Cerita Eksibisionis Nanik Hartini : Mulai Menjadi Wanita Eksibisionis 5

Aromanya semakin menyengat hidungku, dan sensasinya semakin liar memainkan nafsuku. Tubuhku terasa agak kaku dan lengket oleh lulur sperma edo. Gejolak nafsu dalam diriku semakin membuatku melakukan hal yg lebih gila lagi. Kucondongkan kepalaku mendekat ceceran sperma edo yg ada di sisi coverbedku sebelah luar, dengan mata agak terpejam antara jijik dan nafsu, kujulurkan lidahku merasai ceceran sperma yg ada disitu. Dengan kedua tangan terus mengusap tubuh, lidahku mulai enjilati sperma edo yg tercecer di bedcoverku. Rasa asin dan getir sperma ditunjang baunya yg sangat menyengat mebuatku sudah tidak bisa mengontrol diriku sendiri.

  Pinggulku sudah bergetar tak beraturan karena deraan nafsuku dan kedutan di vaginaku, putingku begitu tegang dan sensitive sekali menahan deraan nafsuku. dengan posisi masih berjongkok dengan dua tangan muali mengusapi kedua payudaraku dan dorongan nafsu yg sangat tinggi kuusap-usapkan wajahku dalam ceceran sperma edo yg ada dibed coverku.
Aku mendesah-desah tertahan, menahan nikmat dan sensasi dari semua ini, wajahku terasa lengket oleh sperma ini, tubuhku semakin bergerak liar tak terkendalai, satu tanganku mulai turun ke bibir vaginaku. Kuusap clitorisku dari luar, aku masih sempat berpikir kalo tanganku masih belepotan sperma edo, agar tidak masuk dalam vaginaku, resikonya bisa berabe kan. Begitu sangat basah vaginaku, begitu tebal dan licin. Tangan kiriku terus meremas kedua susuku bergantian, tangan kananku terus menggosok clitorisku dari luat dengan liar, dan wajahku semakin kubenamkan dalam cairan dan aroma sperma.

  Kurasakan nikmat yg sangat luar biasa, aku terus mendesah tertahan karena rasa niknat yg menderaku. Kurasakan aliran kenikmatan mulai menjalari sendi2ku, menegangkan otot2ku, mengencangkan cengkeramku pada payudaraku, membuat tubuh dan mataku terasa sangat berat, sehingga membuat kepalaku harus tertunduk kaku, dan mataku terpejam dengan rapat. kurasakan dorongan orgasme yang sangat kuat dari dalam tubuhku dengan menyentak-nyentak hebat mendorong keluar dari tubuhku, begitu hebatnya hingga pinggulku bergetar-getar hebat, seirama dengan erangan yg keluar dari mulutku.

  Tubuhku terasa melengkung kaku, karena nikmat yg tak tertahan terus mendera selama beberapa saat. Getaran-getaran hebat yg kurasakan seperti membuatku melayang jauh sekali, dan menghilangkan kesadaranku untuk beberapa saat. Begitu hebatnya orgasmeku ini, seperti layaknya orang orgasme untuk pertama kalinya saat beserebuh dengan suami pada saat masih pengantin baru.

  Setelah beberapa saat, tubuhku mulai terasa sangat lemas dan tak bertenaga, begitu lemasnya hingga aku hanya bisa merosotkan tubuhku kebawah. Keresapi sisa2 orgasmeku yg telah lewat dengan mata terpejam, dan jantung masih berdegup kencang, kubiarkan tubuhku masih menelungkup dilantai kamarku yg dingin dengan keringat yg masih bercucuran membasahi seluruh tubuhku.

  Setelah tenagaku agak pulih dan kuat untuk berdiri, aku berjalan ke kamar mandiku, dengan pelan dan hati2 kubasuh mukaku dengan air, begitu menusuk dan dingin air yg menyentuh wajahku, sampai aku menggigil rasanya. Tubuhku masih begitu lemasnya hingga air ini bisa membuatku menggigil. Tetapi dengan perlahan-lahan rasa segar dan dinginnya air membuat tenagaku kembali pulih.

  Dengan kondisi yg sudah mulai kuat dan normal kuhidupkan showerku dengan air hangat, kuletakkan tubuhku dibawahnya, begitu nikmat kurasakan hangatnya air yg membasahi tubuhku, kusabuni dengan bersih tubuhku dari sisa2 sperma yg menempel, dan kukeramasi juga rambutku yg terasa kaku dan tebal karena keringat dan ceceran sperma yg menempel.
Selesai mandi kupakai kembali baju dan dalemanku yg tadi kulemparkan di atas bedku, kemudian kuambil kain kotor dari kamar mandiku dan kubasahi, untuk mengelap sperma edo yg ada di mana2. kulepas coverbed ku dan kuganti dengan yg baru, agar nodanya yg menempel bisa segera hilang dan tidak membekas di coverbed ku dan langsung kumasukan dalam bak cucian.
Setelah semua beres, perutku terasa begitu lapar. Entah karena tenaga yg sudah aku keluarkan atau memang sudah waktunya makan siang buatku. Kuambil bak cucianku yg berisi cover bed dan beberapa cucian kotor dan kubawa keluar dan kutaruh dalam mesin cuci untuk segera kucuci. Setelah menaruh cucian kotor kedalam mesin dan menyalakannya, aku langsung duduk dimeja makan.
Gado2 yg kubeli dua tadi masih satu dan aku makan. Sambil makan kulirik kamar edo, ternyata tertutup, mungkin dia keluar atau tidur aku gak tau, dan terus melanjutkan acara makanku sambil menikmati acara televisi.

  Setelah apa yg terjadi sejauh ini, aku dan edo masih seperti biasa, keadaannya seperti tidak pernah terjadi apa2. bahkan dua hari setelah kejadian itu, edo pamit akan pulang, karena sekolahnya akan libur selama 2 minggu, otomatis diapun akan pulang kampung selama 2 minggu kedepan. Aku sempat kaget juga, dan ada sedikit rasa kehilangan dan entah apalagi, terasa ada yg hampa karena akan ditinggal edo selama 2 minggu. Kenapa aku begitu merasa hampa, dan entah karena setelah kejadian itupun edo sendiri kelihatannya malah lebih sedikit sopan dan tidak berlaku seperti yg kemarin2.

Entahlah, aku sendiri juga tidak mau berprasangka yg macam2, dan mungkin ini juga sesuatu yg lebih baik buatku dan edo. Esoknya pada saat edo mau pulang, aku bawakan dia oleh2 khas daerahku untuk keluarganya, dan dia sangat senang sekali dengan pemberianku ini dan berterima kasih. Akhirnya pagi itu edo pulang dengan bawaan yg sangat banyak dengan menggunakan sepeda motornya berboncengan dengan teman sedaerahnya.

  Begitu sepi rasanya, dan ternyata anak2 kost depan juga pada pamit pulang kampung semua, karena katanya ini emang musim liburan sekolah. Oh… tambah sepi rasanya rumahku dan hatiku, karena biasanya tiap pagi dan petang selalu kudengar suara gaduh anak2 kostku yg sering bercanda dengan teman2nya.

  Kututup pintu gerbang depan dan pintu antara rumah induk dan tempat kost anak depan agar kalo aku didalam bisa tenang dan aman. Kemudian aku masuk ke kekamarku, dan kurebahkan tubuhku diatas kasurku sambil menonton acara televise. Belum genap setengah hari aku ditinggal pulang anak2 kostku aku sudah sangat kesepian dan booring, aku sesiangan ini hanya di kamar berbaring ditemani televise, begitu malasnya aku hari ini, mana mboknya yg bantu hanya datang dua hari sekali dalam seminggu. Uh…tambah boring rasanya.

Kulihat jam dindingku, ah, sudah jam 3 sore, aku masih belum nafsu untuk makan, kurebahkan kembali tubuhku di kasurku, tiba2 kudengar suara ketukan pintu berulang-ulang. Aku bergegas beringsut kearah pintu dan membukanya. Siapa ya? Aku masih mengira2 siapa anak yg berdiri didepan pintu rumahku ini, apakah dia teman sekolah anak kost sini dan sedang nyari anak kostku?

“adik ini nyari siapa ya? Anak2 kost udah pada pulang kampung, karena liburan sekolah” kujawab pertanyaanku sendiri. Kelihatannya anak ini agak terbengong dengan kata2ku. Kemudian dia menaruh tas ransel yg ada dipunggungnya kelantai, kulihat bawaannya banyak banget, ada tiga tas besar yg dibawanya, mungkin dia mau pulang kampung juga pikirku. “Saya Panji budhe, anaknya Pak D****o, dari Ng**i, tetangganya bu R***o, adiknya Pak Abd***h suami budhe” katanya menerangkan.

Ah, aku kaget juga, kemudian kupersilahkan dia masuk, dan menyuruhnya duduk diruang tamu, kemudian kuambilkan juga sirup dingin dan beberapa makanan kecil, karena aku melihatnya lelah karena perjalanan jauh. Setelah aku duduk kembali, dia menyerahkan oleh2 satu tas besar yg dibawanya dari kampung dan sepucuk surat kepadaku, diamplopnya tertulis nama adik suamiku yg dikampung, dan ditujukan kepadaku.

Kubuka surat itu, dalam surat itu menerangkan kalo Panji adalah anak asuh adik iparku, karena orang tuanya tidak mampu, dan di situ diterangkan kalo Panji ingin meneruskan sekolah perawat kesehatan yg ada dikotaku, dengan biaya dari adik iparku, dan memintaku agar Panji bisa menginap disana untuk beberapa saat guna melihat-lihat sekolah yg akan dimasukinya.

“jadi Panji mau sekolah disini?” kataku. “Iya budhe, Panji sekarang udah kls 3 dan mau lulus sekolah menengah pertama, dan sekarang lagi liburan sekolah, dan kalo nanti lulus, Panji mau sekolah akper di sini, karena katanya disini bagus” jawab Panji menerangkan maksud kedatangannya. Setelah itu kami bercerita panjang lebar dan menanyakan keadaan keluargaku yg ada disana, dan Panjipun menjawab semua pertanyaanku, dan kulihat emang anak ini begitu sopan, khas anak desa. Wajahnya begitu lugu, perawakannya tidak begitu besar, khas anak seusianya, kulitnya agak sedikit gelap, karena katanya dia bantu2 kerja di rumah adik iparku.

Setelah berbincang lama, kupersilahkan Panji untuk mandi dan makan, lalu kusiapkan sebuah kamar untuknya, yg berada dalam rumah indukku, bekas kamar anakku, yg berada sebelah kanan kamarku, dan kusuruh dia untuk istirahat, karena habis melakukan perjalan jauh pasti lelah. Tak lupa aku menelpon ke RT, memberitahukan kalo sodaraku mau menginap disini. Sampai malam Panji tidur, dan ga bangun, wah pasti lelah banget ni anak, sampai jam 09 malem ga bangun, kemudian akupun masuk ke kamarku dan tidur, setelah tidak lupa menutup semua pintu.

Kubuka mataku, ough, udah jam 06.30, wah aku bangun kesiangan, aduh mana belum buat sarapan buat Panji, segera kucuci mukaku di wastafel dalam kamar mandi kamrku, dan segera keluar, menuju dapurku. Aku begitu kaget, karena dapurku begitu bersih, dan rapi, lantainya pun udah bersih, tidak kulihat piring2 kotor disana, mungkinkah Panji yg melakukan ini semua? Aku berkeliling mencarinya, ternyata dia ada dihalan samping sedang menyapu halaman, ya ampun rajin sekali anak ini, aku sampai malu sendiri, kupanggil dia, kusuruh dia untuk berhenti dan tidak mengerjakan pekerjaan wanita.

Katanya dirumah adik iparku dia sudah biasa melakukan hal ini setiap hari, dengan sedikit memaksa kusuruh dia untuk tidak melakukannya, aku jadi ga enak, diakan tamu dirumahku, masak harus melakukan pekerjaan rumahku. Kusuruh dia segera mandi dan sarapan, dengan wajah yg agak terpaksa dan sungkan Panji menuruti perintahku ini, saat dia mandi kubelikan lauk dan nasi ketetangga sebelah yg jualan makanan.

Kemudian kami makan bareng, dan ngobrol banyak hal. Selesai sarapan dan beres2, aku mandi. Selesai mandi, kupakai dasterku, dengan daleman hitam, dan keluar kamar tuk ngobrol ma Panji. Tapi tak kulihat Panji, kemana dia ya? Ah mungkin dia jalan2 kesebelah melihat-lihat lingkungan barunya pikirku. Ah, masa dia keluar ga pamit ma aku?. kucari berkeliling sambil memanggil namanya, kudengar dia menyahuti panggilanku dari dalam kamar mandi dapur, aku langsung menuju kearahnya, kulihat Panji bertelanjang dada dam hanya memakai celana pendek sedang mencuci pakaian kotor. Ternyata tidak hanya pakaiannya saja yg dicuci, pakaianku juga, jadi banyak banget cucian yg dicucinya, ada tiga bak besar berisi baju kotor.

“Kenapa pakaian budhe juga kamu cuci? Kan ada mesin cuci juga, biar kamu ga repot2 kayak gini” ujarku. “gpp budhe, Panji sudah biasa” jawabnya sambil masih mencuci. “ya udah budhe bantu ya? kan baju kotor budhe juga banyak” sambil aku ambil kursi kecil duduk didepannya. “jangan budhe, biar Panji saja yg mengerjakannya, budhe istirahat aja didalam, Panji dah biasa kok nyuci pakaian banyak” sambil memohon agar aku tidak membantunya, karena mungkin dia rikuh dan sungkan ma aku.

Aku tidak menghiraukan permohonan Panji, pandangan Panji masih mengarah padaku, dengan perasaan sungkan dan rikuh. Kuletakkan kursi kecil dibawah, dan langsung kuturunkan pantatku, karena kursinya yg kecil dan pendek sekali membuat lututku lebih tinggi posisinya dari pantatku, otomatis pantatku agak deras jatuhnya, dan membuat aku sedikit terjerembab kebawah, karena pendeknya kursi, mau tidak mau posisi dudukku agak mengangkang dan membuat daster bawahku agak tersingkap dan mungkin Panji bisa melihat pahaku dan cdku yg berwarna hitam.[/FONT]
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar