"Kok lama bener ke toiletnya Dek... ?" Tanya Marwan sesampainya Citra di foodcourt
"Iya Mas... Tadi Adek harus ngambil barang belanjaan dulu..." Jawab Citra sembari menunjukkan tentengan barang belanjaannya yang dibawa Muklis.
"Mbak abis ngeborong Mas..." Celetuk Muklis sambil meletakkan barang belanjanya di meja deket Pak Poniran, "Mbak beli baju model-modelnya seksi semua Mas... Hehehehe..."
"Hmmm... Iya ya... Itu sepertinya baju barunya udah dipakai ya Sayang...?" Tanya Marwan ketus sambil memperhatikan penampilan baju Citra yang baru, "Yang tadi kemana...?".
"Iya Mas... Baju yang tadi kotor..." Bohong Citra, "Nggak apa-apa khan Mas...?"
"Ooowww... Iya... Ayo Dek... Duduk sini..." Kata Marwan mempersilakan istrinya mengambil tempat duduk di samping suaminya. "Eh Iya Klis... Kamu duduk bareng Prayitno ama Suroto aja ya... Di meja sebelah..." Tambah Marwan mengarahkan.
"Baik Mas..." Jawab Muklis yang tiba-tiba sebel. Sebenarnya ia ingin duduk di samping Citra duduk, tapi ternyata disuruh pindah oleh kakak kandungnya, "Tak apalah... Yang penting pagi ini aku udah dapet ngentotin binimu Mas... Hehehe..." Batin Muklis
"Silakan duduk Mbak... " Ucap Pak Poniran berusaha sopan. Menyambut kedatangan Citra dengan senyum lebar. Walau sebenarnya Citra tahu jika lelaki tua itu berulangkali menatap dengan matanya yang seolah menelanjangi tubuh semoknya dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Muklis kampret banget dah ah... Masa aku dibeliin baju yang super mini seperti ini...?" Gerutu Citra sambil mencoba menurunkan bawahan dress yang ia kenakan.
Dress yang dibeli Muklis adalah daster tipis yang ukurannya jauh lebih kecil daripada dress Citra tadi. Berwarna merah transparan, dengan bukaan dada yang sangat rendah. Walau bukan model kemben, Citra bersyukur jika paling tidak dress itu dapat sedikit menyembunyikan pundak dan punggungnya.
"Abis duit berapa Dek belanja barang segini banyak...?" Tanya Marwan membuka pembicaraan.
"Eh... Nggak banyak kok Mas... Cuman ratusan ribu..." Bohong Citra, "Ini juga beli dress buat persiapan aku besok pas hamil gedhe..."
"Kayaknya.... Kamu belanjanya kebanyakan deh Dek... Masa sampe berkantong-kantong gini..."
"Tapi khan ini Adek belanja pake duit Adek sendiri Mas... Duit Mas cuman kepake sedikit... Duit masih aman kok Mas..."
Mendengar perselisihan Marwan dan Citra, membuat Pak Poniran tiba-tiba terkekeh keras, "Hahaha... Udah Udah Waaaan... Udah...Nggak apa-apa kali Waan... Istri belanja kok dimarahin…." Sela Pak Poniran sambil mencoba meredakan perselisihan pasangan suami istri yang duduk di depannya.
"Waaaaah… Waaaan... Wannn... Bini cantik gini kok dilarang belanja sih... Biarin ajalah Wan... Toh Neng Citra ini kalo jadi cakep siapa yang menikmati...? Kamu-kamu juga khan..." Bela Pak Poniran
"Tuh dengerin Masss..." Sahut Citra, "Kalo aku cakep khan Mas juga yang seneng..."
"Eh... Aku juga seneng kok Neng... Hekhekhek..." Sahut Pak Poniran, "Iya khan... Kalo istrimu kelihatan seksi... Siapa coba yang nikmatin...?" Tanya Pak Poniran lagi, "Kamu-kamu juga loh Wan yang nikmatin... Termasuk aku juga... Hekhekhek..."
"Trus... Kalo istrimu kelihatan menggairahkan dan menggoda... Siapa hayo nanti yang ‘naikin’...? Kamu-kamu juga khan...?" Tambah Pak Poniran lagi.
"Nah... Kalo yang itu... Aku juga pengen Pak..." Celetuk Prayitno dari meja sebelah.
"Iya bener Pak... Aku juga mau kalo urusan naik-menaiki... Hahaha..." Sahut Suroto sambil terkekeh senang.
"Huuusssh... Ga sopan... Masa wanita secantik Neng Citra ini kalian naikin... Bener-bener penghinaan..." Ucap Pak Poniran, "Harusnya aku dulu yang naikin... Baru setelah itu kalian... Hahaha..."
Mendengar godaan Pak Poniran, Marwan hanya duduk diam sambil menekuk mukanya. Buru-buru ia mengambil buku menu yang tergeletak di sudut meja. Melihat suaminya dibuli seperti itu, Citra segera mengamit tangan suaminya.
"Kamu pesen apa Mas...?" Tanya Citra basa-basi.
"Nggak tahu Dek..."
"Biarin aja deh Wan binimu belanja... Toh kalau duitnya habis... Masih ada aku yang bisa ngajakin binimu belanja...Ya nggak Neng...?"
"Nggg... Iya Pak..." Jawab Citra basa-basi lagi.
"Tuh khan... Binimu aja setuju... Kamu mau khan Neng aku belanjain...? Yah kalau kamu cocok... Syukur-syukur bisa jadi istri mudaku...Hekhekhek... "
Lagi-lagi Marwan hanya diam sambil membolak-balik buku menu yang ia pegang.
"Sumpah... Binimu Wan... Bener-bener cantik yaa..." Puji Pak Poniran, "Harusnya kamu bersyukur Wan... Bisa punya bini secantik Neng Citra ini..."
"Mmmm... Makasih Pak..." Jawab Marwan sambil menganggukkan kepalanya, seolah mengacuhkan tapi juga menghormati perkataan bosnya, "Nasi goreng ini sepertinya enak ya Dek...?"
"Trus badannya coba lihat... Wuaaahhh... Seksi abisss... Walaupun udah bunting... Aku mau kok Wan dapet barang sisa’anmu...Hekhekhekhek..."
"Iya ya Pak...?" Jawab Marwan mengiyakan, "Ah... Pak Poniran bisa aja... Hahaha..."
"Hekhekhekhek... Udah udah... Ayo... Sekarang kita makan dulu... Neng...Ayo kamu juga... Kamu mau pesen apa...?" Tanya Pak Poniran, "Makan yang banyak ya Neng... Biar badanmu makin montok lagi... Hekhekhek..." Canda Pak Poniran sambil terus menatap payudara Citra lekat-lekat.
"Hmmm... Aku mau pesen nasi goreng aja Pak..." Jawab Citra sambil mencoba tersenyum mendengar cara becanda Pak Poniran yang vulgar.
"Oke... Nasi goreng satu... Kamu Wan...?"
"Sama Pak...Aku nasi goreng juga..."
"Oke... Suroto... Ini kamu pesenin sekalian semuanya..." Teriak Pak Poniran sembari memberikan kertas pesanan kepada anak buahnya. "Makan yang banyak ya... Biar nanti nggak lemes... Setelah ini ada banyak kerjaan yang menunggu... Hekhekhek..."
Tak beberapa lama kemudian, makanan pesanan pun datang. Citra yang sedari pagi sudah melakukan 'olahraga' buru-buru menyantap makanannya dengan lahap.
"Waah... Ada yang kelaperan tuh... Hekhekhek..." Celetuk Pak Poniran
"Hehehe... Maklum Pak... Istriku lagi dalam masa pertumbuhan..." Jawab Marwan sebisanya.
"Wah.Waah... Waaahh... Belum tumbuh aja udah membulat montok sebesar itu... Gimana kalo udah tumbuh...? Hekhekhek..." Canda mesum Pak Poniran, "Pasti bakal lebih montok lagi tuh.... Ya nggak Neng...? Hekhekhek..."
"Umm... Iya Pak..."
"Waaah... Pak Poniran...?" Panggil seorang pria dari kejauhan.
Serempak, semua mata memandang kearah si pemanggil, tak terkecuali Citra.
"Kapan datang Pak...?" Celetuk pria tadi.
Betapa kagetnya Citra begitu mendapati jika pria si pemanggil tadi adalah Rahman. Security yang baru saja menikmati semua lubang dan kemolekan tubuhnya di toilet Mall.
"Hei... Rahman... Sini sini... Gabung sini..." Ajak Pak Poniran yang tiba-tiba mengajak orang asing itu duduk disampingnya, "Aku baru datang kemaren... Ayo... Ayo makan disini sekalian..."
"Rahman...?" Tanya Citra lirih sambil melirik kearah suara lelaki itu berasal.
"Loohh... Neng...? Kamu kenal ama bapak ini...?" Tanya Rahman.
"Weeehhh... Neng Citra...? Rahman...? Kalian udah saling kenal...?" Tanya Pak Poniran heran.
"Nngg... Nggak Pak... Saya..." Jawab Citra bingung.
"Kenal dong Pak..." Potong Rahman, "Neng ini khan yang tadi di toilet bawah...? Ya khan Neeeng...?"
"Kamu kenal Dek...?" Tanya Marwan nimbrung.
"Nngg..." Bingung Citra, namun akhirnya ia menganggukkan kepala.
"Gini Pak... Neng ini tadi minta tolong di toilet..."
"Looh...? Minta tolong ngapain...? Kok bisa...?" Tanya Pak Poniran.
"Iya Pak... Neng ini tadi kepleset dikamar mandi Pak... " Jelas Rahman, "Iya khan Neng...?" Tambah Rahman sambil tersenyum penuh arti kearah Citra.
"I...Iya..." Jawab Citra malu-malu.
"Kasihan Pak... Gara-gara kepleset... Bajunya sampai basah... Yaudah... Biar nggak sampe masuk angin... Aku minta lepas aja bajunya..."
"Waduh... Kamu minta lepas...?" Sahut Pak Poniran, "Keliatan dong...? Gondal-gandul besarnya... Hekhekhek..." Canda Pak Poniran sambil melihat kearah payudara Citra
"Waah... Ya enggaklah Pak... Saya nggak berani... "Jawab Rahman berbohong. Padahal sebenarnya, security itu tak hanya menyenggol payudara Citra. Ia bahkan meremas, memilin, dan bahkan menjilati kedua gundukan besar kebanggan istri Marwan itu.
"Yaaahh... Kok nggak lihat sih...? Khan sayang... Hekhekhek..." Canda Pak Poniran yang makin mesum, "Terus terus... Kamu ngapain lagi...?"
"Yaudah...Karena si Neng ini sendirian dan nggak ada yang nolongin... Jadinya aku aja yang mbantuin Pak... Aku bantu si Neng ini yang semula telentang dilantai ini sampai berdiri Pak... Dari jongkok... Nungging... Hingga akhirnya bisa tegak Pak... Terus habis gitu... Udah deh... Selesai..."
"Udah...? Segitu aja...?" Tanya Pak Poniran dengan nada seolah kecewa.
"Iyalah Pak... Habisan mau gimana lagi...? Masa Neng sebaik ini mau aku gagahin...? Bisa dihajar suaminya aku nanti Pak... Hahaha..." Canda Rahman kurang ajar tanpa mengetahui Citra yang saat itu sudah duduk bersebelahan dengan suaminya.
"Halaaah... Kamu khan penjahat kelamin Man... Lihat cewe sebohay Neng Citra ini... Pasti otak mesummu langsung bereaksi... Nggak mungkinlah kamu diemin aja..." Tuduh Pak Poniran seolah tak percaya, "Bilang aja tadi ditoilet tadi... Kamu udah beneran ngegagahin Neng Citra... Ya khan Neng...? Hekhekhek..."
Buru-buru Marwan melirik kearah Citra, memandang wajah istrinya yang sudah merah padam bak kepiting rebus. "Iya... Ya... Kamu tadi sepertinya lama banget ditoiletnya... " Bisik Marwan dengan nada curiga, "Jangan-jangan kamu tadi lama gara-gara sedaang....." Marwan sengaja tak menyelesaikan kalimatnya. Ia memandang lekat-lekat wajah istrinya yang terlihat begitu gelisah.
"Ehh... Ngg... Enggak Mas... Adek tadi nggak ngapa-ngapain... Adek tadi cuman kepeleset aja Mas... Baju Adek basah Mas... Dan Mas ini yang udah berbaik hati nolongin Adek... " Bohong Citra yang mencoba merangkai cerita dari perkataan Rahman.
"
"Pak Poniran... Udah ah... Jangan nanya yang aneh-aneh gitu...Saya khan jadi bingung jawabnya..." Pinta Citra panik. Ia tak mungkin mengakui perbuatan mesum Rahman tadi kepada dirinya. Perbuatan mesum yang mampu membuat Citra menggelijang keenakan karena sodokan-sodokan kasar dari batang penisnya yang cantik.
"Saya enggak...."
"Hekhekhek... Enggak salah ya Neng... Hekhekhek..." Canda Pak Poniran, "Udah-udah... Ayo gabung aja Man... Sekalian... Mau pesen makanan apa kamu Man... Kasihan Neng ini mukanya jadi merah gara-gara digodain mulu... Hekhekhek..."
"Apa aja Pak... Kalo deket Neng ini... Makan apa aja aku kenyang kok..." Goda Rahman santai sambil lagi-lagi melirik jelas kearah wjah ayu Citra yang masih merah. dan ujung-ujungnya, Rahman juga melirik kearah payudara Citra yang terlihat jelas melalui belahan dress barunya.
"Baju baru Neng yang ini... Membuat Neng terlihat lebih seger loh Neng..." Puji Rahman sembari menjulurkan tangannya kearah tangan Citra. "Jadi ngebuat aku makin kesengsem...."
Melihat gelagat nggak bener Rahman, Citra buru-buru segera menarik tangannya mundur, menghindar dari gapaian tangan Rahman.
"Ceiillleee... Si Neng... Pake acara malu-malu segala.... " Seru Rahman, "Kaya nggak inget tentang apa yang kita lakuin tadi pagi apa Neng...? Udah dikasih enak... Sekarang udah lupa... Hehehe...."
"Ehh.. Ehh.... Apaan sih Mas....?" Bingung Citra, "Obrolannya.... Ngelantur dehh...."
"Iya... Khan tadi pagi Neng udah aku kasih enak.... Sampe ngedesah-desah keenakan gitu... Hahaha...."
"Haa...? Ngedesah-desah keenakan...?" Celetuk Marwan.
"Ooh iya Man... Hampir aja aku lupa... Kenalin... Ini suaminya si Neng yang cantik menggoda ini..." Kata Pak Poniran sembari memperkenalkan Rahman pada Marwan.
"Loohh...Eh... Ada suaminya toh...? Waaah... Maaf Mas... Saya nggak tahu kalo Neng cantik ini istri Mas.... Hehehe..." Sapa Rahman sambil tersipu-sipu malu, "Perkenalkan saya Rahman... Saya Security di Mall ini...." Tambah Rahman sambil menjabat tangan Marwan kuat-kuat.
"Marwan..." Jawab suami Citra dengan pandangan curiga melihat keakraban Rahman dengan istrinya.
"Tadi kenapa Dek....? Kok kamu sampe mendesah-desah gitu....?"
"Ngg... Anu Mas.... Tadi Adek mendesah karena... Ngg... Pantatnya sakit.... "
"Pantat kamu sakit...? Kok bisa...? Emang abis diapain...?"
"Ngg... Anu.... Tadi khan aku kepleset Mas...." Bohong Citra yang tak sama sekali tak memungkinkan baginyauntuk menceritakan kejadian tadi pagi dimana liang vagina dan lubang anusnya sudah digagahi oleh penis-penis lelaki lain, "Dan itu bukan desahan nikmat Mas... Karena yang aku rasain tadi pagi tuh... Sama sekali NGGAK ENAK Mas..." Ketus Citra sambil menatap tajam kearah Rahman. Menegaskan rasa sakit yang ia terima akibat disetubuhi ketiga orang temannya tadi.
"Ooohh.. Nggak enak ya...?" Balas Rahman, "Kalo nggak enak kok minta nambah...?"
"Nambah...? Tanya Marwan yang makin kebingungan, "Kalian sedang ngomongin apaan sih...?"
"Hehehe... Enggak ada apa-apa kok Mas... " Jawab Citra sambil memonyongkan bibirnya.
"Iya kok Mas... Nggak ada-apa kok...." Sahut Rahman, "Yang jelas.... Mas Marwan beruntung sekali loh Mas... Punya istri seperti Neng Citra ini... "
"Beruntung...?" Jawab Marwan sambil menatap kearah istrinya, mencoba mencari tahu tentang apa yang terjadi diantara Rahman dan Citra.
"Iyalah... Udah Cantik... Seksi... Montok... Jago ngegoyang pula.... Hehehe...." Puji Rahman mesum, "Dan bentar lagi... Istri Mas ini bisa ngasih anak juga loh.... Ahhh... Aku jadi iri ama kamu Mas...."
"Aaaah... Mas Rahman bisa aja..." Sahut Marwan yang walau kurang paham apa maksud dari kalimat "Jago ngegoyang...." mukanya menunjukkan rasa bangga dihatinya.
"Beneran Mas... Istri Mas ini bener-bener hebat... Kalo misalnya Mas Marwan bosen...Saya mau kok Mas dapetin bekasnya Mas Marwan ini... Hehehehe..." Canda Rahman sembari terus menatap genit kearah Citra.
"Husssh... Ngawur... " Celetuk Pak Poniran, "Aku duluan kali Man yang jadi suaminya... Hekhekhek..."
"Hehehehe... Makasih Mas..." Sahut Marwan, "Memang Citra ini istriku yang paling hebat Mas... Kalo Pak Poniran ama Mas Rahman ambil istriku... Aku tak punya apa-apa lagi..."
Mendengar pujian Marwan didepan teman-temannyna, seketika, hati Citra mendadak sedih. Juga merasa bersalah. Bagaimana tidak, sebagai seorang istri seharusnya ia menjaga kehormatan dirinya. Bukannya malah bersenang-senang dengan memberikan kenikmatan tubuhnya untuk penis lelaki lain.
"Pak... Nnngg... Maaf Pak... " Potong Suroto, salah seorang anak buah Pak Poniran, "Ini proyek tanahnya gimana ya Pak...? Kira-kira jadi dibangun apa nggak...?"
"Weaaalaaahhh... Iyaaa... Aku lupa... Hekhekhek..." Tawa Pak Poniran sambil menepok jidatnya, "Jadi laaah... Ini khan proyek megah yang harus segera didirikan... Secepatnya... Pokoknya proyek ini... Tahun ini harus sudah bisa jalan... " Jelas Pak Poniran berapi-api.
"Eh iya... Marwan...?" Panggil Pak Poniran, "Kamu bisa tangani sebentar khan... Aku masih agak pusing karena perjalanan kemaren... Pesawatnya ajluk-ajlukan... Bikin pala pusing aja..." Tambahnya lagi sembari beralasan.
"Waduh...? Pala pusing...?" Celetuk Rahman, "Pala yang mana Pak...? Atas atau bawah...? Hahaha..."
"Hhush... Lambemu Man... Didepan ada wanita cantik loh... Jaga imej dooong... Hekhekhek..."
"Baik Pak... " Jawab Marwan buru-buru menyelesaikan acara makannya, 'Sebentar ya Sayang... Kamu disini dulu aja ya... Nemenin Pak Poniran bentaran... Mas nggak lama kok..." Tambah Marwan yang kemudian meminta Citra untuk berdiri supaya ia bisa menggeser duduknya dan berpindah ke meja sebelah.
"Hekhekhek... Iya Neng... Kamu disini aja nenenin aku... " Canda Pak Poniran yang terus-terusan menatap payudara Citra, "Eh... Maksud aku... Nemenin aku... Hekhekhek..." Dengan mata yang seolah menelanjangi Citra, Pak Poniran menatap lekat tubuh wanita yang ada didepannya itu dengan teliti. dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Nggg... Okelah... Sebentar aja khan...?" Jawab Citra sambil lagi-lagi berusaha menurunkan dress pendeknya untuk tak mengumbar kemulusan paha putihnya pada Pak Poniran.
"Lama juga nggak apa-apa kok Neng... Khan aku baru aja nunjuk suamimu buat jadi mandor di proyek baruku... " Jelas Pak Poniran, "Suamimu memang orang yang ulet dan rajin... Jadi sementara suamimu kerja... Bolehlah istrinya nemenin bosnya sebentar... Hekhekhek..."
"Eh... Iya Pak... Makasih banyak... "
"Sebentar ya Sayang..." Pamit Marwan sambil mengecup kening istrinya, kemudian ia pindah ke meja sebelah dimana ada Prayitno dan Suroto yang sudah tenggelam dalam kesibukannya mengatur proyek Pak Poniran.
"Iya Mas..." Sahut Citra yang kemudian kembali duduk.
Seperginya Marwan ke meja sebelah, Rahman lalu berulang kali menyenggolkan pundaknya ke tubuh Pak Poniran. Tak henti-hentinya petugas security itu tersenyum-senyum penuh arti.
"Ngapa kamu nyengir-nyengir gitu Man...?" Bisik Pak Poniran bingung
"Kepalanya masih pusing ya Pak...?" Celetuk Rahman sambil melirik-lirik kearah Citra.
"Masih lah... Emang kenapa...?" Tanya Pak Poniran yang masih dilanda kebingungan.
"Saya punya obat pusing Pak... Bapak pasti bakalan suka deh... Hehehe " Jawab Rahman singkat sambil mengeluarkan hape dari kantong bajunya. "Lihat yang puas ya Pak... Heheheh..." Tambah Rahman sambil terus nyengir ketika ia menunjukkan sesuatu dari hapenya.
Melihat gelagat kedua orang yang ada dihadapannya, Citra mendadak merasa seseuatu yang tak mengenakkan hatinya. Sepertinya ia bakal mendapat sebuah kesulitan baru.
"ASTAGA..." Kaget Pak Poniran, "YA AMPUNNN...? Beneran ini Man...?"
Tak menjawab, Rahman hanya mengangguk pasti sambil terus nyengir kearah Citra.
Berulang kali. Pak Poniran menatap wajah Citra lalu kembali menatap layar handphone Rahman.
"Woww... Pasti enak banget ya Man...?"
"Enggak Pak... Enggak enak...?"
"Laaaaah... Kalo nggak enak... Ngapa temen-temen kamu yang lain pada ngikut...?"
"Iya Pak bener... Rasanya nggak enak... Tapi SUUUPPEEERRRR WUUUEENAAAAKKK... Hahahaha..."
Tiba-tiba, Pak Poniran celingak-celinguk. Memperhatikan Marwan dan anak buahnya yang masih sibuk di meja sebelah. Setelah dirasa aman, Pak Poniran kemudian menunjukkan layar handphone Rahman pada Citra.
"Ini photo kamu ya Neng...?" Bisik Pak Poniran pelan.
"Kampreeeettt... " Batin Citra, rupanya Rahman mengambil gambar-gambar persetubuhan Citra tadi pagi bersama teman-temannya. Pantesan, semenjak Rahman orgasme, ia sama sekali tak menyentuh tubuh Citra lagi. Ternyata, security itu sibuk mengambil gambar persetubuhan Citra dengan ketiga temannya dari berbagai macam arah.
"Waaaah... Wah wah wah... Bapak ngak nyangka sama sekali Neng... Kalo kamu tuh... Buusssyeet... Teteknya Mmmaaaan... Pentilnya pink... Ckckckc..." Seru Pak Poniran yang tak henti-hentinya menatapi layar handphone Rahman,
"Gimana Pak...? Tertarik...?" Goda Rahman.
"Kalo cewenya seperti gini bentuknya... Tertarik banget lah.... "Jawab Pak Poniran sambil menelan ludah birahinya sebelum kembali menunjukkan layar handphone Rahman kearah Citra. "Ini memek kamu belom pernah dipake ngelahirin ya Neng...?"
Citra hanya bisa terdiam, dan menganggukkan kepalanya pelan. Kedua tangannya hanya bisa memainkan sendok dan garpu guna menghilangkan perasaan grogi ketika menjawab semua pertanyaan dan kelakuan mesum kedua lelaki yang ada didepannya.
"Jadi gimana ceritanya Man...?" Bisik Pak Poniran menyanyakan kronologi kejadian tadi pagi, "Kok kalian bisa sampe Uuh... Uuh... Uuh....?"
"Hehehe... Panjang banget deh ceritanya Pak... Pokoknya.... Sekali bapak nyoba... Bapak bakal selalu ketagihan loh..." Jelas Rahman.
"Beneran Man...?
"Iya Pak... Mana Neng ini baik banget... Semua lobang yang ada dibadannya... Boleh dipake loh..."
"See... Riii... Usss...?" Tanya Pak Poniran seolah tak percaya, "Beneran Neng...?
Lagi-lagi Citra menganggukkan kepala. Ia hanya diam sambil berusaha mengunyah makanan yang seketika berasa hambar.
"Hhmmm... Kamu nakal banget ya Neng...? " Celetuk Pak Poniran, "Suamimu tahu nggak ya...? Kalo istrinya senakal ini...?"
"Hehehe... Suaminya mah nggak usah dikasih tahu ya Neng..." Jawab Rahman.
"Astaga... Maaan... Ini video si Neng...? Sedang digarap tiga orang...?"
"Hehehe... Hebat khan Pak...?"
"Tiga kontol Man...?"
"Hiyalah Pak... Di tiga lubang... Dimulut... Dimemek... Di bo'ol... Pokoknya ga rugi deh Pak... Udah bisa kenalan ama Neng ini..."
"Wah wah wah... Busssyeettt..." Jawab Pak Poniran yang kemudian meletakkan handphone Rahman diatas meja. Tepat didepan Citra, tanpa mempedulikan volume suaranya yang terdengar cukup keras.
"Aduh... Baaang... Sudaahh... Ssuddahh...Aampuun... Tolong hentikan Baang... Aaamppuunn." Suara seorang wanita terdengar begitu melas. Merintih kesakitan dalam goyangan kenikmatan dua batang penis pada kedua lubang tubuh bawahnya.
"Aaaaah... Neng... Kalo enak bilang aja enak Nenng... " Kata si pemain pria sembari memberi saran kepada rekannya untuk membungkam mulut si wanita di dalam video itu dengan penisnya...
"Sep... Biar mulut si Neng ga berisik... Masukin aja kontolmu kedalam mulutnya... Biar si Neng ini makin ngerasa keenakan... Ya nggak Neng...?"
"Eh iya... Bener juga...Ayo Neng... Buka mulutmu..."
"Aaaaaaa... "
"Wanita pintaaaar... Kamu emang istri penurut... Nurut... Tapi mirip LONTE... Hahaha..."
Yup. Citra tahu, jika itu adalah rekaman persetubuhannya tadi pagi bersama Rahman, Usep, Banu dan Yadi.
"Neng...?" Bisik Pak Poniran sambil terus melesapkan jemari kakinya kearah selangkangan Citra.
Citra tak menjawab, ia hanya bisa menundukkan kepalanya. sambil berusaha menghalau jemari kaki Pak Poniran yang masih terus berusaha merangsek kedalam selangkangannya.
"Neng...?" Bisik Pak Poniran lagi, "Kalau misalnya Marwan aku kasih liat video ini gimana ya...?"
Wanita cantik itu benar-benar tak mampu berkata apa-apa lagi. Ia benar-benar kebingungan melihat situasi yang terjadi di hadapannya.
"Bussseeettt Yaaad... Mulut Neng ini juga Enak... Sempit abis..." Jawab si pemain pria, "Gak mulut... Ga memek... Keduanya sama-sama legit... Hahaha..."
"Oooh... Anjriiiitttt... Yaaad... Aku nggak sanggup lagi... Yaaad..." Seru pemain pria lainnya, "Memek Neng ini bener-bener enaaak... Aku nggak bisa nahan buat nggak ngecrot nihhh... Ooohh... Ooooohhhh... Enaaaknyaaaa..."
"Neng...? Kok diem aja sih...?" Panggil Pak Poniran lagi
"Mungkin dia sange kali Pak...?" Celetuk Rahman iseng.
"Hekhekhek... Aku kasih ke suamimu ya Neng...?" Goda Pak Poniran lagi
"Ooohh... Ooh... Gaag... Gaag... Helan-helan Maas... Gaag... Gaag... " Seru pemain wanita di video itu, "Helan-helaaan... Hadan haku hakit hemuaaa Mas... Haakiittt... Ooohh... Ohhh..."
"Sakit apa enak Neng...?"
Suara video itu benar-benar lantang, seolah mampu menarik perhatian siapa saja yang mendengarnya. Termasuk Prayitno, Suroto, Marwan hingga Muklis yang ada di meja sebelah, ikut-ikutan berulang kali melihat kearah meja Pak Poniran.
"Jangan Paaak... Aku mohon jangannn..." Bisik Citra dengan mata berkaca-kaca. Ia tak mengira jika rasa takut, sedih, dan khawatir di hatinya mampu merubah emosi Citra menjadi sesedih ini. "Aku mohon jangan Paak..."
"Hekhekhek... Berarti kamu setuju khan buat NENENin aku sebentar...?" Tanya Pak Poniran tanpa meralat kalimatnya lagi. Tangan gemuknya segera menekan tombol stop pada handphone Rahman.
Merasa tak memiliki jalan keluar. Citra pun menganggukkan kepala.
"Hekhekhek... Gitu dooong Neeeng... " Girang Pak Poniran, "Yaudah... Sekarang kamu buka lututmu yak... Bapak mau periksa dalemanmu... Apa bener masih enak apa nggak...?"
"Nggg... Sebentar Pak..." Seru Citra tiba-tiba, "Muklis..." Panggil Citra lirih sembari mengusap genangan air mata yang mulai terkumpul di sudut matanya.
"Ehh... Iya Mbak...?" Jawab adik Marwan.
"Sini bentar Klis..." Kata Citra sambil mengeluarkan selembar kertas dari dalam tas kecilnya, "Ini daftar belanja bulanan... Tolong dong kamu belanja barang-barang ini di bawah ya... Biar nanti pas kita selesai kamu juga udah kelar..." Pinta Citra sambil mengeluarkan dompet dari dalam tasnya.
"Iya Mbak..."
"Ini... Pake aja kartu ATM Mbak... Nggak usah buru-buru ya Klis... Santai aja... Mbak masih 'capek'... Jadi pengen istirahat bentaran..." Pinta Citra lagi sambil kembali berpura-pura melahap makanannya.
"Ohh... Baik Mbak..." Jawab Muklis, "Mas Marwan... Aku tinggal bentaran ya..." Tambah Muklis sambil berjalan meninggalkan meja Citra.
"Wah wah Paaak... Neng ini selain jago ngentot... " Seru Rahman
"Ternyata jago bohong juga ya...? Hekhekhek..." Sambung Pak Poniran girang sambil kembali memasukkan jemari kakinya pada selangkangan Citra...
"Bakal seru nih Pak..." Bisik Rahman tertawa lebar sambil berpindah tempat duduk ke samping kiri Citra. Sengaja Rahman berpindah ke sisi yang tertutup dari pandangan Marwan.
"Ayo Neng... Buka pahamu lebar-lebar Neng... " Pinta Pak Poniran
"Gini loh Saayaaang..." Bisik Rahman membuka paha Citra lebar-lebar kemudian mulai meremasi kedua payudara Citra yang tak terlihat dari tempat Marwan duduk.
Memang, karena posisi tempat duduk Pak Poniran dkk berada di paling sudut dari foodcourt, membuat mereka agak tersembunyi dari pandangan pengunjung lain. Terlebih tempat duduk foodcourt tersebut memiliki bentuk seperti huruf U dengan meja kotak yang berada ditengah. Membuat perlakuan mesum Rahman dan Pak Poniran, sama sekali tak dapat terlihat dari tempat Marwan duduk.
"Jangan Mas... Nanti suamiku tahu..." Bisik Citra sembari menepisi tangan Rahman dari payudaranya
"Nggak bakalan tahu kok lah Neeeng... Khan kalo kamu diem... Dia nggak bakalan tahu... Hehehe..."
"Jangan Mas... Kita khan bisa kelihatan orang loh... AAAUuuuWWwww... " Jerit Citra ketika merasakan jepitan jemari Rahman mulai menarik-narik puting payudaranya yang masih ngilu.
Mendengar teriakan Citra, Marwan pun menengokkan kepalanya.
"Kamu kenapa Dek...? Tanya Marwan sambil melirik kearah istrinya duduk.
"Nggg... Anu... Nggak kenapa-napa Mas..." Jawab Citra was-was ketika Marwan melihat kearahnya, "Ini tadi di leher aku ada semut ..."
"Hekhekhek... Semut Cowo ya Neng...? Pasti semut genit tuh Neng....?"
"Oooww... Kirain ada apaan... Tunggu bentar ya Dek... Mas ngerjain itungan proyek dulu..." Ucap Marwan yang kali ini melirik ke arah Rahman yang sedari tadi senyum-senyum tak jelas, "Kamu pesen-pesen apa dulu gitu Dek... Biar nggak bosen..."
"Hehehe... Tenang aja Mas... Kalo ada kita-kita... Neng Citra nggak bakalan bosen kok..." Celetuk Rahman yang dengan nekat, kembali memelintir puting payudara Citra yang tercetak jelas di kain dresnya kuat-kuat, "Ya nggak Neng... Hehehe..."
"Ahhh... Ehhmmm... Ehhh... I... Iya Mas... Oohh.... Aku sedang ngobrol seru kok ama Mas Rahman... Ssshhh..." Bohong Citra sembati menggigit bibir bawahnya, menyembunyikan rasa sakitnya sebisa mungkin dari tatapan khawatir suaminya.
"CITRA AGUSTINA.... Ini benar-benar NEKAT..." Batin Citra ketika diperlakukan tak senonoh oleh Rahman, lelaki yang baru saja ia kenal. Ditempat umum, didepan mata atasan Mas Marwan, didepan hidung suaminya.
Karena meja Marwan dan Citra hanya terpisahkan pandang oleh sandaran kursi setinggi tengkuk, membuat segala macam aktifitas mesum Pak Poniran dan Rahman tak dapat terlihat dari meja sebelahnya. Oleh karena itu, Rahman sangat berani meremas-remas payudara besar Citra secara terang-terangan.
Posisi duduk Marwan juga tak menguntungankan sama sekali. Ia berada di tengah, diapit Prayitno dan Suroso berada di samping kiri kanannya. Membuat dirinya tak dapat memperhatikan Citra setiap saat.
Begitu pula dengan posisi duduk Citra yang mirip dengan suaminya. Wanita cantik itu juga duduk ditengah dan diapit oleh Pak Poniran dan Rahman. Bedanya, duduk Citra lebih rapat dengan Pak Poniran dan Rahman.
"Jangan Mas... Jangan... " Tolak Citra sembari menepisi tangan jahil Rahman, "Jangan Mas.... Malu... Ini ditempat umum... Ntar dilihat orang loh..."
"Yaelah Neng... Tadi khan aku ama teman-temen juga ngentotin memekmu ditempat umum... Tapi kamu bisa dapet enak khan...? Ya khan...? Tadi kamu keluar banyak khan...?" Tanya Rahman sambil terus membisikkan kalimat-kalimat mesumnya.
"Wuidiiihh... Beneran Neng...?" Sahut Pak Poniran. Yang kemudian menyibakkan paha istri Marwan itu lebar-lebar dengan tangan kirinya, kemudian mulai menyelipkan jemari tangan gemuknya kedalam vagina Citra.
Lagi-lagi, karena merasa terpojok, Citrapun menganggukkan kepalanya.
"Yaudah... Kalo gitu... Boleh dong Bapak nyobain dikit...?" Tanya Pak Poniran sok meminta ijin, "Yah... Kalo enggak... Hape ini langsung aku pindah ke meja sebelah... Hekhekhek...." Ancamnya.
Merasa tak punya jalan keluar, Citra pun membiarkan jemari tangan lelaki tua itu masuk lebih jauh kedalam selangkangannya guna mengorek-korek celah vaginanya yang entah kenapa mulai gatal kembali.
Melihat kepasrahan Citra, lelaki tua itupun kemudian semakin merabai dinding paha mulus Citra.
"Wuuuiiihhhh... Maaan... Pahanya mulus bener Maaaaan... Mulus banget..."
"Hehehehe... Itu baru pahanya aja loh Pak... Coba dong dalemannya... " Saran Rahman sambil membantu Pak Poniran membuka kedua paha Citra.
"Wuuuoooh... Maann... Celananya udah basah..." Girang Pak Poniran.
"Hehehehe... Emang Neng Citra ini selalu basah Pak... Memek kamu pasti sange terus khan Neng...?" Seru Rahman yang dengan nekat, memasukkan tangannya pada dress Citra, dan mulai kembali meremasi payudara besar kebanggaan istri Marwan itu.
"Eh Marwan... Aku boleh pinjem istrimu bentar nggak...? Buat mijitin bentar Wan...." Pinta Pak Poniran sembari menengok kearah Marwan yang terlihat begitu sibuk menghitung dengan kalkulatornya. "Bentaran aja kok... Sampe pegel aku ilang Wan...."
"Nggg... Iya Pak... Pinjem aja... " Jawab Marwan sambil tersenyum pada Citra.
"Tuuuh... Neng... Aku udah ijin ama suamimu... Sekarang ayo sini... Duduknya Pindah ke samping Bapak yaaa... "Ajak Pak Poniran sambil menurunkan resleting celananya, "Ayo Neng... Bantu bapak mijitin..."
"Bener Mas... Adek... Boleh...?" Tanya Citra panik.
"Iya Dek... Nggak apa apa..."
"Semoga saja Mas Marwan nggak tahu... Semoga aja Mas Marwan nggak sadar..." Doa Citra dalam hati dengan gemuruh jantung yang semakin berdetak kencang. Antara malu, khawatir, dan terangsang habis-habisan.
"Marwan... Aku suka ama istrimu Wan... Sumpah... Istrimu bener-bener nurut..." Puji Pak Poniran.
"Eh iya ya Pak... " Jawab Marwan acuh, "Citra memang penurut Pak...."
"Bentaran ya Wan... Aku pinjem istrimu bentar...." Ucap Pak Poniran lagi sambil mengeluarkan batang penisnya yang sudah begitu tegang,
"ASTAGAAA... " Kaget Citra begitu melihat batang penis Pak Poniran. Tak begitu besar, juga tak terlalu panjang. Namun batang penisnya, penuh dengan tonjolan kecil. "Kontolnya brontolan...Mirip bisul.... Bukan... Mirip pare..."
"Kenapa Neng...? Kok mukanya kaya kaget gitu...? Masa belum pernah ngeliat kontol sih...?"
"Ngg... Anu Pak... Bentuknya... Kok seperti..."
"Jangan liat bentuknya Neng... Liat dulu dong goyangannya... Rasanya jauh lebih enak loh daripada kontol alusnya Rahman... Hekhekhek... "
Mendengar Pak Poniran menyebut penis Rahman, mendadak muka Citra kembali memerah. Malu.
"Hekhekhek... Si Neng malu Wan... " Canda Pak Poniran lirih, "Emangnya tadi Neng Citra abis kamu apain sih... Wan...? Denger kata kontol kok mukanya jadi bersemu-semu gitu....? Hekhekhek..."
"Hahaha... Khan habis aku kasih enak Pak... " Sahut Rahman pelan sambil mendorong tubuh Citra supaya condong kearah selangkangan Pak Poniran. "Angkat pantatmu Neng.... Aku mau ngelepas celana dalammu....".
"Jangan ah Mas... Nanti Mas Marwan lihat... " Tolak Citra pelan. Namun tetap saja menuruti permintaan mesum Rahman. Mengangkat pantatnya guna dapat meloloskan celana dalam yang ia kenakan.
"Hehehe... Tenang aja Neng... Kalo suamimu lihat... Aku yang bakal tanggung jawab kok... " Jawab Rahman yang kemudian membasahi telunjuknya dan menyelipkan ke dalam liang senggama Citra.
SLEEEEPPP...
"Oohh... Masssshhh...."
"Hehehe... Enak khaaaan...?" Goda Rahman yang kemudian mulai mengorek vagina Citra pelan.
"Jangan Mas... Nanti dilihat orang... " Erang Citra lirih yang walau mencoba berusaha menjauhkan jemari Rahman dari vaginanya, tetap saja masih merasa keenakan.
Namun, seolah tahu kelemahan Citra, Rahman buru-buru meremas payudara istri Rahman itu. Membuat wanita hamil itu seketika tak berdaya untuk menolak kobelan nikmat jemari Rahman pada vaginanya.
"Neng...? Ayo dong... Kocokin kontol Pak Poniran... Kasihan tuh dianggurin... " Celetuk Rahman sembari terus mengobel vagina istri Marwan. Kali ini tak hanya telunjuknya yang keluar masuk vagina basah Citra, melainkan jari telunjuknya juga.
Entah karena sudah mulai dilanda nafsu birahi, tanpa diminta dua kali, Citra segera menggenggam batang brontolan itu kemudian mulai mengocoknya naik turun.
"Huuuooh... Enak banget kocokan jemarimu Neng... " Bisik Pak Poniran menggelijang keenakan.
"Hehehe... Bener khan Pak... " Sahut Rahman, "Enaknya sampai keubun-ubun..."
"Hiya Man... Bener.... Tangannya aja enaknya kaya gini... Apalagi memeknya ya Man...?"
"Hehehe.... Wah Pak... Sepertinya aku nggak kuat nih... Ayo Neng... Siniin tanganmu..." Pinta Rahman yang kemudian juga mengeluarkan penisnya. "Sekalian kocokin kontolku juga dong Neng..."
Benar-benar pemandangan yang sangat merangsang mata. Ditempat umum yang tak tertutup itu, Pak Poniran, Citra, dan Rahman saling mengejar birahinya.
"Ohh Neeng... Enak banget Neeeng... " Erang Pak Poniran lirih sambil meremasi payudara Citra. "Tetekmu juga empuk bener Neng... Nggak heran si Rahman demen banget maen-maeninnya..."
"Iya Neng... Kocokanmu juga dahsyat... Jemarimu... Telapak tanganmu... Bener-bener lembut Neng... Selembut daging memekmu... " Puji Rahman sembari terus menggelitik vagina Citra. Bahkan, karena melihat tubuh Citra yang sudah menggelijang kuat, Rahman iseng meraih botol sambal yang ada di atas meja lalu menggantikan kocokan jemarinya pada vagina Citra.
"Eeeh... Mas... Jangan Mas.... Pedas itu Mas...." Panik Citra berusaha menjauhkan botol beling itu dari vaginanya.
"Ssshh... Udaaah.... Nikmatin aja Neeeng... Hehehe...." Goda Rahman tanpa mempedulikan kekhawatiran Citra. Kembali mengocokkan botol sambal itu pada vagina istri Marwan itu.
"Ooohh... Ooohh.... Ooohh.... Maaassss.... Jaa..... Ngaaann... Ooohh.... Ooohh...." Erang Citra sambil merem melek. Wanita hamil itu tak mengira jika kenekatan Rahman untuk mengobel vaginanya dengan botol sambal itu akan berdampak sedemikian enak. Terlebih karena garukan kepala tutupnya yang lebih besar dari leher botol, membuatnya sekilas mirip penis.
Mampu memberikan garukan gatal yang sangat nikmat pada dinding-dinding vaginanya.
"Enak Neng...?" Goda Rahman sambil terus melesakkan badan botol itu lebih dalam lagi masuk ke liang vagina Citra, "Memekmu suka ya digaruk-garuk botol...?" Tambah Rahman sembari memutar-mutar botol beling itu ketika menyodok vagina Citra
"Ooohh... Ooohh.... Maaassss.... Iyaaa... Aaahh.... Aaahh.... " Angguk Citra dengan lenguhan suara sepelan mungkin. Khawatir jika suaminya mendengar.
"Hehehe... Dasar Lonte...." Seru Pak Poniran girang, "Ayo terus sodok memeknya dalem-dalem Man..."
Citra yang mendapat perlakuan mesum dari kedua orang yang ada di samping-sampingnya, hanya bisa mendesah desah keenakan, tanpa sanggup melakukan perlawanan apapun.
"Ssshh... Paak... Ooohh... Maaassss... " Erang wanita cantik itu sembari menggelijang-gelijang keenakan. Rasa nafsunya yang sudah membumbung tinggi, seolah menutupi pikiran sehat Citra. Menutupi logika Citra. Menuyupi rasa malu Citra.
Citra lupa jika saat itu, ia masih berada di foodcourt. Berada di tempat umum yang setiap saat bisa saja dilihat oleh orang lain.
"Nnnggg... Maaf Pak... Piring kotornya bisa saya ambil...?" Tanya seorang waitress yang tiba-tiba sudah berada di depan mereka bertiga.
"Ooohh... ASTAGA.... Sshhh...." Kaget Citra ketika melihat kedatangan waitres didepan nya. Wanita hamil yang sedang merintih-rintih keenakan itu kemudian buru-buru melepas genggaman tangannya pada penis Pak Poniran dan Rahman.
"Oh iya... Silakan aja Mas... " Jawab Pak Poniran singkat sambil kembali mengambit tangan Citra. Lalu menempatkannya lagi ke penisnya yang masih tegang,"Ayo kocok kontolku sayang..." Pinta lelaki tua itu pelan.
"Sok bersihin aja mejanya Mas... " Sahut Rahman yang juga melakukan hal serupa, meminta tangan Citra kembali mengocok penis panjangnya. "Ayo Neng... Dilanjut lagi... Mas ini nggak bakalan ngeganggu kok..." Kata Rahman sembari kembali menggelitik vagina Citra dengan botol sambal.
"Sshh... Eh Pak...Mas... Sshsh...." Bingung Citra khawatir. Namun kedua lelaki itu cuek. Tetap aja meminta Citra mengocok kedua penis itu kuat-kuat. Walau tinggi meja mampu menutup aktifitas mesum Pak Poniran dan Rahman dari pandangan mata si waitress, tetap saja Citra merasa canggung untuk melakukan permintaan mesum mereka.
"Mas... Katanya mau ngebersihin meja..?" Tanya Rahman yang tiba-tiba meremas payudara kiri Citra keras-keras.
"AAaaaaWWwww... " Rintih Citra keras.
"Ehh... Ba... Baik Pak... " Jawab waitress itu gugup ketika melihat desahan dan rintihan lirih Citra yang tertahan.
Marwan yang mendengar jeritan Citra, tiba-tiba menengok kearah istrinya berada.
"Kenapa dek... " Tanya Marwan.
"Eh maaf Mas... Maaf... " Ucap Rahman tiba-tiba, "Maaf... Tadi kaki Neng Citra keinjak... " jelasnya sambil terus mengusap payudara besar istri Marwan itu pelan-pelan.
Citra tak menjawab, hanya mengangguk lirih mengiyakan sambil terus menggigit bibir bawahnya.
"Ooohh... Bentar ya Dek... Ini bentar lagi kelar kok... " Jawab Marwan dengan wajah kusut. Mungkin karena pusing akan segala macam rencana proyeknya.
"Iya Mas... " Jawab Citra sambil berusaha mati-matian mengembangkan senyum manisnya.
KLONTANG PRANG PYAR
"Waduh... " Ucap Pak Poniran tiba-tiba ketika tangannya menyenggol gelas yang ada di meja makan dan membuatnya jatuh pecah kelantai, "Maaf Mas... Saya nggak sengaja...."
"Ehh... Iya Pak..." Jawab si waitress yang buru-buru membungkuk kebawah meja untuk membereskan pecahan gelas.
"Eeehhhh... Maaasss.... Nggak ussaaahhh...." Jerit Citra spontan ketika waitress itu membungkukkan badannya. Namun terlambat. Pemuda tanggung itu sudah terlanjur jongkok didepan meja Citra. Dan betapa terkejutnya ketika apa yang sedang mereka bertiga lakukan, dapat terlihat jelas oleh si waitress tersebut.
Waitress tersebut sama sekali tak pernah menyangka, jika ia bakal menyaksikan secara langsung kejadian mesum di tempatnya bekerja. Kejadian mesum dimana seorang wanita cantik berbadan dua, sedang membantu dua orang lelaki untuk melampiaskan nafsu birahinya.
Seketika, kejadian mesum yang sedang terjadi tepat di depan matanya itu, membiat darah birahinya berdesir hebat. Membuat waitres itu tak juga bangkit dari jongkoknya. Alih-alih membersihkan pecahan kaca, ia malah terus menatap acara mesum ketiga orang pelanggannya itu dekat-dekat.
Citra yang sebagai obyek birahi, tiba-tiba merasakan gelombang orgasmenya datang menyapa. Dan seketika itu, semua rasa malu yang ada di otaknya mendadak hilang.
"Ohhh.... Masss.... Ooohhh... " Erang Citra lirih sambil terus menggelijang hebat, "Oohh Maas... Aku mau keluaar... Maaasss... Sshhh.... Oooohh...."
"Hehehe... Keluarin aja Neng... Gausah ditahan-tahan..." Bisik Pak Poniran yang juga merasa nikmat karena kocokan tangan Citra pada penisnya semakin meningkat.
"Eh Mas waitress... Sini Mas... Maju sini..." Bisik Rahman menyuruh waitress yang masih jongkok di depan meja mereka untuk maju. "Bantuin si Neng... "
"Ba...Bantu....?" Jawab si waitress itu dengan wajah gugup.
"Iya... Bantu Neng ini muasin nafsunya Mas.... " Tambah Rahman lagi sambil menyerahkan botol sambal itu pada waitress yang masih jongkok di bawah meja, " Kocokin memek si Neng cantik ini pake botol sambal ini Mas..."
"Haaah... Maksudnya.....?"
"Iya... Kocokin.... Gini...." Ucap Rahman sambil memperagakan gerakan mengocok botol pada vagina Citra, "Bisa khan Mas...? Yaah.... Anggep aja ini memek cewe Mas sendiri...."
Tanpa menjawab. Si waitress itu hanya tersenyum dan menganggukkan kepala.
"Oohh Maass... Jangan Masss..." Erang Citra sambil menahan tangan Rahman untuk tak meneruskan niatan mesumnya.
"Sshh.. Nggak apa-apa kali Neng... Yang penting kamu puas...." Elak Rahman, "Ayo Mas... Sekarang kocokin memek Neng ini Mas... " Pinta Rahman, "Kobelin memek Neng ini Mas... " Tambahnya lagi sembari memelorot belahan dress Citra dan mengeluarkan gundukan daging kebangganan Citra dari balik behanya. Dan dengan gerakan cepat, Rahman segera meremas dan mengenyoti payudara kiri Citra itu bulat-bulat.
"Uuooohhh... Maaasss... Ampuunn... " Erang Citra tak tertahan. Ia sama sekali tak menyangka jika persetuhan di tempat umum ini bakal bisa seenak itu. Ia benar benar takjub, sekaligus kagum akan kenekatan Rahman dalam memuaskan nafsu birahinya.
SLUURP SLUURRP CUP CUP NYAM NYAM MUAH CUP SLUUURP
Jilatan lidah Rahman membabi buta. Membuat Citra semakin menggelijang tak berdaya.
"Gantian Man..." Pinta Pak Poniran
"Pake tetek yang kanan aja Pak..." Saran Rahman.
"Wah...Bener juga...." Jawab Pak Poniran singkat sambil ikut-ikutan menyorongkan bibir peyotnya kearah payudara Citra. Walhasil kedua lelaki mesum itu menyelomoti kedua payudara Citra dengan buas..
Tak mau tinggal diam, Citra yang merasa akan segera mendapat orgasmenya, buru-buru mempercepat kocokannya. Memelintir batang kejantanan Pak Poniran dan Rahman kuat-kuat.
"Ohh... Man... Aku nggak sanggup lagi Maaan... Aku mau keluar nih..." Rintih Pak Poniran keenakan.
"Sama Pak... Aku juga... Ooohh..."
"Oooohh.... Ngentoooottt... " Erang Citra tiba-tiba sambil menggeliat-geliat, "Ngeentoooootttt... Aku keluar Maaass..." Lenguhnya pelan, "Aku keluaaar...Ooohh... Ohhh... Ooohh... Ngentooottt.... " Seru Citra sambil meremas tangan waitress yang masih terus mengocoki botol sambal di vaginanya.
CREET CREET CREECEEET CREET
Tubuh Citra bergetar hebat. Mukutnya menganga, dan matanya melotot. Berulangkali, kakinya lurus mengejang. Sehingga secara tak sengaja menendangi waitress yang ada di bawah meja.
"Oohh... Ohhh... Maaasss... Ampuuun masss... " Rintih Citra dengan tubuh yang terus menggelijang. Saking kuatnya gelijangan tubuh Citra, sampai-sampai Rahman harus memegangi pundak Citra supaya ia tak merosot jatuh dari tempat duduknya.
Tiba-tiba, disaat tubuh Citra Citra menggelijang, Rahman kemudian menyingkirkan tangan Citra dari penisnya. Ia lalu memiringkan tubuh wanita hamil itu supaya rebah dipangkuan Pak Poniran. Dan karena Citra rebah, pantatnya miring dan terangkat kesamping. Otomatis, liang vaginanya yang becek menjadi terlihat jelas disamping kanan Rahman.
"Aku juga mau keluar Neng... Aku mau keluar... Nikmatin nih semburan pejuh panasku... " Bisik Rahman yang kemudian dengan nekat, menurunkan celananya hingga ke mata kaki. Meloloskan kaki kanannya dari celana panjangnya lalu memutar tubuhnya kekanan. Setelah itu ia menaikkan kaki kanannya keatas kursi, tepat dibelakang pantat Citra. Dan dengan gerakan supercepat, ia menusukkan penis besarnya kearah vagina Citra.
CLEEEP...
CROT CROT CROTCOOT CROOOT...
Semburan lahar panas, langsung menyeruak masuk. Memenuhi rongga rahim Citra. Namun, karena sebelumnya vagina Citra sudah penuh terisi oleh sperma-sperma lelaki lain, membuat sperma Rahman seolah tak tertampun, dan meluber keluar kembali .
Melihat rekan mesumnya orgasme, Pak Poniran pun tak mau kalah, ia kemudian menjejalkan penisnya ke mulut Citra yang ada dipangkuannya. Meminta wanita hamil itu untuk segera mengoral batang kebanggaannya.
HAP...
Nyam haem... Nyam.... Nyam nyam..." Suara mulut Citra ketika mengoral penis Pak Poniran. Tak puas disitu, lelaki tua itupun lalu memegang kepala Citra dan menggerakkannnya naik turun. Memperlakukan mulut Citra bak vagina yang dapat ia setubuhi degan kasar.
"Nyap.. Gaag...Gaag.. Gaagg..." Suara mulut Citra yang tersumpak penis brontolan bos suaminya.
Dan tak lama kemudian, tubuh lelaki tua itupun ikut bergetar hebat. Menandakan orgasmenya yang juga telah datang.
CROT CROOOT CROOTCOOOT. CROT CROOOT
"Makan pejuhku Neng.... Makaaan semua pejuhkuuu... Ooohhh....Ssssshhh... " Lenguh Pak Poniran pelan. Sambil terus menaik turunkan kepala Citra sebelum akhirnya menekannya dalam-dalam kearah selangkangannya.
"GAAAAGGGG..." Seru Citra yang seolah tak dapat melakukan apa-apa karena kecapekan orgasme.
"Sumpah Maaan... Enak banget ngentotin mulut Neng Citra ini... " Bisik Pak Poniran sambil melirik kearah Marwan dan kedua orang karyawannya di meja sebelah. " Mulut kok bisa ngempot enak kaya gini yak...?" Heran Pak Poniran sambil terus menjejalkan batang penisnya ke mulut Citra sembari mengusapi rambut Citra yang terurai lembut ke arah paha Pak Poniran..
"Eh Pak... Itu si Neng jangan kelamaan disodok-sodok seperti itu Pak... " Celetuk Rahman mengingatkan lelaki tua itu untuk segera mengangkat tubuh Citra, "Bisa pingsan loh dia nanti..."
"Astaga... Aku lupa..." Seru bos Marwan itu buru-buru mengangkat kepala Citra dari sodokan penisnya
"Hehehe... Dasar pikun... " Ejek Rahman, "Baru kena mulutnya aja udah lupa... Gimana mau kena jepit memek legitnya yang ini.... " Tambah Rahman yang tiba-tiba mencabut batang penisnya yang sudah lemas dari vagina Citra.
PLOP
Seketika, sperma-sperma berhamburan dari liang vagina Citra. Meluber keluar dengan deras dan menggenangi kursi tempat Citra berada.
"Puuuuaaaahhh..... Haaahhh... Uhuk Uhuk Uhuk... Haaahh... Haaah...." Seru Citra lega ketika ia berhasil menghirup udara segar,"Uhuk Uhuk Uhukk... Haaaah... Haaah... "
"Wah...Maaf Neng...Maaf... Bapak nggak sengaja... " Bisik Pak Poniran sambil meminta maaf, "Habisan hisepan mulutmu mirip empotan memek... Enak banget... Bapak jadi terlena dibuatnya..."
"Bapak tega deh... Uhuk Uhuk Uhuk...." Rengek Citra bangkit dari rebahannya dan mengelap sperma serta air liurnya dari mulut cantiknya.
"Anggep aja pengalaman baru Neng...Hekhekhek...."
"Eh Neng... Tahu nggak... Ternyata selain kita berdua, ada seorang lelaki lagi loh yang sepertinya sedang menikmati tubuhmu..." Bisik Rahman lirih sambil memonyongkan mulutnya kearah bawah meja.
"Eh... Iya...Benar..." Batin Citra baru sadar jika ternyata sedari tadi, waitress muda tadi belum juga keluar dari bawah meja. Dan setelah Citra lihat, ternyata waitress itu sedang jongkok sambil mengurut batang penisnya yang mungil menggunakan celana dalam Citra yang tak ia kenakan tadi. Waitress itu membungkus batang penisnya dengan celana dalam Citra sembari mengecupi lutut dan kaki Citra. Tak jarang, ia juga mengusap-usap betis Citra pelan. Merasakan kemulusan kaki istri Marwan itu dengan puas.
"Ooohh... Mbaaakk....."
Walau risih dan jijik, namun saja Citra sama sekali tak keberatan untuk membiarkan lelaki tanggung itu untuk melepaskan birahinya. Bahkan, Citra sengaja mengusap lembut rambut si waitresss itu sembari membuka pahanya lebar-lebar. Memamerkan vaginanya yang masih berkedut dan mengeluarkan sisa sperma Rahman kepadanya.
"Ooohh.. Ohhh. Ohhh... Mbaak..." Merasa tak mampu menahan birahinya, si waitress itu segera maju ke depan selangkangan Citra sembari mengecupi paha dalamnya. "Aku mau keluar ya Mbaak...." Ucap waitress itu sambil mempercepat kocokan penisnya.
Entah kenapa, Citra tak marah sama sekali diperlakukan waitress itu, malahan ia menganggukkan kepalanya. Seolah mengijinkan si waitress itu untuk orgasme. Sehingga tak lama kemudian,
CROT CROOT CROOCOOOT CROOOT CROOOT.
Semburan sperma hangat segera menyembur deras keluar dari penis waitress itu. Namun kurang ajarnya, ketika ia orgasme, lelaki tanggung itu sengaja membelokkan batang penisnya kekiri dan kekanan. Ia sengaja menembakkan lendir kenikmatannya kearah kedua kaki Citra.
"Hehehe... Makasih Mbak..." Ucap si waitress itu sembari mengelap ujung kepala penisnya dengan celana dalam Citra. Kemudian sebagai ganti rasa bersalahnya, ia segera membantu Citra untuk mengenakan celana dalam itu ke tubuh semoknya lagi.
"SELESAAAAAIIII....." Seru Marwan sambil mengangkat kedua tangannya keatas. Berlagak seorang juara yang telah berhasil memenangkan lomba.
GUBRAAAK JEDUUUUGGHH
Suara benturan kepala terdengar bersamaan dengan teriakan Marwan. Rupanya karena kaget, kepala waitress itu terbentur kayu meja.
"Eh... Permisi Mbak...." Seru waitress itu sambil buru-buru keluar dari bawah meja dan pergi meninggalkan meja Citra.
Mungkin karena ketakutan, waitress itu pergi meninggalkan pecahan gelas yang masih ada dibawah meja. Selain itu, dia juga menginggalkan sisa sperma yang masih ada di kedua kaki Citra.
Melihat suaminya sudah menyelesaikan pekerjaannya, Citra pun segera membetulkan pakaian dan penampilannya sebelum suaminya sadar jika tubuh istrinya baru saja dinikmati tiga orang lelaki di sampingnya. Begitu pula dengan Pak Poniran dan Rahman yang segera memasukkan batang penisnya ke dalam celananya.
"Aku udah selesai Deeek...." Girang Marwan sembari pindah ke meja Citra setelah sebelumnya ia meminta Prayitno menggeser duduknya.
"Eeeh... U... Udah ya Wan...?" Tanya Pak Poniran kaget.
"Sudah dooong Paak.... Hitungan seperti ini mah keciiiillll...." Sombong Marwan, "Udah yuk Dek... Kita pulang...."
"Loohh... Kok pulang Wan....?"
"Ehh.... Memangnya kenapa Pak...?"
"Khan setelah ini kita mau ketemuan dengan Pak Kardi... Salah satu investor kita....?"
"Hari ini Pak...? Bukannya besok...?"
"Iyalah... Hari ini...."
Tubuh Marwan tiba-tiba lemas. Suami Citra itu buru-buru menatap istrinya dengan pandangan lemas.
"Yaudah Mas... Nggak apa-apa... Selesein dulu aja kerjaanmu...." Ucap Citra sambil tersenyum, "Adek bisa pulang lagi ama Muklis kok.... Tuh dia udah selesai belanjanya..."
"Iya Wan... Setelah meeting nanti... Boleh deh kamu pulang dulu kerumah.... Yaaah.... Bisalah nanti kamu naikin istri cantikmu ini... Secelup dua celuuuuppp.... Hekhekhek...." Canda Pak Poniran sambil tersenyum penuh arti kearah Citra.
"Waaaah.... Dapet nikmat lagi dong Neng...." Goda Rahman sembari menyenggol pundak Citra dan beranjak dari tempat duduknya ke samping Pak Poniran." bakal makin capek lagi deh... Hahaha...." Lagi-lagi, Rahman melemparkan senyum yang sama dengan Pak Poniran, senyum yang penuh arti.
"Yaudah deh... Kamu pulang aja duluan... Nanti Mas nyusul...." Ucap Marwan tak bersemangat.
"Yaudah... Udah yuk Klis... Kita pulang aja... Kayaknya belanjanya sudah cukup... " Kata Citra sembari bangun dari duduknya.
"Hiya Mbak... Ini mah udah banyak banget..." Jawab Muklis yang kesusahan membawa kantong belanja Citra.
"Eh Dek... Belanjaannya kamu titipin Suroso aja sini... Biar nanti ditaruhin dia kemobil.... Ntar... Mas aja yang bawain kerumah...."
"Waah.. Kebetulan Mas... Makasih yaaa...." Girang Citra.
"Hihihi.... Makasih Mas... " Celetuk Muklis.
"Yaudah Klis... Kita langsung pulang aja yuk..."
"Loooh... ? Mbak nggak jadi ke dokter kandungan....?"
"Nggg... Nanti sore aja deh Klis... Hari ini.... Mbak berasa capek banget... Sumpah dehhh...."
***
"Mas... Mau ambil jaket ama helm..." Seru Citra pada petugas penjaga helm.
"Eh... Mau diambil sekarang Mbak..?" Tanya petugas itu kebingungan.
"Enggak.... Tahun depan...." Canda Citra sewot, "Ya iyalah sekarang...."
"Nnnnggg... Sebentar ya Mas..." Jawab petugas penjaga itu berpura-pura mencari nomor jaket Citra. Dan tak beberapa lama kemudian, petugas itu kembali. Namun dengan wajah yang malu-malu.
"Ketemu khan Mas...?"
"I...Iya Mbak.... Yang ini khan jaketnya...?" Ucap petugas penitipan itu sembari menyerahkan jaket Citra.
Segera saja Citra meraih jaketnya dan mengenakannya. Namun, ketika dipakai, jaket Citra terasa dingin dan basah.
"Looh Mas... ? Jaketku kok basah...?"
"Eeh... Nggg.... I... Iya Mbak maaf... Tadi jaket Mbak ketumpahan cendol..." Jawab petugas itu.
"Hmmm... Gitu ya...?" Jawab Citra sembari mendekatkan wajahnya kearah petugas penjaga, "Mas... Aku tahu kalo kok kalo jaket aku ini bukan kena tumpahan es... Ya khan...? Hayo ngaku aja...."
"Eehh... A...Aannu Mbak..."
"Ayo ngaku.. Daripada nanti aku suruh adek iparku ngehajar kamu....?" Ancam Citra sembari menunjuk Muklis yang sedang mengambil motor.
"Ehh.. Iya Mbak.... I.. Itu bukan es...."
"Trus....? Ini apa...?"
"Itu.... Pe...."
"Pejuh....?" Tebak Citra.
Petugas penjaga itu mengangguk.
"Hihihi... Naaah... Kalo jujur gitu khan enak...."
"Maaf ya Mbak..."
"Hmmm.... Iyadeh... Nggak apa-apa.... Malahan... Aku punya sesuatu buat kamu Mas..." Kata Citra yang tiba-tiba mengangkat bawahan dress mininya lalu menyelipkan kedua jempol tangannya ke arah pinggang. Dan tanpa malu, ia menurunkan celana dalamnya didepan mata petugas penjaga itu hingga terlepas dari tubuhnya.
"Berhubung Mas suka banget ngasih pejuh... Ini Mas... Simpen... " Kata Citra sambil menyerahkan celana dalamnya yang masih belepotan sperma kepada petugas penitipan itu, "Masih hangat ituh Mas... langsung dari memek aku....."
"Haah... Serius....?" Girang petugas penjaga itu, "Tapi kok... Kenapa agak belepotan gini Mbak...?"
"Hihihi... Ngggg... Kenapa yaaa...?"
"Cooiyy... Coooiyy... Lo pasti nggak bakal percaya deh ama apa yang gw baru alami di dalem mall tadi..."
Seru suara seorang pria dari yang berjalan cepat dari arah belakang Citra. Buru-buru, pria tersebut masuk kedalam kios penitipan helm dan berbisik-bisik pada petugas penjaga itu.
"Emang kenapa...?" Tanya petugas penjaga.
"Gw baru ngentotin bidadari bunting..."
"Haa...Bidadari bunting...?"
"Hiya Coy... Bidadari... Ini gw ada photo-photonya..."
"Serius...? Yaudah... Bentar ya... Gw ngelayanin Mbak ini bentar...." Jawab petugas penjaga helm itu sambil menyerahkan helm Citra. "Tadi jaketnya sudah... Ini helmnya Mbak..."
"Looohhh.... Mbak bidadari...?" Tanya teman petugas penjaga helm.
"Loohh...? Banu....?" Kaget Citra, yang setelah tahu siapa teman si petugas itu. "Jadi... Kalian temenan....? Pantes.... "
"Looh...? Mbak kok kenal Banu....?" Tanya petugas penjaga helm,
"Hihihi.... Lupain aja deehh..."
"Mbak... Sudah....?" Tanya Muklis yang sudah menghampiri Citra, "Ayo kita pulang..."
Bersambung,
By : Tolrat
0 komentar:
Posting Komentar