Cerita Eksibisionis Yola : Istriku Ternyata Eksibisionis Part 3 : Aku Dikhianati
Prolog:
Cerita di bawah ini merupakan 80% kisah nyata yang direvisi oleh saya
Naryo selaku suami, bersama sahabat cyber saya bernama Raka (perlu
diingat bahwa Raka akan muncul di part-2 dari kisah berkelanjutan
ini). Nama yang akan di tampilkan dalam sepanjang cerita "Istriku
ternyata Eksibisionis" ini adalah 100% nama pendek dan nama panggilan
dari nama asli kami.
Saya (Naryo) 32 tahun dan Istri (Yola) 29 tahun, kami sudah menikah
selama 7 tahun lamanya (Sejak Tahun 2005). Saat ini sudah tahun 2012,
Agustus. Sedikit bercerita tentang istri saya selaku tokoh utama dari
kisah nyata ini, ia memiliki penampilan cukup sederhana dan menarik,
sangat periang, dan memiliki banyak teman. Menurut Raka, istri saya
cukup cantik dan menarik jika diberi angka 1-10 ia memilih angka
wajah (7.5) dan badan (7). Dan ia seperti memiliki darah keturunan
chinese hanya sekitar 20% saja (tidak terlalu kelihatan).
Tokoh-tokoh dalam kisah Istriku ternyata Eksibisionis Part 3 (Aku Dikhianati):
- Naryo (penulis, saya, suami dari Yola)
- Yola (tokoh utama dalam cerita ini, istri dari Naryo)
- Raka (teman cyber online saya yang membantu penulisan dan revisi kisah ini)
- Pak Yono (sang benalu desa, orang yang kurang ajar, tidak tahu malu, gendut, tidak menarik, pengangguran)
- Pak Risman (pekerja keras, sangat hormat kepada semua orang terutama saya dan istri saya)
- Pak Soni (tetangga sekaligus sahabat keluarga kami)
Seperti yang sudah diceritakan sebelumnya bahwa istri saya positif
sekali menyukai aksi Eksibisionis. Sedangkan saya sendiri sebagai
suaminya menjadi kesulitan untuk memuaskan hasrat istriku karena
ternyata aksi eksibisionis istriku membuat ejakulasiku menjadi sangat
dini, hasrat-hasrat sebagai suami terlepaskan seketika menjadi sang
pengintip istri yang melakukan aksinya. Pada Part 3 ini, saya ingin
menceritakan kisah yang kami alami sekitar bulan Maret 2006, dan
beginilah kisahku bersama istriku Yola.
Kondisi persetubuhan istriku dan aku sepertinya menjadi semakin parah.
Aku bukanlah lagi pria yang kuat dalam ranjang, sekali saja ingatanku
kembali semua aksi eksibisionis yang dilakukan oleh istriku, terutama
aksi yang terjadi di Part 2 ketika keempat bapak-bapak tetangga kami
menyaksikan istriku berdiri di hadapan mereka tanpa mengenakan pakaian
sehelaipun serta ketika istriku melemparkan senyum termanis dan
tercantik yang pernah kulihat kepada keempat bapak-bapak tersebut, aku
langsung berejakulasi. Dan lagi jika kalian masih ingat kejadian di Part
1 tentang Yola yang beraksi dengan menggunakan timun di dalam liang
kewanitaannya di depan kamar mandi. Hal itu sekarang menjadi rutinitas
istriku untuk memuaskan dirinya dengan timun baik di kamar mandi maupun
di ruang tengah. Aku tidak menyalahkannya memang semua ini salahku
sendiri yang terlaku "terbawa suasana" dengan aksi eksibisionis istriku
ini dengan bayang-bayang istriku akan diperkosa oleh Pak Yono, Pak Bayu,
Pak Mamat dan Pak Risman. Sekiranya hampir genap 4 bulan istriku tidak
meraih krpuasan dalam persetubuhan suami istri lagi. Aku sendiri semakin
takut apa yang harus aku lakukan bagaimana caraku melewati semua ini.
Sayangnya kami belum mengenal internet pada saat itu dan aku hanyalah
seorsng diri saja dalam krisis ranjang ini. Aku sangat mencintai istriku
apapun ingin aku lakukan untuk dapat memuaskannya.
Saat itu adalah hari sabtu, hari sabtu di desa ini merupakan hari yang
cukup ramai untuk berkumpul di salah satu jalan untuk bermain sepak
bola, kartu, dan sebagainya. Istri saya pulang berjalan kaki setelah
turun dari angkot di depan sana melewati warga dan anak-anak yang
berkumpul tadi. Anak-anak tersebut selalu girang melihat istri saya
karena akan diberi uang jajan ataupun makanan. Lalu istri saya terpaksa
berhenti untuk duduk sejenak di sana untuk membagi-bagikan uang jajan
serta makanan. Saya dapat melihatnya dari kejauhan karena tempat
berkumpul itu berposisi lurus agak menyamping dari tempat duduk di
halaman rumah saya. Seperti biasa saya menunggu istri saya di halaman
rumah. Saya melihat istri saya berbincang-bincang dengan anak-anak serta
tetangga-tetangga pria kami di sana yang kebetulan hanya ada beberapa
wanita itupun masih ABG. Sehingga ia menjadi pusat perhatian di sana,
istri saya melepaskan cardigennya dan hanya mengenakan kaos tangan
buntung duduk di bale-bale kayu sambil tertawa-tawa riang karena di ajak
bercanda oleh mereka. Dan sepertinya ramai sekali di sana entah apa
yang sedang mereka bicarakan. Sekiranya 1 jam terhenti di sana,
akhirnya, istri saya pamit pulang kepada mereka. Kerumunan itupun bubar
sepulangnya istriku dari sana. Salah satu dari mereka mengantar istriku
pulang, ternyata itu adalah Pak Yono. Sesampainya di rumah Pak Yono
menyapa saya dan berkata, "Pak Nar, lagi apanih? Masa dik yola dibiarkan
jalan sendirian malam-malam gini." Waktu memang menunjukkan pukul
21.15, saya tidak menyalahkannya juga. Lalu saya hanya berkata, "iya
nih, makasih yah sudah nganterin. Bapak mau mampir dulu? Saya punya kue
kiriman dari saudara." Pak Yono menjawab dengan girang, "wah kue mah
saya ga nolak."
Saya pun memeluk dan mencium istri saya seperti biasa, dan saya melihat
dada istri saya agak "kencang" saya tidak begitu mengetahui apakah ia
merasa libidonya meningkat atau pengaruh dingin malam hari. Karena saya
tidak tahu pasti apa yang mereka perbincangkan di sana. Sambil tetap
menenteng cardigennya ditangan, saya mengamati istri saya rasanya ada
yang aneh dengan caranya berpakaian. Dan sayapun kaget ternyata istri
saya tidak mengenakan Bra sama sekaki!!! Ada apa ini? Pikiran saya
berkecamuk sekaligus senjata saya beraksi kembali. Tak heran mengapa Pak
Yono "ingin" mengantarkan istriku pulang. Seribu pertanyaan timbul di
benak saya, "apakah istriku tidak mengenakan bra sepanjang hari? Apakah
ia melepas kan bra itu di suatu tempat? Apakah ia melepaskan cardigen
tadi di bale-bale itu dengan sengaja? Ada apakah ini?" Saya dan Pak Yono
duduk di halaman depan rumah seperti biasa kami memang bermain catur di
depan sana. Akan tetapi kali ini kami hanya berbincang-bincang saja,
sambil terus memikirkan istriku "mengapa tanpa bra?" Istrikupun kembali
keluar memberikan kami minuman dan kue, sedangkan aku terus
memperhatikan Pak Yono. Dan ternyata benar Pak Yono memang menyadari
bahwa istriku tidak mengenakan bra. Ia melihat ke bagian dada istriku
yang tercetak puting kecoklatan yang sepertinya sudah sangat keras.
Akupun mengikuti istriku ke kamar untuk memeriksa tasnya apakah ada bra
di dalamnya. Dan ternyata tidak dapat kutemukan bra tersebut sepertinya
ia memang tidak mengenakannya sepanjang hari. Aku mengamati istriku yang
sedang bersiap-siap untuk mandi. Ia melepaskan pakaiannya dan
menggantungnya seperti biasa. Tetapi aku juga tidak menemukan Celana
Dalamnya! Gila jadi seharian tadi istriku??? Sama saja telanjang di
depan umum! Aku mengamati keberadaan Doni dan Rizal, dan seperti biasa
mereka berada dalam posisinya mengintip. Seperti yang pernah kukatakan
sebelumnya istriku "jarang" sekali menutup pintu kamar mandi karena
kejadian waktu itu. Saat inipun ia tidak menutupnya. Akupun teringat
bahwa aku memiliki tamu, Pak Yono tadi. Lalu aku ke depan untuk
mencarinya, tetapi tidak menemukannya. Dadakupun semakin berdegup
kencang berusaha mencari keberadaan Pak Yono. Aku berjalan ke arah
halaman belakang melewati ruang tengah. Dan ternyata aku melihat Pak
Yono baru saja berjalan dari arah halaman belakang tempat istriku
mandiiii!!! Aku sendiri bingung harus berkata apa, tetapi Pak Yono
dengan entengnya menjawab "aku tadi mau pinjam kamar kecil mas, tapi
kayaknya dik Yola lagi mandi tuh." Istriku kan tidak menutup pintunya
brarti Pak Yono ini sudah?? Melihat tubuh istriku secara keseluruhan.
Akupun cuma bisa berkata, "oh ia Pak lagi dipake mandi kayaknya." Lalu
Pak Yono mengajakku kembali duduk di halaman depan. Sekiranya 10 menit
aku berbincang-bincang di sana. Aku pamit ke kamar lagi untuk memeriksa
Doni dan Rizal. Aku melihat mereka mengambil tongkat panjang dan
mengambil handuk istriku serta beberapa pakaian dalam istriku. Akan
tetapi, bukannya mereka merhasil mengambil pakaian tersebut malah,
handuk tersebut tersangkut di atap sedangkan pakaian istriku terjatuh di
tanah. Mereka sudah semakin kurang ajar pikirku. Lalu istrikupun
selesai mandi dan tersadar dan bingung, "wahhh angin sialan." Mungkin
dia berpikir itu angin. Lalu istriku mengambil tangga di belakang, aku
berniat untuk membantu istriku, ketika aku berjalan ke arah dapur
belakang. Aku menyaksikan Pak Yono sedang mengintip istriku dari jendela
dapur. Lalu dengan cepat aku kembali lagi ke dalam kamar agar tidak
ketahuan. Dalam hatiku, "lho?! kok jadi aku yang ketakutan yah?" Lalu
aku melihat istriku memanjat tangga itu untuk berusaha mengambil
handuknya yang tersangkut di atas. Namun aku sudah tidak melihat
keberadaan Doni dan Rizal lagi, mungkin ia lari ketakutan karena upaya
pencurian pakaian istriku gagal. Namun, yang tak kuduga-duga adalah
ketika istriku hampir mendapatkan handuk tersebut ia malah tergelincir
mungkin karena kakinya masih licin karena mandi tadi. Istriku berteriak,
"aaahhh...." Lalu tangga dan istriku pun terjatuh, akupun panik dan
baru saja ingin lari ke depan, tetapi ternyata aku melihat Pak Yono
melompat untuk menangkap istriku yang terjatuh itu. Pak Yono pun tak
sanggup menahan berat istriku karena ia sendiri gendut dan tidak terlalu
kuat. Akhirnya mereka berdua jatuh bertumpukan dengan istriku menduduki
perut Pak Yono, namun tangan dan kaki istriku berdarah tertimpa tangga
kayu. Sedangkan Pak Yono itu sendiri jg terluka di bagian sikut
tangannya. Aku bukannya langsung lari melihat keadaan istriku, malah
diam saja untuk menyaksikan apa yang telah terjadi. Dengan sedikit
perasaan amarah terhadap Doni dan Rizal yang menyebabkan ini semua
terjadi, aku pun merasakan tonjolan di bagian senjataku. Apakah aku
tidak waras? Namun, Pak Yono, mengangkat istriku yang kesakitan. Pak
Yono dengan sigap menggendong tubuh telanjang istriku yang mengkilat
karena air mandi, kotor karena tanah, dan darah di tangan serta kakinya,
sambil berkata, "dik Yola, gpp sini aku bantu ke dalam." Istriku
menjawab sambil mengaduh, "aduhhh... ii...iyaa... gpp pak makasih."
Namun, ketika istriku di angkat oleh Pak Yono, istriku merangkulkan
tangan kirinya ke leher Pak Yono, seperti sepasang kekasih yang siap di
bawa ke atas Ranjang Percintaan. Sepertinya, hal ini mempengaruhi
istriku, terbukti dengan wajah istriku yang terpana akan aksi Heroic
nya, istriku menatap dengan sangat gembira ke arah muka Pak Yono yang
tergopoh-gopoh berusaha menggendong istriku. Sesampai nya di ruang
tengah, akupun keluar untuk melihat keadaan istriku. Namun, istriku
melihatku dan menjawab, "anu pah, aku terjatuh dari tangga, untung ada
Pak Yono." Akupun berusaha mengeluarkan ekspresi kaget, "lho!? kok bisa
gitu? ngapain sih kok naik-naik tangga waktu lagi mandi?" Pak Yono
menyelak kami, sebaiknya luka ini di bersihkan dulu Mas Nar, takut
infeksi, lalu aku dengan agak panik mencari betadine serta beberapa
kapas pembersih. Namun ketika aku ingin mebersihkan luka istriku, perban
dan segala peralatan itu di ambil oleh Pak Yono, sehingga dia mengambil
alih untuk membersihkan luka istriku. Aku hanya terpana melihat mereka
berdua, istriku yang mengarahkan lukanya ke arah Pak Yono yang sedang
membersihkannya. Sedangkan Pak Yono yang nampak serius membersihkan luka
istriku. Aku hanya diam saja melihat mereka. Lalu Pak Yono berkata
lagi, "Mas Nar, mungkin bisa ambilin handuk dik Yola yang tersangkut
tadi, kasian masih basah begini badannya." Lalu aku pun hanya berkata,
"baik saya coba ambilkan, kamu gpp kan mah?" Istriku tidak menghiraukan
aku, ia masih terus-terusan mengeluh kesakitan setiap kali Pak Yono
menempelkan kapas betadine ke arah lukanya. Akupun mengambilkan handuk
istriku di atap tadi. Lalu sekembalinya aku dari halaman belakang aku
tidak lagi mendengar suara istriku mengeluh kesakitan. Lalu dengan
perlahan aku berjalan mencoba mengintai apa yang mereka lakukan, namun
aku menemukan istriku sedang berciuman dengan Pak Yono. Saya melihat Pak
Yonopun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, ia membalas ciuman istriku
dengan lumatan dan permainan lidah. Sekiranya 1 menit mereka berciuman.
Lalu, istriku berkata sambil menatap lirih kepada Pak Yono, "mas...
terima kasih yah..." Akupun memutuskan untuk segera membuat kegaduhan
agar mereka usai dengan apapun yang mereka pikirkan di kepala mereka.
Merekapun kembali ke posisi masing-masing sambil dengan perasaan jengkel
dan cemburu dalam hatiku akupun datang. Membawa handuk istriku, lalu
Pak Yono mengambil handuk tersebut dan aku disuruhnya, "Mas Nar, bantu
dik Yola berdiri bisa? Biar aku yang handukin." Akhirnya akupun membantu
istriku berdiri sambil istriku berpegangan kepadaku, aku hanya melihat
dan membiarkan Pak Yono mengelap seluruh inci dari tubuh telanjang
istriku. Pak Yono mengelap dengan telaten sekali terutama ketika pada
bagian dada istriku, serta bulu-bulu kemaluannya. Seusai aksi pengelapan
itu, Pak Yono berkata, "dah kering dik, dah cantik lagi tuh. hehe..."
Istriku hanya berkata kepada Pak Yono, "makasih mas... jadi
ngerepotin... mas sendiri terluka ayo saya obati." Lalu Pak Yonopun
berkata, "oh ga usa cuma lecet kecil dik. Mas Nar minta baju untuk dik
Yola dong masa ga di kasi baju sih." Lalu aku pun tersadar, oh iya
kenapa tidak kepikiran dari tadi yah. Tetapi dengan spontan istriku
menjawab, "ah tidak usah pah, sebentar lagi kan mau tidur." Seperti yang
kalian sudah ketahui di Part 2, bahwa istriku dan aku sekarang kalau
tidak sudah tidak mengenakan pakaian apapun lagi. Lalu akupun
mengkerutkan dahiku atas aksi istriku yang berani dengan santainya
menonjolkan ketelanjangan istriku. Sambil berusaha mendudukkan kembali
istriku ke kursi, lutut bagian dalam istriku nampaknya masih berdarah.
Namun Pak Yono dengan segera memberikan obat dan kapas ke arah luka
tersebut. Namun, karena kesulitan, Pak Yono mengambil kursi satu lagi
lalu menaikkan kaki kiri istriku ke kursi tersebut. Sambil berjongkok di
antara kursi, kaki kiri istriku dan paha kanan istriku. Dari situ saya
tahu betul Pak Yono dapat melihat jelas belahan vagina istriku yang
terbuka sedikit kemerah-merahan. Dan lebih gilanya lagi, ternyata vagina
istriku sudah basahh aku dapat melihat cairan mengkilat di sana. Tetapi
istriku hanya diam saja melihat Pak Yono melakukan ini semua. Akupun
hanya bisa terdiam.
Setelah sekiranya beberapa menit. Aku membuka percakapan lagi, "mah kamu
tadi ngapain sih kok bisa sampe gini?" Istriku akhirnya memalingkan
wajahnya kepadaku sambil berkata, "anu pah, handukku kayaknya ketiup
angin, terus aku coba ambil sendiri pake tangga, eh malah jatuh! Untung
tiba-tiba Pak Yono berlari menahan aku kalau tidak mungkin kepala aku
bisa kena pah." Aku pun dengan bernada sedikit marah, "kok mama ceroboh
gitu sih! Kenapa ga manggil papa biar papa yang manjat?" Istriku dengan
sedikit menyesal menjawab, "ya tadi aku pikir papah masi ada Pak Yono,
masa aku telanjang-telanjang keluar manggilin papah." Dalam hatiku
berkata, "percuma saja kan ujung-ujungnya kamu telanjang juga di depan
dia." Aku hanya menjawab kepada istriku, "ya lain kali kalau ada begitu
teriak aja mah, atau kalau darurat gak apa apa kamu keluar telanjang
daripada kamu luka begitu. Lagipula emang nya kenapa telanjang di depan
Pak Yono. Toh kita semua uda besar yah Mas Yono." Sambil aku menepuk
pundak Pak Yono. Walaupun aku tidak tahu apa yang aku pikirkan bisa
berkata seperti itu. Namun, dengan sedikit menyeringai terpancar wajah
girang Pak Yono sambil menatap istriku, Pak Yono berkata, "yah lumayan
mas dapet bonus liat bidadari cantik malam-malam, hehe..." Istriku pun
tertawa mendengarnya sambil menepuk punggung Pak Yono, "ihh... apa
sih..." begitu goda istriku. Namun, seusainya mengobati, Pak Yono
berpamitan kepada kami. "Mas Nar, Dik Yola, aku permisi pulang dulu deh
yah, udah malam. Dik Yola istrirahat aja biar cepet sembuh lukanya."
Istriku tersenyum dan berkata, "iyah mas terima kasih banyak. Kalau mas
butuh apapun bilang aja sama kita pasti kita bantu kok." Akupun
menimpali kata-kata istriku, "Iya mas yono, klo ada yang kita bisa bantu
bilang aja ga usa malu-malu. Kita di sini sudah kayak saudara." Padahal
aku tidak suka sekali dengan Pak Yono ini, karena dia kurang ajar
sifatnya, gendut, benalu, dan tidak menarik sama sekali seperti yang
sudah saya deskripsikan di Part 2 sebelumnya. Pak Yono pun tediam,
sambil menatap istriku dari ujung kaki hingga kepala, lalu ia tersenyum
dan berkata, "ah... gak apa apa Mas Nar, aku kebetulan aja bisa bantu.
Untuk saat ini aku mah uda seneng bisa liat dik Yola tidak terluka parah
walaupun dapet bonus lagi hehe..." Akupun hanya tertawa sambil melihat
istriku yang juga tertawa. Lalu setelah mengantar Pak Yono pulang,
seperti biasa aku mengunci semua pintu. Dan istriku mencoba berdiri
untuk melangkah ke arah Kamar sepertinya ia mau tidur. Akupun bergegas
membantunya sambil menggendongnya ke arah ranjang. Aku berkata kepada
istriku, "kamu gak apa apa mah?" Istriku menjawab, "iya gak apa apa pah.
Cuma..." Aku mengkerutkan dahi dan berkata, "cuma apa mah?" Istriku
sambil melirik kepadaku sayu, berkata, "aku kok pingin itu pah yang
enak-enak." Akupun menjawab sambil tertawa, "ya ampun mah, papa masi dag
dig dug gara-gara kamu jatuh dari tangga kok sekarang malah jadi horny
sih." Istriku cuma berkata, "ya... abis..." Ia tidak melanjutkan
kata-katanya, saya yakin maksud dari kata-katanya adalah "abis dilihatin
pak yono jadi horny." Namun, aku melihat tidak memungkinkan kita
melakukan persetubuhan malam ini karena aku tidak ingin lukanya terbuka
lagi. Oleh karena itu, aku berkata kepada istriku untuk mengurungkan
niatnya, "mah besok aja deh yah, takut lukanya kebuka lagi. uda mau
kering kan tuh." Istriku dengan sedikit cemberut berkata kepadaku, "iya
deh pah, yuk bobo yuk." Akhirnya kamipun tertidur.
Sekiranya seminggu setelah kejadian tersebut, Pak Yono menjadi sangat
akrab dengan istri saya. Jika datang ke rumah, ia selalu bercanda dengan
istri saya akan segala hal. Ternyata hubungan ini merupakan kesalahan
saya karena telah membiarkan Pak Yono akrab dengan istri saya begitu
saja. Hal ini menjadi kesalahan terbesar yang pernah saya lakukan. Suatu
saat di hari minggu pagi, Pak Yono dan Pak Risman datang ke rumah saya
untuk bermain kartu seperti biasanya. Istri saya pun di rumah sedang
menonton televisi. Sesekali ia halaman depan untuk memberikan kami
cemilan dan minuman. Saya melihat Pak Yono mengamati istri saya seperti
ingin melahapnya. Dan istri sayapun hanya melempar senyum kepada Pak
Yono. Sekiranya waktu menunjukkan pukul 10.00 pagi di hari minggu, saya
berkata kepada istri saya, "Mah... Pak Yono dan Pak Risman habis tuh
kopinya, tambahin gih." Kata istri saya, "Kopinya sudah habis pah..."
Lalu saya berkata kepada Pak Yono dan Pak Risman, "Wah pak kopi habis
nih... saya pergi dulu deh ke Mang Imran untuk beli kopi... Sebentar
aja kok..." Kata Pak Risman, "wah pak ga usa repot-repot... biar saya
aja deh yang pergi..." Akhirnya, saya menyuruh Pak Risman untuk pergi
membeli kopi sambil memberinya uang. Tinggalah saya dan Pak Yono. Pak
Yono sepertinya juga sudah mempersiapkan sebuah strategi agar dapat
berduaan dengan istriku untuk membahas ketelanjangan istriku kemarin.
Lalu, Pak Yono berkata, "mas, katanya ada titipan baju dari Pak Soni
untuk saya sudah di ambil belom mas?" Lalu, muncul pikiran kotor saya
ingin memastikan lagi tentang kejadian istri saya bersama Pak Yono waktu
itu. "Sayapun berkata, wah ia nih saya lupa!", timpal saya. "Ya sudah
saya ke rumah Pak Soni sebentar yah ambil bajunya." saya berpamitan
kepada Pak Yono. Sambil berkata kepada Istri saya, "Mah papa ke rumah
Pak Soni sebentar ambil titipan Pak Yono. Pak Yono di-'temenin' dulu
gih, kasi cemilan apa gitu." Istri saya menjawab, "yahh papa... jangan
lama-lama lagi asik nonton ini." Saat itu istri saya mengenakan daster
rumah tidak terlalu panjang di atas lutut. Sayapun menyalakan sepeda
motor dan berjalan ke luar rumah sambil memutar arah belakang, sambil
mengintip istri saya sedang memberikan cemilan kepada Pak Yono. Pak
Yono berkata, "duh coba bisa liat bidadari siang yah... pasti asik tuh."
Timpal istri saya, "ihh... apaan sih mas..." Dengan nada sebal. Namun
Pak Yono, tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, "waktu itu kata Mas
Nar dan dik Yola, mau melakukan apapun untuk saya". "Ya, mas yono minta
bantuan apa?", tanya istri saya. "Ya.. sehabis kejadian kemarin saya ga
bisa melupakan sosok dik Yola dari kepala saya, apa lagi dik Yola
taukan saya belum punya istri.", tekanan cerdik diberikan oleh Pak Yono
sambil cengengesan. Istri saya berkata sebal, "ya gimana toh pak, aku
juga sudah sangat berterima kasih atas pertolongan bapak." Mencoba
sekali lagi Pak Yono berkata, "Walaupun dik Yola berterima kasih! Kan
dik Yola yang memiliki tubuh indah terpampang depan saya. Saya kan jadi
terbayang-bayang terus sama dik Yola" Namun istriku pun luluh, dan
berkata "Ya pak yono maunya gmn biar yola bisa berterima kasih?" Pak
Yono tersenyum lebar tanda lampu hijau dan berkata, "ya kalau boleh sih
saya ingin dik Yola bisa melepaskan hasrat saya waktu itu." "Hus! Apaan
sih Pak Yono!", sambil berkata marah menengok keadaan sekitar
kali-kali saya sudah kembali. Hampir saja saya ketahuan saya langsung
buru-buru menyembunyikan kepala saya. "Ya melepaskan hasrat kan tidak
harus berhubungan intim dik. Gimana kalau dik Yola buka pakaiannya
sekali lagi di depan aku, biar aku beronani sendiri. Dengan tubuh indah
seperti dik Yola mah aku cuma butuh 1 menit untuk melepaskan. Apa lagi
kalau dik Yola mau bantu pegangin... wah bisa-bisa 10 detik deh.",
timpal Pak Yono sambil tertawa. "Ya jangan sekarang dong Pak kan ada
Mas Naryo kalau balik gimana?", sambil berkata dan melirik keadaan
sekitar mencari kehadiranku. "Keliatahannya Mas Naryo lama deh kalau ke
rumah Pak Soni, kamu kan tau Pak Soni suka ngajak ngobrol. Kita satu
menit aja cukup kok dik.", lanjut Pak Yono. "Aduhh ga ada cara lain apa
mas?", kata istri saya. Namun, Pak Yono dengan licik berkata,
"Lagipula sepertinya kemarin Mas Nar sudah bilang kalau butuh bantuan
apapun minta aja jangan malu-malu. Jadi saya pikir Mas Nar juga gak apa
apa kalau kita ketahuan toh kita ga ngapa-ngapain cuma melihat tubuhmu
sekali lagi aja kok." Akhirnya istri sayapun luluh, ia berdiri dari
kursi dan berjalan kedepan Pak Yono sambil mengangkat dasternya sebatas
buah dada, dan memperlihatkan Bra 34 C nya berwarna putih
kembang-kembang kepada Pak Yono. Pak Yono melanjutkan, "dibuka dong dik
BH nya." Lalu, dengan muka sebal menahan daster dengan kedua ketiaknya
dan kesulitan berusaha membuka pengait Bra nya. Pak Yono melingkarkan
tangannya untuk membantu membukakan pengaitnya. Lalu di lepaskannya
perlahan melalui siku tangannya dan Bra tersebut sudah berada di
genggaman tangan Pak Yono. Dengan sekejap Pak Yono berkata, "Indah
sekali dik..." "Cepetan donk mas ah!!!", timpal istri saya yang
ketakutan sambil melihat terus kearah sekitar. Pak Yono dengan cepat
membuka celananya dan beronani di depan Istri saya. Sambil terus
berulang-ulang berkata, "Wah dik kamu benar-benar indah." Istrikupun
terdiam dan sepertinya sudah terlihat ada bercak basah di bagian celana
dalamnya. Melihat itu Pak Yono mengambil kesempatan berkata, "dik Yola
biar mas cepet keluar sekalian aja itu celana dalamnya dibuka. Kalau
basah gitu nanti keliatan sama Mas Naryo gmn?" Istrikupun merasa alasan
tersebut masuk akal, dengan kesulitan karena dia harus memegangi
dasternya istriku berusaha melepas Celana Dalamnya. Lalu Pak Yono tanpa
menyia-nyiakan waktu, ia berdiri dan langsung memelorotkan celana dalam
istriku. Istrikupun diam saja malah mengangkat kakinya untuk dapat
melepas celana dalam itu seluruhnya. Terlihatlah sekarang istriku
telanjang baik dada maupun bulu-bulu kemaluannya terpampang di depan
Pak Yono persis. Mungkin ia dapat menghirup aroma kewanitaanya itu dari
jarak sedekat itu. Pak Yono berkata, "wah dik kamu wangi banget yah.
Udah cantik wangi lagi. Badan kamu juga mulus." Sambil terus beronani
di depan istri saya tetapi tidak kunjung keluar juga. Lalu istri saya
semakin panik takut saya sudah kembali. Istri saya berdiri di depan
halaman dengan telanjang dari dada ke bawah di depan tetangga sialan
ini. Istri sayapun berkata cemas tetapi bergairah, "Mas udah ya aku
takut Mas Naryo balik nih..." Sahut Pak Yono, "Sebentar dik, aduh kok
ga keluar-keluar nih. Kalau kamu buru-buru gitu aku juga bingung dik.
Apa kamu mau bantuin aja?" Istri saya pun bingung harus berbuat apa.
Akhirnya dengan nekat istriku mengangkat tangan Pak Yono satu lagi untuk
diizinkan memilin putingnya yang sudah keras itu. Dengan sangat gemas
senang dan horny Pak Yono memilin-milih puting istri saya meremasnya
dengan kasar sambil terus beronani. Kebetulan hari ini adalah hari
minggu. Tidak banyak orang yang lewat di depan rumah, karena jika ada
orang yang lewat tentu saja dapat melihat aktifitas istri saya itu.
Sayapun yang dari tadi mengintip sudah sangat berdebar-debar dan mulai
beronani sendiri. Sebenarnya kejadian ini sudah berlangsung selama 45
menit. Akan tetapi, mereka tidak ada rasa curiga sedikitpun terhadap
saya akan segera pulang, malah mungkin mereka mengharapkan waktu yang
lebih lama. Aku sudah tidak dapat berpikiran dengan jernih lagi karena
perasaan cemburu, marah, benci itu kalah oleh nafsu dan hasrat ku
melihat apa yang akan terjadi selanjutnya. Mereka melakukan ini sempa di
halaman depan, tempat terbuka cukup panas cuaca hari itu, dan istriku
telanjang dari dada ke bawah, serta remasan dan pilinan di puting kanan
istriku makin kasar dan cepat. Istrikupun melenguh untuk pertama
kalinya, "uhhh..." Sambil sedikit memejamkan matanya. Lalu Pak Yono
melihat ini sebagai kesempatannya untuk mengambil langkah lebih jauh, ia
malah melepaskan tangan kananya dari onaninya. Mengarahkan tangan
tersebut ke arah liang kewanitaan istri saya yang sudah basah kuyup.
Sambil sedikit memejamkan mata istri saya malah melebarkan kakinya di
depan tetangga gendut jelek ini untuk memberikan kesempatan kepada Pak
Yono memasukkan jarinya ke liang kewanitaan istri saya. Akhirnya
istrikupun terbawa suasana dia sudah tidak lagi perduli dengan keadaan
sekitar ditambah lagi kalau kalian ingat bahwa saya suaminya tidak
mampu lagi memberikan kepuasan kepada istri saya. Sekiranya istri saya
sudah tidak terpuaskan selama empat bulan lamanya. Saya rasa ini adalah
kesempatan besar bagi istri saya untuk meraih kepuasannya setelah
setelah sekian lama. Istri saya memejamkan matanya dan mendongak ke
atas sambil melenguh yang kedua kalinya "ohhh....sshhh... enakkk
mass...." Istrikupun entah sadar atau tidak ia mengangkat kakinya
sebelah kanan untuk bertumpu di sisi bangku yang diduduki oleh Pak Yono
sehingga wajah Pak Yono dapat sejajar dengan liang kewanitaan istriku,
dan membiarkan Pak Yono mulai menjilatinya. Istriku benar-benar di
puncak kenikmatan, ia bahkan mungkin akan mengizinkan Pria Gendut jelek
ini untuk memasukkan senjatanya ke dalam liang kewanitaannya. Pak Yono
sepenuhnya telah mendapatkan kontrol atas istri saya. Ia memilin,
menghisap dadanya, menjilat liang kewanitaannya mencoblos-coblos
jarinya berulang kali. Istrikupun lupa tujuan utama dari aksi ini justru
membuat Pak Yono terpuaskan. Tetapi malah sebaliknya, "yaaa
ammmmppppuunnn.... masss... gilaaaa", racauan istriku yang mulai tidak
jelas. Sepertinya istrikupun mulai teringat tujuan utama dia adalah
memuaskan Pak Yono, sedangkan dia sendiri juga sangat ingin dipuaskan
setelah 4 bulan lebih ia tidak meraih kepuasan seksual dariku, akhirnya
istriku mendorong Pak Yono untuk duduk bersandar, dan yang benar-benar
tidak aku duga-duga dan aku sangat takut hal ini akan terjadi. Akhirnya
terjadi juga, istriku berjalan mengangkangi senjata Pak Yono yang keras
dan tidak terlalu besar itu. Gila!! Dan ternyata istriku menggenggamnya
sendiri dengan tangan kanannya dan menuntunnya ke dalam liang
kewanitaannya itu. Pak Yono berkata dengan penuh kemenangan, "dik Yola,
aku janji untuk memuaskan kamu hehe..." Sambil melepaskan daster
istriku seluruhnya dan melemparnya ke bangku sebelah. Istriku diam saja
atas semua perlakuan itu, sambil terus berusaha menggoyangkan pinggulnya
tidak karuan dan meremas buah dadanya sendiri sambil meracau, "ohhh...
ssshh.... mass yoonnoo... masss..." Sedangkan Pak Yono hanya duduk
bersandar sambil cengengesan melihat Yola, istriku, bidadari malam bagi
Pak Yono, wanita yang paling dihormati dan periang di desa ini, sedang
berusaha mengayuh kenikmatan darinya. Waktu sudah menunjukkan jam 12
siang. Tetapi saya belum berani pulang karena sayapun sedang beronani
untuk yang kedua kalinya!!! Ya saya sudah keluar tadi ketika istri saya
melenguh kedua kalinya. Dan sepertinya merekapun sedang tidak ingin
diganggu, jika saya keluar sekarang, banyak hal yang saya takutkan,
entah istri saya akan saya ceraikan, entah dia akan di cap murahan oleh
orang sekitar. Darahku sendiri berdesir kencang, jantungku berdegup
tidak karuan, senjataku keras seperti kayu, hatiku hancur remuk, tetapi
libido dan nafsuku telah memabukkan diriku. Jadi saya memutuskan untuk
terus bersembunyi terus sambil onani untuk kedua kalinya. "Enak ya dik
Yola?", tanya Pak Yono sambil sambil terus tersenyum saja melihat
istriku seperti cacing kepanasan di atas senjata kecilnya. Istriku
tidak menjawab hanya melenguh lagi, "uhhh... mass..." Lanjut Pak Yono,
"enak mana sama suamimu?" Istriku hanya terus memejamkan mata sambil
melenguh, "masss... ennakkk..." Aku sendiri tidak begitu jelas maksudnya
istriku "Enakan Mas Yono" atau "Aku sedang Enak Mas". Saya beranggapan
sepertinya ia memilih Mas Yono lebih enak dari saya karena saya sudah
tidak mampu memuaskan dia lagi sekian lama mendorong saya dan darah
sayapun berdesir lebih kencang lagi. "mass... aku ga tahaannn lagiii...
mas keluarin donk cepetannn", pinta istriku sambil memelas untuk segera
dipuaskan. Tetapi bukannya diteruskan malah istriku diangkat terlepas
dari senjatanya. Istriku berkata kesal, "yahhh...... mass kok?!" Lalu
Pak Yono berdiri menggendong istriku ke halaman sebelah agar jika aku
kembali tidak dapat langsung menemukan mereka dan orang yang lewat tidak
dapat melihat mereka. Di situ ada tiang bendera, tangan istriku
dituntun oleh Pak Yono untuk bertumpu ke situ sambil menghadap ke arah
aku mengintip. Dan dari belakang Pak Yono mulai mengarahkan senjatanya
kedalam liang istriku. Istrikupun hanya menuruti saja perlakuannya tanpa
berkata apapun sambil menengok ke belakang melihat Pak Yono yang
tersenyum lebar. Bless masuk lah senjata Pak Yono. Istriku melenguh
kecil, "uhhhm..." Pak Yono mulai memaju mundurkan senjatanya secara
perlahan, namun semakin kencang, dada istrikupun terus berguncang hebat
atas sodokan-sodokan Pak Yono. Dan aku dapat menyaksikan dada istriku
bergoyang hebat dengan sempurna dari sisi ini. Istriku berkata lagi,
"massss hebattt... kok belum keluar juga sihhhh..." Pak Yono hanya
tersenyum dan berkata, "aku akan puaskan kamu dulu dik... sudah lama aku
ingin puaskan kamu... ingin miliki dirimu... hampir tiap hari aku
melihat kamu seperti ingin menelanjangi kamu ini seperti mimpi bagiku
dik" Istriku tersenyum juga dan berkata, "masss... ohh... sshh...
gilaa.... teruss mass jangan berhenti.... benar mas puaskan aku..." Lalu
Pak Yono malah mencabut senjatanya sambil memundurkan badannya. Dan
istriku marah dan berkata, "massss kok di cabuuuttt!!! cepetan donk
ahhh." Pak Yono berkata, "bentar dik aku copot celana dulu..." Karena
celananya berlipat-lipat karena kejadian di atas bangku, istriku yang
sudah tidak sabaran sambil telanjang bulat ia berlutut di tanah yang
kotor itu untuk menyambar senjata si gendut ini memasukkannya ke dalam
mulutnya sambil meraba dadanya sendiri. Gilaa istriku kenapa menjadi
seperti ini??? Istriku yang periang, menarik, dihormati, menjadi murahan
seperti ini? Lalu Pak Yono melepas celananya dan baju nya ia pun
telanjang bulat di situ. Jelek sekali seperti kerbau bunting. Akan
tetapi, istriku belum mau melepaskan kemaluannya dari mulutnya. Pak
yono mendesis, "dikkk pintar sekali kamu..." Lalu saya lupa dengan Pak
Risman!!! Ia rupanya sudah kembali dan menyaksikan daster, BH, dan CD
istriku berserakan. Lalu ia mencari-cari Pak Yono dan aku di mana.
Ternyata kejadian ini sudah berlangsung selama 2 jam. Pak Risman
akhirnya melihat istriku yang sedang menghisap batang kemaluan Pak Yono.
Ia pun kaget. Dan tidak tahu harus bagaimana. Ia berdiam mengintip
aktifitas tersebut tanpa menegur mereka. Namun sepertinya Pak Yono
mengetahui keberadaan Pak Risman dia hanya tersenyum melihat Pak Risman
sedang mengintip. Istriku masih terus menghisap senjata Pak Yono, lalu
Pak Risman sudah mulai berani untuk melangkah maju. Pak Yono memberi
kode untuk melepaskan semua pakaiannya terlebih dahulu. Tak lama
kemudian Pak Risman sudah tidak berpakaian apapun lagi. Saya melihat
senjatanya sangat panjang dan kekar. Mungkin karena ia kurus dan bekerja
seperti kuli rumah. Pak Yono berkata kepada istriku, "dik, jangan
menoleh kebelakang yah, ada Mas Naryo tuh mau kasi kejutan untuk kamu."
Istriku bukannya menoleh kebelakang malah ia memanggut, "he ehm.."
sambil terus menghisap senjata Pak Yono. Saya juga heran kenapa Pak Yono
berkata Mas Naryo? Lalu ia berkata lagi, "dik kamu berdiri deh tetap
menghadap aku yah." Istriku tetap menuruti saja, lalu Istriku berusaha
melirik kebelakang, akan tetapi Pak Yono dengan sigap melumat habis
bibir indah istriku. Dan yang membuatku terheran-heran istriku malah
membalas ciuman tersebut dengan menjulurkan lidah. Sepertinya istriku
sudah tidak seperti istri yang kukenal lagi. Lalu dari belakang dengan
sangat bernafsunya Pak Risman meludahi senjatanya sendiri dan langsung
mengangkat pantat istri saya sehingga istri saya terpaksa agak menunduk.
Pak Yono kemudian mengarahkan lagi mulut istri saya kepada senjatanya
yang masih keras itu. Kemudian Pak Risman dengan leluasa dari belakang
berusaha memasukkan kedalam liang istri saya. Akan tetapi, nampak ia
menyeringis kesulitan karena sempit atau karena terlalu besar. Istri
sayapun melenguh "hhmmppphh..." Akhirnya masuk juga kepala dari senjata
Pak Risman. Disusul dengan kata-kata Pak Yono semakin tertawa lebar,
"dik Yola tenang aja itu Mas Naryo lagi kasi kejutan untuk kamu, sudah
kubilang kan tadi dia gak apa apa kok ngeliat kita begini." Lalu istriku
sepertinya mengangguk sambil terus menghisap batang kemaluan Pak Yono
dengan semakin bernafsu. Perlahan tapi pasti senjata Pak Risman berhasil
masuk setengahnya dan istriku kembali melenguh "hhmmmpphhh... duhhh..."
sambil melepas hisapannya sementara merasakan besarnya senjata yang
masuk ke dalam dirinya tersebut. Lalu istriku kembali melanjutkan
servicenya kepada Pak Yono, sedangkan Pak Risman yang bertubuh kecil
tersebut mencoba mengangkat pantat istriku agar lebih leluasa lagi. Di
angkatnya pula pantat istriku dan di hujamkannya sedalam mungkin
sehingga masuk seluruhnya senjata sebesar itu di dalam tubuh istriku
tanpa menyadari bahwa itu bukanlah suaminya. Istrikupun berteriak kecil,
"mas naryoo.... kok?!? uhhffffhhh..." Mungkin maksudnya adalah kok
senjataku besar sekali? Padahal itu adalah milik Pak Risman. Pak Yono
menimpali lagi, "sepertinya suamimu terangsang hebat melihat permainan
kita dik Yola. gimana kalau kita berikan atraksi yang lebih hebat lagi
untuk memuaskan suami kamu." Istrikupun mengangguk setuju kepada Pak
Yono. Pak Risman mulai berusaha menggerakkan senjatanya di dalam
istriku. Baru hujaman kedua istriku melenguh tidak karuan, "mass...
aihhh... gilaaaa... sesakkk..." Istrikupun tidak dapat berkonsentrasi
lagi untuk menghisap senjata Pak Yono. Sambil terus menikmati hujaman
ketiga dari Pak Risman, istriku meracau lagi, "uhhh.... ga tahaaannn....
mass... aku keluarrrr..." Lanjut istriku, "ehhmmm.... keluarrrr....
ahhh... ngeehhh... ngehhh..." Pak Risman berhenti tidak bergerak sama
sekali baru tiga kali hujaman lambat istriku sudah mendapatkan
kepuasannya. Bagaimana jika ia mendapatkan lebih? Akhirnya akupun keluar
untuk yang kedua kalinya tidak tahan lagi melihat aksi ini. Dalam
pikiranku ingin sekali aku ikutan di dalam permainan ini. Tetapi aku
berusaha menahan diri. Lalu istriku hampir terjatuh lemas karena
orgasmenya akan tetapi ditahan oleh Pak Yono dan Pak Risman agar tetap
dalam posisi tersebut. Setelah didiamkan sekitar 5 menit. Kulihat muka
istriku memerah akibat orgasme tadi. Pak Yono dan Pak Risman menahan
tawanya karena melihat istriku sang bidadari malam merka berada dalam
posisi tidak berdaya seperti itu malah berusaha meraih kenikmatan dari
mereka. Dua setengah jam sudah berlalu tidak ada tanda-tanda pergumulan
ini akan selesai malah terlihat seperti akan berlanjut lama. Akhirnya
setelah istriku mulai dapat berpijak kembali, istriku menegakkan
badannya dan berkata kepada Pak Yono dengan manja "mas... lanjut lagi
yahh...." Pak Yono tertawa keras sekali mendengar itu, "hahahaha..." Pak
Risman pun tertawa kecil, "hehehehe...." Tetapi nampak istriku tidak
menyadarinya. Istriku mulai kembali dengan pekerjaannya yang tak kunjung
selesai dari 2.5 jam lalu yaitu memuaskan Pak Yono.
Istriku mengulumnya lebih dalam lagi ke dalam mulutnya dan dihisapnya
kuat-kuat sehingga membuat Pak Tono tersentak kaget "woww..." Sementara
Pak Risman pun mulai menggerakkannya lagi senjata tersebut. Istriku
nampak bangkit kembali libidonya secara singkat karena hujaman yang
mulai dipercepat oleh Pak Risman. kembali istriku melenguh "masss aduhhh
gilaaa enakkkk bangettttt...." Terlepas lagi mulut istriku dari senjata
Pak Yono. Istriku berusaha menyeimbangkan irama Pak Risman sambil
meracau "mass baru kali ini akuuuu sesakkkk.... Ahh mass hauusss..."
Akhirnya Pak Yono memutuskan untuk mengangkat mulut istriku untuk
kembali diciumnya dilumatnya dan lebih parah lagi ia meludahi mulut
istriku dan kembali melumatnya. Sambil meremas remas dada istriku yang
menggantung bebas. Sebenarnya ia kehausan karena mereka bermain di
halaman samping walau cukup rindang pepohonannya tetap saja keringat
sudah bercucuran. Istriku malah berkata "mass.. ahh lagiii..." Pak Yono
kemudian mengangkat mulut istriku menghadap atas sedikit sambil berusaha
meludahinya lagi akan tetapi kali ini istriku menjulurkan lidahnya
menanti air liur itu. Pak Yono memberikan air liurnya kembali dan
istriku menelannya dengan tuntas. Kemudian hujaman Pak Risman semakin
cepat istriku mercau lagi "ohh... ssshhhh... awww....." sambil terus
memejamkan mata kepalanya naik turun melihat ke atas dan ke bawah dengan
keduatangannya bertumpu kepada Pak Yono menanggapi serangan Pak Risman
dari belakang ia tidak lagi bisa berkonsentrasi untuk memberikan service
kepada Pak Yono. Yang keluar dari mulutnya hanya, "yaahhh... uhhhh...
terussss... lagi... lagi....." Sepertinya Pak Yono tidak akan
mendapatkan kenikmatannya kali ini, karena Pak Risman sudah memuaskannya
lebih dari yang ia bayangkan. Akhirnya Pak Yono menuntun istriku untuk
bertumpu kepada tiang bendera lagi sambil terus memejamkan mata ia
berpegangan pada tiang tersebut. Pak Yono namun berkata, "dik, aku sek
ke kamar kecil dulu ya. Kamu lanjutin aja sama Pak Risman kamu." Namun
istriku tiba-tiba tersentak kaget,"ha??!?" Melihat kebelakang sejenak...
"Pak Rismannn... aduuhhh... sshhh... paannnttesssannn... ehmm...." Pak
Risman hanya menyahut, "panntessan enak ya dik? heh heh..." Lalu ia
menoleh dan mengangguk dua kali sambil berkata, "ehm ehmmbph.." dan
kembali menoleh ke tiang bendera serta memejamkan mata sambil menikmati
bersetubuhan ini sesekali ia meremas buah dadanya sendiri. Tidak lama
setelah itu Pak Yono kembali dari kamar mandi masih bertelanjang bulat
membawa tikar. Sambil melihat istriku yang tersengal-sengal, istriku
juga melempar senyum kepada Pak Yono. Pak Yono berkata lagi, "mass mu
hebat kan?" Sambil tersengal-sengal Istriku mengucap sebal, "huuuh! mas
bohong" Pak Yono tertawa sambil menyahut, "ohhh... jadi ga mau nih sama
mas risman?" Istriku melotot ke arah Pak Yono dan diam saja tidak
menjawab apapun. Pak Yono berkata lagi, "ya udah ris, klo dia ga mau
cabut aja" Lalu Pak Risman mencabut senjatannya. Istriku malah "aduhhh
maasss jangan dongg.... ampuunnn mass ampunn.... terusin dongg..." Pak
Yono merasa menang kembali, "terusin apa dik?" Istriku menjawab dengan
memelas dan berlutut di depan tiang, "mau lagi" Pak Yono menimpali, "mau
lagi apa yah?" Istriku dengan melotot ke arah Pak Yono berkata, "mau
mas risman lagi." Pak Risman tertawa, "heheheh...." Pak Yono bertanya
lagi, "mau diapain ama risman?" Istriku sebal, "apaan siihh, uda ahh
nyebelin..." Lalu ia menggelar tikar di dekat tiang itu, menyuruh Pak
Risman berbaring, tanpa di suruh lagi istriku dengan lutut kotor menuh
tanah langsung berjalan ke arah senjata Pak Risman menggenggamnya dan
menuntunnya secara perlahan ke arah liang kewanitaannya. Pak Yono dan
Pak Risman saling bertatap muka sambil melempar senyum kemenangan total.
Istriku tanpa berlama-lama lagi ia langsung menggoyangkan pinggulnya ke
sana kemari. Hanya dalam hitungan 3 menit, istriku meracau lagi, ia
mencapai orgasm nya yang kedua, "masss.... riss... akuu
keluarrrrr....... ngeeehhhh..." suaranya seperti melengking. Pak Risman
dari tadi hanya diam menyaksikan istriku berdansa di atas senjata
kemenangannya, sambil merasakan kontraksi dari liang istriku, lalu Pak
Risman pun berkata, "kamu cantik dik, sempit, enak untung aku bisa
menahannya, aku ingin puaskan kamu dulu dik." Istriku tertunduk lemas di
atas tubuh Pak Risman, mukanya memerah padam, tidak mampu berkata-kata,
ia hanya menggeleng-gelengkan kepala tanda sangat puas dan lemas. Pak
Yono pun akhirnya mengenakan pakaiannya dan berjalan ke arah halaman
depan tadi di mana daster, BH, dan CD istriku berserakan. Ia
mempersiapkan diri untuk kepulanganku sepertinya. Ia mengambil BH dan CD
tersebut dimasukkannya ke dalam kantong celananya, sedangkan dasternya
ia gantungkan di dekat tiang bendera tempat Pak Ris dan istriku bermain
di atas tikar. Sepertinya istriku sudah tidak kuat lagi, akhirnya Pak
Risman mengambil inisiatif untuk menyedot buah dadanya terlebih dahulu,
meremasnya, memilinnya. Pak Yono terhenti sejenak di belakang istriku,
sambil menggantungkan daster tersebut. Sepertinya libidonya naik kembali
dan memiliki inisiatif baru. Tetapi dia harus berjaga di depan menunggu
kepulanganku. Padahal aku berada di samping rumah sambil mengintip aksi
ini. Aku melihat di sekitarku sangat sepi tidak ada orang sama sekali.
Waktu kira-kira sudah menunjukkan pukul 1 siang. Sudah tiga jam
pergumulan ini berlangsung. Akhirnya Pak Yono berkata lagi, "dik, aku
mau jaga depan yah menunggu mas nar. Takut pulang." Istriku melihat Pak
Yono, dan bingung harus berbicara apa, "tapi mas, mas kan belum
keluar..." sambil tersengal-sengal. Pak Yono menjawab, "ga apa apa dik,
lagipula senjata aku lebih kecil dari mas ris, nanti kalau aku masukin
sekarang tidak ada rasanya dik." Istriku mengucap lagi, "baik mass, aku
janji kalau ada kesempatan lagi aku balas budi mas dua kali lipat." Pak
Yono tertawa sambil melempar senyum kepada Pak Risman. Istriku
melanjutkan pergumulan itu lagi, sepertinya istriku benar-benar lemas.
Akhirnya Pak Risman mengangkat istriku dan membalikkan posisinya.
Istriku mengangkang dengan bulu-bulu kemaluannya yang sudah basah dan
bau keringat bercampur cairan cintanya. Pak Risman berusaha memasukkan
senjatanya lagi. "ohh...." lenguhan istriku ketika senjata itu masuk
lagi. Pak Yono membakar rokok sambil berjalan ke arah pagar depan. Wah
gawat aku bisa ketahuan, akhirnya aku memutuskan untuk memutari rumahku
sambil mengintip di mana posisi Pak Yono. Sepertinya Pak Yono
mencari-cari aku yang tak kunjung pulang. Aku tidak dapat lagi
menyaksikan apa yang dilakukan Pak Risman dan istriku di dalam sana dan
onaniku pun terhenti. Pak Yono sepertinya tidak menemukanku, ia merokok
di depan pagar hingga dua batang. Sekiranya hampir 20-30 menit menunggu
Pak Yono pergi kembali ke dalam. Saya sudah bisa melihat lagi ke arah
dalam. Tetapi tidak menemukan istriku dan Pak Risman. Pak Yono pun tidak
aku temukan. Yang aku lihat hanyalah pakaian Pak Risman di halaman
samping dan daster istriku yang masih menggantung saja. Lalu aku
memutuskan untuk memanjat dari tempat Rizal dan Doni mengintip untuk
mencari di mana istriku berada. Akhirnya aku menemukannya, ia sedang
berada di atas meja kayu setinggi lutut Pak Risman sambil mengangkang
menyambut senjata Pak Risman. Pak Yono sambil merokok terus menyaksikan
kejadian ini. Yang terdengar hanyalah lenguhan istriku berkali-kali,
"uhhh.... hmmm... ehhh..." Setelah itu beberapa menit kemudian, istriku
berkata lagi sambil tersengal-sengal, "mas ris kok belum keluar sih...
apaaa akuu kurang memuaskan ya mass... uhhmm" Pak Risman menjawab, "dik
Yola, kamu itu wanita tercantik yang aku pernah rasakan, aku ingin
sekali cepat keluar, tapi nanti kita ga bisa dapat kesempatan seperti
ini lagi." Istriku meracau lagi, "oooohhh... gillaaaa sssshhh... mass...
puassinnn akuu yaahhh terusss ngeeehhh terussshh..." Pak Yono hanya
tersenyum melihat istriku seperti itu. Pak Risman menjawab, "pasti dik
Yola, aku sering sekali beronani sendirian membayangkan kamu seandainya
saja kamu istriku." Istriku mengangguk-anggukkan kepalanya dengan terus
memejamkan mata, dan mulai berkata, "maasss... harii inii... akuuu
istriiimuu..." Pak Yono menimpali, "mas naryo gimana dong?" Istriku
diam saja sambil terus merasakan kenikmatan ini. Istriku berkata lagi,
"masss... akuuu hauss lagiii...." Pak Risman menurunkan istriku
diarahkannya ketembok sambil tetap menancapkan senjatanya. Lalu mencium
istriku melumat bibirnya memberikan air liur kepada istriku hingga
menetes keluar dari bibir indah istriku. "ohhh gilaaa... ssshhmmm...",
racauan istriku lagi. Pak Yono mengajak Pak Mamat dan Pak Bayu bermain
kartu di depan. Dan pamit sebentar kepada mereka untuk menggulung tikar
mengambil daster istriku serta pakaian Pak Risman.
Tiba-tiba saja kami dikagetkan oleh Pak Mamat dan Pak Bayu di depan
pintu. Istriku melotot ke arah Pak Yono tetapi tidak juga melepaskan
serangan Pak Risman. Pak Yono buru-buru ke depan sambil mengajak mereka
bermain kartu. Pak Yono kembali belakang ia berkata kepada istriku, "dik
ada Pak Mamat dan Pak Bayu tuh." Istriku melihat Pak Yono, "mass...
sebentar lagii... yahhhh... tanggunngg..." Pak Yono hanya tersenyum
kepada Pak Risman, dan berkata, "apa mau di ajak sekalian dik?" Istirku
melotot dan marah, "ngawur aja kalo ngomong emangnya aku apaan!!!"
Akhirnya setelah 4 jam permainan ini, Pak Risman mencapai orgasm
pertamanya, "dik Yola... aku keluarrr yaahhhh...." Istriku yang sudah
tidak sadar lagi siapa dirinya, cuma mengangguk-angguk sambil melihat
Pak Risman dengan memelas "ohh mass... aku juggaaa...." Istriku
berteriak keras sekali, "ahhh.... ngeeehhh... ssshhhhhh..." Akhirnya
dikeluarkannya sperma Pak Risman di dalam liang kewanitaannya. "yeaahh",
suara terdengar dari Pak Risman. "banyaakkk... duhhh...", istriku
berkata. Istriku lemas sekali entah ini orgasm ke 3 atau ke 4. Karena
saya tidak melihatnya selama 30 menit tadi. Akhirnya dengan rambut yang
acak-acakan, tubuh penuh tanah, ada sisa-sisa sperma yang menetes di
tanah. Badannya bau keringat, sperma dan air liur. Ia terduduk di tanah.
Tidak mampu berdiri lagi. Pak Risman meninggalkan istriku di sana,
menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Entah apa yang
dikatakan Pak Yono di depan sana, tetapi mereka seperti sedang
tertawa-tawa setelah mendengar teriakan istriku tadi. Seselesainya Pak
Risman membersihkan dirinya, ia berpakaian sambil melihat istriku yang
masih terduduk lemas dan memejamkan matanya ke arah langit-langit.
Akupun harus menghindar karena bisa kelihatan klo sedang mengintip. Pak
Risman namun berkata, "dik Yola, kamu sungguh wanita idamanku. Terima
kasih banyak yah..." Istriku kemudian menoleh dan melempar senyum kepada
Pak Risman, "aku juga terima kasih mas... ini pertama kalinya aku
merasa terpuaskan seperti ini.. hosh hosh... jangan bilang-bilang mas
nar yah mas. Tolong!" Pak Risman tersenyum, "ya ga lah dik, bisa gawat
atuh kita." Pak Yono sudah kembali dan memanggil Pak Risman. Akhirnya
mereka meninggalkan istriku dalam keadaan seperti itu karena tidak ingin
ketahuan Pak Mamat dan Pak Bayu. Istriku masih terkulai lemas di tanah
itu sambil terus terengah-engah dengan wajah penuh kepuasan ia tersenyum
sendiri. Sekiranya 10 menit dari itu. Istriku mencoba bangkit. Pak Yono
kembali lagi ke belakang untuk melihat keadaan istriku. Pak Yono
membantu istriku menuju kamar mandi. Sambil menggantungkan daster nya
tadi. Istriku berkata kepada Pak Yono, "mas tolong ambilin handuk yah di
samping." Pak Yono pergi ke samping dan mengambil handuk. Hampir saja
aku keliahatan. Lalu aku memutuskan untuk pulang sekarang aku ingin tahu
seberapa paniknya mereka melihat aku kembali. Lalu suara motorku
kunyalakan dari kejauhan terdengar suara motor yang sudah ingin sampai
di rumah. Lalu sesampainya di rumah Pak Risman buru-buru masuk ke dalam
memanggil Pak Yono. Pak Yono dan Pak Risman pun keluar, sedangkan aku
mendengar suara istriku gedebukan di belakang. Sepertinya buru-buru
mengenakan daster. Lalu Pak Yono dan Pak Risman bermain lagi dengan Pak
Mamat dan Pak Bayu. Akupun bersiap untuk bergabung bersama mereka. Aku
memanggil lagi istriku "mahh, kopi nya dong disiapin..." Istriku
menjawab, "ia pahh" Akhirnya tak lama istriku keluar dan memberikan kopi
itu kepada mereka. Istriku pun keluar membawa kopi. Agak basah
kumelihat daster itu menyetak bentuk buah dadanya putingnya dan terlebih
lagi ternyata BH dan CD istriku masih di kantong Pak Yono. Aku dapat
melihat putih-putih sedikit dari kantongnya. Aku bertanya kepada
istriku, "kok basah gini mah? keringetan?" Istriku melirik Pak Yono dan
Risman, "i..iyaa mass... tadi abis beres-beres abis mas lama sih
perginya." Akupun menjawab, "ia tadi ngobrol dulu sama Pak Soni jadi
lupa waktu deh." Waktu menunjukkan pukul 2 siang berarti pergumulan itu
berlangsung selama 4-5 jam. Sambil menunduk dan meletakkan kopi saya
rasa Pak Mamat dan Pak Bayu serta Pak Risman maupun Pak Yono dapat
menyaksikan payudara istriku yang sudah tidak mengenakan apa-apa lagi.
Lalu aku menyeletuk kecil,"mah kok ga pake BH sih... ga malu apa"
Istriku cuma menjawab, "panas pah..." Pak Yono dengan kurang ajarnya
mendengar kami, "gpp mas nar... bonus... hehehehe...." Lalu akupun
berlagak tertawa kepada mereka. Istrikupun tertawa puas.
Aku sebenarnya marah kepada istriku, "Mengapa Aku Dikhianati?" Aku
sendiri bingung apakah ini semua salahku? Aku yang mebuat ini semua
terjadi? Mengapa aku sangat menginginkan hal ini? Darahku terus berdesir
dan jantungku berdegup setiap kali tatapan Pak Risman dan Pak Yono
kepada istriku. Setiap kali ejekan dan candaan Pak Risman dan Pak Yono
kepada istriku. Antara bangga,cemburu,senang,horny,bahagia, tidak tahu
lagi yang mana yang aku rasakan.
Ketahuilah ini bukanlah akhir, melainkan awal dari semua aksi
eksibisionis Yola, istriku, wanita yang sangat kucintai menuju ke arah
yang lebih tinggi lagi yang akan diceritakan di Part 4.
Lanjutkan ke Part 4:
Salam
Naryo & Raka
0 komentar:
Posting Komentar