Cerita Eksibisionis Yola : Istriku Ternyata Eksibisionis Part 4 : Persetubuhan Liar
Prolog:
Cerita di bawah ini merupakan 80% kisah nyata yang direvisi oleh saya
Naryo selaku suami, bersama sahabat cyber saya bernama Raka (perlu
diingat bahwa Raka akan muncul di part selanjutnya dari kisah
berkelanjutan ini). Nama yang akan di tampilkan dalam sepanjang
cerita "Istriku ternyata Eksibisionis" ini adalah 100% nama pendek
dan nama panggilan dari nama asli kami.
Saya (Naryo) 32 tahun dan Istri (Yola) 29 tahun, kami sudah menikah
selama 7 tahun lamanya (Sejak Tahun 2005). Saat ini sudah tahun 2012,
Agustus. Sedikit bercerita tentang istri saya selaku tokoh utama
dari kisah nyata ini, ia memiliki penampilan cukup sederhana dan
menarik, sangat periang, dan memiliki banyak teman. Menurut Raka,
istri saya cukup cantik dan menarik jika diberi angka 1-10 ia
memilih angka wajah (7.5) dan badan (7). Dan ia seperti memiliki
darah keturunan chinese hanya sekitar 20% saja (tidak terlalu
kelihatan).
Tokoh-tokoh dalam kisah Istriku Ternyata Eksibisionis Part 4 (Persetubuhan Liar):
- Naryo (penulis, saya, suami dari Yola)
- Yola (tokoh utama dalam cerita ini, istri dari Naryo)
- Raka (teman cyber online saya yang membantu penulisan dan revisi kisah ini)
- Pak Yono (sang benalu desa, orang yang kurang ajar, tidak tahu malu, gendut, tidak menarik, pengangguran)
- Pak Risman (pekerja keras, sangat hormat kepada semua orang terutama saya dan istri saya)
Seperti yang sudah diceritakan sebelumnya bahwa istri saya positif
sekali menyukai aksi Eksibisionis. Sedangkan saya sendiri sebagai
suaminya menjadi kesulitan untuk memuaskan hasrat istriku karena
ternyata aksi eksibisionis istriku membuat ejakulasiku menjadi sangat
dini, hasrat-hasrat sebagai suami terlepaskan seketika menjadi sang
pengintip istri yang melakukan aksinya.
Pada Part 4 ini, saya ingin menceritakan kisah yang kami alami sekitar
bulan Maret 2006 (masih di bulan yang sama dengan Part 3), dan
beginilah kisahku bersama istriku Yola.
Jika kalian sudah membaca Part 2 tersebut dengan seksama, maka anda
tidak akan sulit menggambarkan Part 4 ini karena Part 4 ini benar-benar
sangat berkaitan dengan kisah Part 3. Seperti yang sudah kalian tahu,
pada Part 3 Pak Yono belum terpuaskan oleh istri saya, melainkan istri
saya diserahkan kepada Pak Risman untuk dipuaskan secara seksual. Dan
di saat itu juga, istri saya tengah berjanji kepada Pak Yono untuk
memberikan "kepuasan" secara terselubung lagi tetapi hanya jika
mendapatkan kesempatan yang serupa saja. Sekiranya hari itu adalah hari
Rabu (3 hari setelah kejadian penghianatan istri saya dengan Pak Yono
dan Pak Risman yang tengah saya ceritakan di Part 2). Waktu menunjukkan
pukul 8 malam, saat itu Pak Yono berkunjung ke rumah kami. Seperti
biasa saya dan Pak Yono berdua saja sedang bermain catur sambil ngopi
bersama. Lalu saya segera memanggil istri saya, "mah, ada Pak Yono nih,
minta kopi dong." Istri saya menjawab, "iya pah, sebentar." Seingat
saya, sebelum Pak Yono tiba, istri saya sedang mengenakan Daster
Panjang di bawah lutut berwarna merah dan memiliki tangan. Tentu saja
seperti yang kalian sudah ketahui dari Part 2, istri saya tidak
mengenakan daleman lagi jika sedang berada di rumah. Namun, yang saya
herankan mengapa istri saya lama sekali membuat kopinya kali ini.
Sekiranya 30 menit berlalu, Istri saya, yola, datang sambil berkata
kepada Pak Yono, "apa kabar nih pak?" Pak Yono tersenyum bahagia
menjawab, "baik-baik saja tentunya dik." Saat itu istri saya mengganti
dasternya dengan Daster Kuning di atas lutut tanpa tangan (seperti tank
top). Saya bertanya-tanya sendiri dalam hati, "perasaan tadi dasternya
istri saya warna merah kok jadi pake yang ini yah?" Ketika istri saya
meletakkan Kopi di meja, seperti biasa ia harus menunduk, pandangan Pak
Yono tidak lepas dari buah dada istri saya. Saya sendiri dapat melihat
secara samar-samar dari balik daster tersebut tonjolan pentil dari
buah dada istri saya tercetak dengan jelas sekali. Sayapun diam saja
tidak menegur ataupun mempermasalahkan hal itu.
Setelah istriku pergi ke dalam, ternyata yang tidak diduga-duga oleh
saya, Pak Yono, si gendut jelek yang kurang ajar ini, malah bertanya
dengan seenaknya kepada saya, "dik Yola, ga pake bra yah mas tadi sempet
keliatan 'itu' nya? Maaf yah mas." Lalu, aku sendiri langsung berdesir
dan berasa "deg" di dalam dadaku karena hinaan spontan ini, setelah
terdiam sekian detik akupun menjawab sambil berusaha tersenyum, "wah
iyah ni Pak Yono, maaf, istri saya jarang pake bra kalau di rumah. Nanti
saya suruh pake deh, bentar saya ke dalam dulu." Lalu, Pak Yono dengan
cepat langsung menyahut, "Jangan pak tidak usah, cuma boleh lah ya
saya lirik-lirik dikit hehe... Mas Nar kan tahu saya tidak punya istri,
mana ada yang mau sama saya gendut begini. Cuci mata sedikit sama dik
Yola gak apa apa kan mas bantu-bantu temen kesulitan." Lalu, sayapun
mengurungkan niat untuk memberitahu istri saya untuk mengenakan bra,
lagipula hal ini membuat aku sangat terangsang mengingat apa yang telah
terjadi di Part 3 antara Pak Yono dan istri saya Yola. Sayapun
menjawab, "yah, saya mah tidak apa apa deh pak, cuma kalau istri saya
keberatan Pak Yono ngintip begitu ya saya tidak mau juga. Toh Pak Yono
waktu itu sudah melihat tubuh istri saya ketika terjatuh dari tangga.
Jadi saya pikir apa salahnya kalau lirik-lirik saja." Sambil saya
berusaha tertawa, pak yono pun tertawa bersama saya, lalu Pak Yonopun
bertanya lagi, "Mas bole ga saya tanya satu hal ke mas nar?" Saya
bertanya lagi, "tanya apa yah Pak?" Pak yono berkata lagi, "saya pernah
dengar dari teman-teman saya ada sejenis penyakit bernama eksibisionis
Pak. Mas Nar pernah dengar ?" Saya sejujurnya belum pernah mendengar
istilah tersebut pada saat itu, mungkin saya pernah mendengar tapi saya
belum tahu "arti sebenarnya" dari eksibisionis. Kalau yang sudah saya
sebutkan dari Part 1 - 3 tentang Eksibisionis itu sebenarnya asal
muasalnya dari Pernyataan Pak Yono berikut ini. "Eksibisionis itu
adalah suatu tindakan di mana seseorang baik pria ataupun wanita bisa
mengalaminya dia merasa ingin menonjolkan bagian-bagian tertentu yang
di anggap sempurna dari tubuhnya kepada lawan jenisnya.", kata Pak
Yono. Saya pun hanya mengkerutkan dahi dan mengatakan, "oh seperti itu
pak?" Lalu, Pak Yono melanjutkan, "Saya kok ngerasa dik Yola ini,
mengidap penyakit yang sama loh Mas Nar, bukan bermaksud kurang ajar
yah." Lalu dalam hati saya, "jelas-jelas anda kurang ajar". Tetapi saya
menjawab, "lho?! Bagaimana Pak Yono punya pemikiran seperti itu?" Pak
Yono melanjutkan lagi, "gini mas nar, Mas Nar masih ingat ketika
kemarin dik Yola terjatuh dari tangga?" Saya menjawab, "ya tentu saja."
Pak Yono berkata, "jika wanita yang tidak mengidap penyakit
eksibisionis ini, pasti secara spontan ia akan teriak minta tolong
suaminya atau menutupi anggota tubuhnya karena malu dilihat orang luar
seperti saya ini. Apa lagi saya tetangga masa dik Yola ga malu?" Lalu,
mulai saat itu saya mulai berpikiran sepertinya memang benar pernyataan
dari Pak Yono ini. Sayapun dengan makin cemas bertanya lagi, "lalu pak
apa itu penyakit ? kalau penyakit apa bisa di sembuhkan yah?" Pak Yono
berkata lagi, "wah mas mungkin saja bisa di sembuhkan tetapi, kita
sendiri belum tahu benar apakan dik Yola mengidap penyakit eksibisionis
ini kan mas? Kita harus tahu pasti dulu kalau dia benar-benar mengidap
penyakit tersebut mas baru kita dapat memikirkan langkah
penyembuhannya." Sayapun menjawab lagi, "kalau dilihat dari kasus jatuh
dari tangga sih rasanya memang benar pernyataan Pak Yono. Tetapi,
bagaimana kita bisa tau secara pasti yah Pak?" Pak Yono tersenyum licik
sambil berkata, "hm... saya sendiri juga baru sekarang mas menemukan
orang yang berpenyakit eksibisionis ini secara langsung. Tetapi menurut
teman-teman saya mungkin kita bisa cocokkan ciri-cirinya dengan cara
menyuruh dik Yola melakukan sesuatu yang mengakibatkan ia harus
melepaskan pakaian di hadapan kita mas. Karena orang eksibisionis pasti
tidak akan malu untuk melepasnya atau malah ia berpura-pura tidak tahu
malu mas." Saya merasakan darah saya semakin berdesir entah mengapa
saya sendiri juga bingung, istri saya mengidap penyakit kok malah saya
terangsang? Lalu saya menanyakan lagi, "waduh gimana yah caranya Pak
saya juga bingung?" Pak Yono menjawab dengan enteng, "saya minta izin
sama mas nar dulu tapi, kalau seandainya saya berhasil membujuk dik Yola
melepaskan dasternya di hadapan saya, saya harap Mas Nar jangan
berpikir picik tentang saya, saya hanya berusaha membantu Mas Nar." Lalu
sayapun terdiam lama, sambil menengok ke arah istri saya yang sedang
menonton televisi di dalam. Akhirnya, sayapun menjawab, "baiklah Pak,
toh bapak sudah pernah lihat ini, asalkan istri saya dapat disembuhkan
dan hal ini dapat bapak rahasiakan saya tidak apa apa." Pak Yono
tersenyum girang dan menjawab, "tenang saja mas, kita kan sudah lama
menjadi teman rahasia mas aman di tangan saya. Sekarang... Mas coba
panggil dik Yola untuk mengambilkan kita makanan. Lalu coba mas nar
pergi ke kamar atau ke kamar mandi sebentar. Biar saya
berbincang-bincang seidkit dengan dik Yola. Setelah 30 menit coba mas
kembali lagi. Nanti saya beritahu apakah dik Yola berani menunjukkannya
kepada saya atau tidak."
Lalu saya pun pergi ke kamar mandi sambil berkata kepada istri saya,
"mah Pak Yono tolong di kasih kue yah papah sakit perut nih. Sekalian
di-'temenin' ngobrol dulu gih" Lalu istri saya berkata dengan sedikit
girang, "oh ya pah!" Lalu saya mengambil posisi untuk mengintip dari
dapur. Istri saya keluar untuk mengantarkan kue, saya tidak begitu jelas
mendengar percakapan mereka, lalu saya mengambil inisiatif untuk
memutar ke halaman sebelah. Hanya dalam waktu 1 menit saya memutar ke
sebelah ketika saya mengintip, istri saya yola, bidadari bagi Pak Yono
ini sudah tidak mengenakan pakaian apapun lagi dan sedang duduk
berhadapan dengan Pak Yono tanpa rasa malu sedikitpun. Dan lebih gilanya
lagi, dasternya berada di tangan Pak Yono. Saya tidak tahu apakah Pak
Yono yang melepasnya ataukah istri saya yang memberikannya. Gila!!!
Dalam hatiku ternyata istriku benar-benar mengidap penyakit ini. Apa
yang harus aku lakukan, haruskah aku kembali sekarang dan melabrak
mereka? Ataukah saya menunggu hingga istri saya memakai dasternya lagi?
Kata Pak Yono 30 menit berikan dia waktu. Baiklah saya coba untuk
menunggu. Lalu percakapan mereka mulai terdengar, istri saya berkata,
"masa sih mas?? Mas Naryo menyuruh begitu?" Pak Yono tertawa sambil
berkata, "iya loh dik, sekarang Mas Naryo ke kamar mandi pasti lama
percaya deh sama mas." Aku sendiri tidak mengerti apa yang sebenarnya
mereka bicarakan. Istriku menjawab lagi, "ah paling mas mau menipu yola
lagi kayak kemarin Pak Risman." Jika kalian masih ingat di Part 3 Pak
Risman memasukkan senjatanya kepada istri saya, tetapi istri saya
mengira itu adalah senjata saya. Pak Yono menjawab sambil cengengesan,
"benar kok dik, Mas Nar bilang kalau kamu bersedia Mas Nar tidak
keberatan. Itung-itung jasa menyelamatkan kamu dari insiden tangga itu
dik. Kita di kasih waktu 30 menit saja sebelum Mas Nar kembali." Saya
sendiri bingung, apa sih yang sedang mereka bicarakan? Lalu istriku
nampak sedang melihat ke arah dapur, untuk mencari keberadaanku, setelah
memastikan aku tidak ada. Istriku bangkit berdiri lalu ia
meliuk-liukkan badannya di depan Pak Yono. Apa maksud dari semua ini???
Aku benar-benar bingung. Tetapi darahku berdesir tidak karuan, melihat
istriku cantik sekali malam ini di bawah cahaya lampu halaman. Seperti
bidadari yang sedang berjoget-joget ria tanpa mengenakan pakaian. Lalu
Pak Yono sambil tersenyum l
Lalu saya pun pergi ke kamar mandi sambil berkata kepada istri saya,
"mah Pak Yono tolong di kasih kue yah papah sakit perut nih. Sekalian
di-'temenin' ngobrol dulu gih" Lalu istri saya berkata dengan sedikit
girang, "oh ya pah!" Lalu saya mengambil posisi untuk mengintip dari
dapur. Istri saya keluar untuk mengantarkan kue, saya tidak begitu jelas
mendengar percakapan mereka, lalu saya mengambil inisiatif untuk
memutar ke halaman sebelah. Hanya dalam waktu 1 menit saya memutar ke
sebelah ketika saya mengintip, istri saya yola, bidadari bagi Pak Yono
ini sudah tidak mengenakan pakaian apapun lagi dan sedang duduk
berhadapan dengan Pak Yono tanpa rasa malu sedikitpun. Dan lebih gilanya
lagi, dasternya berada di tangan Pak Yono. Saya tidak tahu apakah Pak
Yono yang melepasnya ataukah istri saya yang memberikannya. Gila!!!
Dalam hatiku ternyata istriku benar-benar mengidap penyakit ini. Apa
yang harus aku lakukan, haruskah aku kembali sekarang dan melabrak
mereka? Ataukah saya menunggu hingga istri saya memakai dasternya lagi?
Kata Pak Yono 30 menit berikan dia waktu. Baiklah saya coba untuk
menunggu. Lalu percakapan mereka mulai terdengar, istri saya berkata,
"masa sih mas?? Mas Naryo menyuruh begitu?" Pak Yono tertawa sambil
berkata, "iya loh dik, sekarang Mas Naryo ke kamar mandi pasti lama
percaya deh sama mas." Aku sendiri tidak mengerti apa yang sebenarnya
mereka bicarakan. Istriku menjawab lagi, "ah paling mas mau menipu yola
lagi kayak kemarin Pak Risman." Jika kalian masih ingat di Part 3 Pak
Risman memasukkan senjatanya kepada istri saya, tetapi istri saya
mengira itu adalah senjata saya. Pak Yono menjawab sambil cengengesan,
"benar kok dik, Mas Nar bilang kalau kamu bersedia Mas Nar tidak
keberatan. Itung-itung jasa menyelamatkan kamu dari insiden tangga itu
dik. Kita di kasih waktu 30 menit saja sebelum Mas Nar kembali." Saya
sendiri bingung, apa sih yang sedang mereka bicarakan? Lalu istriku
nampak sedang melihat ke arah dapur, untuk mencari keberadaanku, setelah
memastikan aku tidak ada. Istriku bangkit berdiri lalu ia
meliuk-liukkan badannya di depan Pak Yono. Apa maksud dari semua ini???
Aku benar-benar bingung. Tetapi darahku berdesir tidak karuan, melihat
istriku cantik sekali malam ini di bawah cahaya lampu halaman. Seperti
bidadari yang sedang berjoget-joget ria tanpa mengenakan pakaian. Lalu
Pak Yono sambil tersenyum lebar menyaksikan aksi istriku itu. Istriku
yang bertubuh sedang tidak langsing dan tidak juga gemuk, meliuk-liukkan
tubuhnya di depan Pak Yono yang brengsek ini. Entah apa yang sudah
dikatakan kepada istri saya tentang saya. Akan tetapi, saya sendiri
merasakan hal yang luar biasa pada senjata saya belum pernah saya
melihat istri saya berjoget telanjang seperti ini. Entah dari mana ia
mempelajari gerakan seperti itu. Lalu, Pak Yono memberikan pengarahan
kepada istri saya untuk, berputar. Istrikupun berputar sambil terus
meliuk-liukkan badannya. Ternyata aksi berputar tersebut untuk
memperlihatkan tubuh istriku secara keseluruhan baik depan maupun
belakang tubuhnya. Setelah itu, pak yono menyuruh lagi, "dik coba raba
dada kamu dong." Istriku dengan tanpa ragu-ragu mengarahkan tangannya ke
arah dada 34 C nya untuk diremasnya di pilin dan di tarik-tarik hingga
ia keenakan sendiri. Pak Yono diam saja menyaksikan ini sambil terus
tersenyum kemenangan. Namun saya melihat, Pak Yono tidak tahan dengan
aksi dada istriku yang saya sendiri pikir "sangat sexy" akhirnya ia
membuka resleting celananya dan mengeluarkan senjatanya. Karena ia
sendiri tidak tahan akan hal itu. Namun istriku yang melihat Pak Yono
melakukan itu malah tersenyum, sambil tersenyum genit sekali kepada Pak
Yono seperti berusaha menggodanya. Lalu Pak Yono mulai mengocok
senjatanya sendiri. Sedangkan saya sudah melepaskan celana saya sendiri
untuk beronani sedari tadi. Lalu, istri saya melakukan gerakan memilin
kedua putingnya secara bersamaan dan menariknya ke depan secara
bersamaan sambil memejamkan mata dan menengadahkan kepalanya ke atas,
dan melenguh untuk pertama kalinya, "owhhh... sshhh..." Saya melihat
pilinan tangan istri saya di atas putingnya semakin cepat dan semakin
kuat di hadapan Pak Yono. Pak Yonopun semakin cepat mengocokkan
senjatanya. Lalu, Pak Yono berkata lagi, "dik, kamu bisa raba bagian
bawah kamu?" Istriku hanya tersenyum sambil duduk di hadapan Pak Yono
dan mengangkat kakinya ke atas meja sambil mengangkang dan langsung
meraba liang kewanitaannya di bawah bulu-bulu lebat itu di hadapan Pak
Yono. Pertama-tama istri saya hanya meraba-raba vaginanya dari luar,
lalu membuka belahan vagina tersebut terlihat lah warna merah dari dalam
vagina tersebut. Pak Yono pun menyeletuk girang, "woww... hebat kamu
dik..." Namun, istriku melirik lagi Pak Yono dengan tatapan sayu ke arah
pak yono dan senjatanya, seperti ingin dipuaskan oleh senjatanya Pak
Yono. Lalu, Pak Yono berkata dengan berengseknya, "wah dik, jangan nanti
Mas Nar bisa gawat! Tadi Mas Nar cuma nyuruh kamu berjoget-joget aja
di depan ku dik. Aku janji sama mas Nar untuk tidak melakukan hal lebih
jauh."
Lalu, istriku nampak menatap Pak Yono lebih sayu dan lebih lama seperti
memelas, sambil ia mulai memasukkan satu jari tengahnya ke dalam
vaginanya dan ia mulai melenghuh lagi, "ssshhh... mass..." Akupun
melihat itu tidak kuat lagi, onaniku kalah dengan Pak Yono, aku sudah
keluar di detik ketika ia melenguh yang kedua kalinya. Namun, Pak Yono
berkata lagi, "kamu cantik sekali dik... aku berusaha bertahan untuk
tidak melakukannya dik." Namun istriku, memasukkan dua jari ke dalam
vaginannya mengocoknya memutarnya lebih cepat dan lebih keras, lalu
melenguh lagi, "ohh... mas yonooo..." Gila!!! Ini benar-benar gila dalam
batinku. Tingkat kesadaranku mulai kembali. Sepertinya aku dibohongi
oleh bajingan gendut ini. Apa yang harus kulakukan haruskah aku
melabraknya sekarang? Tetapi belum 30 menit jika aku melabraknya dalam
keadaan seperti ini. Apa yang harus aku katakan kepada istriku ataupun
mas yono? Apakah harus mencerainya? Ataukah harus menjelaskan
eksibisionis itu kepada istri saya? Namun segala pemikiran tersebut
buyar ketika, istriku berkata dengan nada sangat sayu memelas tanpa rasa
malu kepada Pak Yono, "mass aku mohon masukin mas... puaskan aku mass
seperti kemarin... jangan biarkan aku seperti ini... Mas Naryo biar aku
yang tanggung jawab mas." Pak Yono tertawa girang sekali namun masih
dengan nada bajingannya ia tidak memberikan juga kepuasan kepada istri
saya yang sudah memohon seperti itu benar-benar ia merendahkan sekali
harga diri istri saya. Pak Yono berkata lagi, "waduh gmn yah dik, aku
gak enak sama Mas Nar, soalnya uda janji tadi dik... aku panggilin Pak
Risman lagi aja gimana dik?" Namun istriku menjawab dengan memelas lagi,
"duh mass, mass aja dongg mas uda tanggung gini..." Lalu, akhirnya Pak
Yono mengambil langkah maju, sambil melihat jam tangannya apakah sudah
30 menit, kejadian ini sudah berlangsung selama 20 menit, ia masih
memiliki waktu 10 menit. Lalu, Pak Yono berlutut di depan liang
kewanitaan istri saya dan menjilatnya, menghisapnya, menusuk-nusukkan
lidahnya serta jarinya. Istri saya benar-benar dibuat mabuk kepayang
olehnya, istri saya mengangkat pantatnya agar Pak Yono dapat lebih
leluasa memainkan vaginanya. Sedangkan tangan istriku sendiri memegangi
rambut Pak Yono dan tangan satu lagi memilin dadanya sendiri. Istriku
meracau tidak karuan, "owhhh... mass... enakkk... enakk masss....
terussshhh... terushhh..." Lalu, Pak Yono nampak sudah tidak beronani
lagi, melainkan memainkan istri saya lebih leluasa lagi. Ia melepaskan
tangannya dari senjatanya lalu memilin-milin puting istri saya secara
kasar meremasnya. Istri saya meracau lagi, "ohhh... mas yonooo...
puaskan akuuu... uuuhhhh.... terusss mashhh" Istriku benar-benar sudah
berada di luar akal sehat lagi, ia tidak inget lagi bahwa aku akan
segera kembali dalam beberapa menit. Dan ia tidak lagi ingat bahwa dia
bukanlah istri Pak Yono melainkan istriku. Mungkin yang ia pikirkan saat
ini hanyalah bagaimana caranya mengayuh kepuasan dari bajingan gendut
jelek ini. Namun saya akui dari cara Pak Yono memainkan istri saya
belum pernah saya melihat istri saya merasa termabukkan oleh seksual
liar seperti ini selama kami menikah maupun pacaran. Pak Yono melihat
jam lagi, dan memang sudah 30 menit sekarang tetapi saya tidak mungkin
keluar sekarang sementara saya sendiri sedang beronani untuk yang kedua
kalinya. Pak Yono melepaskan semua rangsangan yang ia berikan kepada
istri saya, padahal istri saya belum mencapai kepuasannya. Lalu istri
saya berkata kesal sekali, "masssssssss!!!! terusin dongg!!!" Pak Yono
hanya tertawa dan berkata, "aduh dik udah 30 menit ntar lagi mas nar
balik loh!" Aku sendiri ingin sekali berteriak! Aku belum mau balik!
Puaskan istriku!!! Lanjutkan!!! Entah apa yang terjadi pada diriku aku
kesal sekali melihat Pak Yono menghentikan aksinya itu. Namun, aku masih
tetap beronani berharap keluar yang kedua kalinya. Istriku melangkah
maju ke arah Pak Yono. Dan menundukkan kepalanya di senjatanya Pak Yono
untuk menghisapnya, lalu Pak Yono berkata, "dik... aduhh udaahh jangan
diteruskan bahaya dik." Namun, istriku nampak tidak perduli dengan hal
tersebut. Ia terus menghisap senjata Pak Yono sekuat mungkin dan
secepat mungkin. Pak Yono sampai menggeser-geserkan tubuhnya karena
mungkin hisapannya terlalu kuat sambil berkata, "aduh dik jangan
kuat-kuat..." Lalu, sepertinya Pak Yono mengambil inisiatif untuk
mengerjai istriku lagi, ia berkata lagi dengan berpura-pura kaget,
"eh.. halo Mas Nar...!" Berpura-pura aku sudah kembali. Namun yang aku
tidak duga-duga istriku tetap diam saja menghisap senjata kecil milik
bajingan gendut ini. Pak Yono tidak mau kalah ia berkata lagi, "maaf
mas nar, bukan salah aku dik Yola begini, dia yang mau sendiri."
Istriku akhirnya melepaskan senjata Pak Yono dan menengok kebelakang.
Lalu dengan sebal istriku berkata, "ah nyebelin kan..." Pak Yonopun
beranjak dari kursi dan berdiri untuk berusaha kabur dari istriku
karena ia sepertinya benar-benar ketakutan aku akan segera kembali.
Namun, istriku berdiri untuk mengintip ke arah dalam rumah memeriksa
apakah aku sudah kembali. Setelah memastikan aku belum kembali, istriku
berkata lagi kepada Pak Yono, "mas nar belum balik mas, ayo dong
sebentar aja masukin mas." Sambil menahan celana Pak Yono, istriku
berusaha membukanya kembali. Akhirnya, aku berpikir rasanya aku tidak
tega melihat istriku menjadi murahan seperti ini. Lebih baik aku
hentikan, lalu aku mengenakan celanaku kembali dan berlari kebelakang,
sambil berusaha membuat kegaduhan membuka dan menutup pintu. Aku melihat
sepintas, istriku sedang berposisi mengangkang di atas kursi, sambil
memegang senjata Pak Yono di mana kepala dari senjata Pak Yono sudah
masuk separuhnya. Mereka Panik!!! Istriku mendorong Pak Yono dan
senjatanya itu terlepas dari liang istriku dan hampir saja Pak Yono
terjatuh dan berusaha menggapai dasternya secara terburu-buru memakai
dasternya. Akupun berjalan melangkah ke depan, berusaha menarik nafas
untuk menenangkan senjataku. Pak Yono sepertinya kesulitan menutup
senjatanya karena masih keras sekali. Istriku masih tersengal-sengal di
ambang nafsu yang tidak kesampaian. Sesampainya aku di depan, aku
berkata untuk memecahkan situasi ini, "huffhhh... sakit perut... makan
apa yah tadi." Lalu, istriku berkata sambil tersengal-sengal dan mungkin
masih berdebar-debar, "ttaaddiii paaggii kannn makan pecel pedas
pahhh..." Namun aku menjawab, "oh iya yah" Sambil melirik Pak Yono yang
manggut-manggut ke arahku. Istriku mohon diri kepada kami untuk pamit
ke dalam namun, ternyata yang aku kagetkan adalah, istriku memakai
dasternya TERBALIK!!! Mungkin karena ia buru-buru tadi memakainya
sehingga daster tersebut terbalik luar dan dalam (bukan depan dan
belakang) saya dapat melihat merek dasternya dari bagian leher
belakangnya. Akhirnya, istriku beranjak ke dalam, saya melihat ia
beranjak ke arah kamar mandi. Sedangkan Pak Yono yang masih juga
berdebar-debar dan baru saja sempat memasukkan senjatanya berkata
kepadaku, "wah gawat mas, tadi sudah hampir dia membuka bajunya mas.
Tapi tadi saya ngobrolnya terlalu lama karena sulit untuk mendapatkan
topic ke arah buka baju mas. Tapi sepertinya tadi ia sudah mengangkat
dasternya sedikit lalu, mendengar suara pintu mas dan dia langsung
menurunkan lagi dasternya." Dalam hatiku, bajingan ini gendut,
jelas-jelas kamu sudah hampir me-'makai' istri saya! Ingin sekali aku
menonjoknya di wajahnya. Tetapi aku berusaha mengontrol amarahku. Lalu,
sayapun berpura-pura untuk bertanya, "apa yang bapak bicarakan tadi kok
sampai ia bisa mau melepaskan di hadapan Pak Yono?" Lalu dengan
terbata-bata karena berbohong ia menjawab, "eng... anu mas, awalnya saya
cuma menanyakan keadaan dia setelah jatuh dari tangga apakah masih
sakit. Lalu, saya memuji-muji tubuh dik Yola sangat indah, menawan. Saya
ingin sekali melihatnya lagi kalau dikasih kesempatan. Lalu, awalnya
dik Yola menolak karena takut ada Mas Naryo. Dia bilang loh mas, jangan
karena ada mas naryo. Itu pertanda ga baik loh mas. Berarti kalau ga
ada mas naryo mungkin dia langsung memperlihatkannya." Aku hanya
memanggut-manggut saja mendengar pelecehan ini. Lalu Pak Yono
melanjutkan, "Begitu saya rayu-rayu dengan kata membalas budi atas
insiden tangga tersebut, lalu ia mulai beridiri dan ingin mengangkatkan
dasternya. Tetapi baru mengangkat sebatas paha saja kita mendengar
suara pintu Mas Naryo akan kembali dari dalam. Oleh karena itu, kami
hentikan semua aksi kami. Tapi untuk saat ini saya belum tahu pasti
apakah ia positif mengidap penyakit eksibisionis ini." Sayapun
berpura-pura mengerutkan dahi dan menjawab, "jadi kita belum tahu lagi
nih istri saya harus diapakan?" Dalam hatiku berkata, "harus diapakan?
Rasanya sudah jelas deh harus diapakannya..." Pak Yono berkata lagi,
"Mungkin di lain kesempatan kita coba waktu lebih lama mas. Saya coba
lagi untuk mencuri-curi kesempatan bersama dik Yola mas. Tetapi tentu
saja dengan persetujuan mas naryo. Saya tidak berani mas." Berengsek
Sekali!! Dalam hatiku, "mencuri-curi kesempatan bersama dik Yola"
Maksudnya mau menyetubuhi istri saya lagi? Batin dan pikiran saya sudah
sangat marah mendengar ini semua. Namun, tidak aku pungkiri bahwa
istri saya benar-benar tergila-gila dengan bajingan gendut ini. Jika
saja tadi, mereka akan benar-benar melakukannya di depan saya pun
mungkin saya bersedia. Karena, saya tidak tahan melihat istri saya di
ujung kenikmatan tetapi tertahan seperti itu. Saya yakin ia sangat
tersiksa akan keadaan ini. Ingin sekali aku mengatakan kepada Pak Yono,
"tolong dilanjutkan Pak, kasihan istri saya." Tetapi harga diri,
martabat, dan derajat saya dipertaruhkan di sini. Saya dan Yola
merupakan orang yang sangat dikagumi di desa ini bukan hanya karena
Yola sebagai wanita periang yang menawan tetapi juga karena leluhur
kami yang sudah sangat berjasa akan pembangunan desa ini. Setelah
segala pemikiran panjang itu, akupun berkata kepada Pak Yono, "wah
sayang sekali ya mas, ya mungkin di lain kesempatan aja deh mas. mohon
dibantu mas agar saya dapat menyembuhkan penyakit istri saya itu." Pak
Yono dengan tertawa dan tersenyum sangat girang berkata, "wah tentu
saja mas, saya sangat menghormati mas dan dik Yola, saya tidak akan
main-main dalam membantu. dan saya juga berjanji untuk tidak mencoba
untuk melakukan hal yang macam-macam mas. saya ga berani sama mas."
Lalu, dengan kesal sayapun berusaha menjawab, "wah jangan dong Pak
Yono, kalau tubuh telanjang istri saya bisa di pamerkan ke bapak, harta
saya yang tersisa tinggal masalah ranjang bersama istri saya dong.
kalau ranjang juga di ambil sama bapak, sama saja saya kehilangan
segalanya." Namun, seketika saya melihat senyuman kemenangan dari wajah
bajingan ini sepertinya ia berkata dalam hatinya, "mas belum tahu aja
bahwa istrinya udah saya puaskan luar dan dalam, sudah saya jatuhkan
harga dirinya, sudah dipakai oleh saya hampir dua kali. terlebih lagi
Pak Risman sudah memuaskannya selama 3 jam berturut-turut."
Tiba-tiba saja ketika kami sedang ngobrol tadi, istriku datang kembali
dengan hanya mengenakan handuk kecil menutupi bagian bawahnya sedangkan
kedua dadanya dia tutupi dengan tangan kanannya. Sambil berusaha
menyembunyikan bagian tubuhnya yang mengenakan handuk dari Pak Yono
sedangkan bagian atasnya dapat terlihat jelas oleh saya dan Pak Yono
hanya saja pentilnya ditutupi oleh tangan kanan istriku. Istriku
memanggil-manggil aku, "pahh... sini bentar deh..." Aku pun heran, apa
karena keran kamar mandi mati? Atau handuknya terbang lagi? Kok pake
handuk kecil? Ada apa nih? Lalu, akupun berkata kaget, "wah mamah kenapa
kok pakaiannya begitu!" Lalu, dengan sambil tertawa-tawa sedikit malah
istriku melangkah maju sehingga kami dapat melihat tubuhnya dari atas
hingga kakinya sedang ditutupi handuk kecil bagian bawahnya, sedangkan
tangannya terus menutupi dadanya, sambil berkata kepada Pak Yono, "pak
yono, permisi sebentar yah aku pinjem mas naryo nya." Pak Yono
tersenyum-senyum berkata, "oh.. i..iya dik gak apa apa, aku tunggu di
sini." Aku yang terheran-heran ada apa sih ini? Digandeng oleh istriku
ke arah kamarku, lalu istriku berjalan ke arah jendela membuka jendela
tersebut, dan berbalik arah menghadapku sambil mengibaskan rambut
panjangnya. Lalu, perlahan membuka tangan kanannya dari dadanya, dengan
sedikit berjoget ia menurunkan handuknya, lalu ia meliuk-liukkan
badannya seperti yang dilakukannya kepada Pak Yono tadi. Ia
mengerlingkan matanya kepadaku, sayu, cantik, indah, sexy oh, apakah ini
istriku yang dulu? Mengapa ia lebih cantik hari ini? Mengapa ia sangat
sexy malam ini? Akupun terbuai oleh godaan istriku, dan sudah
melupakan keberadaan Pak Yono. Akupun dengan terheran-heran namun
senjataku tidak pernah bohong, ia berusaha mencuat dari celana dalamku.
Aku berusaha membetulkan celanaku namun istriku dengan cepat melangkah
maju dan membuka celanaku langsung memasukkan senjataku ke dalam
mulutnya. "Oh!" Aku terpekik. Istriku menghisap senjataku, mengulumnya,
sambil meremas-remas dadanya sendiri. Aku hanya terpana menyaksikan
keliaran istriku ini. Istriku menghisap senjataku mengulum senjataku
yang memang lebih besar daripada Pak Yono sampai air liurnya belepetan
di bibir dan dagunya. Ia benar-benar kesetanan. Lalu, tangannya beralih
dari dadanya ke arah liang kewanitaannya. Sambil melenguh,
"hhhmmmppphhh..." Aku benar-benar terpana melihat ini semua. Bahaya
sekali ini bisa-bisa belum apa-apa aku sudah keluar lagi di mulutnya.
Wah kalau aku sampai tidak memuaskan istriku lagi sekarang bisa-bisa ia
lari ke depan untuk memperkosa Pak Yono. Akhirnya aku memutuskan
untuk, menggigit bibir bawahku keras sekali agar kesakitan. Pikiranku
akan nafsu buyar seketika. Wah ampuh juga ini cara baru. Lalu, aku di
dorong oleh istriku untuk terlentang di atas ranjang dengan jendela
terbuka di atas kepalaku. Istriku dengan liarnya melenggok-lenggokkan
pinggannya, menjilati seluruh tubuhku, menciumiku, mengocok-ngocok
senjataku sambil meremas dadanya sendiri. Lalu ia menaiki tubuhku
secara perlahan, menggenggam senjataku, diarahkannya ke liang
kewanitaaannya. "Oh.. istrikuu... kamu liarr....", aku meracau
kepadanya. Istriku hanya tersenyum sayu kepadaku. Lalu, mulai
menengadahkan kepalanya ke atas sambil memilin-milin dadanya sendiri,
ia mulai menggoyangkan pinggulnya karena memang vagina istriku ternyata
sudah sangat basah dan licin sekali. Ia meliuk-liukkan tubuhnya
pinggulnya sambil seperti menari diatas senjataku. Istriku liar sekali
malam ini. Dan tiba-tiba saja pandangan istriku terpaku ke arah
jendela, aku memiringkan kepala sedikit untuk melihat apa yang ada di
jendela, sepertinya aku melihat sosok seseorang di sana tetapi tidak
begitu jelas siapa. Namun aku teringat, apakah itu Pak Yono? Wah,
apakah ini rencana mereka berdua? Ataukah istriku memang sengaja
membuka jendela tersebut berharap Pak Yono mengintip kami? Namun,
istriku terus terpaku ke arah jendela, aku tidak tahu apa yang
dilakukan oleh Pak Yono di sana. Sambil terus memilin dadanya,
meliuk-liukkan pinggulnya memandangi jendela dengan tatapan sayu.
Namun, aku terkaget sekejap istriku seperti menjulurkan lidahnya ke
arah jendela tersebut. Apakah Pak Yono sedang mengeluarkan senjatanya
aku sendiri tidak dapat melihatnya. Namun, sekarang istriku benar-benar
gila, ia meracau keras-keras, "ohhh... masss.... enakkk... masss....
terusss..." Aku mengangkat tanganku menggenggam buah dada 34 C istriku
memilinnya meremasnya semakin keras karena aku sendiri sudah terbuai
oleh keadaan ini. Tiba-tiba saja istriku mengangkat pinggulnya
melepaskan senjataku dan melangkah maju, ke arah kepalaku, ia
mengarahkan liang kewanitaannya ke arah mukaku bermaksud agar aku dapat
memanjakan liang tersebut. Namun, bau yang pekat dari cairan cinta
istriku dapat tercium dari sana, akupun sudah setengah sadar atas
keadaan ini karena mengingat adanya Pak Yono di jendela aku menjadi
sangat bernafsu dan ingin menunjukkan bahwa aku juga bisa memuaskan
istriku, aku tidak boleh kalah. Oleh karena itu, aku langsung menusukkan
jariku ke dalam vagina istriku sambil menjilati klirotis dari istriku,
istriku meracau tidak karuan, "uhhhmmm... ssshhh... aahhh..."
Terus-terusan istriku meracau dan berteriak semakin keras, "OOHHHHh.....
masss... terusshhhhhh hmpmmhmm..." tiba-tiba saya saya merasa suara
istriku tertahan oleh sesuatu, saya tidak dapat melihat dengan jelas
karena tertutup oleh vagina istri saya, tetapi sekilas aku melihat istri
saya menempelkan wajahnya di tralis jendela. Apakah ia sedang
berciuman dengan Pak Yono?? Aku tidak terlalu jelas, tetapi keadaan ini
membuat aku semakin terbuai. Racauan istriku tidak terdengar begitu
jelas lagi yang terdengar hanya, "ehhmmmphh... uhmmm... ohmmm..."
Sepertinya benar mereka sedang berciuman!! Oh gila! Secara tidak
langsung kami sedang mengadakan threesome di sini. Hanya saja pemain
yang satunya sama sekali tidak tahu bahwa ada pemain satu lagi di atas
balik jendela. Sensasi ini membuat senjataku keras seperti kayu. Akupun
akhirnya mengocok kemaluanku sendiri. Tiba-tiba samar-samar aku
melihat adanya tangan masuk dari jendela tersebut! Dan benar itu adalah
jam tangan Pak Yono! Brarti Pak Yono ada di balik jendela itu! Iya
meremas dada istri saya!!! Memilinnya memutarnya!!! oh gilaaa!!!
Sensasi apa ini??? Baru pertama kali aku merasakan sensasi sehebat ini.
Gaya seks macam apa ini?? Aku belum pernah merasakan hal yang seperti
ini sebelumnya. Bukannya aku mencegah Pak Yono meremas istriku malah
aku mendorong pantat istriku agar naik ke atas sehingga istriku lebih
leluasa di remas oleh Pak Yono. Lalu, tiba-tiba saja tangan kiri
istriku masuk ke salah satu tralis jendela tersebut berusaha menggapai
sesuatu aku tidak tahu apa. Menurut perkiraanku adalah itu senjata Pak
Yono!!! Aku semakin gila. Dan berpikir yang aneh-aneh. Apakah pak yono
tahu bahwa aku menyadarinya apakah lebih baik aku panggil pak yono saja
masuk ke kamar dan kita bermain bersama? Ataukah aku harus membiarkan
istriku terus-terusan di-'nikmati' oleh Pak Yono seperti ini? Pikiranku
berkecamuk tidak jelas. Antara ingin, dan tidak, antara bangga dan
cemburu! Aku benar-benar terbuai oleh suasana liar ini. Aku semakin
mendorong pantat istriku ke atas, namun sekarang istriku hanya berlutut
di depan mukaku tidak lagi merapatkan Vaginanya kepadaku. Ia
benar-benar menikmati ciuman Pak Yono dan remasan Pak Yono. Jadi sama
saja sekarang ini istriku sedang melakukan foreplay bersama Pak Yono
bukan bersamaku lagi. Aku mendiamkan hal ini hanya dengan mengocokkan
senjataku sambil terus berusaha mengintip mereka sedang melakukan apa
di balik sana. Akan tetapi, memang dari posisiku memang tidak terlalu
jelas, hanya terilhat kedua tangan Pak Yono sedang meremas dan memilin
kedua buah dada istriku. Sedangkan kepala istriku seperti sedang
memaksa ingin ke luar dari tralis jendela karena mereka sedang
berciuman. Aku diamkan hal ini berlangsung selama sekitar 10 menit.
Akhirnya, terdengar suara, Pak Yono, "oghh..." Walaupun samar-samar
dengan suara racauan istriku aku dapat mendengarnya. Sepertinya Pak
Yono tengah mencapai klimaks nya. Namun, istriku seperti melambai ke
arah Pak Yono. Dan kembali mundur, untuk menancapkan senjataku kembali
ke arah liang vaginannya. Bless ketika senjataku yang sangat keras itu
masuk ke dalam vaginannya yang sudah mulai mengering karena 10 menit
tidak aku sentuh. Istriku meracau-racau lagi, "ohh... massshhh...
eenakkk... ohhh enakk... lagi... lagi..." Tiba-tiba istriku berkata,
"massss... yono... aku keluarrrr......ahhhhhhhh...." Akupun juga keluar
setelah mendengar kata2 "mas yono" Sialan dalam hatiku, jadi dari tadi
istriku bersenggama denganku hanya memikirkan Pak Yono sedang
menyetubuhinya? Akupun dengan jengkel sambil terengah-engah aku
bertanya kepada istriku, "kok mas yono sih?" Lalu istriku dengan
terbata-bata menjawab, "eh... anu pah, mas yono masi ada di depan kan
kita harus cepet balik ke depan ga enak pah. tadi aku tiba-tiba saja
teringat mas yono ada di depan." Lalu aku hanya diam, dan aku tahu
pasti bukan karena itu.
Melihat keanehan yang terjadi dalam istriku, aku bingung, senang,
bahagia, dan bangga atas perlakuan istriku ini. Aku malah mengambil
kesimpulan, "wah jangan-jangan pengaruh Pak Yono tadi malah membuat
istriku menjadi seperti ini. kalau begitu mah sering-sering juga gak apa
apa!" Dalam hati gelapku aku berkata seperti itu, meyakinkan kepada
diriku bahwa istriku boleh di-'permainkan' lagi oleh Pak Yono, terserah
mau diapakan yang penting ketika beranjak ke kamar istriku menjadi liar
lagi seperti ini. Kali ini aku benar-benar merasa terhina, terpuaskan,
direndahkan, dilecehkan oleh Pak Yono. Akan tetapi, saya tahu ini
semua adalah salah saya sendiri yang membiarkan ini semua terjadi. Saya
bisa saja mencegahnya tetapi kenapa saya tidak melakukannya? Mengapa
saya malah menginginkan Pak Yono memuaskan istri saya lebih lama lagi
lebih puas lagi lebih liar lagi? Mengapa? Oh Yola, istriku tercinta,
mengapa kamu menjadi seperti ini? Yola aku sangat sayang sama kamu aku
tidak ingin bercerai denganmu. Mohon seseorang menghentikan hal ini
terjadi lagi.
Akan tetapi, harapanku mencegah hal itu terjadi lagi bukanlah sesuatu
yang mudah, istriku benar-benar sudah dimabukkan oleh permainan Pak
Yono yang sampai kepermainan kedua kalinya ia belum juga mengeluarkan
spermanya sedikitpun ke dalam tubuh istri saya. Saya sendiri berharap
Pak Yono dapat dipuaskan oleh istri saya dan memuaskan istri saya,
menyemburkan cairan Pak Yono kepada istri saya karena sudah dua kali
belum juga terlihat! Sepertinya saya harus memikirkan cara lain sebelum
Pak Yono benar-benar memanfaatkan istri saya untuk kepuasannya
sendiri. Hal ini akan saya ceritakan lagi di Part 5.
Lanjutkan Part 5:
Salam
Naryo & Raka
0 komentar:
Posting Komentar