Cerita Eksibisionis Ria Pacar Vino : 2 Permainan dalam Kisahku

“Besok kita kemana sayang?” aku agak nggak sabar
“Gampang lah say, urusan besok itu”
“Ok, kita pake seragam apa bawa baju ganti aja?”
“Bawa aja biar bebas”
“Iya deh”
“Kamu rencananya mau pakai baju apa?”
“Belum mikirin say, kenapa emang?”
“Pakai aja tanktop, kan enak, nggak ribet bawanya, langsung aja pake dalem seragam, tapi yang belahan dadanya rendah ya? Hihihihi”
“Tanktop? Aku pake tanktop? Nggak biasa say, lagian yang belahan dadanya rendah aku nggak punya” aku memang tak biasa mengenakan pakaian terbuka, dirumahpun juga, sekolahku berseragam panjang dan itu membuatku tak biasa mengenakannya
“Gimana kalau kita beli aja?” ajaknya semangat
“Aku nggak bawa uang say”
“Ah tenang, aku bawa kok, lagian nggak mahal pastinya, aku kan sering ngelirik pakaian cewek hehehe”
“Iya sayang” aku menerima permintaannya, aku ingin buat dia senang
Akhirnya Vino membelokkan motornya ke arah mall, disana aku disuruh memilih beberarpa tanktop dengan belahan dada rendah, dan baju lengan panjang yang belahan dadanya juga rendah, Vino membuntut dibelakangku.
“Say, ada hotpant tuh, sekalian deh”
“What’s???? hotpant? Apa? Aku nggak pede say”
“Ahh, nggak papa lah say, aku pengen kamu pake gitu”
Akhirnya aku memilih satu celana super pendek itu dan juga Vino mengambilkanku celana sport, masih agak ragu memang, tapi buat Vino yang udah ngasi segalanya, kenapa nggak?
Aku jadi ingat masa laluku, saat dimana aku nakal, tapi bukan masalah cowok. Saat itu aku sangat jarang di rumah, sebagai anak perempuan aku mungkin tak ada gunanya saat itu, sekolahpun juga sangat malas, namun sejak Vino dekat denganku, aku mampu merubah peringai buruk itu, aku lebih giat belajar, lebih sering di rumah dan setidaknya aku berguna bagi orang lain
Esoknya setelah mandi aku dapet sms dari Vino
“Jangan lupa ya baju gantinya”
Singkat tapi semangat. Aku mengenakan tanktop abu-abu dan bra hitam di dalamnya serta tak lupa hotpant didalam rok panjangku, awalnya aku biasa, naik angkot ke sekolah dan mengikuti pelajaran seperti hari biasa. Namun saat kulihat jam menunjukkan pukul 13.00 hatiku semakin gugup, sebentar lagi jam pulang, dan aku akan memakai pakaian itu di depan banyak orang. Aku berjalan pelan di lorong sekolah dengan menunduk
“Hai sayang,,,” suara Vino menghentikan lamunanku
“Hai, gimana tadi pelajaranmu?” tanyaku garing
“Ya biasa lah say, debat terus dengan guru”
“Hahahaha, kamu tuh”
“Udah, jalan kemana kita?”
“Nggak tau”
“Kemana ya?”
“Udahlah, kita pikir sambil jalan aja”
“Ok sayang”
Dalam perjalanan hatiku sulit sekali tenang, tak ada satupun kata yang keluar. Hingga akhirnya motor ini masuk ke SPBU, tapi tak berhenti untuk mengisi bahan bakar, melainkan toilet
“Udah say, kamu ganti dulu deh”
“Disini?”
“Iya sayang”
“Banyak orang say”
“Nggak papa, nggak ada yang kenal kok, lagian aku juga ganti baju”
Perlahan aku masuk kamar kecil itu, satu persatu aku buka kancing seragamku dan kulipat bersama rokku sekalian aku masukkan ke tas menggantikan posisi jaket yang sengaja ku bawa dari rumah, jaket yang agak kebesaran dan memang sengaja kubuat menutupi pahaku. Saat keluar kulihat Vino sudah duduk di motor dengan wajah sedikit kecewa
“Kenapa pakai jaket say?”
“Dingin pastinya di motor, ntar kalau turun aku lepas kok” alasanku sekenanya
“Ok deh”
Vino mengajakku makan di rumah makan pinggir jalan besar, saat kami duduk, ia memintaku melepas jaket, mau tak mau aku melakukannya, sangat grogi, banyak mata melihat kearahku mulai dari remaja sampai seusia om-om, hitam dibalik tanktopku terlihat sedikit, aku tak bisa nyaman karena harus selalu membetulkan posisi tanktop ini
“Say, keren kamu kalau pake kayak gini” pandangannya terlihat penuh kebanggaan
“Hihihi, malu tauk” aku sedikit malu, tapi juga senang
“Buat apa? Kamu keren”
“Banyak yang liatin”
“Ah, nggak papa. Ntar pulang jangan pake jaket ya, kita jalan-jalan dulu keliling daerah sini”
“Iya deh, aku nurut, jagain aku ya?”
“Ok sayang”
Daerah ini banyak sekali toko, dari barang antik sampai modern, aku melorotkan bagian bawah tanktopku yang cukup panjang agar bisa menutupi pahaku
“Percuma kamu gitu. Orang malah mikir kamu nggak pake celana kan? Hahahaha”
Benar juga kata Vino, biarlah, aku berusaha menikmati ini semua, aku sayang dia.
Aku sering bepergian dengannya dengan keadaan seperti ini, namun hanya daerah yang cukup jauh dari rumah aku berani.
Vino memintaku memperkecil bagian pinggang seragamku, agar aku terlihat seksi. Beberapa anak di sekolah mengatakan demikian, awalnya aku risih dengan kata seksi, aku takut dicap sebagai wanita murahan, aku nggak mau. Tapi lama-kelamaan aku mulai mengerti arti kata seksi itu, seksi tak bberarti murahan dan sampai kini aku menginginkan kata itu terlontar dari mulut semua orang
Suatu saat kami pergi ke daerah dekat kota tetangga, Vino menyuruhku mengenakan kemeja tanpa apa-apa di dalamnya, awalnya aku risih, tapi aku mulai bisa menikmati
Aku buka 3 kancing baju atasku tanpa sepengetahuan Vino
“Ehm..” sindirku
“Apa sih say” tanyanya tanpa menatapku
“Ehm”
Ia langsung terkejut melihatku seperti ini, dan aku bisa melihat raut bahagianya. Beberapa mata menatapku, aku membiasakan diriku, mungkin Vino memang ingin menunjukkan diriku pada orang lain, itulah yang dia banggakan dariku, supaya ia bisa bangga memiliki aku dan tidak kecewa
“Makasih sayang” dia berterimakasih, aku senang dengan kalimat itu. Aku merasa dia sangat menghargaiku
“Apapun buat kamu sayang”

Aku mulai menikmati saat tubuhku dilihat banyak orang, dan itu juga membuat sayangku pada Vino semakin menjadi. Semua permintaanku pasti diberi olehnya, dan seharusnya akupun seperti ini, menuruti apapun yang dia inginkan
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar