Sebulan sudah sejak kejadian mesum di Villa bersama pak Slamet (baca :
Riri eksib di Villa). Hari-hariku berjalan normal kembali seperti
biasanya. Hubunganku dengan Andi pacarku juga masih langgeng,
sepertinya kejadian di Villa itu tidak terlalu mempengaruhinya. Sekarang
aku lagi disibukkan oleh banyaknya tugas-tugas yang diberikan oleh
dosen-dosenku, cukup membuat aku stress dan frustasi. Kadang timbul
keinginanku untuk kembali ber exibisionis ria. Sebagai anak kuliahan,
aku menghabiskan waktuku di rumah saja. Tidak seperti anak-anak gedongan
Jakarta lain yang suka kelayapan dan hura-hura. Kedua orangtuaku sibuk
bekerja, mereka baru pulang sore ataupun malam hari sehingga kalau siang
hari hanya berdua saja dengan pembantuku mbok Surti.
Sehari-hari kalau di rumah aku hanya memakai celana pendek ketat dan
kaos saja. Seperti hari ini, aku mengenakan kaos basket warna merah
longgar tanpa lengan dengan belahan dada rendah. Bawahannya hanya
mengenakan celana putih pendek yang panjangnya hanya beberapa senti dari
pangkal selangkanganku. Hari ini juga aku sedang sibuk di kamar
mengerjakan tugas-tugas kuliahku, bete banget karena gak
selesai-selesai. Akupun istirahat sejenak keluar dari kamarku yang di
lantai atas menuju dapur untuk mendapatkan sesuatu untuk dimakan atau
diminum. Ketika sampai di dapur ku lihat ada seorang bocah yang umurnya
kira-kira masih 14 tahun. Akupun heran dia datang darimana sehingga
akupun bertanya padanya.
“Adek siapa yah? Kok ada disini?”tanyaku pada anak itu. Tapi belum
sempat anak itu menjawab, tiba-tiba pembantuku mbok Surti datang.
“Itu ponakan mbok non dari kampung, mbok ajak kesini soalnya katanya mau rasain liburan di Jakarta” kata mbok Surti.
“Ohh, gitu ya mbok” aku mengerti. “Dek, anggap rumah sendiri yah,
jangan sungkan-sungkan. Namanya siapa dek?” tanyaku padanya. Kemudian si
mbokpun melanjutkan kerjaannya mencuci baju di kamar mandi belakang.
“Aris, kak. Nama kakak Riri kan? Kata mbok kakak orangnya baik, ramah dan tidak sombong” katanya padaku.
“Hihi, kamu ini” aku tertawa geli karena pujian anak kecil ini. “Kelas berapa sekarang Ris?” tanyaku lagi padanya.
“Kelas 1 kak, kemarin tinggal kelas, hehe” jawabnya malu garuk-garuk kepala.
“Makanya belajar yang rajin donk, masa sih sampai tinggal kelas, kamu
ini pasti malas belajarnya” nasihatku padanya. Ketika aku ngomong aku
sempat melihat matanya menelanjangi tubuhku, mungkin karena pakaian yang
aku kenakan ini yang cukup menggoda nafsu, apalagi orang kampung yang
tidak biasa melihat cewek putih mulus pakai pakaian minim menggoda
begini, di kampung-kampung mana ada, hihihi. Aku membuka lemari es dan
mencari-cari makanan yang mungkin bisa aku nikmati, posisiku saat itu
membungkuk membelakangi anak itu, sehingga paha mulusku dan bulatnya
pantatku yang dibalut celana pendek ketat ini menjadi santapan matanya.
Aku pun memutuskan mengambil puding dan susu murni dari dalam lemari es.
“Ya sudah dek, kakak ke kamar dulu yah..” kataku padanya. Ku lihat dia
gelagapan karena masih syok dengan apa yang baru dilihatnya, padahal
“cuma” sepasang paha putih mulus dan bongkahan pantat yang bulat
menggoda.
“i-iya k-kak,” gagapnya. Hihi, mulai nafsu nih kayanya nih anak, aku tersenyum geli dalam hati melihat tingkahnya.
“Dek kalau mau main PS, tuh di kamar kakak ada PS, dari pada Cuma
duduk-duduk saja disini, yukkk..” ajakku padanya. Walaupun Cuma PS2,
tapi cukup lah.
“eh,eh, boleh kak? Gak papa?” tanyanya minta kepastian.
“iya dek, anggap aja rumah sendiri, gak usah canggung gitu, hihihi” jawabku meyakininya.
“yuk dek ke atas” ajakku kembali sambil berjalan menaiki tangga ke
kamarku di lantai 2 dengan membawa makanan dan minuman yang baru kuambil
dari dapur. Dia kemudian mengikutiku dari belakang. Kamipun sampai di
dalam kamarku.
“Tuh dek PS-nya, pillih aja game yang mau dimainin. Kakak mau lanjutin
bikin tugas dulu ya.. santai aja.” Ujarku padanya. Diapun memilih-milih
kaset yang yang ada dan memilih salah satu permainan. Aku sih sibuk
ngerjain tugas diatas tempat tidur, sedangkan dia duduk di lantai asik
main PS. Ketika asik main dia curi-curi padang ke arah tubuhku, hihi,
ini bocah udah punya nafsu juga ternyata. Aku cuek saja, walaupun ku
tahu dia asik memandang tubuhku.
“Lagi minum apa kak, enak banget kayanya, minta donk kak, hehe” tanyanya, mencoba ramah supaya tidak canggung.
“minum susu dek, mau? Ambil aja di kulkas sana” kataku. “Atau kejauhan
yah? Ini minum susu kakak aja, masih banyak nih” tawarku padanya sambil
tersenyum. Tentu saja maksudku susu murni dI gelas yang sedang ku minum
ini, bukan susu di balik kaos ketat ku. Tapi sepertinya dia salah
tanggap mengira aku menawarkan susu dibalik kaosku ini.
“Mau kak, susu kakak gede kak, gemesin, hehe” katanya polos tapi mesum. Aku pun akhirnya mengerti kalau dia salah paham.
“yee.. adek, kalau ini sih belum bisa ngeluarin air susu. Kalau ada air
susunya pasti deh kakak kasih adek, hihihi” kataku mengikuti
kepolosannya yang mesum.
“ohhh.. gitu ya kak, hehe” cengengesannya sambil garuk-garuk kepala.
Diapun mengambil gelas berisi susu yang ku tawarkan itu dan meminumnya.
“enak dek susunya?” tanyaku padanya.
“enyak kak, hehe” sambil asik minum susu dia menatap nanar pada buah dada yang menggantung dibalik kaos ku ini.
“ihhh.. adek, enak-enak, tapi liatnya malah ke susunya kakak, hihi dasar
kamu nakal yah..” godaku padanya, dia hanya tertawa kecil saja, sambil
menghabiskan susu digelas itu. Gila nih bocah, nafsu-nafsu tapi susu di
gelas malah dihabiskan gini, padahal gue masih mau.
“Habis kak, hehe..” katanya.
“ah.. kamu, kok dihabisin sih dek susunya?” tanyaku pura-pura memasang wajah cemberut.
“Maaf kak, soalnya enak susunya” katanya tapi masih saja memandang susu di balik kaos ku.
“ ya udah gak papa” balasku tersenyum. Kami pun melanjutkan kegiatan
kami masing-masing, aku asik ngerjain tugas, dia asik main PS. Selang
beberapa lama waktu berlalu dia berkata padaku mau pipis.
“Tuh dek, kamar mandinya disana, pipis deh, ntar malah ngompol di kamar
kakak lagi” kataku menunjuk kamar mandi yang memang berada di dalam
kamarku. Diapun berjalan ke kamar sambil mengapitkan kakinya menahan
kencing, lucu juga ngelihatnya. Dia masuk kemar mandi dan menutup pintu.
“Kaaakk… ini siramnya gimana” teriaknya dari dalam kamar mandi tidak
lama kemudian. Akupun mengikuti arah suaranya menuju kamar mandi.
“apaan sih dek? Teriak-teriak gitu?” tanyaku sambil masuk dan menutup
pintu kamar mandi. Ya ampun nih bocah bukannya kencing di toilet malah
kencing di bathtub gue yang sehari-hari gue pakai merendam tubuhku,
dasar anak kampung yang gak tahu kamar mandi modern, gerutu ku dalam
hati.
“Deeekkk, kok pipis disini sih, ini tempat rendamin badan bukan tempat
buang pipis… ihhhh jorok kan jadinya kena pipis kamu” kataku sambil
melihat genangan kencingnya di dalam bathtub ku.
“eh, eh, ma-maaf kak, aris gak tau” katanya minta maaf.
“ya udah nih kakak siram dulu, gini nih cara siramnya” kataku sambil
membuka keran shower lalu menyiram kedalam bathtub yang digenangi air
kencingnya. Terpaksa deh repot gini gara-gara kebodohan nih bocah.
Karena sumbatan bathtub masih terpasang tentu saja makin menggenang air
kencingnya yang telah bercampur air shower. Terpaksa aku menggunakan
tanganku yang putih mulus menggapai dan membuka sumbatan bathtub di
dalam genangan air tersebut. Jijik juga sebenarnya tapi biaralah, hihi.
“Nih kamu lanjutin siramnya, bersihin bathtub kakak sampai wangi lagi”
suruhku padanya sambil memberikannya shower tersebut. Tapi memang dasar
anak kampung, makai shower saja gak bisa dan malah mengarahkan ke
badannya, sehingga air malah muncrat ke badannya sehingga pakaiannya
jadi basah semua, airnya juga mengenai pakaianku walau cuma sedikit. Aku
tertawa karena ulahnya.
“Hihihi… adek.. adek.. kamu ini gimana sih, tuh kan basah semua baju
kamu, baju kakak juga kena nih” kataku mengusap-usap bajuku.
“duh kak, gimana nih, dimarahin si mbok ntar aris” katanya dengan wajah khawatir.
“kamu sih.. ya udah lepasin aja bajunya, keringkan dulu badannya, kakak
ambilkan handuk dulu deh” kataku sambil keluar dari kamar mandi untuk
mengambil handukku. Aku kembali ke kamar mandi, ku lihat dia sudah
telanjang dengan pakaian basahnya tergeletak di lantai.
“Nih dek handuknya” kataku. Dia masih asik membersihkan bathtub membelakangiku.
“Iya kak makasih” katanya sambil berbalik badan menghadap kearahku,
penisnya terpampang dihadapanku, masih belum tegang sih, hihi. Tapi
karena melihat aku dengan pakaianku yang menggoda ini perlahan-lahan
penisnya mulai menegang.
“ihhh.. dek, tuh anunya berdiri tuh nantangin kakak, emang kakak salah apaan?” kataku bercanda menggodanya.
“eh, eh, ma-maaf kak” katanya sambil berusaha menutup kemaluannya.
“hihi.. iya-iya gak papa, kamu masih kecil juga, buka aja tangannya,
bebasin aja burungnya kalau pengen tegang, jangan ditahan-tahan” godaku
tersenyum padanya. Dia pun membuka tangannya sehingga penisnya kembali
mengacung kearahku, aku senyum-senyum saja. Aku mendekatinya dan melihat
keadaan bathtub ku. Dia masih berdiri disampingku dengan penisnya yang
juga berdiri. Sepertinya suasana mesum kembali terjadi, aku seorang
gadis 19 tahun putih mulus anak orang kaya yang sedang memakai pakaian
minim bersebelahan dengan bocah ingusan anak kampung umur 14 yang
telanjang bulat di dalam kamar mandi.
“hmmm.. kayanya udah bersih bathtubnya, goodjob dek” kataku tersenyum padanya sambil mengelus rambut ikalnya yang masih basah.
“gujot? Apaan tuh kak?” tanyanya polos bego.
“goodjob dek… artinya kerja bagus adeknya”jawabku sambil tertawa.
“ohhh… iya kak, aris gitu loh, hehe” katanya sok hebat, padahal dia yang bikin kotor bathtub gue.
“ya udah, kamu mau lanjutin mandi aja gak? udah sore juga kan? Mandi aja disini” tawarku. Dianya balas senyum-senyum saja.
“iya deh kak, aris mandi disini aja” katanya lagi menunggu kesempatan mesum berikutnya.
“bisa kamu pakai showernya? Itu bisa diatur air hangatnya.. hmmm… biar
kakak aja deh yang mandiin kamunya, nanti kamu mandinya sembarangan
lagi” ajakku padanya. Soalnya dia polos-polos bego sih, nanti malah air
toilet dipakenya kumur-kumur, hihi.
“hmm, boleh aja kak” katanya girang, sepertinya kepalanya sudah terisi
pikiran-pikiran mesum. Aku mulai mengatur panas air shower sehingga
terasa nyaman, kemudian mulai menyiramnya dengan shower. Tentu saja
pakaianku juga ikut basah, tapi kubiarkan saja. Tingginya hanya sebatas
leherku, sehingga matanya sejajar dengan dadaku. Sebuah kesempatan
baginya menikmati menatap dadaku dengan pakaian ku yang telah basah, hal
ini tentu membangkitkan birahinya. Penisnya tampak menegang dan
berkedut-kedut, kadang penis tegangnya menyentuh pahaku yang putih
mulus, menampar-nampar pahaku dengan penisnya yang tegang poll, ku
cuekin aja sambil tetap menyirami tubuh bocah ini dengan air shower dari
kepala hingga kaki seperti memandikan adik sendiri.
“Enak dek? Gimana? Segarkan airnya?” tanyaku sambil tersenyum manis padanya.
“iya kak, enak.. segar” jawabnya. Aku lalu mengambil sabun dove cair
milikku, menumpahkannya ke tangan , lalu mengusapkan ke badan bocah ini.
Aku lumuri badannya dengan busa sabun mulai dari leher, tangan, perut,
punggung. Kemudian aku berjongkok dihadapannya untuk membersihkan bagian
bawah tubuhnya, yang mana membuat wajahku kini sejajar dengan penis
tegang menantangnya. Aku mulai dari kakinya, naik kepaha kemudian
keselangkanngannya. Akupun mulai memegang penisnya dan mengusapnya
lembut dengan tangan putih mulusku.
“Ohhh uhhh… enak kak, geli..hehe” katanya keenakan.
“enak dek? Gak sakit kan burungnya kakak kocokin gini?” tanyaku
menggodanya. Aku masih mengelus penisnya maju mundur dengan tanganku
yang berlumuran sabun.
“enggak kak, malah enak, aris biasanya kalau ginian cuma pake pake
tangan aris sendiri terus pake sabun batangan” katanya, membuat aku
tertawa mendengarnya.
“Kamu sering ngocok dek? Ckck.. kecil-kecil udah sering ginian kamunya” kataku padanya.
“hehe, iya kak, biasa kak laki-laki” jawabnya asal. Maklum saja umur
segitu pasti birahi sedang tinggi-tingginya, mulai tertarik dan
penasaran dengan lawan jenis. Aku masih melanjutkan mengocok penisnya,
dia sepertinya keenakan sehingga membuatku tak tega melepaskannya dari
tanganku.
“Udah dek? Kakak bilas dulu yah badannya.. ” kataku padanya. Tentu saja
dia tampak kecewa, tapi biarin saja. Aku mengambil shower dan membilas
badannya. Ku lihat penisnya masih tegang saja, kasihan juga liat
nafsunya gak kesampaian.
“masih tegang ya dek burungnya?” tanyaku menggodanya.
“iya nih kak… “ jawabnya dengan wajah mengiba.
“hmmm… ya udah, kakak mandi juga sekalian deh, liatin kakak mandi aja
yah.. kamu bisa kan ngocok sendiri? Kamu ngocoknya sambil liat kakak
mandi aja gimana? Mau kan?” tanyaku menggoda biarahinya. Tentu saja dia
gak akan menolak, hihihi.
“i-iya kak” jawabnya gagap. Pasti jantungnya berdebar-debar kencang tuh
apalagi mendengar omongan vulgarku barusan. Aku pun melepaskan
pakaianku, mulai dari kaos kemudian celana pendekku. Matanya gak
lepas-lepas dari tubuhku.
“ihhh… adek ngeliatin apaan tuh” tanyaku menggodanya.”mata adek nakal yah..” sambungku.
“eh, a- anu kak.. badan kakak seksi sih, putih, mulus, terus montok
banget kak” katanya berani tanpa sungkan. Aku tertawa saja mendengarnya.
Ku lanjutkan membuka celana dalamku, dianya makin terangsang saja
sepertinya.
“Adeekkk… kakak mau buka celana dalam nih, liatin yah puas-puas” kataku
menggoda. Dia mempercepat kocokan penisnya mendengar apa yang kukatakan
barusan. Ku selipkan jariku dikedua sisi celana dalamku, ku tarik
kebawah sedikit. Kulihat wajahnya makin gak karuan sambil makin cepat
mengocok penisnya sendiri. Ku lanjukan aksiku, celana dalamku kutarik
makin ke bawah perlahan-lahan dihadapannya, se inci lagi maka akan mulai
tampak permukaan vaginaku.
“gini aja yah dek… cukupkan? Gak perlu dilepasin kan celana dalamnya?” tanyaku menggoda.
“yaaaahhh… jangan dong kak, nanggung tuh” dia memelas. Dia betul-betul sudah gak tahan, penisnya menegang sejadi-jadinya.
“hihihi, kakak naikin lagi ya celana dalamnya? Udahkan?” tanyaku kembali
menggodanya, tapi tentu saja tidak benar-benar akan kunaikkan, kasihan
juga dia horny gitu.
“yaaahhh, kak….” Dia mengiba lagi.
“iya-iya deh, kakak buka nih, tuh penis kamu negang amat gitu, gak tahan
yah.. hihi, nih,nih” kataku. Aku pun meloloskan celana dalamku hingga
jatuh melewati kaki indahku dan jatuh kelantai.
“Gimana? Puas?” godaku lagi. Tampak dia makin kesetanan mengocok
penisnya, kubiarkan saja dia asik sendiri, aku pun melanjutkan mandiku
sesekali menatap dirinya yang masih asik mengocok sambil melihat tubuh
putih mulusku hingga ku selesai mandi.
“kakak udah siap mandi nih, masa belum keluar juga dek pejunya? Kan
kakak udah telanjang didepan kamu” kataku heran melihatnya dari tadi
belum juga keluar.
“iya kak, gak tau nih, padahal aris nafsu banget loh liat kakak” katanya.
“ya udah keluar dulu yuk, kamu lanjutin ngocoknya di kamar kakak aja”
kataku tersenyum. Aku pun keluar kamar mandi diikuti aris yang masih
horny berat. Aku duduk ditepi ranjang, ku lihat aris juga duduk ditepi
ranjangku.
“hmm dek, pegang-pegang aja badan kakak, biar kamu makin nafsu ke kakak, jadinya ntar cepat ngecrotnya” tawarku padanya.
“i-iya kak, adek juga gak nahan pengen gerepe-gerepe kakak dari tadi, hehe” katanya mesum.
“ya udah nih, puas puasain deh” kataku sambil memajukan badanku ke
hadapannya. Dia yang gak sabaran langsung saja meraba-raba badanku yang
masih lembab karena habis mandi. Dia sepertinya tidak sungkan-sungkan
lagi, tanpa meminta izinku dia meraba buah dadaku dan memainkan
putingnya. Tangannya menggerayangi tiap lekuk tubuhku, mukanya memerah
diselimuti nafsu, nafsu pada diriku, anak gadis majikan mboknya. Tidak
Cuma meraba-raba, dia mulai mencuim-cium bibirnya ke tubuh putihku. Aku
cuma tertawa-tawa geli digerayangi anak tanggung begini.
“hihi.. aduh dek.. geli dek… aduh… hihi nafsu amat sih, gak tahan banget
yah?” godaku yang sedang dihujani ciuman pada tubuh telanjangku dan
tangannya yang semakin liar menggerayangi, aku masih membiarkannya
melakukan perbuatan kurang ajar itu terhadapku. Setelah itu dia
membaringkanku di atas ranjang, tubuhnya yang lebih kecil dariku
menindihku dari atas, mencumbuiku seperti pasangan suami istri yang
sedang bercinta. Aku nurut-nurut saja apa maunya, tertawa geli atas
permainan lidahnya diputingku sambil tangan satunya meremas buah dadaku
yang satunya.
“sini dek cium bibir kakak” ajakku menggodanya. Dia pun meaikkan
posisinya sehingga kepala kami sejajar. Dia ciumi bibirku habis-habisan,
menggesek-gesekkan bibirnya yang hitam ke bibirku, sungguh mesum. Dia
jilat-jilat wajahku yang putih ini dengan lidahnya, bau juga nafasnya,
entah apa yang dia makan tadi. Penisnya yang tegang juga menggesek-gesek
diperutku, sepertinya dari penisnya sudah mengeluarkan cairan bening,
meleleh diatas perut rataku, aku yang menyadari itu hanya tersenyum saja
dalam hati. Aku membantunya dengan menggapai penisnya yang berada
diatas perutku, mengocok penisnya sambil dia masih asik mencumbui
wajahku.
Dia cuma ngeracau sendiri, entah apa yang dikatakannya. Aku
senang-senang saja sih ditindih gini, asal penisnya gak dimasukin ke
vaginaku. Cukup lama juga dia menindihku, ruangan ber-AC kamarku seperti
tidak berarti apa-apa karena hawa mesum yang semakin panas. Tubuhku dan
tubuh bocah ini sudah mulai berkeringat, terpaan sinar matahari sore
yang masuk dari jendela kamarku membuat tubuhku dan tubuhnya terlihat
mengkilap. Aku masih setia mengocok penisnya sehingga cairan beningnya
juga meleleh melumuri tangan mulusku, setelah itu aku menyuruhnya
bangkit sebentar.
“Dek, ganti posisi dong.. gak bosan apa?” tanyaku.
“i-iya kak, boleh juga tuh”jawabnya setuju. Kini aku yang
membaringkannya diatas ranjangku, lalu aku mengambil posisi berbaring
menyamping di sebelahnya. Ku dekatkan payudaraku ke mulutnya.
“sini dek, nyusu ke kakak..” tanpa menjawab dia segera mengenyot pucuk
payudaraku, mengenyot-ngenyotnya seperti anak bayi. Kadang giginya
terasa menggigit-gigit puting payudaraku, sedangkan tangannya yang satu
lagi meremas payudaraku yang satunya, ku senyum-senyum saja membiarkan
tingkah mesumnya. Penisnya yang tegak menjulang itu kugapai lagi dan
kuremas-remas, buah zakarnya tak lupa juga kuremas. Dia melenguh
keenakan sambil mulutnya masih mengenyot payudaraku.
“Enak dek?” tanyaku singkat kepadanya. Dia menjawabnya dengan hanya
menggumam saja, betul-betul tidak ingin melepaskan bibir hitamnya dari
payudaraku. Ku kocok terus penisnya, kadang kucium keningnya saat dia
mengenyot payudaraku seperti itu.
“Susu kakak yang satu lagi dijilat juga dong dek, masa itu mulu dari
tadi” pintaku, diapun melepaskan kulumannya dan meraih pucuk payudaraku
yang satunya untuk dia kenyot lagi sepuasnya.
“hihi, kamu yah… keenakan gitu” kataku senyum-senyum padanya, sambil
tanganku masih setia band mengocok penisnya. Sekian lama kami melakukan
aksi mesum ini nafasnya mulai memburu, sepertinya dia mau keluar,
kulumannya pada payudaraku makin menjadi-jadi, menggigit puting
payudaraku makin keras dari sebelumnya. Aku cuma meringgis agak
kesakitan tapi ku biarkan saja dia terus melakukannya. Kocokanku juga
makin cepat di penisnya.
Crooot.. crooot.. Tak lama kemudian pejunya keluar juga, meleleh dan
melumuri tanganku, cukup banyak juga pejunya, padahal masih bocah. Ku
masih mengocok penisnya yang sedang nikmat berdenyut-denyut mengeluarkan
lahar putihnya itu. Wajahnya memerah sambil tetap mengenyot payudaraku.
Setelah itu dia melepaskan kulumannya.
“enak gila kak, hehe, makasih ya, gak pernah aris merasa se nikmat ini” katanya puas.
“iya-iya, dasar mesum sih kamunya, hihi” kataku sambil masih memegang
dan masih mengocok penisnya yang sudah mulai melayu itu. Tanganku yang
berlumuran pejunya ku biarkan saja disana. Sambil tetap mengocoknya
perlahan aku mencium bibirnya, kamipun berciuman cukup lama.
“udahan ya dek.. bersihin dulu tuh badannya, tangan kakak juga penuh peju kamu nih.. hihi” pintaku.
“oke kak, makasih ya kak” katanya. Ku balas saja dengan senyum manisku.
Setelah itu kami sekali lagi membersihkan diri di kamar mandi. Untung
dia Cuma pegang-pegang doang, gak lebih. Kami berpakaian dan dia bersiap
keluar dari kamarku.
“kapan-kapan lagi ya kak” pintanya. Dia pasti ketagihan nih.
“Gak janji yah…, sana kakak mau lanjutin bikin tugas, gara-gara kamu nih..” balasku.
Beberapa hari ini si Aris menginap di rumahku sampai liburan sekolahnya
selesai. Kadang dia ikut mbok Surti ke Pasar atau swalayan sekedar
jalan-jalan keliling jakarta, atau dia jalan-jalan sendiri
keliling-keliling walau tidak terlalu jauh dari rumahku. Beberapa kali
dia mencoba mencari kesempatan mengulangi perbuatan mesum waktu itu,
tapi sepertinya belum ada waktu yang cocok.
Hari itu dia pulang siang hari bersama temannya, entah mereka bertemu
dimana. Temannya itu tampak seperti anak jalanan yang suka malakin anak
sd atau smp yang cupu-cupu. Dari tampangnya dia pasti sudah putus
sekolah, umurnya kutaksir tidak jauh beda dengan si Aris.
“kak… kenalin kak teman aku wawan” katanya mengenalkan temannya itu
padaku. Tentu saja temannya cukup terkejut melihat penampilanku yang
selalu memakai baju apa adanya kalau di rumah. Mata si wawan ini
langsung tertuju ke arah pahaku yang mulus, aku cuek saja.
“wawan” kata wawan sambil menjulurkan tangannya.
“Riri” kataku tersenyum manis padanya. Senyum manis yang pasti membuat lelaki manapun terpikat bahkan gemes atau nafsu kepadaku.
“Ris, suruh temannya masuk kedalam, kakak buatin minum dulu. Wan, anggap
aja rumah sendiri yah..” kataku tersenyum manis lagi padanya. Mereka
kemudian masuk kedalam dan duduk di ruang tv sedangkan aku ke dapur
membuatkan mereka minuman. Seharusnya ini kerjaan si mbok, tapi dianya
lagi ke pasar.
Dari ruang tv tersebut mereka dapat melihatku yang berada di dapur, mata
mereka menjelajahi tubuhku selagi aku membuatkan mereka minuman, kurang
ajar banget.
“nih minumannya”kataku memberikan mereka sirup dingin.
“makasih kak”kata mereka berdua. Kemudian aku kekamarku membiarkan mereka asik sendiri disana.
“tok tok” terdengar suara ketukan pintu di kamarku.
“iya.. masuk aja” teriakku dari dalam. Ternyata si Aris yang masuk ke
kamarku, ku yakin pasti dia minta jatah mesumnya nih, hihi..
“kak… boleh gak aris gituan lagi bareng kakak” katanya, benar dugaanku.
“ihhh.. kamu nakal yah.. gak nahan ya? baru juga 2 hari” kataku menggoda.
“iya nih kak, gak tahan banget” katanya lagi.
“yaudah, si wawan udah pulang belum? Kalau udah kunci dulu tuh pinta depan” pintaku.
“hmm.. gimana ya kak ngomongnya.. hmmm” kata si aris agak bimbang.
“napa? Ngomong aj ke kakak.. ngapain malu-malu, ayo.. mau ngapain?” tanyaku lagi mencari tahu.
“wawan boleh ikut gak kak, dia mau juga katanya” katanya mengejutkanku.
Gila apa aku harus melayani nafsu mesum kedua bocah ini. Cukup ragu juga
aku memikirkannya.
“gimana kak? Gak boleh ya? Pliss kak.. kami berdua udah terangsang nih
liat kakak dari tadi, kan cuma nambah satu orang aja kak.. gak papa kan
kak? “ pintanya memelas. Betul betul mesum. Aku belum sempat menjawab
permintaanya namun aris sudah menyuruh wawan yang dari tadi menunggu di
luar kamar ku untuk masuk.
“yuk wan.. masuk”suruh aris pada wawan. betul-betul seenaknya saja si aris ini.
“hehe.. halo kakak cantik” sapanya ketika masuk ke kamarku. Aku hanya membalasnya dengan senyumku.
“wah kamarnya bagus yah.. hehe”kata wawan lagi basa-basi. Aku masih duduk saja diatas ranjang.
“hmm… ris, pintu depan udah kamu kunci belum?”tanyaku pada aris.
“sudah kok kak” jawabnya.
“jadi kalian udah teransang yah? Dasar kalian kecil-kecil udah nakal giini”ujarku, mereka hanya senyum-senyum kecil.
“ya udah.. sini-sini buka baju sama celana kalian” suruhku pada mereka
yang langsung mereka lakukan tanpa menunggu lagi. Kini terpampang “dua”
penis tegang bocah tanggung yang meminta untuk dipuaskan seorang gadis
kuliahan yang putih mulus.
“ihhh.. udah tegang gitu penis kalian” kataku.
“habisnya kakak nafsuin sih.. iya nggak wan?“ kata aris meminta pendapat wawan.
“hehe, iya gue baru kali ini liat cewek kayak gini, putih, mulus cantik gini” katanya.
“emang kamu udah pernah lihat cewek telanjang wan?” tanyaku pada wawan.
“udah kak, hehe” jawabnya. Tidak heran, dia yang putus sekolah dan
berpenampilan seperti preman ini, mungkin kehidupan jalanan yang membuat
dia mengenalnya.
“ckckck… dasar kamu nakal” kataku. Aku mulai mendekati mereka dan berjongkok di hadapan mereka.
“kocokin kak”pinta mereka.
“iya-iya, ini juga mau dikocokin, gak tahan amat sih kalian” kataku
mulai meraih kedua penis itu dan mulai mengocoknya. Badan wawan lebih
hitam dan kumal dari aris, begitu juga penisnya. Wajar saja karena dia
sehari-hari terbakar matahari, rambut wawan pun agak pirang karena
seringnya terjemur matahari.
“enak gak? Gimana rasanya kocokan kakak wan” tanyaku pada wawan sambil mengocok penis mereka berdua.
“hehe, enek banget kak” jawabnya ku balas dengan senyuman.
“hihi.. dasar kalian bocah bocah mesum, baru 14 tahun juga” kataku
genit. Aku dengan tanpa paksaan mengocok penis-penis tegang mereka. Dua
macam aroma selangkangan yang tidak sedap berebut masuk ke hidungku.
Kadang sambil mengocok penis mereka aku mengeluarkan lidahku,
menjulurkan ke arah kepala penis mereka yang mengacung kepadaku. Hanya
berjarak beberapa senti saja ujung lidah ku dari kepala penis tersebut.
Sambil melakukan hal tersebut ku pandangi mata mereka, tentu saja mereka
semakin nafsu saja pada diriku,hihihi. Mereka sepertinya berharap aku
mejilati danmengulum penis mereka, tampak dari wajah mereka yang mupeng
banget kepadaku.
“Masukin dong kak ke mulut kakak” pinta wawan mesum.
“hmm… masukin gak ya.. gak usah lah ya...hihi” godaku pada mereka yang membuat mereka makin mupeng saja.
“yaahh.. kakaaak” rengek mereka. Aku masiih belum mau memasukkan penis
ke mulutku, ke pacarku aja gak pernah, jijik menurutku. Tapi mereka
tetap merengek minta penisnya supaya masuk ke mulutku.
“kaaaaaak, plisss, masukin yahhh.. ” pinta wawan lagi, sepertinya si wawan ini betul-betul gak tahan.
“hihihi.. pengen banget yah masukin penisnya kemulut kakak? Pengen
ngentotin mulut kakak ya kaliannya.. dasar, bocah-bocah nakal” godaku
pada mereka sambil tersenyum semanis mungkin, membangkitkan birahi
mereka terhadapku
“emang kalau penisnya kalian kakak masukin ke mulut, terus kalian mau ngapain?” godaku lagi.
“iya deh.. tapi bentar yah, kakak buka baju kakak dulu supaya kalian
lebih nafsu ntar” sambungku sambil melepas kocokanku dari penis mereka.
Mereka tentu sudah makin mupeng dan gak sabaran. Aku mulai membuka kaos
yang melekat pada tubuhku, kemudian celana pendek ketatku. Kulihat
mereka tidak berkedip menatapku melepaskan pakaianku, hihi.
“celana dalamnya juga dong kak” pinta aris. Aku masih menyisakan celana dalam yang melekat di tubuhku.
“ihhh.. dasar kalian mesum, itu ntar aj deh” kataku. Sepertinya mereka
mengerti. Sekarang aku cuma memakai celana dalam dihadapan mereka yang
semakin mupeng dengan penis yang mengacung-ngacung kepadaku.
“ya udah sini, siapa dulu yang mau kakak jilatin” tanyaku pada mereka.
Tentu saja mereka berebut dengan penis mengacung mendekati wajahku.
“awww… duuuhhh… kalian gantian dong, duuuhh.. aris, wawan…” pintaku pada
mereka yang saling tidak mau mengalah ingin jadi yang pertama
memperawani mulutku dengan penis. Penis-penis mereka menampar-nampar
wajah cantik putih mulusku, berebut untuk menjejalkan batang penis
mereka ke dalam mulutku. Akhirnya aris mengalah dan membiarkan wawan
dahulu. Maka jadilah wawan yang pertama merasakan mulutku, seorang anak
jalanan entah darimana yang bergaya preman dan putus sekolah, kulit
hitam terbakar matahari, mendekati mulutku yang tipis menggoda.
“hihi.. wawan dulu yah.. yuk wan, sini kakak jilatin penis kamu. Aris
kamu sambil nunggu biar kakak kocokin sini penis kamu” kataku pada
mereka. Aku mulai menjilati penis bau wawan, lidahku menari-nari memberi
rangsangan pada penisnya. Tangan kiriku memegang batangnya kadang
meremas buah zakarnya, sedangkan tangan kanan ku mengocok penis Aris.
“oughhhh ohhhhh, enak kak” kata wawan keenakan. Ku lanjutkan aksiku
dengan memasukkan penis wawan sepenuhnya ke mulutku, membiarkannya
menjejali batang penisnya ke mulutku. Bahkan dia menggoyangkan
pinggulnya seolah menyetubuhi mulutku dengan penis kumalnya.
“Ohhh… uhhhhh” erang si wawan kenikmatan. Sekitar 10 menit aku
membiarkan wawan memainkan penisnya di mulutku dengan berbagai aksi-aksi
mesumnya. Kini aku gantian mengulum penis Aris. Aris juga melakukan
hal-hal mesum dengan penisnya pada mulutku seperti yang dilakukan wawan,
seperti menggesek-gesekan kepala penis ataupun buah zakarnya ke mulutku
ataupun menyetubuhi mulutku dalam-dalam sampai aku susah bernafas, tapi
aku nikmati saja perlakuan mesum mereka ini. Mereka pasti beruntung
banget dapat melakukan ini terhadapku.
Sepertinya kami melakukannya sampai lupa waktu, mbok Surti sudah pulang
begitu juga dengan kedua orang tuaku!!! Karena tentu saja masing-masing
mereka mempunyai duplikat kunci pintu depan.
“Ri… Ririi..” panggil mamaku sambil mengetok pintu kamarku, betapa
terkejutnya aku. Kondisiku sekarang yang sedang hampir bugil sedang
bergantian menyepong dan mengocok penis anak tanggung yang sedang bugil.
Kedua bocah ini tentu juga terkejut bukan main.
“Ri… Riri… lagi ngapain sih? Buka pintunya dong..” teriak mamaku lagi. Aku melepaskan penis aris dari mulutku.
“Bentar mah, Riri sedang goluguluppuppppp” dengan kurang ajarnya Aris
kembali menjejalkan penisnya ke dalam mulutku, padahal aku sedang
bicara sama mamaku. Aku biarkan saja dulu penisnya memasuki rongga
mulutku, menikmati menjejalkan penisnya itu.
“Riri… sedang apa sih? Kamu ini lagi ngapain???” tanya mamaku lagi.
Akhirnya aris mau juga melepaskan penisnya. Akupun bangkit dari
posisiku. Lalu aku meletakkan jari telunjukku di mulut sebagai isyarat
agar mereka jangan berisik dan memberi kode pada mereka juga dengan
telunjukku supaya mengikutiku. Aku berjalan mendekati pintu kamar,
membuka pintu tapi hanya mengeluarkan kepalaku sehingga tubuh bugilku
tidak kelihatan. Dibelakangku aris dan wawan berdiri membelakangi pintu
dan tembok sehingga dari posisi ini mereka gak bakal kelihatan, tapi
dasar mereka nakal. Tangan mereka asik menggerayangi badanku, meremas
payudaraku padahal aku sedang bicara pada mamaku. Bahkan mereka
menyelipkan tangannya ke sisi pinggir celana dalamku yang terbuat dari
karet dan menariknya kemudian melepaskannya tiba-tiba sehingga terdengar
bunyi “ctar” karena karet dalamanku itu mengenai kulitku, untung suara
itu diabaikan oleh mamaku.
“lama amat sih kamu buka pintunya”tanya mamaku.
“i-iya mah, riri sedang tidur tadi” jawabku senatural mungkin agar
mamaku tidak curiga. Padahal aku menahan geli dari remasan dan rabaan
bocah-bocah nakal ini. Hanya pintu dan tembok yang memisahkan antara
kami dan mamaku.
“abis tidur kok keringatan gitu sih? AC nya rusak ya?” tanya mamaku
heran. Memang aksi mesum dengan bocah-bocah ini tadi betul-betul panas
sehingga badan kamipun berpeluh.
“gak rusak kok mah, kalau abis bangun tidur siang gini emang suka
keringatan sendiri walau ruangan ber-AC”. Kemudian kami sedikit
mengobrol tentang apa saja yang kami lakukan hari ini. Sedangkan aris
dan wawan masih asik melakukan perbuatan mesum padaku dibalik pintu dan
tembok ini. Sebuah keadaan yang mesum di depan orangtua, hihii.
Akhirnya kami selesai ngobrol dan mama beranjak pergi dari depan
kamarku. Aku menutup pintu lalu aku, aris dan wawan tertawa-tawa
tertahan. Betul-betul gila.
“terus gimana? Masih mau lanjutin lagi nih? udah mau malam nih..” kataku pada mereka.
“iya dong kak, lanjutin dong, kita kan pada belum keluar”kata mereka.
“apanya yang belum keluar?” kataku menggoda melirik mereka.
“pejunya kak, kami belum ngecrot nih kak, lanjutin yah kak, sampai kami nge crot” kata wawan vulgar.
“hihihi, iya-iya” kataku nurut-nurut saja apa mau mereka ini. “yuk ke
ranjang kakak” ajakku pada mereka. Mereka mengikutiku ke ranjang.
“kak.. selipin penis kami di susu kakak ya.. tapi kakaknya baring aja”
pinta aris nakal. Aku turuti kemauan bocah ini. Akupun berbaring di
ranjang, Aris kemudian naik mengangkangi dadaku, sehingga penisnya
sejajar dengan payudaraku.
“kalian.. nakal amat yah..” godaku. Aris kemudian menempelkan penisnya
di antara dadaku, kemudian ku jepit penisnya yang tegang poll itu dengan
payudaraku.
“ohhhh, nikmat susu kak” erang aris sambil menggoyangkan pinggulnya,
menindihku yang berada dibawahnya. Wawan yang gak mau kalah mendekatkan
penisnya ke mulutku, sehingga kini aku melayani penis-penis itu dengan
mulut dan payudaraku. Mereka lakukan bergantian. Kini mereka berdua
berbarengan menggesekkan penisnya di atas dadaku, aris sebelah kiri,
wawan yang kanan. Kepala penisnya menyodok-nyodok putting payudaraku
ini, bergesekan dengan putting payudaraku yang sensitif. Sepertinya
mereka ingin mengeluarkan pejunya dengan posisi seperti itu, aku sih
oke-oke saja. Setelah sekian lama menggesek akhirnya peju mereka tumpah
dipayudaraku, tepat disekitaran putingku.
“puas? Udahan yah.. belepotan gini dada kakak.. kalian sih.. nakal”
pintaku sambil ku lihat di cermin hampir semua bagian depan tubuhku kena
peju mereka. Kemudian aku beranjak dari tempat tidurku dan menuju kamar
mandi untuk membersihkan diri diikuti mereka. Tapi dasar mereka mesum,
di kamar mandi mereka minta jatah lagi sampai pejunya keluar, terpaksa
ku gunakan lagi tangan, dada, dan mulutku untuk memuaskan penis mereka.
Tidak cuma itu, mereka juga minta untuk menyelipkan penisnya di pahaku,
betul-betul mereka tidak ada puasnya.
"Iya-iya deh, selipin deh penisnya di paha kakak, kalau kalian mau,
boleh juga kok gesek-gesekin ke vagina kakak, tapi jangan dimasukkan
yahh.." Kataku melepaskan celana dalamku dan menungging dilantai.
Kini mereka bergantian menggenjot diriku, menyelipkan penis tegang
mereka di paha mulusku bergantian. Kadang saat yang satu asik
menyelipkan dan menggesek penisnya di pahaku, yang satu lagi sibuk
memaju-mundurkan penisnya di dalam mulutku. Dilihat dari cermin besar di
kamar mandi aku seperti disetubuhi depan belakang oleh kedua bocah
ingusan dekil ini di atas lantai kamar mandi yang dingin. Hingga
akhirnya mereka menumpahkan pejunya lagi, kali ini ngecrot bergantian di
atas bongkahan pantatku yang menungging, melumuri kulit pantatku yang
mulus dan putih, bahkan melumuri permukaan anus dan vaginaku.
Akhirnya aktifitas mesum ini benar-benar selesai. Dengan diam-diam
mereka keluar dari kamarku, aris kembali ke kamarnya, sedangkan wawan
kembali pulang.
Home
Cerita Eksibisionis
Penulis Lain
Riri
Cerita Eksibisionis Riri : 2 Eksib Dengan Ponakan Pembantu
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Mmm...jadi mau coba
BalasHapusBoleh banget ckck
Hapus