Nafsu Birahi Citra part 21 B | Kenakalan di Kamar Ganti
Sambil berjalan-jalan, Muklis tak henti-hentinya menggandeng tangan
Citra seerat mungkin, bahkan ia sengaja memeluk pinggang Citra, seolah
Citra adalah benar-benar istrinya.
"Kamu mesra banget Klis nggandeng mbak...?" Celetuk Citra, "Nggak malu apa jalan ama wanita hamil kaya mbak gini...?"
"Hehehe... Ngapain malu mbak..... Punya Mbak yang cantik dan seksi kok
malu... Justru aku malah pengen mamerin Mbak semokku ini ke
orang-orang..." Jawab Muklis
"Hihihihi.... Iya deh klis.... Terserah kamu aja..."
Mendengar 'ijin' Citra, seolah membuat Muklis makin merasa jika Citra
adalah istri tercintanya, sehingga ia pun semakin mendekap Citra
erat-erat. Tak jarang, Muklis juga mengelus perut buncit Citra, seolah
itu adalah anak kandungnya.
"Klis... Mbak nggak bakalan lari kok... Jadi nggak usah kamu rangkul Mbak kenceng-kenceng gini..."
"Hehehe... Ini tandanya Muklis sayang banget ama kamu mbak..."
"Sayang apa nafsu...? Wong ngerangkul kok tangannya disenggolin ke tetek mbak mulu..."
"Hehehe.... Berasa ya mbak....?"
"Iyalah... Dasar ipar mesum.... " Celetuk Citra, "Udah ah.. Kamu tunggu sini aja ya.... Mbak mau pilih-pilih beha dulu..."
Tak beberapa lama, Citra pun akhirnya sibuk memilih beha yang ia
inginkan. Beberapa kali ia mencoba memasang dan melepas beha diluar
dressnya, sekedar mencari tau, ukuran cup apa yang paling nyaman untuk
payudaranya yang ekstra besar.
"Kalo yang ini....Cocok nggak Klis...?" Tanya Citra
"Mana coba... Mmmm... Tetekmu mbaaak.... Makin empuk aja...Hehehehe.... "
Kata Muklis yang alih-alih mengomentari penampilan Citra, ia malah
meremasi payudara Citra keras-keras.
"Iiiih... Muuklissss... Hihihii...." Jerit Citra yang sibuk menepisi
tangan jahil Muklis dari payudaranya sambil tertawa geli, "Udah ahh...
Makin lama kamu makin gila Klis.... Berani-beraninya kamu meremasi tetek
mbak di tempat umum kaya gini..."
"Hehehe... Habisan aku selalu gemes Mbak liat tetek besarmu ini...."
Jawab Muklis, "Kok sekarang jadi makin besar gitu ya mbak....? Jauh
lebih besar daripada sebelum-sebelumnya....?"
"Hihihi... Khan aku lagi hamil Klis... Wanita... Kalo lagi hamil ya gini
Klis... Teteknya membesar.... " Jelas Citra, " Khan isinya asi.... Buat
persiapan besok kalo si dede bayi pengen netek..."
"Emang kalo asi khusus buat dede bayi ya mbak....?" Tanya Muklis
"Hiya lah..." Jawab Citra sambil mengelusi perutnya yang makin membulat, "Asi mah khusus buat dede bayi...."
"Kalo aku pengen asi gimana mbak...? Minta netek ama mbak boleh juga khan....?"
"Hush...pamali ah.... " Jawab Citra, "Kalo kamu mau netek....Minta noh
ama sapi.... Hihihihi...." Jawab Citra sambil meninggalkan Muklis guna
kembali memilah-milah beha yang ia suka.
Merasa agak dicuekin, Muklis pun memilih duduk di kursi tunggu dan
memainkan handphonenya. Sambil melihat-lihat photo Citra yang ia ambil
dalam berbagai kesempatan, Muklis pun mulai tenggelam dalam lamunan
joroknya.
"Itu istrinya ya Dek...?" Celetuk Yadi, penjaga counter berusia 32
tahunan, yang entah sejak kapan sudah berdiri di disamping Muklis.
"Eeeh.... Bukan... Itu Mbak ipar saya Mas... " Jawab Muklis enteng tanpa
melihat kearah Yadi, ia masih sibuk melihat-lihat photo Citra.
"Cantik banget ya.... " Jawab Yadi spontan, "Beruntung banget ya Dek...
Cowo yang jadi suaminya... Setiap hari bisa........." Kalimat penjaga
counter itu sengaja tak diteruskan.
"Ngggg.... Beruntung setiap hari gimana Mas....?" Tanya Muklis sambil menghentikan lamunannya dan menatap kearah Yadi.
"Hehehe... Masa kamu nggak ngerti sih.... Ya beruntung bisa..... Kaya
itu tuuuhh.... Hehehe...." Jawab Yadi sambil menunjuk kearah layar
handphone Muklis yang sedang memperlihatkan gambar wanita hamil
disetubuhi oleh seorang pria, "Hehehe... Kaya kamu nggak tau aja...."
"Hoalah... Ini toh.... Beruntung bisa ngentotin Mbak ipar saya...? Gitu
Maksudnya...? Hahaha..." Kata Muklis vulgar sambil tertawa renyah. "
Yaiyalah... Mas juga kalo punya istri pasti bakalan bisa ngentotin istri
mas tiap hari...."
"Hehehe.... Tapi istri saya nggak secantik Mbak iparmu Dek..." Kata
penjaga counter itu, "Enak banget kali ya Dek... Bisa tiap hari begituan
ama Mbak iparmu...."
"Hehehe Iyalah...." Jawab Muklis sambil menatap kearah Citra yang masih terlihat sibuk memilah-milah barang pilihannya.
"Pasti.... Beruntung banget tuh suaminya....Punya istri secantik Mbak iparmu Dek..." Puji Yadi.
"Ngggg.....Tapi... Suaminya juga nggak seberuntung itu kok Mas... " Kata Muklis
"Hah....? Maksudnya...?
"Hehehehe......" Selain Masku... "Aku juga bisa kok ngentotin Mbak iparku setiap hari...."
Dengan tatapan heran, penjaga counter itu menatap kearah muklis dengan mulut yang menganga lebar.
"Serius.....? Kamu selingkuh dengan Mbak iparmu...?"
"Hehehehe.... Iya....Mas nggak percaya....? Mas mau bukti....?"
Tak mampu menjawab, Yadi hanya bisa diam sambil menganggukkan kepalanya,
"Hehehe... Kalo aku bisa kasih liat... Mas jangan sampe pengen ya....?"
Goda Muklis ketika melihat Citra melangkah mendekat ke posisinya duduk.
"Eh klis... Beha yang kaya gini bagus nggak Kalo Mbak pake...?" Tanya Citra sambil menunjukkan beha pilihannya.
"Aaah.. Bagusan mah ga pake beha mbak..." Kata Muklis sambil berdiri dan mendekat kearah Citra.
"Iiihh.. Nakal kamu ya... genit...." Canda Citra sambil melirik ke arah Yadi, si penjaga counter, "Kalo yang ini Klis...?"
"Jelek mbak... Serius deh... Mbak nggak cocok kalo pake beha yang itu..."
"Iiiihh... Mukliiiisss... Kalo nggak ada yang cocok, trus Mbak cocoknya pake beha yang mana dong....?"
"Hehehe... Mbak Citraaa... Khan udah aku bilang daritadi... Bidadari
kaya kamu mah harusnya nggak pake beha Mbaaak.... Cantiknya tuh
telanjang.... "Goda Muklis, "Bener nggak mas....?" Tanya Muklis pada
penjaga counter yang sedari tadi mengamati percakapan Muklis dan Citra.
"Eeeh.... Hiya Dek...."
"Tuuuuh... Khaaannn... Bener apa kataku Mbak.... Kamu memang lebih cakep kalo bugil..."
"Iiiihh... Apaan sih Klis...." Balas Citra genit, "Dasar otak
mesuuuummm.... Awas ya... Ntar mbak gigit loh kontol kamu...." Bisik
Citra sambil mencubit pinggang Muklis.
"Aaaawwww....Hehehe.... Kaya berani aja kamu mbaak.." Balas Muklis sambil berbisik ke telinga Citra.
"Iiiihh... Nantangin yaaa...."
"Iya dooong... Nih... Gigit aja kalo berani...." Kata Muklis yang tanpa
malu karena masih ada Yadi disampingnya, tiba-tiba menurunkan resleting
celananya dan mengeluarkan batang penis besarnya
"Heeeeehhhh.... Muklisss..." Bingung Citra panik.
"Ayoooo... Ini gigit... Katanya berani...." Goda Muklis sambil menepuk-tepukkan penisnya yang mulai ereksi kepaha kakak iparnya.
"Adek ipar gila... Ini khan ditempat umum Kliss...." Kata Citra yang buru-buru memeriksa kondisi sekitar.
"Hehehe... Ayolah Mbak... Kita ngentot ditempat umum yuuukkk... "
"Apaan sih...." Jawab Citra malu-malu karena tatapan Yadi yang sedari tadi tak henti-hentinya tertuju padanya.
"Ayolah Mbaaak.... Habisan daritadi aku dikasih liat tetek besarmu
mulu.... Aku jadi pengen banget ngentotin kamu nih.... " Kata Muklis
yang terus menepuk-tepukkan batang penisnya ke paha Citra.
"Hihihi... Iya iya... Nanti yaa... Sekarang kamu bantu mbak cari beha yang cocok buat mbak..."
"Nggak mau ah... Aku pengennya ngentotin memek sempitmu sekarang
Mbak.... " Kata Muklis sambil merogoh kearah celana dalam kakak iparnya.
"Masa sekarang sih Klis...?" Bingung Citra.
"Eh Mas... Kamar ganti ada dimana sih....?" Tanya Muklis sengaja bertanya kepada Yadi.
"Nggg... Di pojokan sana Dek...." Jawab Yadi.
"Hehehe... Makasih Mas...." Jawab Muklis sambil mengedipkan matanya kearah Yadi.
"Yuk Mbak... Ikut aku..." Ucap Muklis sambil menggandeng tangan Citra dan menuju ke ruang ganti pakaian.
Tanpa memasukkan penisnya yang sudah menjulang tinggi, adik ipar Citra
itu buru-buru bergegas menuju keruangan ganti dan itu segera masuk
kedalam ruangan paling pojok.
"Iihh... Muklis... Apa-apaan siiihhh....?"
"Ayolah Mbaaak... Aku pengen banget nih nyobain ngeseks di tepat umum..."
"Tapi aku khan malu Klisss.."
Mendadak, Muklis tersenyum. "Aahhh... Nggak mungkin... Mbak suka kok..."
"Yeee... Kata siapa....?"
"Kata Mas Seto.... Dia bilang mbak suka banget dientotin ditempat umum..."
"Hadeeeeh... Dasar tetangga comel...."
"Yaudah mbak... Ayo sekarang isep kontolku... Aku pengen ngentotin kamu niiiihhh..."
Sambil celingak-celinguk, Citra lalu mengintip keluar.
"Tapi nanti kalo disamping ada orang gimana Klis... Kalo dia denger gimana...?"
"Hehehe... Yaudah... Diajak aja sekalian mbak..." Jawab Muklis enteng
sambil menekan pundak Citra turun, berusaha membuat Citra segera jongkok
di depan selangkangannya.
"Iiihhh... Daaassssaaaar... Daritadi kok kamu maunya ngajakin orang buat
ngentotin mbak sih...? Emang kamu suka ya kalo mbak dipake ama banyak
orang...?"
"Hehehe... Yaaah... Namanya juga imajinasi mbak..."
"Emang kamu rela memek mbak dientotin banyak lelaki lain...?"
"Yaaa.. Kalo itu sih suka-sukanya Mbak aja... Kalo mbak mau... Kenapa harus ditolak... Hehehe..."
"Sumpah ya Klis.... Otak mesummu itu loh... Kok nggak pernah ada habisnyaaa..."
"Hehehe... Ayo mbak... Jongkok... Kontolku udah nggak tahan lagi nih... Udah senut senut..."
"Ye iyeee...."
Buru-buru Citra segera menarik penutup ruang ganti itu. Namun karena
tarikannya terlalu keras, sisi kain diujung satunya jadi sedikit
tertarik, dan membuat penutup kain itu terbuka sedikit.
"Aaaaaa... Haaaeeemmm... Sluurp sluuurp.." Suara mulut Citra mulai beraksi.
"Huuoohh enak banget mbaaaaak..." Lenguh Muklis keenakan.
"Sluurp... Cup cup.... Puas Klis....?" Tanya Citra, "Haaaeeemmm... Sluuurrppp...."
"Huooohhh.. Puas Mbaaaak..... Uhhh...." Ucap Muklis, "Ini teteknya
jangan ditutupin gini ya mbak.... Dressnya diturunin aja..." Tambah
Muklis sambil mempelorotkan dress kemben Citra. "Naaah... Kalo gini khan
makin seru... Bisa diremes-remes..."
"Ssssttt.... Klisss....Remes teteknya pelan-pelan.... Tetek mbak ngilu nih..."
"Hehehe... Ngilu apa pengeeenn... Eh Mbak... Udah ah isep-isepnya... Ayo
bangun... Aku udah nggak tahan pengen cepet-cepet ngontolin memekmu
nih..."
Buru-buru, Citra segera berdiri dan membalikkan badannya menghadap
cermin. Dengan hanya menyampirkan sisi celana dalamnya kesamping, Muklis
pun menempatkan kepala penisnya pada vagina kakak iparnya. Dan dalam
hitungan detik, lelaki ceking yang masih berpakaian lengkap itu segera
mendorong kepala daging kebanggaannya itu kuat-kuat ke vagina Citra.
SLLEEEEEEEEP..
"Uuuuhhhh.... Muukk.....Kliiisss.... Pelan-pelan sayang.... Ssshh...
Oohh...." Lenguh Citra keenakan ketika kepala penis adik iparnya
menyeruak masuk kedalam sempitnya liang senggamanya.
"Huoohh... Mbaaak... Banjir banget gini memekmu... Kamu udah sange juga ya ternyata...?"
"Hihihi... Kalo hamil ya gini Klis... Memek Mbak jadi gampang banget banjir.... Hihihi...."
"Aaah.... Tipu..... Bilang aja kalo memek nakalmu udah kangen banget ama sodokan kontol adik iparmu ini Mbak.... Hehehe..."
Dengan kasar, Muklis segera menyodokkan sisa batang penisnya dalam-dalam
ke liang vagina kakak iparnya. Tusuk, cabut, tusuk, cabut, tusuk,
cabut. Dan setelah dirasa batang penisnya cukup basah, ia pun mulai
membombardir vagina sempit Citra dengan kuat. Saking kuatnya sodokan
penis Muklis membuat dinding kamar ganti itu ikut-ikutan berderit
berisik.
KRIET... KRIET... KRIET...
PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK
"Sssttt.... Klisss... Uhh... Uhhh...Nyodok memeknya jangan
kenceng-kenceng Kliiiissss..." Tegur Citra sambil menggapai pinggang
adik iparnya, "Nanti ada orang yang dengeeer looohh..... Uhh... Uhhh..."
Benar saja, dari pantulan cermin yang ada dihadapannya, Citra bisa
melihat jika diluar kamar gantinya, ada orang yang mengintip melalui
tirai yang tak tertutup itu.
" Uhh... Uhh... Klisssss.... Pelan-pelan nyodoknya Klisss.... Diluar...
Uhh... Uhh..... Ada orang...." Kata Citra berusaha mengingatkan adik
iparnya.
"Nggak apa-apa mbak... Kamu santai aja...." Kata Muklis yang walaupun
mendengar peringatan Citra, ia hanya tersenyum. Malahan tak jarang
Muklis malah sengaja semakin memperkeras sodokan pinggulnya, seolah
benar-benar ingin memperlihatkan persetubuhan kasarnya itu kepada si
pengintip.
PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK
KRIET... KRIET... KRIET...
"Ssssttt... Kliiisss.... Pelan-pelan Klissss... Ooohh... Ooohh...
Ooohh..." Lenguh Citra yang biarpun ia tahu jika ada pengintip diluar
kamar gantinya, ia tetap saja menikmati persetubuhannya. Malah anehnya,
sensasi diintip itu membuat dirinya semakin bernafsu. Membuat dirinya
entah kenapa ingin memamerkan kenakalan dirinya lebih jauh lagi.
Dengan gerakan erotis, Citra berusaha menstimulus titik birahinya dengan
kedua tangannya. Tangan kanan mengobel klitoris dan tangan kiri
mencubit serta meremasi puting payudaranya.
"Ooohh... Klissss.... Terus sodok memek mbak sayang.. Terussss...."
Pinta Citra manja. "Terus entot memek Mbakmu yang sedang hamil ini
Klisss... Terus entooottt.... Oooh... Oooh..."
PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK
KRIET... KRIET... KRIET...
" Hhh.... Kamu suka ya mbak..? Dientotin adik iparmu....?"
"Ssssshh.....Suka Klis.... Ssuka bangeeet.... Oooh... Oooh..."
"Jadi.... Enak mana mbak...? Dientot kontol kecil Mas Marwan.....? Atau... Dientotin ama kontol besar adik iparmu...?"
"Uuuuhhhh... Muklis aaaahhhh....." Jawab Citra genit tanpa menyebutkan siapa yang lebih enak.
"Hehehe.... Ayolaaaah ..... Jawab aja mbaaakk..." Ujar Muklis yang
tiba-tiba menghentikan sodokan penisnya, "Kalo kamu nggak jawab..... Aku
ajak mas-mas yang ada diluar buat mbantuin aku ngentotin memek hamilmu
loh.... Hehehehe...."
"Uuuhhh... Apaaan sih Klisss....."
"Hehehe... Makanya... Buruan jawaab Mbak.... Enak mana...? Dientot
kontol kecil suamimu.....? Atau... Dientotin ama kontol besarku...?"
Tanya Muklis yang tiba-tiba, menjilat telunjuknya lalu menusukkannya
kedalam anus Citra.
CLEP
"Uuuuuoooohhhh..... Kliiiisssss.... Ampuuuunnnn...... Jangan siksa Mbak
kaya gini doooong...." Lenguh Citra yang merasakan gelijang nikmat
ketika telunjuk Muklis mulai dimainkannya di lubang anusnya. Masuk,
keluar, masuk, keluar, masuk, keluar, masuk...."
"Ampuuun Kliiiiissss... Ampuuunnnn..." Erang Citra yang merasakan orgasmenya akan segera tiba.
"Hehehe.....Makanya... Ayo buruan jawab Mbaaak...."
"Iyaaa... Enakan dientot ama kamu Klis...." Seru Citra sambil
menggerak-gerakkan pinggulnya, berusaha mengais kenikmatan dari penis
Muklis yang masih diam menyumpal mulut vaginanya.
"Enak ama aku gimana maksudnya Mbak....? Hehehe...." Goda Muklis makin mempercepat tusukan jari telunjuknya pada anus Citra.
"Oohh… Ooohhh... Ngentot kamu Klis.... Ngeeeentooooottt....Enakan
kontolmu Klis…. Enakan dientot kontol besarmuuuuu..... Ngeeentott….”
Jerit Citra yang dengan tubuh menggelijang tak beraturan. “Ayo entot
memek Mbakmu lagi Kliissss….. Entot memek istri Masmu iniiii…. Mbak udah
nggak kuat klis…. Mbak udah nggak kuat lagiiii…… “ Erang Citra keras,
seolah tanpa malu lagi meminta Muklis untuk segera menyetubuhinya
keras-keras.
“Naaaah…. Kalo ngaku gitu khan enak Mbaaaak…. Hehehehe…” Ucap Muklis
yang dengan kecepatan tinggi, segera mengabulkan permintaan mesum Citra.
“Rasain sodokanku kontol besarku ini Mbaaak…. Rasain tusukan kontol
adik iparmu ini….”
PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK
Dengan geraskan kasar dan cepat, batang penis Muklis yang berukuran
ekstra besar itu segera menyetubuhi vagina sempit kakak iparnya. Membuat
vagina tanpa bulu Citra tak henti-hentinya mengeluarkan pelumas bening
guna memperlancar persetubuhan mereka. Saking banyaknya, lendir bening
itu berubah menjadi busa keputihan.
PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK PLAK
"Sssshhh... Ngentot kamu Klisss… Kontolmu enak bangeeeettt….. Oooohh…..
Ngentooottt….. Klisss.... Mbak mau keluar... Uhh... Uhhh... Uhh...
Uhhh..." Jerit Citra dengan mata merem melek keenakan.
" Uhh... Uhhh..... iya mbak… Aku juggaaaahhh…. Memek lontemu yang sempit
ini aku juga bikin aku mau keluar mbaaak... Pengen buru-buru ngecrotin
memekmu Mbaaakkk…. " Kata Muklis yang disela-sela tusukan brutal
penisnya, masih saja mempermainkan lubang anus Citra. “Aku mau keluar
Mbaak…”
"Oohh ohhh ohhh... Keluarin di dalem bo'ol Mbak aja klis... Jangan dimemek…. Dibo'ol aja yaaaahhh...."
"Ooohhh... Nggak bisa Mbak…. Aku udah nggak tahan mbak... Aku mau keluaaarrr..."
"Yaaah….. Tahan bentaran Klis... Buang dibo’ol Mbak aja.... jangan di memek... Uuuh.... Uhh... Uhhh...."
"Aaahhh... Aaaahh.... Ngeeentooottt.....Aku nggak kuat lagi
mbaaakk....Ngeeenttooooooottttt..... Mbaaaak Ciiitraaaa..... Aku keluar
Mbaaakkk....."
CROOT... CROOOT....CROOOCOOOT....
Terlambat... Sperma hangat Muklis sudah terpancar deras menyerbu rahim Citra.
" Ooohh.... Ooohh.... Ngeentoottt kamu
Kliiiiisssss…..Ngeeeentooooottt... “ Gerutu Citra sambil terus
menggoyangkan pinggul semoknya. Berusaha menyusul Muklis yang sudah
orgasme duluan.
“Maaa’aaaf Mbak… Memekmu bener-bener buat kontolku nggak tahaaan….
Hhhh…. Hhhh….” Erang Muklis sambil menghentak-hentakkan pinggulnya,
menguras semua persediaan spermanya.
“Ssshh…. Ngeentoooott…. Yaudah… Goyang terus kontolmu Klissss.... Mbak
juga mau keluaaaarr sekarang..... Ooohhh.... oohhh... Terus Klisss...
Mbak mau keluaaar... Ooohh... Mbak mau keluaar .... Ooohhhh...
Ngeeeeeenttttoooooooottt..... Oooh... Oohhh..."
CREEETT... CREEEEETTT....CRREEEEECEEEEEETTTT....
Mendadak. Tubuh hamil Citra pun bergetar hebat. Pantatnya
bergoyang-goyang, kakinya menekuk-nekuk dan lututnya melemas. Tak lama,
iapun ambruk kebelakang, menimpa tubuh Muklis yang juga ikutan terjatuh
ke lantai kamar ganti. Sejenak. Mereka berdua diam bersimpuh, mencoba
mengatur nafas dan menikmati sisa denyut orgasme yang baru saja mereka
dapatkan.
"Ooohh… Ngentoott kamu Kliss... Pake keluar didalem memek Mbak.... “
Ucap Citra lirih dengan nafas putus-putus. Matanya terpejam dengan gigi
menggigit bibir, “Mana banyak pula… Oooohhhhh.....".
"Hehehe…. Habisan kamu cantik banget sih Mbak... Juga seksi.... " Puji
Muklis puas sambil mengusapi rambut panjang Citra dari belakang sembari
terus meremasi payudara besar milik kakak iparnya itu.
“Ahhh…. Gombal….” Udah kena jepit memek aja langsung deh… Muji -muji…. “
“Iiiihhh… Enggak lah Mbak… aku mah kalo berkata selalu jujur… Kamu
cantik….” Tambah Muklis lagi sambil mengecupi pundak Citra dan
tersenyum yang melihat ekspresi kepuasan orgasme di wajah istri kakak
kandungnya dari pantulan cermin, "Dan sumpaaah mbaaakkk.... Memekmu.....
Enak baaangeeeetttt...."
“Hihihi…. Enak ya Klis…?”
“Huenak banget Mbak…. Bikin nagih mulu…” Kata Muklis sambil
mengejan-ngejankan otot penisnya, berusaha mengosongkan kantung zakarnya
sampai habis.
"Oooohhh...... Kontolmu juga enak sayang..... Enak banget malah.... Hihihi...."
“Hehehe…. Muklis gitu looh…. “ Sombong remaja tanggung itu sambil
mencoba mengangkat pantat kakak iparnya itu untuk segera terlepas dari
tusukan batang penisnya. “Busyeettt… Kamu sekarang berat juga ya Mbak…?”
PLOOOP...
Suara vagina Citra ketika tercabut dari tusukan penis Muklis,
memperlihatkan lubang berwarna merah segar yang menganga lebar.
Seketika, lelehan sperma langsung mengalir keluar dan menetes turun
menggenangi lantai kamar ganti.
"Uuuuuhhhh... Ngeentoott... Pelan-pelan Klis... Memek Mbak masih
Ngilu....Hihihi..." Lenguh Citra sambil berusaha menikmati sisa gelijang
orgasmenya. “Sumpah… Pejuhmu banyak banget Klisss…”
"Hehehe... Enak khan mbaak seks kilat ama aku....?" Tanya Muklis sambil
buru-buru berdiri dan menepuk-tepukkan penisnya ke pundak Citra yang
masih duduk bersimpuh dilantai. Lalu dengan santai, ia memeperkan batang
penisnya yang masih belepotan sperma dan lendir kewanitaan Citra ke
belakang dress Citra.
"Iiiiihh... Muuuuuuklisss... Khan dress Mbak jadi kotor..." Protes Citra.
"Hehehe... Nggak apa-apalah Mbak... Khan jadi bisa skalian beli dress
baru...." Canda Muklis sambil menjejalkan batang penisnya yang masih
belepotan sperma ke mulut mungil Citra, "Sekarang… Ayo mangap mbak.... "
"Eeh... Ehh.... Bentaaran Klis..."
"Ayo isep.... Bersihin kontolku mbak..."
"Eeh... Aheemmm.... Haaaemmmm.... Sluuurp sluuurpppp...."
Tanpa memperbolehkan Citra berkata apa-apa, Muklis berulang kali
membenamkan batang penisnya yang masih meneteskan sperma kedalam mulut
kakak Citra. Memperlakukan mulut mungil kakak iparnya itu seperti tempat
pencuci penis besarnya.
"Sluuurp sluuurrrpp.... Cuuuppp.... Muaaah... Haaaah..... Udah nih Klis.. Udah bersih...."
"Hehehe.... Makasih ya Mbakkuuu sayaaang..... Muuuaaaahh...." Kecup
Muklis pada dahi Citra dan segera memasukkan penis besarnya kembali
kedalam celananya.
Dengan santai, Muklis membuka tirai kamar ganti tempat mereka
menuntaskan hasrat birahinya dan melangkah keluar, tanpa mempedulikan
Citra yang masih setengah telanjang dibelakangnya.
"Gimana mas....? Puas khan ngeliat pertunjukan kami....?" Tanya Muklis
pada Yadi yang sedari tadi mengintipp dari luar kamar ganti.
"Eeeh… I… Iya….Hebat kamu Dek.... " Puji Yadi, "Sumpah... Kamu
bener-bener hebat...." Tambahnya lagi sambil terus-terusan mengatur
posisi batang penisnya yang menegang keras.
"Klis.... " Panggil Citra manja dari dalam kamar ganti, "Tungguiinnn Mbak dooong...."
"Hehehe... yaudah buruan kesini Mbak...."
Buru-buru, Citra beranjak keluar. Meninggalkan kamar ganti dan menemui Muklis yang masih terlihat mengobrol dengan Yadi
"Permisi Mas... " Ucap Citra ketika berjalan melewati adik ipar dan petugas penjaga counter itu.
Mendadak, Citra merasakan ada perasaan aneh ketika dirinya berjalan
melewati Yadi. Perasaan nakal yang entah kenapa ingin selalu ia
pamerkan. Dan, entah mendapat keberanian darimana, Citra ingin menggoda
petugas penjaga counter itu.
"Dasar adik ipar nakal…. Masa sama Istri Mas sendiri nafsu gini sih.... “
Kata Citra sembari mencubit perut kurus Muklis. " Sampe-sampe Mbak
dikerjain habis-habisan dikamar ganti umum gini…."
“Aduh.... Salah Mbak sendiri punya body cantik nan seksi... Aaaawwww…. Aduuuhhh….. Hehehe…. "
“Mbok ya kalo mau ngerjain tubuh Mbak.... Bawa ke hotel kek... Khan Mbak
jadi malu kalo diintipin orang lain….” Tambah Citra sambil melirik
kearah Yadi yang sedari tadi masih terdiam tegang,
"Hehehe... Habisan... Gara-gara memek Mbak juga sih... Kenapa juga
rasanya enak banget.... Khan jadinya pengen ngentotin Mbak mulu….
Hehehe….”.
“Huuuu…. Tega… Tega… Tegaaa….” Goda Citra terus-terusan mencubit perut Muklis tanpa henti.
“Hahaha… Udah mbak… Ampun… Ampunnn….”
Tertawa dalam hati, Citra merasa geli melihat apa yang sedari tadi
dilakukan Yadi. Terlebih ketika melihat tonjolan yang ada dibalik celana
kerjanya. Tak henti-hentinya, petugas penjaga counter itu mengutak atik
posisi penisnya supaya terasa nyaman didalam celana kerjanya. Matanya
tak berkedip sedikitpun, menatap kearah payudara putih dan kaki jenjang
Citra yang begitu mulus. Mulutnya berkali-kali berusaha keras menelan
ludah, berusaha membasahi ternggorokan keringnya.
“Eh Klis.... Mbak mau ke toilet dulu ya... Mau bersih-bersihin baju
ama................ Peju kamu...." Goda Citra sambil melirik kearah Yadi
lagi.
"Eeehh....Yaudah sana… Bersihin yang bener yak… Biar aku bisa buang
pejuh dimemek Mbak lagi…Hehehe…" Jawab Muklis diselingi candaan
mesumnya.
"Nggg…. Mas.... Toiletnya dimana ya....?" Tanya Citra dengan senyum
genit kearah Yadi sambil mencoba membetulkan dressnya yang terkena
cipratan sperma Muklis, "Aku mau cuci-cuci memek... Eeh... Muka
dulu....." Tambah Citra dengan nada menggoda.
"Ngggg… GLUP.... Ehhh.... Di.... Di... Sebelah sana Neng...." Jawab Yadi dengan nada tercekat dan kalimat yang terbata-bata.
"Makasih yaaa Maaaaas...." Jawab Citra sambil melangkahkan kaki menjauh.
Dengan perasaan riang, Citra berjalan kearah kamar mandi. Langkah
kakinya berasa begitu ringan, dan gerakan tubuhnya begitu bersemangat.
Bahkan, ia ingin menari saking gembiranya.
“Memamerkan tubuh tuh ternyata seru juga ya….? Menegangkan… Juga
sekaligus menyenangkan…” Batin Citra sambil terus melangkah kearah
toilet.
Walau pagi itu Mall masih sepi, namun tetap saja, Citra menjadi idola di
mata-mata mesum para lelaki yang ada disekitarnya. Dengan wajah cantik,
perut hamil, payudara besar, kulit putih dan dress yang mini, tak
sedikit lelaki yang menatapi kemolekan tubuh kakak ipar Muklis itu.
Bahkan untuk semakin menggoda para lelaki-lelaki itu, Citra sengaja
menurunkan dress mininya. Sengaja memamerkan gundukan payudara besar
tanpa behanya yang seolah ingin meloncat keluar dari kurungan dressnya.
Tak jarang, ia juga sering sekali berpura-pura menjatuhkan dompet atau
jepit rambutnya, dan mengambil barang tersebut dengan cara menungging
atau membungkuk. Sengaja memperlihatkan kemolekan kaki jenjang atau
pantat bulatnya kepada orang yang ada dibelakangnya.
Dan ini yang aneh. Semakin jauh Citra melakukan kenakalan, semakin membuat darah birahinya meletup-letup hebat..
"Dek..." Tiba-tiba, terdengar suara seorang pria yang terasa begitu akrab ditelinganya.
Dengan rasa penasaran Citrapun menengok kearah suara itu berasal.
"Eeeeh....? Mas Marwan.....?" Kaget Citra ketika mendapati suaminya
bersama beberapa teman lelakinya yang tiba-tiba muncul dari sudut Mall.
"Kok... Kamu nggak ngantor...?" Tanya Marwan sembari mengamati
penampilan istrinya yang terlihat berantakan. Rambutnya disanggul
acak-acakan, dressnya miring miring, dan wajahnya penuh keringat.
"Ehhh... Anu...."
"Kok... Penampilanmu berantakan gini Dek..?" Heran Marwan, "Mirip orang yang habis berolahraga...?"
"Wah runyam ini kalo aku sampe ketahuan habis dientotin adik kandungnya..." Kata Citra dalam hati
"Eh anu... Iya mas... Ini.... Aku tadi belanja baju dulu... " Jawab
citra yang buru-buru berbalik badan guna menyembunyikan lelehan sperma
muklos yang masih ada di belakang dressnya.
"Lha... Trus....? Bajunya mana....? Trus kamu ini mau kemana Dek....?" Tanya Marwan lagi penuh selidik.
"Anu Mas...Bajunya.... Ada sama Muklis...." Jelas Citra, "Ini aku mau
ke toilet bentar Mas.... Aku udah kebelet banget ini..." Kata Citra yang
terus bergerak menjauh dari posisi suaminya berdiri.
"Ooooh gitu ya Dek... ?" Ujar Marwan sambil menghela nafas, ia lalu
menengok ke samping, kearah teman-teman prianya yang sedari tadi
menyenggol-nyenggol sikut Marwan.
Sepertinya teman pria suaminya ingin berkenalan dengan Citra. Karena
sedari tadi, ia tak henti-hentinya tersenyum melihat kearah Citra.
"Dek... Kenalin ini Pak Poniran...Beliau yang punya tanah proyek di
kota...." Ucap Marwan yang akhirnya memperkenalkan istrinya kepada
relasi bisnisnya, "Yang dibelakangnya itu ajudannya, Yongki dan
Bolod..."
"Poniran...." Kata pria bertubuh pendek tambun itu sambil menjulurkan
tangan dan mengamit tangan Citra, "Panggil saja saya Mas Iran...
Hekhekhek..."
"Waduh.... " Batin Citra bingung, karena ia merasa jika tangannya masih
terkena belepotan sperma adik iparnya. Namun, demi menghormati teman
suaminya, Citra buru-buru mengoser-oserkan telapak tangannya ke dress,
mencoba membersihkan telapak tangannya sebelum menyambut jabatan tangan
pak Poniran itu.
"Citra Agustina..." Ucap Citra.
"Waaahhh... Nama yang cantik... Secantik yang punya..." Rayu Pak Poniran
"Ngg.... Makasih pak..."
"Loooh... Marwan... Kamu kok nggak cerita sih kalo binimu hamil....?"
Ucap Pak Poniran yang tanpa seijin Citra tiba-tiba mengusapi perut
hamilnya. "Udah berapa bulan Neng...?"
"Eeh... Anu... Udah jalan empat bulan Pak..."
"Waaaahh... Hebaaat.... " Kata Pak Poniran yang terus mengusap perut
Citra sambil sesekali melirik kearah payudara besarnya. "Tapi....
Kayaknya kamu sedang nggak enak badan ya neng...?" Tanya Pak Poniran
lagi," Tangan kamu dingin banget..." Tambah Pak Poniran yang kembali
menggenggam tangan Citra.
"Ehhh... Ngggg... Iya Pak... " Jawab Citra sekenanya.
"Istriku Ini bandel pak... Harusnya hari ini ia ke dokter... " Omel
Marwan, "Eeeehhh.... Nggak tau kenapa... Dia malah jalan-jalan ke
Mall...."
"Oooo... Istrinya bandel... Hekhekhekhek...." Kata Pak Poniran sambil
terkekeh, "Nggak apa-apa ya Neng... Jaman sekarang.... Istri bandel khan
udah biasa yaaa... Hekhekhek...."
"Eh... Iya pak...."
Mendadak, ditengah percakapan Citra, Marwan dan Pak Poniran, Citra
dikejutkan oleh sesuatu yang mengalir turun ke kaki mulus Citra. Sesuatu
keluar dari vaginanya.
"Eh Neng... Apa itu...?" Celetuk Pak Poniran sambil menunjuk kearah kaki
citra," Kok sepertinya ada yang mengkilat-kilat di kaki kamu...?"
"Eh iya Dek.... " Sahut Marwan, "Kamu kenapa.... ? Kamu nggak apa-apa Dek...? Itu lendir apaan...?"
"Eh apa ya mas...?" Tanya Citra ikut-ikutan melirik kearah kakinya.
"Itu pasti pejuh sih Muklis Kampreeeet... " Batin Citra sambil pura-pura
tak menghiraukannya. Karena memang benar, sperma Muklis tak
henti-hentinya mengalir turun dan merayap dari paha dalam Citra hingga
ke betisnya.
"Eeeh anu Mas... Itu.... Anu.... Aku kebelet.... " Bohong Citra,
"Iya.... Aku kebelet Mas.... Aku harus kekamar mandi dulu... " Ucap
Citra sambil berjalan menjauh. Berharap Marwan tak mampu mengenali
sperma adik kandungnya yang semakin banyak mengalir keluar dari dalam
vagina istrinya.
"Kebelet....?" Tanya Marwan heran, "Kok kental gitu Dek...? Trus
warnanya juga keruh...?" Tambah Marwan sambil menjulurkan tangannya ke
paha dalam Citra.
"Eh... Ehh.... Kamu mau apa Mas...? Jangan ah.... Pamali Mas...." Cegah
Citra yang menyadari jika Marwan penasaran akan lendir yang
terus-terusan mengalir turun dikakinya itu.
"Enggak.... Mas penasaran aja.... Khawatir kamu kenapa-napa dek...."
Jawab Marwan yang tanpa jijik sedikitpun, meraba lendir itu dan
mengamatinya secara seksama.
"Bany anyir Dek..... Miriiiipp bau................." Selidik Marwan
sambil mengendusi cairan lendir yang ada di tangannya, "Kamu habis
ngapain sih Dek....?"
"Mungkin Mbak Citra sedang keputihan kali Wan...." Celetuk Yongki,
ajudan pak Poniran. "Dulu ketika istriku hamil muda, dia juga sering
seperti itu...."
"Beeneerr.... Eeeeh... " Jawab Citra lega, "Iya Mas.... Aku... Aku
memang sedang keputihan Mas.... Trus aku kebelet... Jadi mungkin karena
tercampur air pipis... Jadinya ya gitu.... Bentar Mas.... Aku... Udah
nggak tahan lagi Mas... " Jawab Citra tanpa menghiraukan pertanyaan
suaminya, "Aku mau ke toilet dulu yaaah...."
"Ohh.... Oke deh.... " Jawab Marwan yang masih tetap penasaran menatapi
lendir Citra yang ada ditangannya, "Eeeh.... Oh iya Dek... " Panggil
Marwan yang tiba-tiba menampakkan wajah seriusnya. Seolah ia sadar akan
sesuatu.
"I...Iya Mas...." Jawab Citra heran sambil menatap wajah suaminya.
"Waduh... Ada apa ini...?" Tanya Citra dalam hati. Ia hafal, jika Marwan
sudah menampakkan wajah seperti itu, berarti ada sesuatu hal penting
yang akan dibicarakan.
"Nanti sehabis kamu dari toilet....Mas mau ngobrol... " Ucap Marwan singkat
"Benar khan....?" Gerutu kata hati Citra.
"Ngobrol apa Mas...?" Tanya Citra.
"Nanti aja ngebahasnya... Sekarang kamu buruan gih ketoiletnya.... Itu
lendir kamu udah makin banyak tuh keluarnya... Kamu beneran nggak
kenapa-napa...?"
"Eeeemmm... Iya Mas..."
"Yaudah... Nanti Mas tunggu ya di Foodcourt lantai atas ya Dek.....
Ajak Muklisnya sekalian..... Mas mau ngobrol dengan kalian berdua...."
"I... Iya Mas..." Jawab Citra panik sambil berjalan mundur meninggalkan Marwan dan ketiga orang temannya.
"Apa ya yang akan dibicarakan Mas Marwan....?" Tanya Citra dalam hari,
"Kenapa pula dia ingin mengajak ngobrol dengan Muklis....?"
"Apa dia tahu lendir ini adalah sperma...?"
"Atau mungkin dia sudah tahu....?"
"Atau jangan-jangan.... Dia sudah tahu perselingkuhanku dengan adiknya...?"
Puluhan pertanyaan, muncul dibenak Citra.
Bingung.
Khawatir.
Panik
Bersambung.....
By : Tolrat
Home
Cerita Eksibisionis
Citra
Penulis Lain
Cerita Eksibisionis Citra : Nafsu Birahi Citra part 21 B | Kenakalan di Kamar Ganti
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar