Aryanti tengah bersandar pada sofa ruang tamunya, kedua paha mulusnya
mengangkang lebar-lebar mempermudah pak Hari dalam menyetubuhinya,
Aryanti sudah larut dalam birahinya sehingga dia menjadi lupa bahwa dia
baru saja ditinggal pergi suaminya dan dia juga seorang wanita berhijab
yang seharusnya tidak akan melakukan perbuatan zina tersebut. Kepala
Aryanti mendongak dengan mata terpejam sementara dia mendesah menikmati
persetubuhannya itu, pak Hari terdengar tertawa saat meremasi kedua
payudara Aryanti yang besar dan ranum itu. Pak Hari kemudian mencumbui
janda muda tersebut, diciuminya leher Aryanti dan membuatnya semakin
menggeliat, pak Hari menurunkan ciumannya pada payudara Aryanti,
disedotinya putting susu Aryanti yang berwarna pink kehitaman itu,
putting itu mencuat keras yang menandakan Aryanti benar-benar dilnda
nafsu.
“ahhh ahhh ahhh ahhhhhhasss” desahan Aryanti semakin keras memenuhi
ruang tamu, bersahutan dengan dengusan nafas pak Hari yang semakin
memburu. Pak Hari menarik tubuh Aryanti sehingga memeluk tubuhnya,
Aryanti pun tanpa sadar melingkarkan lengannya pada pundak pak Hari dan
kedua kakinya dipinggang pak Hari. Pak Hari sedikit mengangkat Aryanti
dengan batang penisnya masih membelah liang surgawi Aryanti yang
kemudian dia ganti posisi duduk disofa sementara Aryanti berada
dipangkuannya, gambar tadi mulai sedikit goyang saat perpindahan posisi
tersebut. Setelah semua pas, kembali pak Hari mencumbu Aryanti, dan
menggoyangkan pinggul Aryanti dengan sodokan-sodokan batang penisnya
yang semakin mengeras
"Dik yanti, hijabnya dilepas saja ya" bisik pak Hari ditelinga Aryanti ditengah-tengah cumbuannya
“oouugghhhh” hanya itu yang terdengar dari bibir Aryanti setelah pak
Hari memintanya melepas hijab yang masih menutupi kepalanya.
Namun tanpa disangka-sangka Aryanti perlahan meraih jarum pentul yang
mengaitkan kain hijabnya, begitu juga dengan beberapa jarum pentul
lainnya yang terpasang rapi pada hijabnya itu kini telah terlepas semua,
dan dengan gontai Aryanti menarik lepas kain hijab yang ada dikepalanya
itu, menjatuhkannya dibawah sofa. Kini Aryanti yang tanpa hijab semakin
terlihat binal, sungguh sempurna kecantikan istri alm. Mas yudha itu.
Rambut Aryanti yang panjang dibiarkan tergerai saat penjepit rambutnya
ikut terlepas bersamaan dengan ditariknya hijab tadi. Aryanti
terlonjak-lonjak mengimbangi hujaman penis pak Hari, pinggulnya pun kini
aktif merespon setiap gesekan dalam liang senggamanya dan bergerak naik
turun seiring keluar masuknya batang penis pak Hari.
Tiada lagi isak tangis dari Aryanti, air mata yang tadi membasahi
pipinya berganti dengan peluh akibat pesetubuhan panasnya dengan pak
Hari, bahkan Aryanti sekarang begitu bergairah menciumi bibir pak Hari.
Bibir Aryanti yang tadinya berkata penolakan, dalam sekejap mendesah
penuh nikmat, melupakan alm suami yang mencintainya itu apalagi tanah
makam suaminya belum lah mongering, namun Aryanti kini tengah mengarungi
samudra birahi bersama pak Hari.
“pakhhh Hariiiii, nikmaaattt pakkhhh” desah Aryanti disela-sela ciumannya dengan pak Hari
“hhhh iyaa dik yantiii, aku akan menghiburmu dhiikk, membuatt mu tersenyuumm”
“pakhh, yanttiii keluaarrr pakkkhhh assshhhh….”
Bersamaan dengan jerit nikmat bibir Aryanti, batang penis pak Hari yang
masih menghujam liang senggama dengan gagahnya itu tersiram derasnya
cairan orgasme wanita berhijab tersebut. Terasa basah sekali sekarang
liang senggama Aryanti dan sebagian merembes keluar melalui sela-sela
liang senggama yang dipenuhi oleh batang penis pak Hari. Pak Hari cukup
pengertian dengan memberikan Aryanti kesempatan untuk menarik nafas
seusai dilanda orgasmenya tadi, nafas Aryanti memburu dengan detak
jantung yang berpacu cepat, adrenalin Aryanti naik oleh persetubuhannya
dengan lelaki selain mantan suaminya itu. Pak Hari mendekap Aryanti yang
berpakaian ala kadarnya itu, gamisnya masih terpasang namun bagian
depannya telah terbuka sepenuhnya. Rok panjang Aryanti juga masih
tersingkap dipinggang wanita itu menutupi liang senggamanya yang masih
disumpal oleh batang penis pak Hari.
Fais menyaksikan adegan dilayar smartphone pak Hari dengan nafas yang
terengah-engah. Sungguh dia tidak menyangka jika wanita yang dia kagumi
selain karena parasnya yang teduh dan cantik, begitu juga dengan lekuk
tubuhnya yang mampu menggugah ‘imron’ setiap mata lelaki yang
memandangnya itu namun juga karena ke sholehan serta kepatuhannya
sebagai seorang istri yang menurutnya mampu menjaga maruahnya bisa
terjebak bujuk rayu dan ditaklukkan oleh pak Hari yang usianya sudah
hampir berkepala tujuh
Namun ketika pak Hari mulai mencumbu Aryanti kembali, tiba-tiba saja
tampilan gambar video itu berhenti, ‘asem’ umpat Fais dalam hati karena
video itu sudah selesai. Melihat hal itu pak Hari dan pak Bono tertawa
terpingkal-pingkal,
“hhaaahahaha…. Ya capek dik Fais ngenthu wanita ajib kok sambil megang ponsel” seru pak Hari
“lha iya salah sendiri kemarin saya ditinggal pas diwarung mak jum, jadi
gak ada yang bantuin deh buat ngrekam dik Aryanti kamu garap” kelakar
pak Bono
“terus itu kelanjutannya bagaimana pak???” Tanya Fais penasaran
“lah, ya aku garap terus dik sampai hampir subuh, tak bolak balik si Aryanti”
“serius pak???” Tanya Fais dengan wajah masih tidak percaya
“iya bener dik, bapak ndak bohong. Jadi sesudah bapak garap di sofa itu,
Aryanti bapak gendong kedalam kamar, nah disitu Aryanti bener-bener
seperti lupa diri, dia menghentak-hentakkan pinggulnya menggimbangi
sodokan batang penis bapak ini, bahkan dia sendiri yang melolosi gamis
dan rok panjangnya padahal bapak gak minta lho”
“walah ri, kamu cerita gitu aku jadi pengen ikut nikmati tubuhnya dik Aryanti” gerutu pak Bono
“sabar no, si Aryanti masih malu jika dia tiba-tiba harus ngelayanin
kamu diranjang, sabar dulu ya no” pak Hari menenangkan sahabatnya itu
“oia pak, ngomong-ngomong pak Hari kok bisa kuat gitu gimana resepnya? hehehe” Tanya Fais berkelakar
“walah, dik Fais pengen tahu? Gimana no, kasih tahu gak???” Tanya pak Hari pada sahabatnya
“memange dik Fais ada masalah kejantanan???” Tanya pak Bono balik
“mmm gimana ya pak, jadi akhir-akhir ini saya cepet banget keluarnya
pak, mungkin kecapekan kerja” jawab Fais dengan mata kosong menatap
wajah kepuasan Aryanti di layar smartphone pak Hari
Mendengar jawaban Fais tersebut kedua orang tua itu berpandangan dan
tersenyum mesum, nampaknya mereka berdua memiliki pemikiran yang sama
dengan pernyataan Fais tadi.
“gimana no?” Tanya pak Hari
“ya sudah kasih tahu saja, dik Fais kan juga baik sama kita ri” balas pak Bono
“jadi gini dik Fais, ini sebenernya yang menemukan pak Bono waktu dulu masih dinas” lanjut pak Hari
“menemukan apa pak???” Tanya Fais semakin penasaran
“dulu waktu pak Hari masih aktif dinas, dia tanpa sengaja bertemu dengan
orang pintar yang bisa mengobati masalah kejantanan” ujar pak Bono yang
melanjutkan pembicaraannya karena terpotong pertanyaan Fais tadi.
“iya bener dik Fais, bapak dulu juga tidak sengaja pas diwarung gitu ya
cangkrukan dengan penduduk local, mereka cerita masalah rumah tangga.
Dari situlah bapak dapat informasi orang pintar itu” pak Bono
menambahkan
“waktu itu juga pak Hari, sorry ya ri saya buka kartumu” pak Bono bercerita tentang kekurangan pak Hari
“wis santai saja no, kita kan sama-sama sudah tua” sahut pak Hari santai
“waktu itu pak Hari juga ada masalah seperti dik Fais ini, kemudian pak
Hari saya ajak ke tempat orang pintar itu dik Fais. Disana pak Hari
menginap 3 Hari buat diobati sama tukang pintar itu” pak Bono menjutkan
ceritanya
“itu lokasinya dimana pak Bono?” Tanya Fais kembali
“daerah baluran dik, ujung timur pulau ini” jawab pak Bono singkat
“namun saya sendiri juga kurang yakin jika orangnya masih ada, karena itu sudah 30 tahun yang lalu dik” sahut pak Hari
“jadi efeknya sampai sekarang pak?” Tanya Fais heran
“makanya itu tadi bapak bilang si Hari ini jagonya wanita dik Fais” pak Bono menambahi
“tapi misal dik Fais mau coba kesana ya tidak apa-apa, ini saya sms kan
ancer-ancer lokasinya” sahut pak Hari meminta balik smartphone yang
dipegang Fais dan dengan cepat memencet keypad di smartphonenya
“tungkling” sebuah pesan masuk di smartphone Fais
“waduh no, kita kok malah jagongan(duduk mngobrol) disini???” ujar pak
Hari kaget ketika melihat jam dilayar smartphone seusai mengirimkan
pesan kepada Fais
“iya e ri, ayo kita bergegas ke pos ronda, nanti dikira kita gak datang dan orang-orang pulang lagi” pak Bono tidak kalah panic
“ya sudah dik Fais kami permisi dulu” sahut pak Hari
“maaf pak Bono pak Hari, Cuma di suguhi anggur” balas Fais dengan tersenyum
Kemudian kedua orang tua itu berjalan menyusuri dingan nya malam menuju
ke pos ronda, tidak terasa jagongan mereka memakan waktu hampir 1,5 jam
yang rencana awalnya mereka hendak mengawasi orang yang kebagian piket
ronda.
“no, kamu tadi tau gak yang aku pikirin???” celetuk pak Hari
“istrinya Fais kan?” tebak pak Bono singkat
“bener banget no, jitu tebakanmu hahaha” pak Hari tertawa karena temannya berpikiran sama dengannya
“iya ri, aku tadi ngaceng waktu si Fais Tanya masalah solusi kejantanan tadi” tambah pak Bono
“aku jadi bayangin si Disha pasti gak puas sama servisnya si Fais” lanjut pak Bono
“walah no no, itu kamu kan ketua RT, harusnya mengayomi warga bukan malah ngelonin bini nya warga hahaha”
“memangnya kamu gak pengen ri bisa nidurin Disha istrinya Fais itu?” Tanya pak Bono
“aku ta??? Ya jelas pengen lah no, siapa juga yang gak ngiler sama lekuk
tubuhnya si Disha, apalagi teteknya Disha wah bayangin aja sudah bikin
puyeng. Meski kelihatannya sopa, aku yakin Disha nafsunya gede no”
tambah pak sambil merogoh sakunya membetulkan posisi senjatanya yang
meleset dari orbit akibat membayangan tubuh Disha
“hahahaha…jadi Disha sudah masuk list target mu nih ri?” Tanya pak Bono
“ya jelas lah no, lumayan lah bisa ngentot gratis, crot didalam pula”
“Hahahaha”mereka berdua tertawa berjalan menuju ke pos ronda
Fais kembali menutup pintu pagarnya setelah kedua orang tua itu pergi,
tak lupa dia kembali memastikan jika pagarnya sudah benar-benar terkunci
sebelum beranjak dari halaman rumah.
****
“mas Fais kemana yah kok didalam rumah tidak ada?” gumam Disha saat
mengencangkan lilitan handuknya seusai mandi, Disha kemudian berjalan
keruang tamu dan melihat pintu depan masih terbuka.
Tubuh Disha hanya ditutupi handuk yang tidak cukup besar untuk menutupi
paha mulusnya dan payudaranya yang indah itu, bahkan apabila Disha
berjongkok maka bagian pantat Disha akan kelihatan apalagi payudaranya
yang besar jelas akan menggantung. Selama ini Disha memang tinggal
dengan suami dan kedua anak-anaknya yang masih kecil, sehingga
seringkali dirinya berpenampilan sangat terbuka yang memperlihatkan
keseksian tubuhnya ketika dirumah. Namun meskipun kali ini ada lelaki
lain menginap dirumahnya, hal itu sama sekali tidak merisaukannya, toh
lelaki itu juga sudah beberapa kali menggagahinya dan memberikan orgasme
yang jarang didapat dari suaminya.
“mmm, pantesan ternyata lagi ngobrol sama pak Bono dan pak Hari didepan”
namun ketika Disha tengah memperhatikan suaminya dari jendela ruang
tamu ada tangan yang menyusup kedalam handuknya dan bergerak cepat
menggapai payudaranya
“ahhh, mass!” berontak Disha ketika tangan Pardi merengkuh tubuhnya.
“main sebentar yuk mbak? Masih nanggung nih yang tadi sore” rayu Pardi
“gila kamu mas, suamiku lagi ada didepan rumah sekarang, nanti bisa
ketahuan” Disha menepis tangan Pardi yang tengah memeluk tubuhnya
“mumpung suamimu lagi jangongan mbak, gak akan ketahuan” Pardi tidak menyerah dan mulai meremasi payudara Disha
“acchh jangannn masss...” rintih Disha pelan takut terdengar suaminya dari depan
Namun bukannya Pardi melepaskan Disha, justru rintihan Disha membuatnya
semakin bergairah, apalagi sensasi yang dirasakan Pardi ketika berhasil
menggauli Disha yang mana suaminya berada kurang lebih 20 meter dari
tempat mereka berada sekarang. Pardi yang saat itu hanya mengenakan kaos
oblong dan sarung saja membuat Disha dapat merasakan jika batang penis
Pardi mulai mengeras menekan pantatnya yang terutup selembar handuk.
Disha yang tenaganya kalah kuat akhirnya mengalah dengan kemauan Pardi,
melihat Disha yang mengendurkan penolakannya membuat Pardi senang,
dibaliknya tubuh Disha sehingga kini mereka berhadapan, sementara Pardi
tetap dapat mengawasi Fais dari balik tirai jendela. Pardi memandangi
tubuh Disha untuk sesaat, mereka berdua terpaku dan nafas Disha mulai
memburu dengan tatapan sayu, Pardi kemudian menarik ikatan handuk didada
Disha dan membiarkan handuk tersebut terjatuh dilantai, kini Disha
telah sepenuhnya telanjang didepan Pardi, lelaki yang sudah beberapa
kali menggauli tubuhnya itu. Terdengar decak kekaguman dari mulut Pardi
ketika tengah mendapati istri dari orang yang memberinya tempat tinggal
itu kini tengah berdiri telanjang dihadapannya, Pardi tidak
bosan-bosannya mengagumi keindahan tubuh Disha yang kini telah pasrah
tersebut, Pardi mulai mendekatkan bibirnya dan melumat bibir Disha yang
Nampak selalu basah. Disha hanya memejamkan mata saat bibir mereka mulai
bersentuhan, Pardi mencium Disha dengan lembut, yang mana awalnya Disha
takut sekarang mulai merasa rileks, sehingga tanpa sadar Disha membuka
bibirnya dan membiarkan lidah Pardi memasuki rongga mulutnya dan mulai
melilit lidahnya. Disha membalas ciuman Pardi dengan panas, bagai
sepasang kekasih yang tengah dimabuk asmara. Sesekali mata Pardi melihat
kearah jendela untuk mengawasi keadaan didepan. Disha melingkarkan
kedua tangannya dipundak Pardi dan sesekali mengelusi kepala belakang
Pardi, Disha sudah sepenuhnya pasrah pada terpaan birahi yang
melandanya. Tangan kiri Pardi meremasi bongkahan kenyal pantat Disha dan
tangan kanannya meremasi dan memilin-milin payudara Disha yang tegang.
“asshhh aahhhhh ahhhh” Disha mendesah saat Pardi melepaskan ciumannya pada bibirnya,
“cantik sekali kamu mbak, sangat cantik…” bisik Pardi pelan dibalik
telinga Disha, dan didapatinya liang senggama Disha sudah sangat basah
saat Pardi memesukklan jari tengahnya mengobel memek Disha
“masssshh, aku tidak kuatt ” lenguh Disha menahan gairahnya, tangan
Disha yang merangkul pundak Pardi pun menjambak rambut Pardi dengan
cukup kuat
Pardi merebahkan Disha di kursi dan mencumbui payudara Disha dengan
sangat bernafsu, diremasinya payudara Disha dan diciuminya. Disha
berusaha menahan desahan desahannya supaya tidak terdengar sampai keluar
rumah dan didengar suaminya, tentu dia akan sangat malu apabila dia
terpergok oleh suaminya yang saat ini tengah ngobrol bersama kedua
tetangganya itu. Apalagi liang senggamanya tengah diobok-obok oleh jari
tengah Pardi yang membuat rasa geli didinding vaginanya.
Pardi meneruskan cumbuannya turun kebawah dan dibukanya kaki Disha
lebar-lebar sehingga liang senggama Disha yang selalu Nampak sempit itu
terlihat memerah dan basah, dijilatinya bibir vagina Disha dan sesekali
dihisapnya itil Disha yang sudah sangat mengeras sebesar biji kacang
sehingga membuat Disha mengggunakan tangan kirinya untuk menutup
mulutnya dan tangan kanan Disha menjambak rambut Pardi.
“meski sudah beberapa kali ku entot, memekmu tetap saja sempit mbak, apalagi memekmu wangi” komentar Pardi
“masshh ayo masukinn cepett, nanti suamiku keburu masuk rumahhh” rajuk Disha memohon
Pardi yang tersadar dari nikmatnya liang senggama Disha mulai membuka
ikatan sarungnya, dengan setengah berdiri Pardi mulai mengarahkan batang
penisnya yang besar dan panjang itu dan mendekatkannya ke liang
senggama Disha,
“masshh, pleaseee….aku tidak kuaatt lagiii” Rayu Disha
Pardi tersenyum penuh kemenangan mendapati Disha yang tengah pasrah
menunggu dirinya untuk disetubuhi itu, Pardi kemudian mulai mendorong
batang penisnya masuk kedalam, hingga kepala jamurnya yang besar itu
menguak liang senggama Disha yang sempit. Namun rupanya Pardi masih
ingin menggoda Disha lebih lama lagi, batang penis yang sudah masuk
kepalanya itu tak kunjung didorongnya kedalam, namun hanya ditarik masuk
saja oleh Pardi dan membuat Disha merintih menahan geli
“maashhh tolonggg aku tidak kuattt”, Disha yang merasakan geli didinding
vaginanya itu menggerakkan pinggulnya kedepan menyusul batang penis
Pardi agar lebih masuk lagi dan betis jenjang Disha mengunci kaki Pardi
agar tidak bias menjauh, Pardi merasakan jika batang penisnya yang kokoh
itu seperti diremas, dijepit dan dipijati oleh sempitnya liang senggama
Disha.
“aaaakkhhhhh” Disha mendesah merasakan liang senggamanya kini telah mentok dan penuh oleh batang penis Pardi
Pardi dengan pelan mengayun-ayunkan batang penisnya didalam liang
senggama Disha, membuat ibu muda itu merintih menikmati setiap gesekan
batang penis Pardi didinding senggamanya, matanya terbelalak dan
kepalanya mendongak keatas hingga membuat tubuh indahnya itu semakin
membusung memamerkan keindahan payudaranya yang padat dan kencang
Pardi menggengam erat pinggul Disha saat dia mulai menambah ritme
kocokan batang penisnya karena cukup kesulitan untuk bergerak akibat
kaki Disha yang melingkar di pinggangnya, dengan bernafsu Pardi
menghujam-hujamkan batang penisnya diliang senggama ibu muda itu,
membuat Disha menggeliat dan meremasi sofa ruang tamu.
“aakkhh akkhhh masss nikkmattt, aakhhh akkhhh…teruuss mass teruusss
akhhhh” racau Disha keras seolah tidak perduli lagi dengan suaminya yang
tengah ada diluar rumah
Pardi tersenyum puas melihat istri Fais ini tengah dilanda birahi dan
berusaha mendapatkan kepuasan orgasme darinya dan membuatnya semakin
bersemangat menggauli Disha. Tanpa mencabut batang penisnya Pardi
mengangkat tubuh Disha dan mereka ganti posisi woman on top, Pardi duduk
disofa sementara Disha diatasnya mengakangi batang penis Pardi yang
tengah membelah liang senggamanya.
“ayo goyang mbak” bisik Pardi memeluk Disha dan mengecup bibirnya
Disha seperti tertantang oleh bisikan Pardi dan mulai mengangkat
pinggulnya , membuat lipatan liang senggamanya seperti tertarik akibat
besarnya batang penis Pardi
“assshhhhh” Disha mendesah akibat gesekan liang senggamanya itu dan
mulai mengayun-ayunkan pinggulnya naik turun yang semula pelan kini
semakin cepat untuk mengurangi rasa geli yang ditimbulkan gesekan dengan
batang penis Pardi
“maass Faisss istrimu nikmattt massshhhh” racau Disha ditengah-tengah ayunan pinggulnya mengocok batang penis Pardi
Disha dapat dengan jelas melihat suaminya tengah berbicara dengan pak
Bono dan pak Hari saat dia menaikkan pinggulnya sehingga membuat
kepalanya sejajar dengan kaca jendela,
“ayo teusshh goyangg mbaakkk, enakk kan ngentot tapi suami didekatmu???” goda Pardi
“hhhh iiyyaaa masshhh, aakkhhhh akkhhhhh” sahut Disha cepat, nafasnya terengah engah ketika orgasmenya hampir datang
“maasshh parddii akuu mau sampaaii, aaaakkkkkhhhhhh…..” peluk disha lemas pada tubuh pardi
Diciumnya wajah lelaki yang bukan suaminya itu dengan tatapan mata sayu dan disambut kecupan lembut pardi dikening disha,
“maass, aku sudah lemasss, udahan dulu yaa, nanti mas fais keburu
datang…” bisik disha karena dia tahu pardi belum mendapatkan kepuasan
dari tubuhnya
“iya gak apa-apa mbak, nanti bias disambung lagi” balas pardi
“terima kasih masssh” disha kemudian mencium bibir pardi sebagai ucapan
terima kasihnya, pardi pun mengerti jika nanti diteruskan besar
kemungkinan akan ketahuan oleh fais yang ada di halaman depan. Namun
batang penisnya masih saja ereksi didalam liang senggama disha, dan
disha juga tidak berusaha menariknya keluar. Disha masih terus memeluk
erat pardi, kepenatan Nampak terpancar dari tatap mata disha, rambutnya
yang basah terlihat acak-acakan, handuknya dan sarung pardi tergeletak
dilantai.
“mama, mama sedang apa????” terdengar suara dari arah ruang tengah, bima
anak pertama disha rupanya terbangun karena mendengar suara berisik
dari ruang tamu saat mereka bersetubuh tadi, kini tengah memandanginya
yang tengah telanjang bulat sedang mengangkangi batang penis pardi yang
masih menghujam diliang senggamanya…
POV : DISHA
““mama, mama sedang apa????”
Kulihat anakku Bima tengah memandangiku yang masih bertelanjang bulat
dalam posisi mengakangai batang penis Pardi, aku kaget bukan main
terpergok oleh anakku sendiri, begitu pula dengan Pardi yang kulihat
juga nampak panik.
Anakku berjalan menghampiriku sambil mengucek-ucek matanya karena
ngantuk, hatiku berdegup sangat cepat, aku harus berpikir dengan segera
mencari alasan agar aku bisa mengelabuhi anakku Bima.
“”eh sayang kok bangun?ini kan masih malam?” sapaku padanya yang kini
tengah mengambil tempat disebelah Pardi, kuusap-usap rambutnya sementara
aku masih dalam posisi mengakangi batang kemaluan Pardi.
“Bima terbangun ma karena Bima dengar suara mama diruang tamu” jawab anakku dengan polosnya
“iya sayang, maaf mama jadinya ganggu tidurnya Bima ya…maaf ya nak”
“mama kok tidak pakai baju?mama sedang apa?dan om ini siapa ma?kok mama
dan om tidak pakai baju?sama kayak waktu sama papa dulu” tanya anakku
yang tentu saja membuatku bingung bagaimana menjawabnya
“aaapa nak?lihat papa sama mama tidak pakai baju?” tanyaku heran
“iya ma, Bima pernah lihat mama ditindih sama papa, mama seperti orang
yang kesakitan tapi mama justru seperti senang setiap kali papa
memasukkan tititnya ke lubang pipisnya mama, tapi habis itu papa teriak
kenceng dan akhirnya papa ketiduran dan mama asyik memegangi lubang
pipis mama sendiri sampai akhirnya mama kayak kejang-kejang gitu”
Aku terkaget-kaget mendengar penjelasan Bima, berarti dulu dia melihat
waktu aku tengah digauli mas Fais, dan pertempuran ranjang itu berakhir
dengan ‘kentang’nya diriku karena mas dais croot duluan dan kemudian
kutuntaskan dengan masturbasi
“mas, kamu awasi depan yah?” perintahku pada Pardi
“ii iya mbak” jawab Pardi singkat
Pardi kusuruh mengawasi halaman depan untuk melihat suamiku yang tengah
asyik mengobrol dengan pak Bono dan pak Hari, aku tidak mungkin langsung
mengelak cepat didepan anakku karena itu akan membuatnya semakin
bertanya-tanya dengan apa yang sedang aku lakukan.
“ini namanya om Pardi nak, sementara ini om Pardi akan tinggal bersama
kita disini” aku berusaha menjelaskan perlahan supaya dia cepat mengerti
maksudku
“tapi kenapa mama dan om Pardi tidak pakai baju?dan kok tititnya om
Pardi masuk lubang pipisnya mama sama kayak papa dulu?” sahut Bima
setelah menerima jawaban dariku
“ini mama lagi olahraga sayang sama om Pardi, tidak pakai baju biar
keluar keringat, lihat ini mama dan om Pardi juga keringetankan”
tanganku meraih tangan kecil Bima yang kemudian kusentuhkan kepayudaraku
agar dia percaya
“berarti kemarin papa sama mama juga berolahraga?” tanya Bima kembali
“iya sayang, kemarin papa sama mama olahraga juga seperti ini, sama
kayak ditempat Bima belajar kan kalau Hari rabu juga olahraga, hanya
saja besuk kalau Bima sudah gede bbaru boleh olahraga seperti mama
sekarang ini dengan om Pardi” kataku pada Bima yang sepertinya sudah
mulai paham,
“oia, tapi Bima jangan bilang bilang sama papa ya kalau mama bantuin om Pardi olahraga” lanjutku kemudian
“kenapa ma?kan kata bu guru olahraga buat tubuh sehat?” tanya anakku bingung
“karena nanti papa marah kalau mama bantuin om Pardi olahraga begini sayang, memang Bima pengen mama dimarahi sama papa?”
“ndak mau, Bima ndak mau mama dimarahi sama papa” rengek Bima
“makanya itu, Bima jangan bilang siapa-siapa ya supaya papa tidak tahu”
“iya ma, Bima gak akan cerita sama siapa-siapa” jawab Bima sambil mengangukkan kepala
“anak mama memang pintar, ayo Bima tidur lagi ya, adik kenza ditemenin”
“iyaa ma, Bima tidur lagi” sahut Bima yang kemudian beranjak kembali kekamarnya
“huuffftttt….syukurlah Bima tidak tanya aneh-aneh” aku merasa lega
karena Bima sama sekali tidak curiga dengan apa yang sedang kulakukan
bersama Pardi
“aku sudah deg-deg an mbak dari tadi, untung kamu pintar mengelabuhi
anakmu” sahut Pardi yang juga ikut lega karena Bima tidak curiga dan
teriak memanggil papanya
“hmm, deg-deg an kok kontolmu masih keras aja didalam mas?”ledekku sambil mengecup bibirnya
“hehehe, gimana ya mbak, rasanya ‘aneh’ saja aku tengah menyetubuhimu
tapi disaksikan anakmu” jawab Pardi singkat, dapat kulihat ada perasaan
bangga dari tatap matanya, mungkin karena dia menyetubuhiku didepan
anakku
“maaf pak Bono pak Hari, Cuma di suguhi anggur” sayup-sayup kudengar
suara suamiku dari halaman depan, aku dan Pardi melihat kejendela, dan
kulihat suamiku tengah melambaikan tangannya.
“duuhhh gara-gara Bima banyak tanya jadi gak sempat beres-beres” gerutuku
“iya mbak, itu suamimu sudah mulai mengunci pagar” sahut Pardi singkat
“ayo kalau gitu cepat diberesin mas”
Dengan tergesa-gesa aku dan Pardi membereskan ruang tamu yang sedikit
berantakan akibat persetubuhanku dengan Pardi, kurapikan secepatnya
bantal-bantal yang jatuh sementara Pardi merapikan majalah diatas meja
yang terjatuh. Setelah selesei kuraih handukku dan kupakai sekenanya
saja yang penting payudaraku dan memekku tertutupi karena handuk ini
cukup kecil dan tidak mampu menutupi tubuhku dengan baik.
“mas, cepetan balik kekakamar, aku mau kekamar mandi lagi” ujarku pada Pardi dan bergegas ke kamar mandi balakang
“iiya mbak”, dan tanpa kuduga-duga Pardi dengan cepat mengecup dan melumat bibirku
“love you” bisiknya singkat ditelingaku yang kemudian dia berlalu masuk kekamarnya
Aku masih belum percaya dengan kejadian barusan dan tanpa kusadari akupun dengan lirih membalasnya
“love you too”
Kudengar pintu ruang tamu dibuka, aku tersadar jika aku dari tadi masih
terdiam didepan kamarnya Pardi, cepat cepat aku berlari kekamar mandi
dibelakang untuk membersihkan diri karena lelehan cairan orgasmeku cukup
lengket mengalir dipaha hingga lututku. Kubuka pintu kamar mandi, dan
perlahan kututup kembali dan kukunci. Aku membuka kran air agar mas Fais
tau jika aku masih ada dikamar mandi. Kembali aku terdiam mengingat
kata-kata Pardi sebelum dia meninggalkan ku didepan pintu kamarnya tadi,
kata-kata itu terngiang ditelingaku, perasaan aneh melandaku, bersamaan
dengan menghangatnya suhu tubuhku saat ini. Aku tidak mau main perasaan
dengan Pardi, apa yang aku lakukan dengannya ‘just for fun’,
bersenang-senang karena aku tidak mendapat kepuasan ranjang dari
suamiku. Namun untuk menduakan suamiku, itu mustahil, aku sudah memiliki
kehidupan yang cukup, baik materi ataupun keluarga. Namun hanya satu
yang belum kudapatkan dari pernikahanku, kepuasan dari mas Fais. Aku
tidak boleh main hati dengan Pardi jika aku tidak mau rumah tanggaku
berantakan. Namun perasaan aneh ini tidak mudah kutepis
Memikirkan Pardi membuatku mengingat setiap persetubuhanku dengannya,
pertama kali dia mencumbuku di tempat terbuka, bagaimana caranya
menciumi bibirku, payudara ku dan menjilati liang senggamaku dan
terlebih lagi bagaimana dia dengan gagahnya menyetubuhiku hingga
membuatku terlena dengan permainannya, seandainya batang mas Fais bisa
sebesar dan sepanjang milik Pardi atau mas teguh
bersambung
Home
Cerita Eksibisionis
Disha
Penulis Lain
Cerita Eksibisionis Disha : The Begining, Binalnya Istriku | Menggunting Dalam Lipatan Part 2
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar