenny. Tidak cukup hanya tersiksa oleh Jaja Fenny masih direpotkan oleh Daus yang menjilati dan menghisap vagina Fenny.

“Gak tahan gua... gua mo colok memek ni lonte sekarang bro...” ujar Jaja sambil berdiri.

Fenny yang sudah terkulai lemas badannya sedikit diangkat oleh Daus sehingga kepalanya menjuntai terbalik lalu dengan tiba-tiba menjejalkan penisnya. Dengan posisi ini selagi Daus memompa penisnya di mulut Fenny, skrotum Daus yang berada tepat di depan muka Fenny menampar-nampar muka Fenny seiring sodokan penis Daus. Tidak cukup dengan itu sekarang Jaja sudah ada di depan vagina Fenny melebarkan kakinya dan menggesek-gesekkan penisnya ke mulut vagina Fenny.

“Ooogh... anjing memek amoy... gua entot memek lu...” erang Jaja sambil memasukkan seluruh penisnya dengan sekali sentak yang membuat badan Fenny terdorong ke arah Daus yang membuat Fenny tersedak penis Daus.

“Uhuuk… uhuuk… please... ampun... uhuuk… uhuuk…” mohon Fenny sambil terbatuk-batuk dan dijawab oleh Daus yang kembali memasukkan penisnya ke mulut Fenny.

Di atas kardus kotor itu tubuh Fenny terguncang-guncang dengan hebat karena Jaja dan Daus hanya mengejar kenikmatannya masing-masing tanpa peduli dengan Fenny yang hanya bisa menggapai-gapaikan tangannya mencoba sedikit menahan dorongan penis Jaja dan Daus.

“Gua pengen coba memeknya juga bro...” ujar Daus sambil terus memompa penisnya di mulut Fenny.

“Ok... lu tiduran gih...” jawab Jaja sambil mencabut penisnya dari vagina Fenny dan mengangkat tubuh Fenny yang sudah lemas.

Setelah Daus berbaring di atas kardus itu Jaja memosisikan tubuh Fenny berhadapan dengan Daus tepat di atas penisnya.

“Masukin tu kontol ke memek lu!” seru Jaja namun Fenny yang sudah lunglai tidak menggerakkan tangannya.

“Masukin kontol gua ke memek lonte lu!” seru Daus sambil meraih puting Fenny dan mencubit keras puting Fenny.

“Aaaaaaghh... sakit... sakit...” rintih Fenny sambil memegang tangan Daus.

“Masukin kontol gua ke memek lu!” seru Daus lagi yang kali ini mengayunkan tangannya menampar keras payudara Fenny.

“Aaaaaaghh... sakit... ampun...” rintih Fenny yang kali ini dengan pelan tangannya meraih penis Daus dan menempelkannya di bibir vaginanya yang disambut oleh Jaja dengan menekan tubuh Fenny ke bawah sehingga penis Daus masuk seluruhnya sekaligus.

“Ini baru kontol kedua yang pake memek lonte lu... lu gak usah takut karna di sini masih banyak kontol yang bakal make memek lu hehehe...” ujar Daus sambil mulai memompa penisnya di vagina Fenny.

Tanpa membuang waktu Jaja mendorong tubuh Fenny sehingga Fenny tengkurap di atas Daus lalu menggesek-gesekan kepala penisnya di mulut anus Fenny.

“Aaahhh... please... aaaaaaghh... jangan berdua... ooogh...” mohon Fenny yang sadar apa yang akan Jaja lakukan dengan sia-sia.

“Ooogh... anjing sempit juga pantat lu...” erang Jaja sambil perlahan tapi pasti memasukkan penisnya ke anus Fenny sampai penisnya masuk seluruhnya.

Jaja lalu memegang kedua lengan atas Fenny dan menjadikannya sebagai pegangan selagi Jaja memompa penisnya di anus Fenny. Posisi itu membuat tubuh Fenny membusung dan payudaranya berguncang-guncang bebas selagi vagina dan anusnya digenjot kasar oleh Jaja dan Daus.

Daus yang berada di bawah Fenny tidak menyia-nyiakan posisi itu dengan meremas-remas payudara Fenny dan memilin-milin putingnya. Daus juga sesekali menyiksa payudara Fenny dengan tamparan di payudara Fenny dan cubitan keras di putingnya. Tahu kalau Fenny tidak bisa menurunkan tubuhnya karena lengan atasnya dipegangi oleh Jaja, Daus pun kadang menjepit puting Fenny dengan keras dan bergantian menariknya sejauh mungkin ke segala arah seakan ingin mengetes elastisitas payudara Fenny.

“Aaahhh... sakit... aaaaaaghh... perih... ooogh...” keluh Fenny merasa sakit di payudaranya karena siksaan Daus.

“Liat tuh ke bawah...” seru Daus sambil memegang kepala Fenny dan mengarahkannya supaya melihat ke arah jalan raya melalui celah antara lantai jembatan penyeberangan dengan reklame samping jembatan.

“Cuma lonte murahan kayak lu yang mau dientot di tempat kayak gini hehehe...” sambung Daus melecehkan Fenny.

Dari celah itu Fenny bisa melihat dunia normal di mana mayoritas orang sedang berlomba-lomba untuk pulang ke rumahnya melalui kemacetan sore kota Jakarta, dunia normal di mana Fenny tidak lagi menjadi bagian dari itu semua. Sekarang Fenny ada di sisi lain di mana Fenny tak lebih dari pemuas nafsu birahi pengamen dan pengemis yang lebih rendah dari pelacur sekali pun.

“Aaahhh... nggak... aaahhh... bukan... aaahhh... dipaksa... ooogh... gua bukan lonte... ooogh...” rintih Fenny yang masih belum menerima nasibnya.

“Bukan lonte dari mana... memek ma pantat lu lagi dikontolin emangnya gak kerasa...” ujar Jaja sambil terus menggenjot kasar penisnya di pantat Fenny.

Setelah sekitar lima belas menit vagina dan anus Fenny diperkosa oleh Jaja dan Daus akhirnya Jaja menunjukkan tanda-tanda akan berejakulasi. Jaja mempererat cengkeramannya di lengan atas Fenny dan menggenjot anus Fenny sekeras dan secepat yang dia bisa.

“Ooogh... anjing... aaaaaaghh...” erang Jaja berejakulasi di anus Fenny sambil menarik lengan Fenny dan memasukkan penisnya dalam-dalam.

Jaja menyentak-nyentakkan penisnya di anus Fenny memastikan bahwa dia telah mengeluarkan seluruh spermanya. Setelah merasa puas Jaja melepas cengkeramannya di lengan Fenny yang membuat tubuh Fenny ambruk di atas tubuh Daus dan mencabut penisnya dari anus Fenny.

“Aaahhh...” rintih Fenny yang merasakan penis di anusnya tiba-tiba ditarik lepas.

Setelah Jaja mencabut penisnya dari anus Fenny Daus menyuruh Fenny berdiri lalu membungkuk berpegangan ke pagar jembatan penyeberangan. Dengan posisi itu Daus kembali memasukkan penisnya ke vagina Fenny dan memanfaatkan rok Fenny yang tergulung di pinggangnya untuk pegangan selagi menggenjot vagina Fenny.

“Memek lu sampe banjir kayak gini lu suka ma kontol gua ato lu suka dientot di tempat umum kayak gini? Ato suka ma dua-duanya? Dasar lonte hehehe...” ujar Daus melecehkan Fenny sambil salah satu tangannya menjambak rambut Fenny supaya mukanya tidak menunduk.

“Aaahhh... nggak... aaahhh... kalian maksa... aaahhh... nggak... ooogh...” rintih Fenny dengan badan yang terguncang-guncang karena genjotan kasar penis Daus di vaginanya.

“Dasar lonte... banyak alasan... kayaknya lu butuh lebih banyak kontol di memek lu biar nyadar hehehe...” ujar Daus yang mempercepat genjotan penisnya di vagina Fenny.

Dengan posisi itu Daus terus menggenjot penisnya di vagina Fenny sambil sesekali meraba dan menciumi leher dan punggung mulus Fenny. Setelah sekitar 10 menit Daus yang merasa akan segera berejakulasi mempercepat genjotan penisnya di vagina Fenny yang membuat tubuh Fenny makin terguncang-guncang.

“Jangan di dalem... ooogh... jangan... aaahhh... gua mohon... ooogh...” mohon Fenny yang tahu kalau Daus akan segera berejakulasi tanpa hasil.

“Ooogh... bangsat... ooogh... gua hamilin lu... aaaaaaghh...” erang Daus menekan penisnya sedalam mungkin dan berejakulasi langsung di mulut rahim Fenny.

“Aaahhh... aaaaaaghh...” erang Fenny yang tiba-tiba mendapat orgasmenya begitu merasakan hangatnya sperma Daus di vaginanya.

Karena orgasmenya punggung Fenny melenting dan kakinya pun gemetaran tanpa bisa Fenny kontrol. Orgasme Fenny juga membuat otot vaginanya kedutan seakan ingin memeras penis Daus sampai tetes sperma terakhir.

“Lu bilang nggak nggak tapi badan lu bilang iya hehehe...” ujar Daus mengejek Fenny yang masih mengalami gelombang orgasmenya sambil memutar-mutar pinggulnya mengaduk vagina Fenny dengan penisnya.

“Dah jadi lonte gratisan masih sok jual mahal hehehe...” sambung Daus terus melecehkan Fenny.

Setelah merasa cukup puas akhirnya Daus mencabut penisnya dari vagina Fenny dan melepas pegangannya di pinggang Fenny yang membuat Fenny tersungkur bersandar di pagar jembatan penyeberangan itu. Daus lalu memegang salah satu pergelangan kaki Fenny untuk mengangkatnya tinggi-tinggi, Daus bisa melihat dengan jelas sperma mengalir ke luar dari vagina dan anus Fenny.

“Memek sama pantat lu penuh peju kayak gitu lu pikir sape sekarang yang lebih hina hehehe...” ujar Daus terus melecehkan Fenny.

Fenny yang masih didera gelombang orgasmenya terbaring menyamping karena salah satu kakinya masih diangkat tinggi oleh Daus. Di posisi ini vagina dan anus Fenny yang terlihat berdenyut-denyut setelah baru saja diperkosa oleh Daus dan Jaja terpampang bebas menjadi tontonan semua orang di situ.

“Hajar ni lonte... terserah kalian mo diapain hehehe...” seru Daus ke semua orang di situ sambil melepas cengkeraman tangannya di pergelangan kaki Fenny.

Setelah mendapat lampu hijau dari Daus semua orang di situ langsung merangsek ke arah Fenny untuk kemudian meraba, meremas, menjilat dan mencium seluruh bagian tubuh Fenny yang berada di hadapan mereka. Tanpa bisa Fenny cegah vaginanya langsung dikorek-korek oleh salah satu anak jalanan dan anusnya pun mendapat perlakuan yang sama dari anak jalanan yang berbeda. Sementara perut mulus Fenny dijilat-jilat oleh salah satu anak jalanan, kedua payudara Fenny juga dijilat-jilat dan putingnya disedot-sedot oleh dua anak jalanan yang berbeda. Kedua tangan dan kakinya pun tidak ketinggalan diciumi oleh beberapa orang anak jalanan. Dua anak jalanan lainnya yang Fenny perkirakan usianya 1-2 tahun lebih muda dari dirinya bergantian menciumi leher dan bibirnya dengan penuh nafsu.

“Stop... mpphh... stompphh... satu-satu... mpphh... please... mpphh... please mpphh...” mohon Fenny terputus-putus karena bibirnya bergantian diciumi oleh para anak jalanan.

“Hajar terus... jangan kasih ampun lontenya hehehe...” seru Daus yang menikmati melihat Fenny kewalahan dikerubuti oleh banyak anak jalanan sekaligus.

“Pake semua lobang tu lonte... bikin tu lonte jerit-jerit keenakan... kapan lagi kalian dapet lonte amoy kayak gini hehehe...” sambung Daus lagi menyemangati anak-anak jalanan yang ada di situ.

“Nyicip memeknya ya ci...” ujar salah satu anak jalanan yang kemudian melesakkan penisnya ke dalam vagina Fenny.

“Lu maen sendiri aja... gini biar bisa barengan...” ujar Jaja yang menyingkirkan anak-anak jalanan yang mengerubuti Fenny kemudian memosisikan Fenny di posisi WOT.

“Kontol kalian tu kontol anak SMP... lonte kayak gini gak akan puas kalo cuma satu doang hehehe...” sambung Jaja lagi yang sekarang mendorong tubuh Fenny sampai Fenny berada di posisi tengkurap di atas anak jalanan yang sedang menggenjot penisnya di vagina Fenny.

“Ayo... sape yang mo coba memek lonte amoy... kalo kontolnya kayak kontol kalian ni lonte biar puas butuh dua kontol di memeknya hehehe...” sambung Jaja lagi sambil meremas pantat Fenny menggunakan kedua tangannya memamerkan vagina dan anus Fenny.

“Aaahhh... nggak mungkin... ooogh... jangan... ooogh... nggak cukup... ooogh... please... ooogh...” mohon Fenny yang sadar apa yang Jaja coba lakukan.

Fenny yang sangat takut dengan apa yang akan terjadi mencoba bangun namun Jaja mencegahnya dengan menduduki punggung Fenny yang membuat posisi Fenny terkunci.

“Aaahhh... please... ooogh... ampun... ooogh... nggak akan cukup... ooogh... please... ooogh...” mohon Fenny terus-menerus tanpa dipedulikan oleh Jaja.

Salah satu anak jalanan kemudian maju mendekati Fenny kemudian mendekatkan penisnya ke vagina Fenny yang sekarang masih digenjot oleh penis anak jalanan yang terbaring di bawah tubuh Fenny.

“Ooogh... please please... ooogh... jangan... ooogh... pantat gua... ooogh... masukin ke pantat gua... ooogh... please... please...” mohon Fenny putus asa yang bisa merasakan penis anak jalanan yang berada di belakangnya mendorong-dorong penisnya ke vaginanya yang masih berisi penis anak jalanan yang berada di bawahnya.

“Pantat lu? Lu lonte yang lebih suka ngentot pake pantat ya hehehe...” tanya Jaja mencoba melecehkan Fenny.

“Ooogh... iya gua suka ngentot di pantat... ooogh... jadi please... ooogh... masukin aja di pantat gua...” ucap Fenny yang sekarang bersedia merendahkan dirinya demi menghindari vaginanya dimasuki oleh dua penis anak jalanan.

“Teken terus... ayo... terus...” ujar Jaja yang meremas sambil merenggangkan pantat Fenny dan kembali menyemangati anak jalanan yang berusaha memasukkan penisnya ke dalam vagina Fenny.

“Ooogh... please gua lebih suka di pantaaaaaaghh...” erang Fenny sambil melentingkan punggungnya merasakan kepala penis anak jalanan yang berada di belakangnya akhirnya berhasil masuk ke vaginanya.

Meski ukuran penis anak-anak jalanan itu tidak sebesar penis-penis yang pernah masuk ke vagina Fenny namun dua batang penis anak jalanan itu cukup untuk membuat vagina Fenny membuka lebih lebar dari sebelumnya. Merasakan penis kedua yang perlahan tapi pasti masuk ke vaginanya membuat seluruh otot di tubuh Fenny mengejang.

“Ooogh... aaaaaaghh...” erang Fenny sewaktu kedua penis yang berada di vaginanya mulai dipompa keluar-masuk bergantian.

“Lu pade liat nih... ini muka lonte amoy yang lagi keenakan memeknya digenjot ma dua kontol hehehe...” ujar Jaja yang sekarang berada di depan Fenny sambil menjambak rambut Fenny memamerkan muka Fenny ke anak-anak jalanan yang sedang menonton.

Fenny yang vaginanya dipaksa harus membuka lebih lebar daripada sebelum-sebelumnya merasakan ngilu bercampur perih di vaginanya. Meski Fenny lebih tua 1-2 tahun daripada dua anak jalanan yang sedang menggenjot penisnya di vagina Fenny, Fenny yang bertubuh mungil kalah tenaga dan hanya bisa mengerang sambil menggapai-gapaikan tangannya ke belakang mencoba sedikit menahan genjotan penis anak jalanan di vaginanya.

“Ooogh... memeknya sempit ci... ooogh... gak tahan gua...” ujar anak jalanan yang berada di bawah Fenny sambil terus menggenjot penisnya di vagina Fenny.

“Ooogh... iya sempit banget... ooogh... gua juga gak tahan... ooogh... kita pejuin memeknya bareng...” ujar anak jalanan yang berada di belakang Fenny yang juga merasa kalau akan segera berejakulasi.

“Aaahhh... cepet... aaaaaaghh... pelan... ooogh... cepetan keluarin... ooogh... aaaaaaghh... perih...” mohon Fenny yang sekarang hanya ingin kedua anak jalanan yang menggenjot penis di vaginanya cepat selesai tanpa peduli lagi di mana mereka akan menyemprotkan spermanya.

“Ooogh... aaaaaaghh...” erang kedua anak jalanan yang menggenjot penisnya di vagina Fenny berejakulasi hampir bersamaan sambil menyodokkan penisnya sedalam mungkin ke vagina Fenny dan menyemprotkan sperma mereka langsung di mulut rahim Fenny.

Fenny bisa merasakan kedua penis anak jalanan itu disodokkan sangat dalam di vaginanya yang kemudian disusul oleh hangatnya sperma mereka di dalam vaginanya. Meski Fenny merasa sangat ngilu dan perih di vaginanya, tanpa bisa Fenny tahan rasa nikmat ditambah hangatnya sperma yang mengisi vagina Fenny kembali menghantarkan Fenny ke orgasmenya.

Selagi kedua penis anak jalanan itu masih tertanam sangat dalam di vagina Fenny, Fenny mendapat gelombang orgasme yang sangat dahsyat yang membuat punggungnya melenting dan tangan sekaligus kakinya pun gemetaran tak terkontrol. Mulut Fenny menganga lebar tanpa mengeluarkan sedikit pun suara dan membelalakkan matanya tak percaya kalau dia bisa mendapatkan orgasme sehebat itu selagi vaginanya disiksa sedemikian rupa oleh dua anak jalanan kotor yang bahkan namanya tidak Fenny tahu.

“Kalo memek lonte disiram peju gantian bisa jadi yang pertama nyiram yang bikin bunting... kalo disiram pejunya barengan kayak gitu kira-kira peju sape yang menang ya hehehe...” ujar Jaja melecehkan harga diri Fenny yang saat itu vaginanya masih terisi dua penis anak jalanan dan masih gemetaran didera gelombang orgasmenya.

“Sape aja yang bikin ni lonte hamil mudah-mudahan anaknya ntar cewek biar bisa ngelonte kayak ibunya hehehe...” ujar Daus yang ikut melecehkan Fenny.

Setelah merasa puas kedua anak jalanan itu mencabut lepas penis mereka dari vagina Fenny dan meninggalkan Fenny yang sudah lemas terbaring tengkurap di atas dus kotor.

“Wih... abis di hajar dua kontol memek ni lonte gak papa bray... Cuma merah doang tapi lobangnya balik lagi...” ujar Daus sambil memeriksa kondisi vagina Fenny.

“Ni lonte masih ABG kali ya... onderdilnya gak cuma kenceng tapi juga masih elastis...” sambung Daus sambil membalikkan posisi Fenny ke posisi telentang lalu menyangkutkan kaki kiri Fenny ke pundaknya yang membuat posisi Fenny sekarang agak menyamping dan vaginanya terbuka bebas.



Daus yang terkesan dengan keelastisan vagina Fenny kemudian meraih sampah botol plastik bekas kecap yang kebetulan ada di situ karena memang banyak anak jalanan yang juga mengumpulkan plastik bekas lalu memasukkannya ke vagina Fenny yang kemudian Daus tarik kembali untuk mengamati proses vagina Fenny kembali seperti semula. Daus berulang kali melakukan itu yang membuat Fenny sangat tersiksa karena otot vagina Fenny dipaksa meregang dan mengerut berulang kali.

Fenny tidak percaya kalau bagian tubuh paling pribadinya yang seharusnya hanya untuk suaminya kelak diperlakukan selayaknya mainan menggunakan sampah botol plastik kotor. Fenny yang tenaganya sudah habis hanya bisa mengerang dan meneteskan air matanya terpaksa menerima semua pelecehan Daus.

“Hajar ni memek... jangan kasih ampun ni lonte hehehe...” ujar Daus sambil menyodokkan sampah botol plastik secara kasar sampai mentok dan meninggalkannya di vagina Fenny.

[​IMG]

Setelah itu Fenny terus menjadi bulan-bulanan anak-anak jalanan, tubuhnya dioper dari satu anak jalanan ke anak jalanan lainnya tanpa memberi waktu istirahat sedikit pun. Selalu ada penis anak jalanan yang mengisi mulut, vagina atau anus Fenny baik sendirian atau pun bersama-sama. Fenny yang tubuhnya sudah lemas tanpa tenaga berkali-kali harus pingsan untuk kemudian dibangunkan oleh para pemerkosanya dengan siraman air yang sudah dipersiapkan sebelumnya menggunakan botol-botol pet bekas.

Jaja dan Daus yang telah menikmati tubuh Fenny pun beberapa kali menyempatkan diri untuk kembali menikmati tubuh mulus Fenny. Tak terhitung berapa kali mulut, vagina dan vagina Fenny terpaksa harus menerima sperma anak-anak jalanan yang bahkan namanya tidak Fenny ketahui. Tak sedikit pula anak-anak jalanan yang menyemprotkan spermanya di tubuh dan muka Fenny yang membuat tubuh dan muka Fenny lengket berlumuran sperma.

“Kok mulai sepi?? Mana yang laennya?” tanya Jaja ke salah satu anak jalanan di dekatnya.

“Dah jam sebelas gini pade nongkrong di bawah bang... biasa... cari angin... di sini sumpek katanya... bau peju...” jawab anak jalanan itu.

“Wah iya... ngentotin ABG bikin gak inget waktu hehehe...” ujar Jaja sambil tersenyum puas melihat Fenny yang vagina dan anusnya masih digenjot penis anak jalanan.

“Bener juga yang lu bilang... di sini bau peju... dah malem gini gimana kalo kita pindah lokasi ngentot ke emper toko biar agak seger... sekalian biar agak terangan juga hehehe...” sambung Jaja.

“Lu pade berenti dulu ngentotnya... kita pindah ke bawah” seru Daus ke dua anak jalanan yang lagi menggenjot penisnya di vagina dan anus Fenny.

Fenny yang mendengar niat Jaja mengulurkan tangannya ke pagar jembatan penyeberangan lalu dengan sisa-sisa tenaganya Fenny menggenggamnya seerat yang dia bisa.

“Liat... kayaknya ni lonte gak mau pindah hehehe...” ujar Jaja sambil tersenyum melihat Fenny yang dengan lemah menggenggam besi pagar jembatan penyeberangan berusaha bertahan di tempat.

“Lu baru aja dientot ma puluhan anak jalanan... jangan sok jual mahal!” seru Daus yang mencengkeram pergelangan kaki Fenny lalu menggunakannya untuk menyeret Fenny yang menyebabkan pegangan Fenny terlepas.

“Lu angkat ni lonte ke bawah... lu lanjut lagi di bawah...” seru Daus memerintah dua anak jalanan yang sebelumnya sedang memperkosa Fenny.

“Please... please jangan di tempat umum... gua layanin semuanya... please... ampun... ampun...” mohon Fenny berulang-ulang yang sama sekali tidak dipedulikan oleh orang-orang yang ada di situ.

[​IMG]

Tubuh lemas Fenny tanpa perlawanan yang berarti kemudian diangkat oleh dua anak jalanan untuk kemudian mereka bawa turun ke bawah. Fenny yang sadar bahwa harga dirinya akan berada di titik lebih rendah lagi kembali meneteskan air matanya.

Kawasan pertokoan itu tergolong sangat sepi di saat malam hari dengan banyak meja dan rak kayu milik para pedagang kaki lima yang ditinggal di sepanjang jalan dengan hanya diterangi oleh lampu jalan yang cahayanya sudah redup. Para pengendara mobil atau motor yang melewati jalan itu pada malam hari tidak bisa melihat dengan jelas emperan toko-toko di kawasan itu karena terhalang oleh meja dan rak dan mereka juga biasanya tidak pernah memedulikan anak-anak jalanan yang nongkrong di pinggir jalan namun itu semua sama sekali tidak membuat rasa panik Fenny reda.

[​IMG]

Setelah sampai di emperan toko, kedua orang anak jalanan yang membawa Fenny langsung melanjutkan memerkosa Fenny. Fenny yang sekarang menangis tersedu-sedu sama sekali tidak membuat kedua anak jalanan yang menggenjot penisnya di vagina dan anus Fenny merasa kasihan sedikit pun, tangisan Fenny malah membuat mereka makin beringas menggenjot vagina dan anus Fenny.

“Tempat kayak gini lebih cocok tuk lonte murahan kayak lu... memek sama pantat lu dientot di emperan toko hehehe...” ujar Daus yang sekarang duduk bersandar di depan pintu toko melecehkan Fenny.

Di emperan toko itu Fenny tak hanya kembali diperkosa bergiliran tapi juga dipermalukan lebih jauh oleh para anak jalanan. Para anak jalanan itu beberapa kali dengan sengaja mengambil posisi yang membuat Fenny terlihat jelas oleh pengendara yang kebetulan melewati jalan itu dengan memperkosa Fenny dengan posisi berdiri atau memperkosa Fenny di atas meja kayu pedagang kaki lima yang kosong. Para anak jalanan itu juga beberapa kali mengangkat tubuh Fenny yang masih didera gelombang orgasme kemudian menaruh Fenny di tengah jalan yang sepi untuk kemudian menikmati menonton kepanikan Fenny yang berusaha sekuat tenaganya merangkak kembali ke emperan toko mencari perlindungan di balik meja dan rak pedagang kaki lima.

Pada pukul dua dini hari akhirnya terlihat sebuah mobil berhenti di kaki jembatan penyeberangan tak jauh dari emperan toko di mana Fenny sekarang masih diperkosa oleh salah satu anak jalanan.

“Masih ngentot aja lu pada... pake pindah lagi... gimana lontenya hehehe...” ujar Erick yang sekarang berdiri di samping Fenny menikmati keadaan Fenny yang terlihat sangat menyedihkan masih diperkosa oleh salah satu anak jalanan.

“Aaahhh... cukup... ooogh... pulang... ooogh... please...” mohon Fenny dengan suara pelan sambil tangannya berusaha menggapai ke arah Erick.

“Mantep bang lontenya... gak bisa bosen gua ma lonte ABG kayak gini hehehe...” ujar Daus yang duduk di emperan toko sambil menonton Fenny diperkosa oleh salah satu anak jalanan.

“Sama gua juga bang... laen kali kalo bisa pinjemin ni lonte ke kita barang satu-dua hari bang... gua pengen liat ni lonte ngerasa gimana jadi orang miskin yang tinggal di bedeng bantaran kali kayak kita-kita hehehe...” ujar Jaja yang ingin melecehkan dan merendahkan harga diri Fenny lebih jauh lagi.

“Ooogh... aaaaaaghh...” erang anak jalanan yang sedang memperkosa Fenny berejakulasi menyemprotkan spermanya di vagina Fenny.

Setelah tubuh Fenny tidak lagi ditindih oleh anak jalanan yang memperkosanya, Fenny kemudian berusaha merangkak ke arah Erick.

“Ampun... please... ampun... cukup...” mohon Fenny dengan suara pelan sambil merangkak pelan mendekati Erick.

“Lu mo gitu aja pulang?? Lu dah pake kontol mereka tuk muasin lu terus lu tinggal gitu aja?? Lu pikir mereka apaan??” ujar Erick yang ingin melihat Fenny merendahkan dirinya di depan semua orang yang ada di situ.

“Lu jadi anak harus sopan... kalo lu dah dikasih enak lu harus bilang makasih... bokap nyokap lu apa gak pernah ngajarin sopan santun apa hehehe...” sambung Erick terus melecehkan harga diri Fenny.

“Makasihnya bukan ke gua bang... makasihnya tu ke otong gua ini hehehe...” ujar Daus yang duduk bersandar di depan pintu toko sambil membuka celananya dan mengeluarkan penisnya.

“Jilat cium kontol gua... bilang makasih memek lu dah dipuasin ma kontol gua... minta maaf lu cuma bisa pake memek bekas lu tuk ngentot ma kontol gua hehehe...” seru Daus yang ingin melihat Fenny merendahkan harga dirinya lebih jauh lagi.

“Makasih udah muasin memek Fenny... maafin kalo Fenny cuma punya memek bekas ini tuk dientot...” ucap Fenny pelan sambil bersujud di depan Daus menciumi penisnya yang hari itu sudah beberapa kali memperkosa Fenny.

“Sekarang giliran gua...” seru Jaja yang juga meminta Fenny berterima kasih dan meminta maaf ke penisnya.

“Makasih udah muasin memek Fenny... maafin kalo Fenny cuma punya memek bekas ini tuk dientot...” ucap Fenny pelan yang kali ini bersujud di depan Jaja menciumi penisnya sambil berterima kasih dan meminta maaf.

“Kita barusan merkosa lu... lu maafin kita kan?? Lagian yang salah tu lu itu... pake lewat depan kita-kita bikin kita nafsu hehehe...” tanya Jaja mencoba melecehkan Fenny lebih jauh.

“Iya... gak papa... semuanya dah Fenny maafin... semua salah Fenny...” ucap Fenny pelan sambil menundukkan mukanya yang ingin semuanya cepat berakhir.

“Laen kali ati-ati kalo lewat di depan kita-kita jangan sampe lu kecentilan bikin kita nafsu kayak tadi sore... gara-gara salah lu sendiri memek lu jadi penuh peju kayak gitu hehehe...” ujar Jaja terus melecehkan Fenny yang masih di posisi bersujud di hadapannya.

“Ya udah sama... masuk mobil gih...” ujar Erick memperbolehkan Fenny untuk masuk ke mobilnya.

Fenny yang masih sangat lemas dan tak mampu berdiri hanya bisa merangkak pelan dengan mengangkang karena rasa ngilu yang kuat di vagina dan anusnya menuju mobil Erick. Fenny dengan jelas bisa mendengar gelak tawa para anak jalanan yang berada di situ seakan keadaannya sekarang yang berantakan dan sangat menyedihkan adalah hal yang sangat lucu.

Jaja yang melihat dengan jelas vagina dan anus Fenny karena posisi Fenny yang sedang merangkak membelakangi dirinya tiba-tiba saja berdiri dan kemudian menendang vagina Fenny dengan keras.

“AAAAAAGHH...” erang Fenny yang tersungkur menerima tendangan keras Jaja di vaginanya.

Fenny yang mendadak menerima tendangan keras di vaginanya membuat Fenny mengejan tak terkontrol yang mengakibatkan Fenny terkencing-kencing dan juga mengakibatkan sebagian sperma yang berada di vagina dan anusnya terdorong keluar. Fenny yang baru saja diperkosa bergiliran oleh puluhan anak jalanan sekarang meringkuk di atas trotoar kotor kembali menangis tersedu-sedu karena tidak kuat lagi menerima semua penghinaan dan pelecehan dari para pemerkosanya yang sama sekali tidak memandang Fenny sebagai perempuan.

“Dasar lonte murahan... sape yang lu pikir lebih rendah sekarang... kita-kita anak jalanan ato lu lonte yang semua lobangnya baru dientot ma puluhan kontol hehehe...” ujar Jaja yang sangat puas berhasil melukai perasaan Fenny.

“Please... kasihanin gua... gua gak salah apa-apa... gua gak pantes dapet ini semua...” ucap Fenny pelan yang masih meringkuk di trotoar sambil terus menangis tersedu-sedu meratapi nasibnya.

Fenny yang sekarang hanya meringkuk di trotoar sambil menangis dan tidak lagi berusaha menuju mobil Erick akhirnya harus digotong dan dimasukkan ke mobil Erick oleh dua anak jalanan untuk kemudian diantar pulang.
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar