Cerita Eksibisionis Fenny : Penderitaan Fenny | Chapter 1 : Awal Mula

Namanya Fenny. Cerita ini terjadi saat Fenny masih 16 tahun. Waktu itu Fenny masih duduk di kelas 10 SMU swasta yang amat terkenal di Jakarta. Sekilas tentang Fenny, Fenny seorang gadis Chinese dengan tinggi badan 153 cm dan berat 45 kg. Rambutnya hitam panjang sepunggung. Fenny berwajah cantik dan bentuk tubuhnya sangat ideal. Namun entah apa Fenny harus bersyukur atau menyesalinya.

Hari itu sopir Fenny tidak bisa menjemputnya dari sekolah seperti biasa. Ini bukan pertama kalinya Fenny harus pulang sendiri dan Fenny sama sekali tidak menyangka bahwa itu akan menjadi awal mula yang akan mengubah kehidupan remajanya yang ceria menjadi neraka penuh penderitaan. Tanpa Fenny sadari dia telah diintai oleh grup penculik dan pemerkosa yang hari itu kebetulan sedang mencari mangsa baru.

Sewaktu Fenny sedang berjalan ke jalan yang biasa banyak dilalui oleh taksi mobil penculik itu perlahan mendekati Fenny lalu berhenti tepat di samping Fenny.

“Dek, permisi numpang tanya...” panggil seorang laki-laki dari kursi tengah sambil membuka pintu mobil tanpa turun.

“Ada apa pak” sahut Fenny sambil mendekati mobil itu.

“Ini om kayaknya nyasar... adek bisa tolong tunjukin di peta ini om tu ini lagi di mana kan?” ujar laki-laki itu sambil menunjukkan selembar peta di tangannya.

“Oh bisa pak...” jawab Fenny sambil lebih mendekat lagi supaya bisa melihat peta yang dipegang oleh laki-laki itu.

Tiba-tiba tanpa Fenny sadari telah ada orang di belakangnya yang mendorong Fenny ke dalam mobil dan di saat yang sama orang yang tadinya menanyakan alamat langsung membekap mulut Fenny dengan sapu tangan yang telah dibasahi dengan chloroform. Dalam sekejap saja Fenny langsung tidak sadarkan diri dan mobil grup penculik itu langsung melaju lagi tanpa meninggalkan saksi satu pun. Fenny yang telah pingsan tangannya diikat dan didudukkan di antara dua penculiknya.

“Korban kali ini cantik bro... cute juga” ujar Erick sambil memeriksa isi tas Fenny.

“Namanya Fenny kelas 10 dan ni cewek baru 16 taun loh” sambung Erick.

“Wah 16 taun? Ini korban kita yang paling muda dong... jadi gak sabar gua” ujar Toni yang lagi menyetir mobil.

“Mo baru 16 taun juga ntar ini cewek bakal sama kayak korban-korban kita sebelomnya... ini cewek bakal jadi lonte dipake ma banyak kontol hahahaha” ujar Pandu yang mengapit Fenny bersama Erick.

Akhirnya mobil itu sampai di sebuah rumah yang sangat besar dengan pagar dan gerbang tinggi. Setelah parkir di halaman depan, Fenny lantas digotong masuk ke rumah oleh Pandu dan Toni. Di dalam rumah itu ternyata sudah ada banyak laki-laki yang menunggu mereka. Termasuk Erick, Pandu dan Toni total ada 8 orang laki-laki yang berada di rumah itu menunggu Fenny bangun dan berniat memperkosa gadis remaja 16 tahun itu bergiliran.

Setelah beberapa saat Fenny sadar dan mendapati dirinya duduk dengan tangan terikat di belakang punggungnya di ruang yang asing baginya diapit oleh dua laki-laki yang sama sekali tidak dia kenal. Fenny juga melihat ada banyak laki-laki lainnya yang berada di ruangan itu. Berada di situasi yang seperti itu Fenny merasa ketakutan dan langsung meneteskan air matanya.

“Please, saya mau pulang. Ambil semuanya tapi biarin saya pulang“ mohon Fenny sambil terus meneteskan air matanya.

“Ngapain buru-buru? Kita nonton film dulu ok” ujar Erick yang duduk di sebelah kanan Fenny.

“Play bro” ujar Pandu yang duduk di sebelah kiri Fenny memberi isyarat ke Toni untuk memutar file yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

Setelah Toni memencet tombol play di komputernya seketika itu juga TV di depan Fenny mempertontonkan adegan seorang perempuan yang hanya memakai kemeja seragam SMU tanpa bra sedang di-sandwich oleh dua orang laki-laki. “Pelan... pelan-pelan... augh... ngggg... aaaagh perih” mohon perempuan itu yang sama sekali tidak digubris oleh laki-laki yang sedang mencari kenikmatan masing-masing. Fenny juga bisa mendengar ada banyak orang di sekeliling yang mengomentari dengan kata-kata vulgar seperti “genjot tu lonte sampe memeknya dower bro”, “genjot terus bikin tu lonte gak bisa lupa sama bentuk kontol lu!”, “terus yang keras... gua pengen denger tu lonte teriak-teriak!” dan banyak komentar-komentar vulgar lainnya.

“Gak pake basa-basi gua kasi tau kalo lu bakal giliran kita entot kayak tu lonte yang lagi lu tonton. Lu boleh teriak, nangis n berontak tapi itu smua gak akan ngerubah apa-apa... bentar lagi lu bakal kita perkosa giliran” ujar Pandu.

“Please... gua salah apa... ampun... jangan...” mohon Fenny yang tangisannya makin keras.

“Sttt... bentar lagi lu bakal diperkosa tapi itu bukan brarti idup lu sudah berakhir. Kayak tu cewek di tu video abis ini lu bisa pulang n nerusin idup lu kayak biasanya. Kalo lu gak bilang-bilang kita juga gak akan nyebarin ini smua. Kalo lu gak bilang-bilang smua video yang bakal kita buat cuma jadi bahan coli aja tuk kalangan kita-kita” ujar Erick.

“Gak mau... gak mau... ampun bang... gua gak akan bilang siapa-siapa... please” Fenny terus memohon sambil menangis.

“Gak perlu pake nangis segala... cepet atau lambat smua cewek termasuk lu ngentot juga akhirnya. Anggap aja ini lu ikut ekskul ngentot... kita mo ngajarin lu cara yang baik dan benar gimana caranya pakai smua lobang lu tuk muasin kontol hahahaha...” sambung Pandu.

“Langsung saja deh...” ujar Erick sambil membuka ikatan di tangan Fenny.

“Berdiri sana di tengah!” sambung Erick sambil mendorong Fenny dari sofa supaya berdiri.

Fenny berjalan pelan ke tengah sambil terus menangis. Fenny tidak tahu harus berbuat apa dan di situasi di mana dia dikelilingi oleh 8 orang laki-laki yang menatapnya dengan mata lapar membuat Fenny sangat terintimidasi.

“Please... ampun bang” mohon Fenny sesampainya dia di tengah.

“Sekarang buka baju lu... kita mo liat lu telanjang” seru Erick.

“Please... jangan” lagi-lagi Fenny memohon.

“Buka baju lu n stelah smua slese ngentot lu bisa pakai baju lu lagi tuk pulang ato kita sobek-sobek baju lu n lu tetap bakal kita perkosa trus nanti kalo sudah slese kita lepas lu di sarang preman telanjang bulet” seru Erick sambil menaikkan suaranya.

Fenny tidak punya pilihan lain selain menuruti perintah. Dengan perlahan dia mulai membuka kemejanya kemudian diikuti oleh roknya. Menyisakan pakaian dalamnya Fenny berdiri sambil terus menangis.

“Terus sampe lu telanjang... ngapain lu brenti!” seru Erick.

Pandu lantas berdiri dan mendekati Fenny. “Kelamaan...” ujarnya sambil tangannya meraih bagian depan dari bra Fenny dan menariknya dengan keras sampai bra itu sobek.

“Bawa kasur busanya ke depan bro” ujar Toni ke salah satu laki-laki di situ sambil ikut menghampiri Fenny.

Fenny yang sekarang sedang berdiri sambil dirangkul dan diciumi oleh Pandu celana dalamnya ditarik ke bawah oleh Toni. Fenny yang sekarang sudah telanjang lantas diangkat oleh Pandu dan Toni lalu diletakkan di atas kasur busa. Pandu dan Toni lalu memosisikan Fenny di antara mereka dan masing-masing mengangkat paha Fenny hingga dengkul Fenny berada di dadanya yang membuat vaginanya terpampang bebas.

“Jangan... jangan diliat... jangan diliat...” ujar Fenny yang terus menangis sambil menjulurkan tangannya mencoba untuk menutupi vaginanya namun tangannya ditangkap oleh Pandu dan Toni.

[​IMG]
vibrator listrik

Dengan memegang vibrator listrik Erick duduk di depan vagina Fenny lalu mulai mengelus-elus vagina Fenny dengan tangannya dan sesekali mencubit ringan klitoris Fenny. Diperlakukan seperti itu Fenny berusaha menghindar tetapi karna posisinya yang terkunci oleh Pandu dan Toni Fenny hanya bisa menggerakkan pinggulnya sedikit ke kanan dan ke kiri.

“Pertama-tama gua bakal bikin lu dapet biar lu tau enaknya ngentot” ujar Erick sambil menyalakan vibrator listrik yang dia pegang dan menempelkannya ke vagina Fenny sambil terus menggosok klitoris Fenny dengan tangan satunya lagi.

“Stop... ah... stop... gak mau... ah... please stop...” Fenny terus mengeluh sambil terus mencoba menghindar dengan menggerakkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan.

Meski Fenny sama sekali tidak menyukai keadaannya yang sekarang di mana Fenny sedang telanjang dengan posisi yang memamerkan vaginanya di depan banyak orang dan karena semua rangsangan yang Fenny terima mau tidak mau gairah Fenny perlahan tapi pasti mulai naik. Setiap detik membawa Fenny lebih dekat dengan puncak kenikmatan dan Fenny berusaha dengan sekuat tenaganya untuk menahan gelombang kenikmatan yang terus mendesak untuk keluar dari tubuhnya. Fenny berusaha sekuat tenaga supaya orgasmenya tidak menjadi tontonan semua laki-laki yang berada di situ dan kehilangan harga dirinya lebih jauh lagi.

“STOP!! STOP!! CUKUP... STO... aahh... ngghh...” teriak Fenny yang akhirnya mencapai orgasmenya setelah sekitar 15 menit dirangsang.

Kaki Fenny melejang-lejang dan tubuhnya tersentak-sentak karena orgasme yang tadinya dia tahan sekuat tenaga tiba-tiba saja seperti meledak tanpa bisa dia kontrol lagi. Fenny mengalami orgasme hebatnya selama 1 menit penuh. Setelah sadar, frustrasi dan malu akan apa yang terjadi Fenny menangis lagi sambil menutup mukanya dengan tangannya. “Cepet amat dapetnya”, “ini cewek bakat lontenya ada ternyata”, “bentar lagi gua bakal bikin lu kelojotan lagi pake kontol gua” komentar saling bersahutan dari semua laki-laki yang makin bersemangat melihat Fenny akhirnya mendapatkan orgasmenya.

“Enak bukan? Gua kasi lagi nih!!” seru Erick yang melanjutkan merangsang Fenny dengan vibrator listrik.

Sekarang Pandu dan Toni yang berada di samping Fenny tak ketinggalan ikut merangsang Fenny dengan menggelitik telinganya dan mencubit-cubit ringan putingnya. Meski Fenny terus berteriak dan memohon mereka tidak menghiraukannya dan setelah sekitar 10 menit akhirnya Fenny mendapat orgasme lagi yang membuat tubuhnya kembali tersentak-sentak. Meski telah membuat Fenny orgasme dua kali Erick masih terus menggunakan vibrator listrik yang ada di tangannya untuk merangsang vagina Fenny. Setelah orgasmenya yang kelima Fenny tampak hampir kehilangan kesadarannya.

“Woi jangan pingsan dulu... ini blom slese!” seru Erick sambil menampar-nampar ringan pipi Fenny.

Salah satu laki-laki yang ada di situ mengambil segelas air dan mencipratkan air itu ke muka Fenny dengan tangannya, “biar seger lagi hehehehe...” ujarnya.

Setelah beberapa saat akhirnya gelombang orgasme yang Fenny alami mulai mereda dan Fenny baru sadar kalau semua laki-laki di ruangan itu sudah telanjang bulat. Ini pertama kalinya Fenny melihat laki-laki dewasa telanjang dengan mata kepalanya sendiri. Dengan kondisi Fenny yang telanjang bulat di atas kasur busa dikelilingi oleh 8 laki-laki dewasa yang juga telanjang bulat Fenny menyadari kalau dia ada di situasi yang sangat berbahaya apalagi untuk gadis remaja seperti dirinya. Menyadari harga diri dan masa depannya terancam Fenny lagi-lagi meneteskan air matanya.

“Cukup... gua gak akan lapor siapa-siapa... please lepasin gua... please bang...” Fenny tak henti-hentinya memohon.

Pandu menarik badan Fenny dan memosisikan kepala dan pundak Fenny supaya bersandar di perutnya. Dengan posisi ini Fenny bisa melihat dengan jelas penis Erick yang sudah tegang sudah berada sangat dekat dengan vaginanya. Fenny berusaha mendorong Erick tapi Pandu menangkap tangannya. Erick mulai mengusap-usap vagina Fenny dengan penisnya yang membuat Fenny yang masih sensitif kembali terangsang.

“Waktunya bikin lu jadi wanita dewasa hehehehe...” seru Erick sambil mulai menekan penisnya ke vagina Fenny.

Erick mengalami kesulitan untuk memasukkan penisnya karena vagina Fenny masih sangat sempit. Fenny yang terus memohon-mohon tidak dihiraukan oleh Erick yang terus mencoba memasukkan penisnya ke vagina Fenny. Setelah beberapa kali percobaan akhirnya kepala penis Erick masuk juga ke vagina Fenny.

“Aahhh... SAKIT!!! CABUT! CABUT! PLEASE CABUT!!” teriak Fenny sambil berusaha menghindar ke belakang namun dengan Pandu yang berada di belakang Fenny yang mengunci tubuhnya semua upayanya untuk menghindar menjadi sia-sia.

“Sempit banget... mantep!” seru Erick sambil mencoba memasukkan penisnya lebih dalam lagi ke vagina Fenny.

Perlahan tapi pasti senti demi senti penis Erick masuk ke vagina Fenny yang membuat Fenny merasa sangat ngilu di vaginanya. Meski ada rasa ngilu Fenny mulai merasakan nikmat yang belum pernah dia rasakan tapi rasa nikmat itu seakan hilang sewaktu penis Erick menembus selaput dara Fenny.

“Aauugggh... hngggkk... aaaaagh... PERIH!!” teriak Fenny yang disambut oleh riuh oleh semua laki-laki yang ada di ruangan itu mengetahui Fenny baru saja kehilangan keperawanannya.

Erick terus mendorong penisnya perlahan-lahan sampai akhirnya seluruh penis Erick berada di dalam vagina Fenny. Fenny sendiri sudah berhenti berteriak dan berusaha untuk tidak banyak bergerak karena vaginanya serasa begitu sesak dan setiap gerakan yang Fenny lakukan seakan memperparah rasa sakit dan perih yang Fenny rasakan di vaginanya. Setelah beberapa saat mendiamkan penisnya di vagina Fenny Erick mulai melakukan gerakan pompaan ringan dan pelan yang membuat tubuh Fenny mengejang dan mulutnya menganga tanpa suara.

“Gak mau... gak mau... STOP!! Aauugggh...” setelah beberapa menit Erick memompa penisnya di vagina Fenny tiba-tiba saja Fenny berteriak yang disusul oleh orgasmenya yang meledak di luar kontrolnya. Tubuh Fenny tersentak-sentak dan kakinya ikut melejang-lejang diserang gelombang orgasmenya yang diperoleh dari pompaan penis di vaginanya.

“Bilang sakit-sakit tapi dapet juga hehehe...” ujar Erick sambil terus memompa vagina Fenny.

“Gua bilang juga apa... enak kan memek lu gua kontolin hehehe...” sambung Erick.

“lu beruntung sekarang ada banyak kontol yang bakal bikin lu serasa di surga hehehe...” ujar Pandu yang sekarang sudah tidak memegangi tangan Fenny dan mulai memilin-milin puting Fenny menambah neraka rangsangan yang Fenny rasakan.

“iya lu beruntung banget... lonte aja blom tentu pernah ngerasain kontol sebanyak ini” ujar Toni yang entah sejak kapan merekam Fenny dengan handycam.

Erick terus memompa vagina Fenny dan makin lama pompaan penis Erick di vagina Fenny makin cepat temponya. Fenny yang meski masih di bawah pengaruh orgasme hebatnya yang terakhir sadar akan apa yang bakal terjadi lagi-lagi dengan tenaganya yang masih tersisa berusaha menghindar.

“Stop... stop... jangan please... aaaaagh... di luar... aaaaagh... gua gak mau hamil...” mohon Fenny yang dijawab dengan pompaan di vaginanya yang makin cepat.

“Jangaaaaan...” teriak Fenny penuh keputus-asaan.

“Huoooooooh” lenguh Erick sambil menyodokkan penisnya sedalam yang dia bisa di vagina Fenny dan menyemprotkan spermanya berulang-ulang langsung ke mulut rahim Fenny.

Fenny bisa merasakan dengan jelas hangatnya sperma Erick yang menyembur di dalam vaginanya yang membuat harga dirinya makin hancur. Tidak hanya Fenny terpaksa harus memamerkan tubuh telanjangnya di hadapan banyak laki-laki yang tidak dia kenal Fenny juga diperkosa dan sekarang vaginanya disemprot sperma oleh Erick yang sama sekali tidak peduli kalau Fenny bisa hamil dibuatnya. Semua yang seharusnya diberikan oleh Fenny ke suaminya kelak sudah habis tak bersisa dijarah oleh laki-laki yang tidak Fenny kenal.

“Giliran gua sekarang tuk ngontolin memek lu hehehe...” seru Pandu sambil mengambil posisi di depan vagina Fenny dan langsung menggesek-gesekan penisnya.

“Aauugggh...” erang Fenny yang vaginanya untuk kedua kali disumbat oleh penis pemerkosanya.

Beda dengan Erick, Pandu langsung menggenjot vagina Fenny dengan tempo cepat yang membuat Fenny yang sudah habis tenaganya sangat kewalahan.

‘Uuggghh... sempit juga lu... ooogh... dasar lonte...” seru Pandu sambil terus menggenjot vagina Fenny dengan cepat.

[​IMG]
anal beads

Tanpa Fenny sadari Toni yang tadinya merekam dengan handycam membawa anal beads yang sudah dilumuri pelumas sudah berada di belakang Pandu dan Pandu yang mengerti maksud Toni langsung menindih dan memeluk Fenny sambil terus menggenjot vagina Fenny, posisi ini membuat anus Fenny terekspos bebas. Dengan posisi itu Toni mulai mengelus-elus anus Fenny.

“aaaaagh... apa... aaaaagh... jangan... jangan di situ... aaaaagh...” Mohon Fenny yang lagi-lagi sama sekali tidak dihiraukan oleh Toni yang terus menekan-nekan anus Fenny dengan jarinya.

Fenny yang sadar anusnya dalam bahaya mencoba untuk menghindar tetapi posisinya yang berbaring dan dipeluk oleh Pandu tidak memungkinkan untuk itu. Tangan Fenny mencoba mendorong Pandu dan mencoba untuk menggeser tubuhnya menghindari Toni sama sekali tidak membuahkan hasil.

“Lobang yang ini harus mulai dilatih hehehe...” seru Toni sambil mendorong beads pertama ke anus Fenny.

“Aauugggh...” erang Fenny ketika anusnya dipaksa menelan anal beads.

“Uuggghh... tambah sempit aja ini memek...” seru Pandu, “terus bro... uuggghh... remesan memeknya makin mantep ini...” sambungnya lagi.

“Mungkin sekarang lu gak suka tapi bakat lonte kayak lu smuanya sama... akhirnya lu bakal ketagihan hehehe...” ujar Toni sambil menekan beads kedua sampai masuk ke anus Fenny.

“Aauugggh... stop stop stop... aauugggh... perih...” erang Fenny yang masih terus mencoba menggeliat sia-sia.

“Uuggghh... udah nikmatin aja... uggghh... yang namanya lonte semua lobangnya harus siap dikontolin hehehe...” ujar Pandu sambil terus memeluk dan menggenjot vagina Fenny.

Sementara itu Toni memasukkan anal beads berikutnya ke anus Fenny yang terus diiringi erangan Fenny. Gabungan antara sodokan demi sodokan keras penis Pandu di vagina Fenny dan rasa perih di anusnya yang tersumpal anal beads membuat Fenny lagi-lagi merasakan desakan orgasme yang tidak tertahankan.

“STOP!! Aauugggh... STOP!! PLEASE STO... aauugggh...” teriak Fenny dengan sisa tenaganya sebelum kembali mendapatkan orgasme yang dahsyat bersamaan dengan anal beads kelima yang ditekan ke anus Fenny oleh Toni.

Pandu yang merasa jepitan vagina Fenny makin erat mempercepat genjotan penisnya sambil terus memeluk Fenny yang masih gemetaran akibat orgasme dahsyatnya.

‘Uuggghh... sempit... ooogh... makan ini peju gua...” erang Pandu tak lama setelah Fenny mendapat orgasmenya sambil menekan penisnya dalam-dalam dan untuk kedua kalinya hari itu vagina Fenny diisi sperma dari dua orang yang berbeda.

Pandu mendiamkan penisnya di dalam vagina Fenny untuk beberapa saat untuk mereguk kenikmatan yang masih tersisa setelah ejakulasinya. Setelah merasa cukup Pandu mencabut lepas penisnya dan berdiri meninggalkan Fenny yang telentang terengah-engah kehabisan nafas dengan kaki yang masih terentang lebar dan anusnya masih tersumpal oleh anal beads.

Tanpa memberi waktu istirahat Toni membalikkan tubuh Fenny dan membuat Fenny berada diposisi merangkak lalu langsung memasukkan penisnya ke vagina Fenny. Fenny yang merasa tubuhnya sudah hancur berantakan cuma bisa menerima perlakuan Toni dan melenguh pelan. Setelah beberapa saat menggenjot vagina Fenny tiba-tiba Toni mencabut penisnya lalu Toni juga mencabut anal beads yang tertanam di anus Fenny.

“Ini yang gua tunggu dari tadi hehehe... sekarang waktunya tuk ngelepas virgin lu di lobang yang ini” seru Toni sambil mengarahkan penisnya ke anus Fenny.

Perlahan-lahan Toni menekan penisnya ke anus Fenny yang disambut Fenny yang telah habis tenaganya dengan erangan pelan. Fenny hanya bisa menahan nafas dan membenamkan mukanya ke kasur busa menahan rasa sakit yang tidak pernah Fenny rasakan di anusnya selagi anusnya senti demi senti ditembus oleh penis Toni.

“aaaaagh...” erang Fenny setelah akhirnya penis Toni masuk seluruhnya ke anus Fenny dan berhenti masuk lebih jauh.

Setelah beberapa saat Toni mulai melakukan pompaan pelan di anus Fenny yang membuat Fenny makin tersiksa dengan rasa sakit di anusnya. Fenny makin membenamkan mukanya ke kasur busa dan seluruh tubuhnya gemetaran menahan rasa sakit di anusnya. Setelah sekitar sepuluh menit Toni yang memompa pelan anus Fenny dengan tanpa mencabut penisnya Toni memeluk Fenny lalu berguling ke samping yang membuat posisi Fenny sekarang berada di atas Toni. Tanpa merasa kasihan dengan kondisi Fenny yang sudah sedemikian rupa salah seorang laki-laki yang belum mendapat giliran maju mendekati Fenny dan langsung melesakkan penisnya ke vagina Fenny yang terbuka bebas. Fenny yang merasa selangkangannya seperti dirobek-robek menegangkan seluruh otot-otot tubuhnya menahan sakit dan mulutnya menganga tanpa suara. Fenny remaja 16 tahun yang beberapa saat yang lalu baru saja kehilangan keperawanannya di vagina dan anusnya sekarang sedang mengalami double penetration pertamanya.

“Ini namanya depan kena belakang kena”, “genjot terus tu lonte sampe kecanduan kontol bro”, “bikin lontenya teriak... genjot yang keras!” komentar-komentar vulgar saling bersahutan menyemangati pembantaian Fenny.

Setelah sekitar 20 menit dua pemerkosanya berbarengan memompa vagina dan anus Fenny mereka akhirnya menunjukkan tanda-tanda akan berejakulasi dengan mempercepat pompaan penisnya. Fenny yang bertubuh kecil dan sudah setengah sadar tampak makin terguncang-guncang di antara pemerkosanya yang makin lama tanpa ampun atau peduli dengan apa yang sedang Fenny rasakan makin mempercepat pompaan penis mereka mengejar kenikmatan masing-masing.

‘Uuggghh... ooogh... anjing enak banget!” ujar Toni sambil memeluk erat Fenny dari bawah dan menyemprotkan spermanya di dalam anus Fenny.

“Aaaagh... gua juga... gua hamilin lu!!” sambung laki-laki yang sedang menikmati vagina Fenny sambil menyodokkan penisnya sampai mentok di vagina Fenny dan menyemprotkan spermanya langsung ke mulut rahim Fenny tak lama setelah Toni berejakulasi di anus Fenny.

Mereka mendiamkan penisnya di dalam vagina dan anus Fenny untuk beberapa saat menikmati semua kenikmatan yang masih tersisa. Setelah merasa puas laki-laki yang menikmati vagina Fenny mencabut penisnya diikuti oleh Toni yang juga mencabut penisnya dari anus Fenny sambil mencampakkan tubuh Fenny yang sudah lunglai seperti tak bertulang ke samping.

“Jangan pingsan dulu... sekarang giliran kita hehehe...” ujar salah satu dari empat laki-laki yang belum mendapat kesempatan untuk menikmati tubuh Fenny yang sekarang sudah berada di sekeliling Fenny.

Tanpa membuang waktu empat orang yang belum mendapat giliran menikmati tubuh Fenny langsung maju untuk memperkosa Fenny. Fenny yang tubuhnya sudah luluh lantak tanpa perlawanan diangkat oleh dua orang yang kemudian dibawa ke salah satu laki-laki yang sudah berbaring dengan penisnya yang sudah ereksi penuh.

“Gua mau coba pantatnya bro...” ujar laki-laki yang sedang berbaring yang dituruti oleh dua orang yang sedang mengangkat Fenny dengan mengarahkan anus Fenny ke penisnya yang kemudian menurunkan tubuh Fenny yang membuat anusnya kembali dimasuki penis.

Tubuh Fenny yang sudah lunglai tanpa tenaga ditahan pada posisi 45° oleh laki-laki yang sedang menikmati anusnya. Laki-laki berikutnya memegang kepala Fenny dan memosisikan selangkangannya di depan muka Fenny lalu menggesek-gesekkan muka Fenny ke selangkangannya.

“Ke depan lu bakal ngurus banyak kontol... gua bantu lu biar cepet kebiasa hehehe...” ujarnya sambil menggesek-gesekkan muka Fenny ke selangkangannya dan sesekali menekan muka Fenny dan menahannya untuk beberapa saat yang membuat Fenny kehabisan nafas.

Meski Fenny sudah berada dalam posisi yang tidak seharusnya dialami oleh ABG 16 tahun, itu tidak menahan laki-laki berikutnya untuk memasukkan penisnya ke vagina Fenny yang terpampang bebas. Seakan penderitaan Fenny belum cukup laki-laki terakhir menarik-narik dan mencubiti puting Fenny sambil mengocok penisnya sendiri. Fenny tidak diperlakukan selayaknya seorang perempuan, Fenny sekarang tidak lebih dari lubang untuk memuaskan penis-penis para pemerkosanya. Keempat pemerkosanya setelah beberapa saat saling bertukar posisi dan hanya peduli dengan kenikmatan masing-masing. Digangbang sedemikian rupa Fenny berharap bisa pingsan saja tapi tiap kali Fenny akan pingsan para pemerkosanya dengan tanpa perasaan menggagalkannya dengan menampar-nampar muka Fenny atau dengan mencubit dan memelintir keras putingnya. Fenny benar-benar sedang berada di neraka yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.

Setelah sekitar 40 menit akhirnya salah satu laki-laki yang sedang memompa penisnya di vagina Fenny menunjukkan tanda-tanda akan berejakulasi.

“Pih mih... gua pejuin memek lonte anak lu nih... uuggghh... ooogh...” ujar laki-laki yang memompa vagina Fenny sambil menekan penisnya dalam-dalam dan menyemprotkan spermanya di dalam vagina Fenny.

“Gua juga ooogh...” ujar laki-laki yang memompa anus Fenny sambil ikut menyemprotkan spermanya di dalam Anus Fenny tak lama setelah orang pertama berejakulasi.

Setelah beberapa saat mendiamkan penisnya di vagina dan anus Fenny akhirnya mereka mencabut penisnya. Meski vagina dan anus Fenny sudah terlihat memprihatinkan belepotan dengan sperma dari beberapa laki-laki berbeda Fenny tidak diberi kesempatan sedikit pun karena dua laki-laki berikutnya langsung memasukkan penisnya ke vagina dan anus Fenny dan langsung memompa dengan sekuat tenaga mengejar kenikmatannya masing-masing.

“Pih liat nih... gua tambahin pejunya di memek anak lu... uuggghh...” ujar laki-laki yang memompa vagina Fenny sambil melihat ke salah satu kamera yang non-stop merekam pemerkosaan Fenny dari awal.

“Ooogh... ABG memang enak!” sambung laki-laki yang menyodomi Fenny yang juga menyusul menyemprotkan spermanya di dalam anus Fenny.

Setelah mendapatkan kenikmatan yang mereka cari dari tubuh Fenny dua orang laki-laki itu kemudian mencabut penisnya dari vagina dan anus Fenny lalu lagi-lagi Fenny dicampakkan begitu saja. Fenny begitu saja ditinggal telentang dengan kaki terbuka lebar di atas kasur busa dengan kondisi yang sangat menyedihkan, vagina dan anus Fenny memerah dengan terus mengalirkan sperma dari dalam vagina dan anusnya. Tubuh Fenny juga terlihat gemetaran antara rasa pegal dan sakit di sekujur tubuhnya ditambah orgasme yang sudah beberapa kali Fenny alami. Untuk pertama kali akhirnya tubuhnya bisa istirahat dan tidak butuh waktu lama untuk Fenny hilang kesadarannya.

Pukul 10 malam dan akhirnya Fenny mulai sadar, masih di atas kasur busa tempat Fenny bergiliran diperkosa dengan posisi yang sama dan selangkangan yang penuh dengan sperma kering. Fenny pun mulai ingat dengan apa yang terjadi yang membuat Fenny kembali menangis.

“Kenapa... apa salah gua...” ucap Fenny lirih sambil terus menangis di atas kasur busa.

“Akhirnya lu bangun juga... seenak itu ya sampe lu pingsan lama hehehe...” ujar Erick yang ternyata duduk di sofa sambil menonton TV.

“Minum nih kalo lu gak mau hamil... kalo lu gak mau ya gak papa juga tapi dengan memek lu yang penuh peju itu siap-siap aja tu perut melendung hehehe...” sambung Erick sambil melempar plastik kecil berisi dua buah pil ke meja di depannya.

Fenny yang meski merasa masih lemas berhasil mengumpulkan tenaganya merangkak ke meja untuk mengambil pil itu dan langsung meminumnya.

“Kayak janji gua video yang gua ambil cuma untuk koleksi pribadi aja gak ada yang perlu tau n lu juga bisa balik bentar lagi... lu bisa ke kamar mandi tuk bersihin tu bekas peju” ujar Erick.

“Pulang... pulang sekarang...” ujar Fenny yang tidak mau lebih lama lagi ada di rumah itu.

“Lu suka memek lu belepotan peju ya hehehe... ya udah pake lagi tu seragam lu” seru Erick.

Setelah Fenny memakai kembali seragamnya Fenny diantar oleh Erick ke rumahnya. Selama di perjalanan Fenny hanya diam sambil memeluk tasnya dengan sesekali kembali meneteskan air matanya sewaktu mengingat apa yang baru saja terjadi terhadap dirinya. Akhirnya mereka sampai juga di rumah Fenny.

“Kalo lu masih gak mau hamil minum lagi ini pil 12 jam dari sekarang” ujar Erick sambil menyerahkan plastik kecil berisi dua buah pil ke Fenny.

“Rumah lu tampak sepi... ortu lu pegi ya?” ujar Erick lagi.

“Papi mami ada keperluan mendadak” jawab Fenny pelan.

“Oh karna itu lu pulang sendiri ya?? Kayaknya gua nanti harus terima kasih ke ortu lu... karna mereka lu harus balik sendiri n karna itu juga gua bisa dapet memek ABG hehehe...” ucap Erick sambil tertawa.

“Oya minggu depan lu pulang sekolah gak usah pakai supir... nanti gua yang jemput” sambung Erick.

“Tapi... kenapa... apa tadi gak cukup?? Gak mau... gak mau... cukup” ujar Fenny yang kaget kalau dia harus mengulangi lagi semua penderitaan yang baru saja dia alami.

“Sttt... gua janji kalo video lu gak akan kesebar n lu bisa nerusin idup lu kayak biasanya... gua gak pernah bilang kalo gua cuma mau sekali doang hehehe...” ucap Erick.

“Lagian barusan lu sudah dientot ma delapan orang... gak ada bedanya kalo lu ngangkang lagi tuk kita bukan? Gak ngentot lagi ma kita-kita gak akan bikin lu jadi perawan lagi hehehe...” sambung Erick.

Fenny cuma bisa diam sambil meneteskan air matanya lagi, Fenny tidak pernah mengira kalau harga dirinya bisa serendah ini di mana tubuhnya seperti bukan lagi miliknya yang bisa dinikmati seenaknya oleh orang-orang yang tidak dia kenal kapan pun mereka mau.

“Ya udah lu masuk sana... gak baek anak sekolahan kayak lu pulang terlalu malem hehehe...” ujar Erick.

Fenny turun dari mobil Erick dan berjalan pelan dengan agak mengangkang karena Fenny masih merasa sakit dan ngilu di selangkangannya. Fenny sama sekali tidak tahu kalau apa yang terjadi hari itu bukan apa-apa dibanding dengan apa yang akan Fenny alami ke depannya.
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar