Cerita Eksibisionis Nanik Hartini : Mulai Menjadi Wanita Eksibisionis 6

Sekilas kulirik Panji agak melotot dan terpaku melihat paha dan cdku yg terpampang jelas di depannya. Karena agak hilang keseimbangan tanganku berusaha menggapai kedua sisi ember, dan membuat posisiku lebih agak merunduk demi menyangga tubuhku sendiri. Karena Panji agak kaget melihatku limbung, otomatis arah matanya terus mengikuti gerak tubuhku, dan kembali dia agak terperanjat melihat payudaraku yg menggantung didalam dasterku yg longgar dengan belahan dada yg agak rendah.

Panji tampak begitu salah tingkah melihat kondisiku yg vulgar dibeberapa bagian tubuhku yg sensitive, setalah keseimbanganku kembali, aku ambil cucian dalam bak dan mebantu Panji mencucinya, tanpa menghiraukan Panji yg gelagapan dan menundukkan mukanya kearah bak cucian. Aku masih terus mencuci dengan kaki yg masih agak mengangkang, karena memang posisi kursi yg pendek. Dan Panji masih terus mencuri-curi pandang ke dalam pahaku dan cdku.
Jakunnya tampak agak naik turun, dan kulihat sesekali dia menahan nafasnya yg berat, dari tubuhnya yg telanjang dada dan hanya memakai celana pendek kolor, kulihat ada sesuatu yg agak menggembung, dan Panji berusaha menutupinya dengan merapatkan kedua kaki dan lututnya didepan tubuhnya. Aku berlaku biasa saja seperti tidak terjadi apa2, dengan berlagak bodo, aku tanya kedia “kamu lelah ya Panji? Kok nafas kamu berat? Kalo lelah, biar budhe aja yg selesain” dengan agak gelagapan Panji menjawab “gak kok budhe, Panji ga capek kok”.

Karena mencuci pakaian menggunakan tangan, otomatis banyak cipratan air di dasterku, sehingga membuat dasterku basah disana-sini dan semakin mebuat cetakan tubuhku terlihat jelas, terutama pada bagian susuku. Panji semakin kikuk dan salah tingkah, sesekali dia mencuri pandang kearah pahaku, kemudian berganti kecetakan susuku, kubiarkan matanya menikmati tubuhku yg terbuka dan terpampang didepan matanya, mataku kuarahkan kecucianku, seolah2 aku sedah serius mencuci dan memberinya kesempatan untuk memelototi tubuhku tanpa takut oleh pandanganku.

Setelah beberapa lama, akhirnya selesai juga acara mencuci. Kusuruh Panji untuk mengangkat bak berisi cucian keatas, buat dijemur. Saat dia berdiri dan berusaha mengangkat bak cucian, terlihat ada sesuatu yg menggembung pada depan celananya. Dia berusaha menutupinya dengan baknya, dan aku seperti seolah-olah tidak mengetahuinya. Dalam hati aku tersenyum sendiri.

Setelah semua cucian terangkat keatas, aku suruh Panji untuk duduk saja didepan bak dan memerasi cucian yg masih basah, sedangkan aku saja yg menjemurnya, dengan harapan Panji bisa melihat tubuhku dari bawah, karena dasterku yg panjangnya hanya selututku, dan mungkin dia bisa melihat pahaku belakang, dan sewaktu kedua tangaku naik keatas untuk menjemur pakaian, dia bisa melihat ketiak dan payudaraku yg tercetak pada dasterku yg agak basah dan tertarik keatas.

Dari samping kiriku, kulirik Panji terus memerasi baju2 basah, tetapi matanya terus mengawasi tubuhku dari samping bawah, dia berjongkok dengan kedua kaki didepan perutnya, seakan-akan sedang menyembunyikan sesuatu yg sedang mengganjal pada celana pendeknya. Aku masih terus menjemur pakaian2 yg telah diperas Panji di jemuran, sampai semuanya tergantung dijemuran. Selesai semua aku jemur, aku masih melihat Panji duduk berjongkok tak bergerak, matanya teralih saat pandanganku mengarah padanya. “Panji, kenapa kok masih disitu aja, ayuk turun, nih handuk buat kamu mandi” kataku sambil menyodorkan handuk yg tergantung diejmuran dan memberikannya padanya.

“iya budhe, bentar lagi, Panji masih mau duduk2 diatas, Panji bawa handuk sendiri kok” kilahnya.
“udah handuk ini aja dipake, dan gih sana cepet mandi…. Bau, tuh” kataku dengan sedikit memaksa dan menutup hidungku dengan tersenyum.

Dengan keterpaksaan, Panji meraih handuk dengan posisi membungkuk, masih berusaha menutupi sesuatu diselakangnya yg bengkak. Saat tangan Panji berusaha meraih handuk dari tanganku, dengan cepat tanganku meraih tangannya, kutarik dan kupaksa dia berdiri. Dengan tergagap dia langsung berdiri dengan wajah yg agak tertunduk. Kemudian kugandeng dia kebawah menuruni tangga dan kusuruh mandi di dalam kamar mandi kamarku. Saat sampai didepan kamr mandi dapur, dia berhenti dan mau masuk kedalam, aku larang dia dengan alasan kamar mandinya masih kotor habis buat nyuci baju tadi, Panji tampak mengangguk dan menurut.

Terus kugandeng Panji kearah kamarku, dia tampak begitu rikuh dan sungkan mengikutiku dari belakang, tapi aku tahu, kalo matanya sering mencuri pandang kearah ketiakku dan pinggiran susuku bagian kanan, karena memang kondisi daster yg agak longgar, membuat ketiak dan susuku yg kanan agak terlihat. Saat perjalanan sampai didepan kamarnya, dia agak menghentikan langkahnya, berdalih mo ambil banti baju dan handuknya, aku tarik terus dia, dengan alasan nanti aja gantinya, kan kamar mandinya dah dekat, karena memang kamarku dan kamar Panji berhadapan, hanya kamarnya agak kekanan depan kamarku.

Dengan berbagai dalih dan alasan yg masing2 kami buat, akhirnya Panji nurut juga tuk mandi didalam kamar mandi kamarku. Alasan kenapa Panji kupaksa mandi didalam kamarku dengan hanya berbekal handuk dariku adalah agar pas dia selesai mandi dan keluar dari dalam kamar mandi hanya menggunakan handuk itu, karena celana pendeknya memang agak basah. Otomatis dia akan keluar dengan hanya memakai handuk itu, dan handuk itu ukurannya memang agak besar dan mungkin kalo dipakai menutup bisa sampai lutut agak keatas dikit. Setelah Panji masuk ke kamar mandi, dari luar aku bilang kedia kalo celana kotornya masukin aja kedalam bak cucian yg ada didalam kamar mandi, biar entar kalo dah banyak dicuci.

Hatiku begitu berdebar-debar dengan situasi ini, aku seperi panas dingin menaunggu Panji mandi dan keluar, dalam kamar aku seperti bingung sendiri, hanya mondar-mandir tak menentu. Akhirnya terbersit pikiran untuk memberinya sebuah fantasi dan godaan pada Panji. “hihihihihi…” aku sampai ketawa sendiri memikirkan rencanaku ini. Segera aku ganti dasterku yg agak basah ini dengan daster lain yg bersih dan kering, tetapi agak pendek dan lebih longgar. [/FONT]
[FONT=&quot]Sengaja kulemparkan dompetku kedalam kolong tempat tidurku, dan aku memposisikan diri menungging seperti orang yg sedang berusaha mengambil sesuatu yg ada dibawah dan jauh dari jangkauan., sehingga membuat pantatku begitu tercetak jelas dari belakang. Dan posisiku yg menungging pas berada didepan pintu kamar mandiku, jadi posisiku menunggingi atau membelakangi pintu kamar mandiku. Kulakukan hal ini setelah tidak kudengar lagi suara guyuran air dari dalam, dan bisa kupastikan kalo Panji mungkin dah mau selesai mandi. Jadi aku sendiri biar ga pegel lama2 nungging.

Dan perkiraanku bisa dibilang sangat tepat, karena kurang dari dua menit Panji keluar dari dalam kamar mandi hanya dengan dililit handuk hijau sebatas atas lututnya. Dia berhenti sejenak didepan pintu kamar mandi demi melihatku menungging tepat didepannya sedang kepalaku ada dalam kolong tempat tidurku tertutup sisi bawah coverbedku. Kurasa dia sedang memperhatikanku dengan lekat beberapa saat, karena tidak kudengar dan rasakan ada gerakan yg dilakukan oleh Panji.
 “Panji tolong Bantu budhe ambilin dompet budhe yg jatuh didalam sini” kataku membuyarkan lamunannya disana.
 “i..iya bude” Panji menjawab dengan tergagap dan kaget oleh kata2ku. Dan kudengar langkahnya yg mendekatiku, dan dia tampak bersimpuh didekatku, kukeluarkan kepalaku dari kolong dan ikut duduk bersimpuh didekatnya. Aku menunjuk kedalam dimana dompetku jatuh dan memintanya untuk mengambilkannya.

Dengan polosnya dia mulai berjongkok dan merangkak kedalam kolong bedku, pantatnya begitu tercetak jelas sewaktu dia berjongkok dan berusaha masuk kedalam, belahan pantatnya begitu sexy kulihat dari belakang, karena kutahu dia tidak memakai clana dalamnya. Kemudian kurubah posisiku dari bersimpuh menjadi jongkok menghadap bedku, sehingga pahaku terbuka lebar, dan membuat dasterku tersingkap menampakkan cd hitamku.

Agak lama Panji berada didalam sana, kemudian kutanya ke dia “udah dapet Panji, dompet bude?” kenapa Panji begitu lama disana? Apakah dia sedang menikmati paha dan cd dari dalam sana? Ataukah dia malu keluar karena penisnya yg berdiri karena melihat dalemanku? Aku hanya merasa bangga bisa membuatnya salah tingkah.

Tiba2 sebuah tangan menjulur keluar dengan sebuah dompet hitam dalam genggammannya, “ini budhe dompetnya” suara Panji masih dari dalam kolong bedku. Oh, aku agak terkejut dan meraihnya. Kok tangannya duluan yg keluar, berarti posisi panji menghadapku dong? Pikirku dalam hati, dan pastinya dia menghadap langsung kedalam selakangku yg terbuka….setelah mengambil dompet dari genggaman panji, aku beranjak dan duduk ditepi ranjang menantinya keluar dari dalam kolong.

Kutunggu Panji tidak segera keluar dari dalam kolongku, kemudian kutanya “Panji, kok ga segera keluar sih, ada apa didalam sana?”
“Anu budhe, lutut panji kejedot, jadi agak sakit” sahut panji dari dalam kolongku.
“Kalo gitu sini, cepetan keluar, biar tante obatin betadin lukamu” sambil aku beranjak mengambil betadin dari kotak P3K yg ada di atas wastavel kamarku.
Saat tanganku meraih betadin dan kapas, tampak kepala Panji menyembul keluar dari dalam kolong bedku, mukanya agak meringis menahan sakit, dia berusaha merangkak keluar mengeluarkan tubuhnya dari dalam kolong bedku.
 Kuraih badannya dari samping belakang dan kubantu dia berdiri dan duduk disisi ranjangku, wajahnya terus merringis menahan sakit, kulihat lututnya lebam dan lecet mengeluarkan sedikit darah.

Setelah Panji duduk ditepi ranjang dengan kaki kanan yg luka disilangkan diatas kaki kirinya, satu tangannya memegang ujung lipatan handuk yg ada di pinggangnya, dan tangan kanan memegang lututnya yg lebam, aku duduk berjongkok dilantai tepat didepan kakinya, kubuat posisiku berjongkok sedemikian rupa seolah-olah sedang mengamati luka panji dan mengobati lukanya dengan kapas yg sudah aku tuang betadin. Dari posisiku ini kutahu Panji pasti bisa melihat belahan susuku dengan jelas. Karena posisi kepalaku yg lebih rendah, pastinya panji sangat leluasa memandangi payudaraku yg menyembul dari dasterku yg longgar.

Kubiarkan panji terus berimajinasi dengan menikmati payudaraku didalam dasterku yg longgar, sementara aku seolah-olah sibuk mengobati lukanya, sesekali dia mendesis kesakitan dan terlonjak saat betadin kuusapkan dilukanya. Mungkin dia akan bisa melihat seluruh payudaraku dan putingku, andai aku tidak memakai BHku, karena memang daster yg kupakai bahannya yg lemes dan longgar. Setelah beberapa saat, kuselesaikan acaraku mengobati panji, dan duduk disampingnya. kutanya kedia gimana rasanya sekarang kakinya? Dia menjawab kalo sudah agak mendingan, dan berterima kasih padaku dengan agak salah tingkah dan suara yg sedikit parau dan gelagapan.

Kulirik sekilas pada bagian antara pangkal pahanya yg tertutup handuk terlihat sesuatu yg sedikit menggembung. Kurasa dia sadar dengan arah lirikanku, langsung kedua tangannya ditumpangkannya diatas pangkal pahanya, seolah berusaha menutupi siluet penisnya yg menggembung dibawah handuknya. Dengan tangan masih didepan penisnya, panji berusaha berdiri dan melangkah dengan terhuyung, karena kakinya masih terasa sakit, dia pamit padaku untuk berganti baju dikamarnya. Karena kondisi ini kuraih pinggangnya dari kanan dan kulingkarkan tangan kananku dipinggangnya dan membantunya berjalan.

Panji terperanjat, karena dengan tiba2 saja aku merangkul pinggangnya dengan menggenggam lipatan handuk yg ada dipinggangnya guna membantunya berjalan. Dia berusaha menolak secara halus padaku, dengan alasan kalo dia bisa berjalan sendiri. Kuberi alasan yg tepat hingga panji membiarkanku membantunya. Dia berjalan dengan terjinjit-jinjit, menahan sakit di lututnya, tangan kirinya lemah menopang tubuhnya dipundakku, dia merasa sungkan melingkarkan tangannya di pundakku, jadi tangannya serasa tidak bertumpu dipundakku dan tangan kanannya memegang ujung bawah handuknya agar tak menyentuh lukanya. Karena tangan kirinya tidak bertumpu dengan benar pada pundakku, otomatis jalannya jadi goyah, dan membuatku harus memegangnya dengan kuat, otomatis tangan kananku mengcengkeram kuat dihanduknya.

Saat perjalanan sampai pada pintu kamarku, otomatis kami berdua tidak muat disana, dan panji mengetahuinya, dan mencoba mendahuluiku keluar dari pintu, karena tergesa dan menahan sakit pada lututnya. Tubuhnya hilang keseimbangan dan terhuyung kedepan, membuatku kaget dan berusaha menahannya dengan mencengkeram handuknya dan berusaha menahannya agar tidak jatuh. Karena kejadian yg begitu cepat dan tidak bisa aku kendalikan, panji terus terhuyung kedepan, sedangkan tanganku masih erat memegang handuknya, dan akibatnya panji terus terhuyung hamper tersandung pintu tetapi untung kedua tangannya masih bisa berpegang pada kedua sisi pintu kamar, sehingga dia tidak sampai terjatuh kelantai. Tetapi yg membuat dirinya dan diriku kaget adalah, dia berdiri diantara pintu dengan keadaan bugil, karena handuknya terlepas dan berada pada genggamanku.

Aku terperangah beberapa saat dengan handuk masih dalam genggaman tangan kananku, panji terlihat begitu bingung dan kikuk dengan keadaannya sendiri, dengan reflek tangan kanannya langsung menutupi selakangnya, dan tangan kirinya masih berpegang pada pintu. Aku begitu terpukau melihat tubuh bugilnya dari belakang, begitu sexy dan mempesona. Punggunya begitu indah, pantatnya gembul dan kencang, pahanya begitu mulus.

Aku biarkan keadaan ini seolah-olah aku tidak sadar dengan kekosonganku, agar panji berbalik menghadapaku dan mengambil handuknya sendiri, karena aku tahu panji tidak akan berani memintaku memberikan handuknya kepadanya, karena anak ini begitu sopan dan hormat kepadaku. Dan tebakanku benar, dengan tangan kiri yg berganti menutupi penisnya, dan muka tertunduk, dia menghadapkan tubuhnya padaku dan berusaha meraih handuknya. Dari pandanganku sepintas kulihat penis panji yg ternyata sudah berdiri tegang tidak tertutup secara sempurna oleh tangan kanannya.

Dari sela2 jarinya bisa kulihat penis yg tegang agak gemuk dan agak hitam, bulunya masih halus dan jarang. Karena tangan kirinya hanya menutup sebagian batang penisnya dengan posisi jari kebawah. Aku begitu terkesima, dan tidak menyadari kalo tangan kanan panji sudah berusaha meraih handuknya dari tanganku, sehingga sewaktu tangan panji berusaha menarik handuknya dari genggamanku, aku terperanjat dan mendorongkan handuk yg kubawa padanya. Tetapi apa yg terjadi malah diluar dugaanku.

Karena satu tangan menutup penis dan satu tangan lagi meraih handuk, membuatnya harus bertumpu satu kaki, sedang kakinya yg luka agak ditekuknya keatas demi menghindari nyeri, dan karena sodoran handuk dari diriku yg kaget dan tiba2 padanya, malah membuatnya terdorong dan terjengkang kebelakang dengan posisi terlentang, kedua tangannya berusaha menahan tubuhnya dari samping kiri kanannya, dan otomatis tubuh bugilnya begitu terekspose dengan jelas olehku. Karena posisi jatuhnya terlentang, otomatis tubuh bugilnya begitu jelas terlihat olehku.

Sekali lagi aku begitu terperangah dan terperanjat. Mataku serasa kaku dan tak berkedip melihat tubuh bugil panji dalam keadaan terlentang dilantai dengan penis yg tegang. Tubuhku serasa tak bisa digerakan selama beberapa detik, jantungku langsung berdetak kencang disertai desiran panas darahku yg mengalir cepat menjalari setiap sel2 yg ada dalam tubuhku. Panji tampak kebingungan dan berusaha bangun dari jatuhnya, wajahnya memerah menahan malu, dengan susah payah dia berusaha bangkit dengan satu tangan berusaha menutupi kemaluannya yg berdiri.
 Aku masih terus terpaku ditempatku menatap tak berkedip pada tubuh bugil panji. Setelah bisa berdiri dengan susah payah, dia langsung berlari terjinjit-jinjit masuk kekamarnya, begitu tergesanya sampai handuknya terlupa dipakai dan masih tergeletak dilantai dekat kakiku. Mataku terus terpaku mengikuti gerak panji yg bugil dari belakang saat berlalu membelakangiku memasuki kamarnya.

BERSAMBUNG................
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar