Cerita Eksibisionis Ria Pacar Vino : 1 Permainan dalam Kisahku

Namaku Ria, umurku sekarang 19 tahun, dan masih kuliah di salah satu universitas, aku akan menceritakan kisahku selama aku berhubungan dengan kekasihku.
Parasku cukup cantik, tapi kata cowokku aku manis dan memiliki karakter sendiri, tapi ada juga yang bilang aku cantik alami. Pinggangku kecil aku tak tau ukuran tepatnya berapa, yang jelas itu yang membuatku tampak seksi, ukuran payudaraku tak begitu besar, namun cukuplah buat pegangan hehehehe.
Vino namanya, aku menjalani hubungan dengannya saat aku masuk SMA dan saat itu dia masih kelas XI, dia cukup tampan, tinggi, rambutnya selalu pendek, dan aku memang tidak suka dia berambut panjang. Banyak juga yang mengincarnya, herannya kenapa dia memilih aku? Tapi itu yang aku syukuri, aku memiliki kekasih yang sangat aku idam-idamkan.
Semua berawal dariku, itu saat hubungan kami mendekati 2 bulan, sore di taman kota yang lumayan sepi.
Kami berjalan seperti biasa, aku menggenggam tangannya dan terlihat tak begitu romantis, beberapa gadis berpakaian seksi lewat di depan kami, aku melirik Vino, maklum, mata cowok, sesetia apapun cowok, kalau ada hal yang menarik pasti dia akan melihat.
Waktu itu aku mengenakan jaket coklat dipadu dengan legging hitam, wajarlah jika Vino masih melirik cewek lain, tapi aku percaya dia setia.
Kami terus berjalan, sampai akhirnya kami berhenti di tempat yang cukup sepi
“Say, sepi ya disini” ucapku pelan
“Iya, mau pindah?” tanyanya
“Nggak ah, males, sini aja enak” kataku dengan sedikit manja
“Ntar kalo aku apa-apain loh. Gimana? Nggak takut?”
“Kalo kamu berani sih nggak papa, hihihi. Tapi aku percaya kamu kok say”
“Makasih sayang, kamu nggak pengen beli apa-apa?”
“Nggak ah say, males”
“Terus kamu pengen apa?”
“Pengen bibir kamu…”
“Maksudnya?”
“Ya bibir kamu itu, cium aku!”
“Cium?”
“Iya lah sayang…”
“Disini?”
“Dimana lagi? Di pos satpam? Gila apa?”
Dia dengan sedikit canggung mendekatkan kepalanya padaku, tangannya memegang pundakku erat. Akupun yang masih belum terbiasa sangat gugup, akhirnya pelan-pelan bibir kami menempel perlahan, dan ohhh sensasinya, tubuhku bagai melayang dan sangat lemas sekali.
Tak lama kemudian, aku mencoba membuka bibirku, tanpa kusuruh ia menggigit bibir bawahku perlahan, akupun mencoba menggigit bibir atasnya
“Kamu hebat say” kataku pelan
“Udah, nikmatin aja sayang”
Perlahan aku merasa sesuatu yang masuk ke mulutku, lidahnya, ohh inikah kenikmatannya? Aku hampir kehilangan kesempatanku untuk bernafas.
Cukup lama kami menikmati permainan baru kami, setelah dirasa waktunya cukup lama, dan beberapa orang telah menangkap basah kami, kami pulang dengan rasa yang masih mengganjal.
Jam 19.00, biasanya ini adalah jamku belajar, namun aku lelah sekali, akhirnya aku berbaring beberapa saat sebelum kukatahui ponselku bergetar, panggilan masuk, Vino
“Halo sayang, nggak belajar?”
“Capek sayang, masih kebayang yang tadi, hahahaha”
“Masih pengen ya?”
“Iyalah say, kamu gimana??”
“Aku juga pengen sayang”
“Ihhh kamu tuh, eh say, kamu kok ahli banget?”
“Hahahahaha biasa liat film ciuman, pelajarin deh, itu kan ilmu”
“Hahahahahaha iya ya”
Sampai sekitar jam 21.00 kami melanjutkan pembicaraan
“Say, kamu tau biasanya aku ke warnet ngerjain tugas sama Rika?”
“Iya, kenapa say?”
“Kamu tau aku ngapain aja?”
“Hmm emang apa sayang?”
“Tebak deeeh, kamu pasti tau”
“Ah paling-paling kamu buka situs yang nggak-nggak”
“Hahahahaha”
“Kok ketawa? Emang iya? Apa aku ngaco?”
“Kamu kok tau sih?”
“Iya? Serius?”
“Iya sayang, kapan sih aku pernah bo’ong sama kamu?”
“Wah, ganas nih cewekku”
“Kamu nggak marah kan?”
“Nggak kok sayang, sekarang, apa aja yang kamu liat?”
“Ya, biasa lah, orang gitu-gitu”
“Apaan?”
“Ya orang ML lah”
“Hahahaha, kembangin imajinasimu sayang”
“Maksudnya?”
“Kita nyoba yuk?”
“Ha! Gila apa? Nggak mau, aku nggak mau gitu”
“Hahahaha, ya nggak gitu, main imajinasi aja, lewat telepon, terus kamu bayangin aja aku, pake guling apa boneka gitu”
“Hahahahaha, kayaknya seru tuh, jadi bisa ML tiap malem nih? Kamu ini ada-ada aja say”
Aku mengambil gulingku dan memeluknya, kupejamkan mataku, mungkin sensasinya akan sangat seru
“Say, kamu sekarang pakai apa aja?” tanyanya pelan
“Pakai baju tidur, kamu?”
“Aku pakai celana pandek sama kaos”
“Terus kita harus gimana sekarang?”
“ Kamu mau nggak nglepas pakaian kamu?”
“Dilepas? Iya sayang, tapi bentar ya aku kunci kamarku dulu, tapi kamu juga lepas ya”
“Iya, say”
Aku bangun menuju pintu kayu coklat dan memutar perlahan kuncinya, agar tak ada suara yang ditimbulkan, aku berdiri di depan cermin lemari yang lebih tinggi dari aku, kupegang baju tidurku kubuka kancingnya satu persatu dan kulepas celananya juga, aku dapat melihat tubuhku dengan pakaian dalam lewat cermin, tubuh kecil yang akan kuserahkan pada orang yang kusayang, kumatikan lampu dan kembali pada tempat tidur
“Udah kamu kunci?”
“Udah sayang, aku juga udah lepas baju tidurku, kamu gimana?”
“Aku udah juga sayang”
“Makasih”
“Eh, ada yang nyariin kamu tuh.”
“Hah siapa?”
“Itu yang lagi berdiri, hahaha”
“Haaah kamu tuh”
“Sekarang dia minta dipegang sama kamu”
“Hihihi manja ya dia, iya sini aku pegang” saat itu aku agak takut mengawali pembicaraan yang sangat terbuka.
“Aku masukin jariku ya sayang”
“Ha? Kemana?” tanyaku dengan lugu.
“Ke ‘itu’ kamu”
“Say, celana dalamku belum aku lepas, mana bisa?” aku menanggapi serius
“Lho, kamu masih pakai apa aja?”
“Bra sama celana dalem”
“Oh iya, mau kan nglepas?”
“Iya sayang, ini aku lepasin kok buat kamu” aku membuka kaitan bra ku, dan sedikit mengangkat pinggulku untuk melepas celana dalamku
“Makasih”
Akhirnya kami seperti melakukan seks beneran, mulai dari posisi normal, 69 sampai doggy style. Tentunya dengan jariku sendiri, aku menggosokkannya ke vaginaku, lembap dan kelamaan jadi basah
“Aahhh…..” aku mendengar rintihan pelan dari dia
“Kenapa kamu?” tanyaku sedikit gugup
“Keluar say”
“Apanya?”
“Sperma lah”
“Ha? Sperma? Kok bisa?”
“Iya say, masak kamu nggak tau?”
“Nggak say, gimana bisa keluar? Kamu kan nggak ML beneran?”
“Iya sayang, cowok itu bisa ngeluarin spermanya sendiri”
“Caranya?” aku penasaran
“Dikocok pake tangan sayang”
“Gimana sih? Aku nggak paham”
“Kapan-kapan deh aku ajarin, mau?”
“Mau sih, tapi jangan ML ya.”
“Iya sayang, aku juga nggak mau ML sebelum nikah kok, santai aja”
“Makasih sayang”
“Tapi kamu beneran mau kan?”
“Iya sayang…”
Berawal dari sinilah kami mulai berani, kapanpun ada waktu kami selalu berciuman, walaupun Cuma sebentar, tapi aku merasa dia semakin sayang.
Suatu hari, sepulang sekolah, kebetulan sekolah dipulangkan agak pagi, kami berdua pergi ke sebuah tempat wisata, yang jelas disana ada banyak orang.
“Say, pengen cium nih” Vino berbisik
“Rame banget say, gimana ya?”
”Duduk situ yuk” katanya sambil menunjuk rerumputan yang cukup tinggi untuk menutupi setengah tubuh kami saat kami duduk.
“Iya deh say, aku juga capek”
Kami duduk disana menikmati alam sekitar yang indah, memang cukup banyak orang disini, namun kami serasa menikmati sekali duduk di tempat ini.
“Aku sayang kamu” kata manis itu terucap lirih
Aku hanya tersenyum bersandar di bahunya dan memeluk lengannya yang sedikit mengenai dadaku
“Say, nempel nih” dia mulai sedikit open
“Hihihihi, nggak papa say, ini punya kamu kok” kataku sambil menekankan lengannya
“Wah, iya sih say, tapi gawat, berdiri loh yang bawah…”
“Hahahahaha dia kangen aku mungkin”
Memang ini kali pertamanya menyentuh dadaku, dan akupun pertama kali merasakan sentuhan sengaja seorang pria, jelas aku menikmatinya.
“Say, sakit nih, kejepit celana”
“Hahahaha, biarin, biar kamu rasain hahaha”
“Oh iya, aku kan ada janji mau ngajarin kamu ngocokin itu”
“Ha? Emang berani disini?”
“Kita kan terhalang rerumputan, jadi nggak ada orang yang tau”
“Iya deh kalo kamu berani”
Perlahan ia mulai membuka resleting celana abu-abunya, hatiku berdegup keras sekali, seakan menanti sesuatu, rupanya ia memakai celana boxer hitam putih dan di dalamnya masih ada lagi celana dalamnya, ia masukkan tangan kanannya kedalamnya dan mengeluarkan ‘senjata’nya, coklat besar dan berkepala,
“Wah, besar banget say?”
“Ini yang akan ngerjain kamu ntar”
“Wow” aku masih terheran dengan ini, pertama kali aku melihatnya langsung
“Udah say, nunggu apa lagi? Pengang dong”
Tanganku perlahan aku arahkan dan sedikit mengelusnya, sshhhhh, ia sedikit merintih
“Pegang gini say” ia mengajariku dengan menggerakkan tangannya yang melingkar naik turun
“Gini ya?”
“iya, kamu masih perlu belajar”
“Hahahaha, kapan-kapan cariin tempat yang enak dong”
“Hahahaha iya deh kapan-kapan, tapi coba kamu emut nih”
“Dimasukin ke mulut?”
“Iya, kayak di film-film, berani?”
“Siapa takut?” aku yang sangat grogi nekat menjawab tantangannya, tapi hanya sekedar mengulum sebentar, masih bingung apa yang harus ku lakuin. Semua ini demi dia.
Sepertinya dia sangat menikmati, meskipun aku belum begitu ahli. Tiba-tiba Vino mengangkat kepalanya dan melihat ke sekitar
“Say, udahan yuk, tuh kayaknya ada kenalanku” dia sedikit tergesa rupanya kenalannya juga sedang pergi ke tempat ini, maklum tempat rekreasi
Akhirnya kami pulang dan berencana akan keluar lagi esoknya

bersambung...
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar