Setelah kejadian itu, aku habiskan sisa waktu dari malam itu di kamar
merenung sambil meringkuk di atas tempat tidur dan merasa bersalah dan
malu akan kejadian yang baru saja terjadi, merasa menjadi seperti
seorang Ibu yang paling buruk di muka bumi ini, sambil merasakan tetes2
terakhir cairan kewanitaanku yang keluar dari liang Vagina yang
membasahi liang kenikmatan itu. Aku merasakan kenikmatan dari sebuah
dosa, walupun bukan persetubuhan, tapi itu juga sudah pasti sebuah dosa.
Dengan air mata yang berusaha aku bendung di mataku, aku mengutuk
perbuatan yang tadi aku lakukan di depan anak lakiku, dan semua
perbuatan buruk ku yang telah kuperbuat dengan penuh rasa penyesalan.
Setiap malam hari aku terus berpikir tentang kejadian itu kembali
mengingat gerakan demi gerakan yang aku lakukan dan yang anak ku
lakukan, dengan jelas sekali tergambar di dalam benakku dan kejadian itu
benar2 menggetarkan hatiku dan membuatku sangat gerah dan gemas, saat
anak laki ku menyemprotkan Spermanya sambil melihat Ibunya orgasme
dengan liar berkali kali dihadapannya, tapi tetap saja peristiwa itu
membuatku kagum walaupun aku merasa jijik dan muak bila mengingatnya.
Semua kejadian saat itu secara terperinci berdesir ke di dalam benaku
dan terus bertanya kepada diriku, mengapa aku mengizinkan itu terjadi.
Apakah saya membutuhkan kejadian seperti malam itu, untuk membangkitkan
gairah nafsuku, dengan cara mempertontonkan ketelanjanganku dan gaya
masturbasiku di depan anakku? Aku berpikir dan menyadari bahwa aku tidak
mempunyai jawaban untuk hal tersebut, dan aku meragukan kapan aku bisa
menjawab pertanyaan itu.
Aku tidak tau mengapa, saat aku sudah terhanyut di dalam tidurku, dan
aku terbangun sudah di pagi yang baru, dan aku cepat2 mengganti gaun
tidurku yang sangat sexy itu yang memang setiap malam aku gunakan untuk
tidur, memang aku akui setelah kejadian itu aku pernah bersumpah dengan
sumpah serapahku untuk tidak akan pernah menggunakan gaun tidur itu
lagi, aku merasa kotor, nista dan sangat mesum jika teringat kembali
saat aku merasakan nikmatnya suatu kepuasan oragasme yang sangat tinggi
yang pernah terjadi dalam hidupku dari masturbasi kali itu, dengan
melihat Anak lakiku yang sedang oragasme menyemprotkan sperma serta
ceceran spremanya mengalir ke lantai, dan melihat diriku yang sedang
menyetubuhi diri sendiri. Langsung aku lepas gaun tidurku itu dan
mengambil kimono ku memakai dan mengikatkan talinya di pinggangku.
Dengan cepat aku menuju ke kamar mandi untuk segera mandi dan
membersihkan diri, karena aku merasa jijik dan muak kepada diriku
sendiri setelah semalaman tidur dengan gaunku itu. Sekarang aku mulai
mengetuk dahulu pintu kamar madiku sebelum aku menerobos masuk kedalam,
aku selalu waspada terhadap segala hal, jika ada yang diam2 mengintip
atau tidak sengaja memperhatikan diriku sewaktu aku mandi atau berganti
pakaian, tapi kadang aku juga berharap untuk tau jika memang dia sedang
mengintip atau memperhatikanku selagi aku mandi atau mengganti pakaian.
Yang aku takutkan dan yang aku harapkan pun terjadi, ketika ku buka
pintu kamar mandi, aku melihat sesosok tubuh yang ternyata adalah Anak
laki ku yang sedang asik berada dibawah pancuran air dimana dia sedang
mengocok batang penisnya yang keras dan besar dengan sangat liar dengan
buih2 sabun yang berlumur pada tangan dan penisnya. Aku berdiri terdiam
sejenak untuk beberapa saat memperhatikan dan menelan semua apa yang
kulihat saat itu, tangannya yang sedang menggenggam dengan erat Batang
kejantanan yang sangat keras seperti baja dan secara liar memaju
mundurkan genggaman itu pada penisnya, lalu dia menyadari akan kehadiran
ku disitu dan terlihat dari wajahnya yang pucat pasi disertai
kepanikan,” Mam, aduh...ngapain disitu..aduh...!!!” kata anak ku dengan
sangat panik, matanya terlihat langsung bekaca-kaca tapi dia berusaha
menutupi rasa pucatnya, lalu dengan rasa malu dan kebingungannya dia
berusaha menutupi penisnya dengan kedua tangannya.
“Oh..kamu, Maaf Sayang....seharusnya mama mengetuk dulu, sebelum masuk”
kataku dengan nada suara halus dan penuh keibuan, tapi aku tidak
beranjak dari situ, karena memang aku tidak mau pergi dari situ. Malahan
aku melihat kearahnya sekali lagi. Dia tetap mencoba dengan susah payah
menyembunyikan penisnya dari ku dengan kedua tangannya, tapi harus ku
akui bahwa sangat susah untuk menyembunyikan penis yang sedang ereksi
sebesar itu.” Gpp.., sayang...Memang sudah seharusnya kamu merasakan hal
itu, dan itu merupakan hal yang umum di umurmu”, aku katakan hal itu
kepadanya dengan senyum simpul di bibirku dengan penuh pengertian
kepada.
Aku tau, kali ini dia tidak mengerti maksud dari ku barusan, dia masih
terlihat takut dan kaget dengan kehadiranku didekatnya sambil melihat
tubuh telanjang dan penis besarnya yang mulai perlahan mengecil berubah
menjadi agak lembek karena ketakutannya.” Kita bicarakan hal ini, ketika
kamu sudah selesai “, aku katakan kepadanya sekali lagi dan tidak lupa
tetap menyimpulkan senyum di bibirku kepadanya, lalu aku meninggalkan
dia di kamar mandi beranjak dari situ dan turun ke bawah menuju ke
dapur.
Langkah demi langkah aku menjauh dari kamar mandi untuk menuju ke
dapur, aku bisa merasakan rangsangan dari apa yang kulihat tadi,
perlahan lahan dari satu langkah kelangkah selanjutnya mulai membuat
Vaginaku menetesakan cairan sehingga aku mulai merasakan basah di daerah
selangkanganku, dan dapat kurasakan wewangian dari gairah birahi yang
mulai merasuk ke dalam napasku secara halus dan perlahan. Terbersit
kembali olehku pada kejadian di kamar mandi tadi, hanya penis keras,
besar dan panjang milik anak ku yang kembali membakar ku kedalam
keinginan birahi, dan semua kutukan kasar yang pernah ku ucapkan untuk
diriku sendiri atas kejadian yang pernah terjadi pada kami berdua
tinggal kenangan, karena klitoris dalam vaginaku sudah mengemis dan
memohon untuk sebuah perhatian.
Sesampainya aku di dapur, aku membuat secangkir kopi untuk diriku
sendiri lalu aku duduk di kursi meja makan dengan kaki menyilang dimana
kedua pahaku menumpu ke paha yang satunya, aku tegangkan silangan
pahaku sekuat mungkin sehingga Vaginaku terjepit dan tertutup rapat
akibat dari tekanan silangan pahaku untuk memudahkan diriku menahahan
denyutan Vaginaku dari rangsangan birahi yang mulai menyergapku dan
memberikan aku waktu sesaat sampai sebelum anak ku turun ke bawah.
Menurutku ini adalah saat yang tepat bagi diriku untuk membuat sebuah
keputusan, aku akan menjadi pengalaman sex yang pertama bagi anak ku.
Tapi hatiku berkata bahwa aku tidak boleh menjadi pengalaman pertamanya.
Dia sekarang sudah menjadi pemuda yang tampan, dan aku yakin, mungkin
beberapa wanita di sekolahnya ada yang bersedia untuk disetubuhi untuk
pertama kalinya oleh anakku. Kemudian setelah saya tau bahwa dia pernah
bersetubuh dengan teman wanitanya, barulah aku akan menjadi pengalaman
terbaiknya.
Itulah yang kupikirkan sesaat samapai akhirnya anak ku turun kebawah
dengan mengenakan kaos dan celana yang agak basah berkeringat, kepalanya
tertunduk kebawah dan matanya menatap lantai dengan perasaan yang
sangat bersalah, dengan perasaan bercampur malu yang terlukis di
wajahnya yang tampan dan manis. Perlahan-lahan dia duduk di kursi yang
berada di seberang meja, duduk meghadap kearahku tapi dengan pandangan
yang tidak berani memandang kearah mataku, melainkan menatap kearah
sekelilingnya dan berharap bisa duduk di tempat lain daripada duduk di
kursi itu.
“ Apakah kamu mau membicarakannya?” Aku bertanya kepada dirinya dengan
menatap tajam dari seberang meja, walaupun sebenarnya adrenalin gairah
birahiku sudah bedenyut berpacu dengan nafsu, dan aku mulai merasakan
licin di bagian selangkangan dengan basahnya vaginaku yang perlahan
lahan mulai terangsang dan mengeluarkan cairan bening kewanitaanku di
diantara sela2 pahaku yang sedang tersilang rapat dan sangat erat, aku
mencoba bersuara dengan sangat lembut dan natural tentang semua hal yang
baru saja terjadi.
“ Bbbbiiiicara...mengenai apa Maamm.., aku tttiiiidak tauu”, akhirnya
dia membalas pertanyaanku dengan suara yang terdengar sangat lemah
lembut.
“Gpp ... sayaaang, Mama tidak akan berpikir buruk jika kamu mau
membicarakannya”. Aku berbicara dengan tenang, agar membuat dia merasa
sedikit lebih nyaman dan mudah untuk mengerti tetang situasi yang ada
pada kami sekarang, dan memudahkan dia untuk membicarakannya.
“ Janji ya Mam..!!” Kata anak ku sambil melirik kearah mata ku sesaat,
dan kembali menatap kearah meja.Aku menganggukan kepala dan melempar
senyum kepadanya sambil berkata,” Ya, mama berjanji.” Jawabku dengan
nada yang halus.
“Oke”, kata dia kepadaku sambil sedikit menganggukan kepalanya.
Menurutku dia tetap tidak yakin untuk mengatakannya atau mungkin bingung
bagaimana harus memulai pembicaraan.
“ Yang kamu tau, sudah sejak kapan kamu mengeluarkan itu kamu?” Aku
bertanya terlebih dahulu untuk membuka pembicaraan dan memudahkan dia
Anak ku untuk mengatakan yang sejujurnya, tapi pertanyaanku ini bukan
dengan maksud untuk tau sudah berapa kali dia menyemprotkan
mani/spermanya atau berapa kali dia onani/ masturbasi, atau sejak kapan
dia bermasturbasi dengan cara menghayalkan diriku. Seperti anda baca
sekarang, bahwa saya sudah mulai terbawa dengan halus kedalam sebuah
godaan yang bejat.
“Aku gak tau Mam, kira-kira...Mmm...baru-baru ini aja koq..” Dia
menjawab pertanyaan ku dengan menunduk menatap meja, gelisah dan sedikit
tidak nyaman.
Sekali lagi aku menganggukan kepalaku menandakan aku mengerti atas
jawabannya, dan aku mulai mengajukan lagi beberapa pertanyaan lagi
dengan sangat hati-hati. “ Mmm..Setelah kamu...., kamu tau kan
itu...,setelah kamu memuaskan dirimu dengan seperti itu, apakah kamu
merasa lebih baik?”, aku bertanya sambil merasakan sesuatu yang terus
menerus mulai membasahi diantara kedua belah pahaku.
“Kadang”, dia menjawab pertanyaanku. “ Kadang, aku juga merasa kurang
puas, Mam.” Dia langsung menyambung jawabannya nada suara yang pelan.
Saya memberikan senyuman lembut kepadanya. Ya Tuhan, saya tau gimana
rasanya itu, berarti faktanya adalah kita sama-sama merasakan hal yang
sama dalam hal tersebut, aku berkata di dalam hati. “ Itu artinya kamu
mulai bertumbuh menjadi Pria dewasa, sayang..., dan apa yang kamu
lakukan itu merupakan suatu bagian dari proses pendewasaan kamu. Mmm...
seperti yang kamu juga tau, Mama juga masih melakukan itu koq, kamu tau
kannn...,bermain dengan diri Mama sendiri. Jadi Mama sangat mengerti
tentang apa yang kamu lakukan.” Aku mengatakannnya dengan memberikan
senyuman yang agak sedikit nakal dan menggoda.
Penampilan anak laki ku pada saat itu memperlihatkan rasa bersalahnya,
dia seperti lebih merasa bersalah pada saat aku memberi tau mengenai
proses pendewasaan daripada tampilannya ketika aku melihat kelakuannya
tadi di kamar mandi. Maka aku mempunyai ide untuk bercerita, tentang
hal diantara kami yang mempunyai kaitan khusus, dan aku memutuskan untuk
membeberkannya di depan anak ku. “ Mama tau sayang..., kamu melihat
Mama kan beberapa Malam yang lalu...Mama tau, kamu melihat dan menonton
mama sedang bermasturbasi, dan Gpp juga Koq, It’s ok Sayang. Tidak ada
yang salah dengan perlakuan kamu waktu itu.” Aku mengatakannya dengan
lembut tapi agak mengagetkan dirinya, seperti yang aku bayangkan
sebelumnya.
Mata anak ku terbuka lebar saat aku mengatakan hal itu, dia telihat
sangat takut dan tertegun seakan akan tidak percaya dengan apa yang
telah aku katakan. “ Mm..mama, melihatku, Jadi Mama tau...?” Pernyataan
yang keluar dari mulut anak ku seakan akan melayang di udara diatara
kami. Pertamanya, mukanya terlihat sangat pucat pasi, tetapi lama
kelamaan berubah menjadi kemerah-merahan menahan malu. Aku menganggukan
kepala dan kembali tersenyum kepadanya sambil menatap dia di seberang
meja. “ Yup, Mama melihat kamu pada malam itu dan mama juga lihat apa
yang sedang kamu lakukan saat itu, tapi jangan khawatir, mama suka koq.”
Aku katakan hal itu kepada anak ku, dan akupun mulai merasakan rasa
panas gairah libidokupun mulai terbangun dalam diriku, sepertinya Vagina
ku ini sudah mulai berteriak teriak untuk di masuki dengan penuh, dan
siap untuk disetubuhi.
“ Jadi Mama, tau semua?” dia bertanya kembali, sambil menyondongkan
badannya kedepan lebih mendekat, dan aku dapat melihat ke dalam dirinya
bahwa hal yang tadi dia takutkan menjadi suatu hal yang sangat menarik
bagi dia, dan matanya mulai terlihat sama seperti ketika dia melihat
diriku sedang menyetubuhi diriku sendiri yang terbuai dalam buaian
kepuasan klimax pada malam itu.
“Yup, Mama melihat dan tau semuanya, dan itu menjadikan mama merasa
lebih nyaman, karena melihat mu terlihat sangat enjoy waktu kamu
menonton mama.” Aku menjawabnya dengan sangat jujur, meskipun kata –
kata itupun terdengar agak bermasalah di kupingku, dan suara hati ku pun
menyeringai hal yang sama. “ Sudah lama sekali Mama pengen itu, bahkan
Mama sangat enjoy ketika Pemuda Ganteng seperti kamu melihat Mama sedang
dalam keadaan begitu.” Secara tidak langsung aku membuat pengakuan
kepada anak ku, bahwa aku juga membutuhkan SEKS, aku mengatakan hal
tersebut secara tersirat sambil menyapu bibir ku dengan lidah dan juga
menyelipkan senyum simpul dari bibirku. Dan keadaan menjadi sangat
sunyi, kami terdiam sesaat dan keadaan menjadi sangat hening, karena
perkataan ku yang baru saja aku katakan. “ Apakah kamu mau melihat yang
lebih lagi dari yang kamu lihat pada waktu malam itu, sayang?” Aku
bertanya lagi kepada anak ku, dengan suara yang halus sedikit pelan
tetapi perkataan ku itu seperti memecah keheningan.
Wajah anak ku terlihat seperti dipenuhi dengan kebingungan, akibat
pertanyaan ku, dan kepalanya perlahan lahan mulai setengah mengangguk
dengan pelan, dan matanya kembali menatap kearahku. “ Ya..., aku
mmm..mau Mmmaam,tapi...tapi....Mama kan tau....itu adalah tindakan yang
salah...., itu gak boleh kan Mam?” Dia bertanya kepadaku, dan
pertanyaanya membuat aku berhenti dan berpikir untuk sesaat, apa lagi
yang harus ku jelaskan kepadanya. Apakah ada yang salah dengan semua
ini? Apakah dia merasa seperti di diremehkan? Mengapa dia mengatakan
itu? Tidak, aku hanya ingin memberikan kepadanya sesuatu yang special
dari diriku, dimana agar dia tau bahwa kasih sayang ibunya hanya
untuknya seorang.
“Tidak, sayang...gak ada yang salah dengan semua ini, apa yang akan
kita lakukan bersama ini adalah sangat special, sebuah kasih sayang, dan
hanya antara kita saja, kamu ngerti maksud Mama kan?” Aku bertanya
untuk mengetahui apakah dia mengerti maksudku untuk masuk kedalam sebuah
sumpah yang sangat rahasia, dan terjun ke dalam jalan yang merupakan
bagian dari cinta dan persetubuhan sedarah, tapi pada saat itu aku tau
bahwa aku memilih pilihan yang tepat.
Untuk sementara aku melihat dia sedang berpikir untuk melalui hal yang
baru saja ku tawarkan kepadanya, seperti yang sudah pernah dia lakukan
sebelumnya, lalu dia menganggukan kepalanya sekali lagi, dan berkata,”
Ya, aku mengerti Mam”. Anak ku menjawab pelan, dengan sedikit malu dan
kekhawatiran yang mulai terlihat jelas di wajahnya, dan sebuah senyum
mulai terlihat dari bibirnya dimana tatapan matanya melihat kearahku
dengan tatapan yang tidak meyatakan suatu syarat apapun dan penuh kasih
sayang.
Pada saat itu juga aku langsung berdiri dari bangku, dan melepaskan
ikatan kimonoku yang mebuat kimoku tertutup rapat. Sambil membuka dengan
perlahan, aku melihat setiap gerak gerik anak ku, setiap emosi yang
terlukis di wajahnya, perlahan aku buka ikatan kimonoku untuk
memperlihatkan tubuh telanjangku yang berada di balik kimono, aku dapat
melihat dia menatap secara langsung kearah payudaraku yang besar dengan
putting susuku yang mulai mengeras, dan tatapannya terus mengarah dari
atas ke bawah kearah Vaginaku yang tercukur sangat rapih dan mulai
berkilau terbasahi oleh cairan kewanitaan yang memang sudah mengalir
sejak tadi. “ Kamu suka sayang, dengan keadaan Mama yang telanjang
seperti ini di depan kamu?” Aku bertanya dengan sedikit agak berbisik
keras kepadanya.
Perlahan dia menganggukan kepalanya, dan aku tetap mengawasi gerak
geriknya yang sedang menatap tajam kesetiap inci kearah tubuhku bagian
demi bagian.” Ya, Mam aku suka...”. Dia bergumam di dalam kebingungan
dari pemandangan yang sedang dia lihat sekarang.
Aku bergerak mengelilingi meja sampai pada akhirnya aku berdiri tepat
di depan anak ku, dan aku dapat melihat bahwa ia mencoba untuk
menyembunyikan keadaan celananya yang sudah mulai sesak dan menonjol
dari ketelanjanganku, yang terlihat jelas dari keadaan celana yang dia
pakai. Aku sudah tidak bisa menahan diriku pada saat, aku melangkah
lebih dekat kepadanya dan agak membukukan badan, lalu aku mengangkat
dagunya dengan salah satu tanganku. Ya Tuhan, dia melihatku dengan penuh
kasih sayang, dengan sepasang matanya yang berwarna coklat, aku
merasakan dirinya gemetar sewaktu kuangkat dagunya dan terlukis pada
wajahnya suatu keterangsangan tersembunyi, dan sedikit bingung dengan
apa yang akan kulakukan terhadap dirinya.”Ooohh..Sayang, apakah Mama
membuat Penismu jadi tegang?” aku bertanya kepadanya dengan suara agak
berbisik dan terdengar agak serak.
Dia mengangguk dengan sangat kaku dan menatap kearah wajahku, sebelum
dia mengatakan,” i..i..iiya Mmma..am..” suaranya terdengar pelan dan
gemetar, sampai dengan saat ini dia masih mengingat sopan santun
terhadap diriku sebagai Ibu Kandungnya.
Aku mulai berlutut di depannya, dan aku bisa merasakan air liurku
sudah mulai mengalir membasahi bibirku, jantungku berdegup dengan
kencang dan aku merasakan gemuruh pada telingaku saat aku
menyandarkannya di wajah anak ku yang kekanak-kanakan dan menurut ku dia
tetap menjadi bayiku selamanya. Aku sandarkan kepalaku pada wajahnya
sambil berbisik,” Santai aja ya sayang, Mama akan buat kamu merasa
menjadi lebih nyaman.” Aku berbisik kepadanya dengan jarak hanya
beberapa inci antara bibirku dengan bibirnya.
Aku tidak memberikan dia kesempatan kepadanya untuk menjawab apapun,
aku langsung mencium bibirnya, dan itu bukan merupakan suatu ciuman
seoarang Ibu, dan juga ciuman seorang anak. Itu adalah suatu ciuman
bercinta. Aku julurkan lidahku dari mulut dan melesatkannya kedalam
mulutnya, perlahan aku putar lidahku mengelilingi di setiap inci
mulutnya, lidahku bagaikan berdansa di dalam mulutnya dengan
godaan-godaan yang menggiurkan dan menjilat lidahnya. Oh Tuhan, mulutnya
terasa sangat enak lidahnya begitu lembut menerima sapuan-sapuan liar
dari lidahku, dan ciuman liarku itu membuatku merasa tidak bisa menahan
libido ku yang semakin terbakar gairah telarang, aku merasakan
rangsangan yang teramat sangat, klitorisku sudah mulai berdenyut-denyut
dan vaginaku sudah sangat basah, dan aku sudah mulai tersakiti oleh
siksaan-siksaan rangsangan birahi dari anak kandung ku sendiri. Puting
susuku semakin mengeras, dan sudah sangat siap untuk di gunakan, yang
mungkin akan dipergunakan dengan dihisap – hisap oleh anakku. Dalam
kesempatan ini, selagi aku mengulum lidahnya dan menjilat lidahnya, aku
turunkan tanganku dan bergerak masuk ke dalam kaos anakku lalu aku mulai
membuka kaos yang dia pakai.
Anak ku merespon dengan baik, setiap bahasa tubuh yang aku berikan
kepadanya, aku menginstruksikan dengan penuh ketenangan, aku sentuh
tangannya dengan perlahan dan membimbing lengannya untuk meraba
payudaraku, dengan respon yang baik dia mulai meraba belahan dadaku dan
juga jarinya mulai menyentuh putting susuku. Aku kembali merasakan
sentuhan tangan laki laki pada kulit ku, payudaraku yang terlihat secara
nyata, dan dia mulai menelusuri kehalusan dari kulit payudarakuku
setiap incinya dengan menggunakan jari-jarinya.
Setelah aku berhasil melepas bajunya aku mulai menciumi sepanjang leher
dan tulang kerah dekat pangkal lehernya. Sambil aku mendengarkan
nafasnya yang terengah – engah dan sangat cepat karena rangsangan birahi
yang memang belum pernah dia rasakan, dan perlahan aku mulai mencoba
untuk menyentuh bagaian sensitive pada tubuh anaku, yang membuat
bibirnya semakin gemetar disambung dengan kibasan lidahku di bibir anak
ku. Bahkan aku semakin berlutut dan mulai mencium, menjilat dan
mengendus dada Anak ku yang bidang , dan sesekali aku menjilat putingnya
dan kadang menghisap dengan gigit-gigitan kecil. Dimana tanganku terus
bergerak meraba tubuhnya, membuat dirinya mabuk kepayang karena rabaan
tanganku, dan akhirnya sampailah tanganku di bawah, dan perlahan lahan
aku masukan tangan ku ke dalam celananya dan aku mulai merasakan
denyutan penis anak ku, kuraih penis anak ku yang sudah mengeras itu, “
Ya Tuhan, Sayang...Penis kamu besar sekali “, aku mengatakan di depan
muka anak ku, dan wajahnya pun memerah sangat malu, perlahan aku mulai
menggenggam dan mulai mengocok penisnya dengan pelan di dalam celananya,
sambil ku genggam penisnya aku perhatikan ekspresinya dan kukatakan, “
Ini biar Mama yang urus, kamu duduk saja dengan tenang ya sayang,
nikmatin aja!!” Aku katakan hal tersebut pada anak ku sambil mengedipkan
salah satu mataku, dengan pandangan yang penuh dengan gairah dan
keinginan untuk mencapai suatu persetubuhan sedarah yang sangat nikmat.
“iii..yaaaa Mam, silahkan..”,dengan tergagap-gagap dia menjawab
pertanyaanku, aku melihat reaksinya menggigit bibirnya dan pinggulnya
agak sedikit mengangkat menahan kenikmatan kocokan tanganku yang
teratur naik dan turun sangat perlahan pada batang penisnya yang semakin
mengeras dan mulai mengeluarkan cairan bening dari ujung penisnya, yang
membuat penisnya terasa semakin runcing dan mengkilat dalam genggaman
jar-jari ku.
Aku genggam karet celana yang sudah mulia basah oleh keringat dan masih
terlingkar di pinggangnya, dan anak ku mengangkat pinggulnya dari
bangku yang dia duduki sekarang, lalu kuturunkan celananya sampai pada
pergelangan kaki. Maka terlihatlah secara langsung di depan mataku,
pemandangan indah sebatang penis yang besar dan keras serta urat – urat
pada penis yang terlihat semakin dan tambah berdenyut. Kepala penisnya
yang besar dan kemerahan mulai meneteskan cairan bening pelumas yang
semakin melicinkan kocokanku sambil aku tetap memperhatikan dengan
sekilas kedalam mata anakku, aku langsung mendaratkan ujung lidahku
untuk menjilat penisnya mulai dari buah zakarnya, bantangnya, sampai
kepada ujung kepala penisnya agar aku dapat merasakan cairan bening yang
terasa agak asin berbau sangat khas dan sedikit kental yang keluar
sedikit sedikit dari kepala penisnya. Lalu aku mulai menjilat lagi
dengan ujung lidahku kearah buah zakarnya yang ditumbuhi bulu-bulu
halus, aku jilat satu demi satu buah zakarnya, aku hisap satu persatu
dengan jilatan-jilatan nakal yang mengeliling buah zakarnya, dan
akhirnya aku lahap kedua buah zakarnya dengan mulutku yang memang sudah
sangat lapar akan hasrat untuk bercinta, aku hisap kedua zakarnya sekuat
dan seliar yang aku bisa.
Aku menyadari bahwa aku sudah melewati ambang batas, batas moral antara
Ibu dan Anak, dan aku tidak mungkin kembali atau menghentikan kejadian
yang sedang terjadi sekarang, nasi sudah menjadi bubur, kami sudah
terbawa dan terperosok ke dalam hasrat birahi sedarah antara Ibu dan
anak, dan aku juga tidak peduli apapun, yang pasti hasrat birahi yang
sudah terangsang ini harus terpuaskan. Aku sangat menginginkan anaku
dalam setiap keadaan, bagaikan seorang wanita yang menginginkan seorang
pria yang jauh lebih muda dan lebih bertenaga dari padanya, tapi yang
ada adalah sebuah keserakahan dari hasrat nafsu bersetubuh yang sangat
menggebu gebu dalam diriku. Aku mau memuaskan anaku dan juga
menyayanginya. Bukan hanya sebagai seorang Ibu, tapi aku juga mau
dicintainya bagaikan seorang pacar atau Istri. Jadi bukan sebuah kejutan
lagi untuk ku, waktu aku bersedia memasukan salah satu buah zakarnya
kedalam mulutku dan menjilat batang penisnya yang panjang dan keras
sampai dengan menjilati kepala Penis anak ku yang kemerahan, dan dengan
perlahan mengocok penisnya sedalam mungkin kedalam kerongkongan melalui
mulutku dengan jilatan jilatan halus pada kepala penisnya yang ada di
dalam mulutku sehingga sapuan lidahku yang hangat dapat dengan bebas
menjilati saluran kencing di ujung penisnya, yang pada akhirnya aku
menghisap kepala penisnya dengan sekuat tenaga ku, dengan
erangan-erangan yang membuat anakku makin terangsang dan juga menyodokan
penisnya dalam-dalam sampai terasa tenggorokanku seperti
tersodok-sodok.
“Oohh...Maam..iisssep...yang...kuu...”, aku mulai mendengar suara yang
terucap dari mulut anak ku, mesikipun dia tidak menyelesaikan
kata-katanya itu, mungkin dia agak segan kepadaku untuk menyapaikan
maksudnya itu, tapi aku dapat mengerti dari bahasa tubunya, yang
menegang kuat dan bergoyang seirama dengan kocokan mulutku kepada batang
penisnya, aku sangat mengerti bahwa dia sedang menikmati nikmatnya
sensasi menyodokan penisnya dengan kasar yang keras dan besar itu
kedalam mulut sampai mentok ketenggorakan ibu kandungnya sendiri, yang
mungkin tidak pernah dia rasakan sebelumnya atau mungkin anak lainpun
tidak seberuntung dia.
Aku mengizinkan anak ku untuk menekan dengan keras sewaktu penisnya
berada di dalam kerongonganku, sehingga aku terasa ingin muntah dan
langsung melepaskannya ketika aku hisap penisnya dengan kuat, sehingga
menimbulkan bunyi, “..plop..”, ketika dia menarik penisnya keluar dari
mulutku dan kami ulangi hal tersebut bekali kali, sehingga air liurku
keluar sangat banyak dan bececeran di penis dan di lantai, sampai air
liurku membentuk seperti seutas benang yang terhubung antara penisnya
dengan bibirku. Kadang aku merasa sakit di tenggorakanku ketika dia
menghentakan penisnya yang besar, sehingga membuatku ingin memuntahkan
seluruh isi perutku, tapi aku menyukai kekasaran itu, karena memang
sensasinya sangat berbeda, antara menghisap penis anak kandung dengan
menghisap penis pria lain. Terdengar ocehan yang keluar darimulutnya
tapi tidak terselesaikan, “ Gpp sayang, kamu bisa berbicara apa saja
kepada Mama, keluarkan semua kata2 kotormu yang ada di dalam pikiranmu,
aku akan sangat menyukainya.”, aku katakan hal ini sebelum aku memulai
untuk sekali lagi melahap seluruh penisnya dengan kedalam mulutku,
sekali lagi kepalaku terayun ayun keatas dan kebawah seirama semangat
nafsu birahi anak ku yang sedang terbakar hebat dengan tusukan dan
hentakan penisnya ke dalam mulutku, suara dari hisapan mulutku pada
penisnya bergema sangat indah di kedua kuping kami, tapi aku sangat
sulit untuk menceritakan suara terengah – engah dan erangan dari anak
ku, karena aku yakin kalian pasti sudah bisa membayangkanya.
“Oohh...Fuck...itu rasanya enak banget Mam.” Akhirnya keluar juga kata2
seperti itu dari dalam mulutnya, sambil mengerang dan terengah – engah,
dan makin membuatku menggila dan semakin liar, dan aku bisa merasakan
pinggulnya naik dan turun seiring dengan naik turunnya kepalaku dan
hisapan demi hisapan yang aku lakukan, perlahan lahan aku mencoba untuk
menurunkan tempo hisapan ku agar dia bisa dengan leluasa melakukan
sodokan-sodokan satu demi satu secara perlahan ke dalam mulutku yang aku
biarkan terbuka.
Penis anak ku adalah penis terbaik yang pernah aku rasakan di dalam
hidupku, lembut tapi terasa sangat tebal di lidah, dengan aroma
wewangian anak anak yang beranjak puber, bagaikan rusa betina yang
mencari aroma sang jantan, tercium aroma kejantanannya yang merasuk
menyengat ke dalam hidungku dengan aroma yang sangat memabukan. Aku
biarkan satu tanganku untuk menolong memberikan kocokan dan hisapan
keibuan pada penis anakku, kuhisap kepala penisnya bersamaan dengan
kocokan tanganku pada batangnya, mengocok batang penisnya naik turun
secara teratur dan perlahan dengan tempo yang sama dengan hisapan
mulutku pada kepala penisnya yang sudah basah berlumur oleh ludahku,
dimana tanganku yang satu lagi mulai menggapai bagian tubuhku yang lain
yang berada diantara kedua belah pahaku dan mulai meraba ,mengaduk
Vaginaku dan menggosok klitoris ku yang sudah merengek rengek untuk
sesuatu yang lebih dasyat, klitorisku bagaikan suatu tombol yang sangat
sensitif dari semua bagian tubuhku. Sambil mulutku mengulum penis anak
ku, aku dapat mendengar serangan-erangan yang keluar dari mulutku
sendiri diatara besarnya sumpalan kepala penis anak ku, akibat
gesekan-gesekan klitoris yang aku lakukan sendiri, hisapan yang
kulakukan pada penis anak ku kadang terputus oleh erangan dan desahan
yang keluar dari mulutku itu, walaupun begitu suara2 tersebut bergema di
telinga anakku dan membuatnya semakin terangsang dengan debaran jantung
didadanya yang bidang itu.
Sudah lebih dari sepuluh menit aku berlutut dan bergumul dengan Penis
anak ku sendiri, menghisap penis anak lakiku tersayang, dan akhirnya aku
mulai memutuskan bahwa diriku ingin yang lebih dari sekedar mengihisap
dan menghisap, aku pikir aku tidak perlu mengkoreksi tindakan yang telah
kami lakukan sepanjang waktu ini, pokoknya aku ingin lebih dari ini.
Perlahan dan semakin pelan tempo hisapan ku terhadap penisnya, dan aku
berhenti menhisap penisnya dan menarik mulutku dari kepala penisnnya. “
Apakah kamu mau menyetubuhi Mama-mu, Sayang?Apakah kamu mau memasukan
penismu yang keras dan besar ini kedalam Vagina Mama yang sudah Basah?”
Aku menayakan dengan suara yang agak serak, dan pelan kepada anak ku,
dengan keadaan tanganku yang tetap mengocok pelan batang penis anak ku
yang masih dibasahi oleh air liur ku, sambil menatap matanya dimana
mataku sudah terbakar oleh hasrat gairah nafsu yang sudah lama aku
bendung dan sudah lama sekali aku tidak merasakannya.
Dia menganggukan kepalanya dengan cepat untuk merespon pertanyaanku,
dan dia mengatakan dengan lembut kepadaku, “ Iya Mam, aku mau
menyetubuhi Mama dengan sangat hebat.” Oh Tuhan, mendengar perkataannya
seperti itu darahku seperti mendidih dan membuat lutuku gemetar, serta
wajahnya yang menimbulkan kesan keperkasaan membuatku hampir orgasme
pada saat itu juga, tapi dapat kutahan sehingga cairan bening vaginaku
semakin membasahi selakanganku.
Akhirnya aku membuka semua kimonoku yang masih tergantung di bahuku dan
melemparkannya ke lantai, dan aku bergerak untuk berdiri tepat di
sebelah meja. Aku rasakan udara yang dingin membelai kulitku sering
dengan posisi badanku yang kurebahkan diatas meja, payudaraku terasa
dingin ketika bersentuhan dengan meja, kubuka selebar lebarnya kaki ku
sehingga bisa terlihat dengan jelas dari belakang lubang anus dan lubang
vaginaku, dan aku dapat merasakan kebasahan dari vaginaku yang
cairannya mulai mengalir dari bibir vagina ke selangkangan sampai pahaku
bagian dalam. “ Ayo sayang, setubuhi aku, masukan penismu ke lubang
Mama!!” Aku merengek kepada anak ku dengan rintihan – rintihan genit
sambil sedikit menunggingkan pantat ku yang bulat dan montok ke udara
agar vaginaku semakin merekah, dan aku siap menunggu hujaman penis anak
ku, aku tidak perlu memohon atau mengemis kepada anak ku agar dia datang
dan memasukan penisnya kedalam liang kenikmatan Ibu kandungnya yang
sudah sedari tadi basah.
Aku menoleh kebelakang dan melihat anak ku bangkit berdiri dari
kursinya dan terlihat jelas penis besarnya ter ayun – ayun karena
pergerakan tubuh anak ku. Lalu aku bisa merasakan anak laki ku berada di
belakang tubuhku dan mulai meraih kedua buah pantatku dengan kedua
tangannya dan mulai membuka kondisi vaginaku yang memang sudah terbuka
lebar dan jadinya semakin lebar untuk mengetahui liang kenikmatan itu,
dengan erat dia mencengkram kedua bongkahan pantatku, dan aku meraih
penisnya yang berada diatara selangkangan ku yang sudah sangat becek dan
basah untuk menuntun penisnya memasuki Liang vagina ku yang sudah
meneteskan cairan cairan bening.
Dengan keadaan bokongku yang sudah terbuka lebar, akhirnya aku bisa
merasakan secara langsung ujung dari kepala Penis anak ku sudah
menyentuh bibir Vagina ku dan perlahan kepala Penisnya yang besar mulai
memasuki liang Vagina ku, aku mulai melakukan dorongan kebelakang
sebagaimana juga dia anak ku melakukan dorongan kedepan, akhirnya
penisnya membelesak menerobos masuk kedalam Liang Vaginaku dan mengisi
penuh setiap ruang yang ada di dalam vagina ku, meskipun aku masih bisa
merasakan beberapa inci batangnya yang belum masuk semua ke dalam Vagina
ku. Dengan sekali sentakan kebelakang yang aku lakukan maka masuklah
semua penisnya kedalam Vaginaku, penis ayahnya pun tidak sebesar yang
dia miliki, dan rintihan kenikmatan mulai keluar dari mulutku
sebagaimana anak ku juga memulai dengan perlahan untuk menggoyangakan
pinggulnya untuk menyetubuhi diriku dengan lembut, dan aku juga membalas
dorongannya dengan dorongan, agar memberikan rasa nikmat kepadanya,
sebagaimana yang dilakukan semua pasangan secara manusiawi.
“Oh...shit sayang, Mama merasa sangat nyaman dengan penismu berada di
dalam Mama”, aku katakana itu dengan rintihian kenikmatan yang kau
rasakan ketika Pantat ku bersentuhan dengan selakangannya yang
memposisikan penisnya sedang dalam keadaan penuh di dalam Vagina ku, “
Ayo sayang, berikan Mama hentakan yang lebih keras lagi.” Hampir saja
aku mengemis kepadanya. Oh Tuhan, aku hanya ingin suatu persetubuhan
yang sangat memuaskan, yang pastinya keinginan itu tidak bisa aku tahan.
Aku merasa berada dalam suatu kebahagiaan yang sulit untuk dilukiskan,
saat Anak ku menggenggam erat pinggulku dengan kedua tangannya dan
memulai untuk menghantamkan batang kenikmatan besarnya yang indah itu
kedalam liang kenikmatan ku yang sudah sangat basah dan meneteskan
cairan-cairan kewanitaan. Aku bisa mendengarkan suara-suara halus dari
tabrakan antara selangkangan Anak ku dengan bokong ku, ditambah lagi
dengan suara gemericik yang mengairahkan dari vagina ku yang basah, dan
suara dari lenguhan anak ku yang keluar dari mulutnya ketika dia
melakukan hujaman ke vaginaku dengan Monster penisnya. Dengan gaya semi
doggy ini, dengan meja sebagai tumpuan ku, maka aku bisa merasakan
sensasi dari tepukan demi tepukan buah zakar anak ku yang berbulu halus
di bagian klitorisku dan membuat ku seperti lupa ingatan sesaat terbang
ke nirwana. Kenikmatan yang kurasakan ini membuatku mulai mengeluarkan
suara rintihan – rintihan keras, dan lupa diri bahwa aku adalah ibu
kandung dari anaku, aku seperti menuju kepada suatu tempat yang sangat
liar sebagaimana aku pergi kepada suatu bintang yang terlihat sangat
jauh dari mataku, dan suatu gairah mulai terbakar dalam naluriku yang
sedikit demi sedikit mulai terbangun untuk suatu tujuan yaitu kenikmatan
dari suatu kepuasan orgasme yang dimainkan secara keras.
Sudah setengah jam kami bergumul, dia masih tetap menyetubuhi ku dengan
posisi yang sama, membungkuk dengan meja sebagai penopangku, sementara
aku berusaha dengan sekuat tenaga yang tersisa menahan klimaks yang
sudah mulai merongrong ku menuju orgasme, aku berusaha menahan itu untuk
memperpanjang situasi persetubuhan sedarah ini sampai dengan saat-saat
aku tidak bisa menahannya lagi. Aku bertahan dengan mengencangkan otot
otot vaginaku agar aku tidak orgasme pada saat itu, karena aku mau suatu
persetubuhan yang sangat panjang, hal ini malah membuat anakku tambah
liar dengan sodokan nya, karena sodokannya yang sangat liar aku bisa
merasakan vaginaku seperti sebuah bendungan yang sudah mulai banjir dan
siap meluapkan semua cairan kenikmatan seorang wanita, tubuhku bergetar
sangat hebat bagaikan diterpa oleh gelombang yang sangat keras, belum,
aku belum orgasme, aku hanya menahan orgasme ini, yang membuat aku
semakin meracau liar untuk menuju puncak kenikmatan dari sebuah
persetubuhan sedarah antara Ibu dan anak lakinya.
“Oh Tuhan, Sayaaaang....Mama keluar, Naaak...aaakhhh...”, aku
berteriak, akhirnya aku mengalami orgasme tidak lama setelah aku
bertahan untuk menahan orgasme itu, aku terengah – engah merasakan
oragasme ini, aku merintih keenakan sambil minggit bibir ku sendiri,
saat Vagina ku mulai bergetar dengan hebatnya, berpacu dengan nikmatnya
siksaan gairah persetubuhan terlarang yang memaksa ku untuk orgasme,
klimaks yang sangat manis mencengkram naluriku dengan sangat kuat, dan
cairan kewanitaan yang bening seperti madu keluar dari vaginaku dengan
tersembur kepada penis anakku yang sedang keluar masuk di dalam
Vaginaku, semakin memperlancar perjalanan batang penis anakku untuk
keluar masuk Vaginaku dengan kasar dan liar, cairan lengket tetapi
sangat licin yang ikut melumasi pergesekan sedarah ini, oragsme ini
membuat ku mencengkram erat pinggiran meja, dan membuatku seperti
terdongak keatas sambil menerima sodokan-sodakan anakku yang membuat
payudaraku bergoyang dengan hebatnya.
Setelah beberapa saat aku merasakan nikmatnya orgasme, anakku tetap
melakukan penetrasi penetrasi keras kepada liang Vaginaku, dan aku
menghentikan penetrasi tersebut, “ Sebentar sayang, kita lakukan dengan
posisi yang berbeda, biarkan mama membalik Badan mama.” Anak ku mencabut
penisnya dari Vaginaku, dan aku bangkit dan memutar tubuhku, lalu duduk
diatas meja dan mengangkat serta melebarkan kaki ku selabar lebarnya
untuknya, agar dia bisa dengan jelas melihat vaginaku sama seperti gaya
pada waktu malam itu dia melihatku sedang bermasturbasi di kamarku.
Dengan posisi dan gaya seperti ini, aku dapat melihat mimik wajahnya
dengan sempurna, wajah anak lelaki ku yang tampan masih kekanak kanakan
yang mengucurkan keringat, dan tatapan matanya yang sangat bergairah
terbakar oleh nafsu seksual yang sangat tinggi.
Sekali lagi aku raih Penisnya yang basah dan lengket karena cairan
oragasme ku dengan genggaman tangan ku, untuk menuntunnya kembali masuk
kedalam liang vaginaku yang hangat. Dengan sekali dorongan pinggulnya,
penisnya masuk kembali kedalam vaginaku, dan kembali membawa perasaan
kasih sayangku sebagai seorang ibu kandungnya kedalam suatu sensasi yang
menakjubkan, dan sekali lagi persetubuhan sedarah itu dimulai yang
mungkin merupakan wujud bahwa memang kiamat sudah dekat. Aku bisa
mendengar bunyi dari meja yang aku khawatirkan patah, seiring dengan
ayunan pinggul anakku yang terangkat seperti didongkrak dan meluncur
menghantamkan penisnya kedalam Vaginaku. “ Ya, seperti itu sayang,
setubuhi Mama sesukamu, lebih keras lagi sayang,....aaakhhh...buat mama
ketagihan akan penis mu!!” Aku mengerang sambil meracau seperti pelacur,
dan aku melingkarkan kedua kaki ku di pinggangnya mengunci pinggangnya
dengan jepitan paha ku yang halus, aku tidak mau dia mencabut penisnya
dari ku atau seperti aku tidak mau kehilangan dia. Hujaman demi hujaman
penisnya yang mengantam vaginaku masuk semakin dalam dan sampai
menerobos kedalam rahimku.
Ya Tuhan, ternyata dia tau betul bagaimana caranya bercinta, sehingga
aku tidak perlu menunggu lama untuk merasakan seluruh penisnya masuk dan
meluncur di sepanjang titik rangsangku. Sementara itu aku merasakan
gelombang pasang surut klimax mulai menerpa ku kembali, kali ini aku
harus bisa menahanya, aku menatap wajah anakku yang ternyata mungkin
tidak lama lagi akan orgasme, aku rasakan penisnya mulai berdenyut kuat
di dalam vaginaku yang siap untuk menyemprotkan cairan putih pekatnya.
Secepatnya aku tegakan badanku dan aku peluk Anakku sedekat dan serat
mungkin dengan melingkarkan tanganku dilehernya dan kakiku melingkar
erat di pinggangnya, seiring dia tetap melakukan penetrasi penetrasi
liarnya terhadap diriku kedalam vaginaku tanpa mengenal rasa ampun.
“Aaaaakkkhhhhh....Mmmmmpphhhh.....Ya Tuhan, Mama Keluar lagi
sayang...ssshhhhh Ooohhh...!!!”, aku hampir berteriak di kuping anak ku
seiring dengan orgasme ku untuk yang kedua kalinya, kali itu aku
sungguh-sungguh kehilangan kontrol dan terlihat sangat liar, aku
meng-eratkan lingkaran lengan dan pahaku pada tubuh anak ku sampai
pantatku sedikit terangkat dari meja, yang semakin memudahkan
hujaman-hujaman penisnya menerobos masuk sampai ke rahimku.
“ Ah Sial, aku juga mau keluar Mam”, belum selesai aku oragasme
tiba-tiba anakku melenguh dan berkata seperti itu, sambil mencengkram
bahuku, tetapi dia tidak mengeluarkan penisnya dari dalam vaginaku, dia
terus menyodok vaginaku lebih dalam dan semakin dalam.
“ Keluarin sayang, keluarin aja jangan ditahan, keluarin aja di dalam
!!” Aku instruksikan hal tersebut kepada anakku, yang memang situasi itu
sudah tidak mungkin lagi untuk ditahan atau ditunda. “ semprotkan semua
sperma mu kedalam Vagina Mama, Sayang!!!” Aku menyerukan kalimat itu
kepada anak ku seiring dengan oragasme keduaku yang masih berlangsung
panjang, yang membuatku lupa untuk berteriak puas karenanya, dan cairan
kewanitaan ku mulai membanjiri dan menyembur bersamaan dengan kepuasan
klimaks yang sedang dialami oleh anakku.
Aku bisa merasakan dua sampai tiga kali sodokan keras dan dalam sampai
terasa ke dalam rahimku, waktu anak ku mengalami orgasme. Saat sodokan
itu juga aku merasakan penis anakku mengembang besar di dalam Vaginaku
lalu aku merasakan sesuatu yang hangat yang ternyata dia mulai
menyeprotkan cairan kejantanannya yang kental dan pekat secara bertubi -
tubi kedalam rahim ku, rahim dimana dia dulu dibuat, dan rahim dimana
dulu dia tinggal selama 9 bulan dikandunganku, dan sekarang dia telah
menumpahkan semua benihnya kepada indung telurku, dia telah membuahi
ibunya sendiri, dan aku pasrah menerima benihnya untuk jatuh dan
membuahi indung telurku. Pompaan demi pompaan penisnya mengeluarkan
sperma pekat, dan sekarang sperma itu telah bergabung dan tercampur
dengan cairan kewanitaanku, dan terikat menjadi satu oleh karena
persetubuhan sedarah yang kami lakukan.
Setelah kami mencapai klimaks dari suatu orgasme secara bersamaan, aku
langsung membaringakan tubuhku diatas meja dengan kakiku yang
tergantung ke bawah, payudaraku terlihat dengan jelas dan tubuhku
seperti mengkilat terbasahi oleh keringat. Anak ku mencabut penisnya
dari vagina ku, dan aku merasakan Cairan kami berdua keluar mengalir
dari liang Vaginaku menyusuri pahaku bagian dalam sampai kebetis dan
akhirnya jatuh menetes ke lantai. Cairan putih sperma yang tadinya
sangat kental telah berubah agak encer karena telah bercampur dengan
cairan kewanitaanku. Lalu anak ku membaringkan badannya diatas tubuku,
dengan kepalanya yang bersandar diatara kedua payudaraku yang besar,
padat dan empuk. Tenaga kami benar – benar seperti terkuras, tapi kami
merasa sangat senang dan puas. Lalu dia melihat kearah wajaku dan
menatapku dengan tatapan mata yang dipenuhi dengan air mata, dan aku
tidak akan pernah melupakan perkataannya kepadaku pada saat itu, “ Aku
sayang sama Mama”, sepanjang hidupku aku akan terus mengingat kata-kata
itu. Aku mengerti, apa yang dia katakan tadi bukan hanya saja dia
menyayangiku sebagai seorang ibu, tapi maknanya jauh lebih luas, sebagai
istri, teman, pacar dan segalanya. Yang pastinya menjadi seseorang yang
terindah di dalam hidupnya. Begitu pula sebaliknya dengan diriku
kepadanya.
“Mama juga sayang kamu”, aku membalas perkataannya dengan naluri
keibuan yang pasti berbeda dengan wanita yang lain, kutarik tubuhnya
sedikit keatas lebih dekat ke wajahku. Sepertinya kasih sayang kami
berdua lebih dari kasih sayang antara ibu dan anak, seiring dengan
penisnya yang berangsur-angsur mengecil dan buah zakarnya merapat pada
vagina ku.
Atas kejadian itu, aku baru menyadari bahwa kami sempat kehilangan
suatu kasih sayang yang tersembunyi, suatu hasrat yang terpendam selama
ini, dan akhirnya kami bisa menemukan inti dari kasih sayang itu. Tetapi
keadaan aslinya dari dunia ini jauh berbeda dengan keadaan kami
sekarang, dibatasi oleh Moral, semua berjalan dengan tidak adil dan
kejam tentang hubungan kami.
Untuk sekarang, aku akan menutup cerita ini rapat-rapat. Tapi memang
banyak kejadian dan petualangan persetubuhan atau percintaan sedarah
kami yang belum aku ceritakan lagi semenjak kejadian pagi itu dan
setelah kejadian ini, petualangan cinta terlarang antara aku dan Anak
laki ku. Mudah-mudahan, atau mungkin, dikemudian hari aku akan
menceritakan kisah kami kembali. Mungkin.
Home
Cerita Eksibisionis
Heather
Penulis Lain
Cerita Eksibisionis & Incest : Aku Sadar Dijadikan Obyek Onani Anakku 2
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar