Dalam cerita ini saya menamakan diri saya, “Heather”. Ini bukan nama
saya yang asli, untuk suatu alasan yang saya pikir paling baik untuk
cerita ini dan tidak perlu kita pikirkan apa alasannya. Tapi jika memang
anda memikirkan alasanku untuk merubah Nama, saya yakin anda tau apa
alsannya.
Aku adalah seorang janda yang berumur 35 tahun dan menjadi orang tua
tunggal bagi anak ku. Tinggiku sekitar 165 cm dengan berat badan kurang
lebih 57 – 60 kg. Aku tau, kebanyakan wanita tidak berani mengatakan
tentang berat badan mereka, tapi saya punya kelebihan dan keberanian
untuk mengatakan keadaan tubuhku sekarang karena aku tidak dikenal,
sebenarnya tidak ada yang berbeda dalam cerita ini.
Ukuran cup payudaraku 36 D, ukuran pinggangku cukup prorsional, dan
ukuran celana jeans 34 mengikuti ukurang pinggulku, dan ukuran pantatku
dimana sekarang umurku menginjak 35 tahun maka pantatku sedang bahenol –
bahenolnya, dan aku miliki kelebihan ini sejak umurku 20 tahun. Tapi
aku menganjurkan bahwa ukuran pantatku ini jangan dijadikan sebagai
barometer atau patokan untuk menilai perempuan, Tuhan tau yang terbaik
untuk itu, dan Tuhan memberikan anugerah ini kepada aku, yaitu pantatku
yang sekarang ini, itu yang membuat almarhum suamiku tertarik kepadaku,
dan dia sangat senang dengan keberadaan pantatku yang seperti itu.
Aku lanjutkan ceritaku, sekitar 5 tahun yang lalu, aku kehilangan
suamiku karena penyakit kangker. Dia berjuang sekuat tenaga melawan maut
untuk sembuh dari penyakitnya, tapi akhirnya sekarang dia sudah
beristirahat dengan damai, itu adalah suatu kenyataan yang sulit aku
terima, bukan saja aku, tapi juga anak laki-laki ku yang berumur 10
tahun pada saat itu. Kami berdua sangat kehilangan seorang Suami-Ayah
yang baik, dan untuk waktu yang lama aku terus berpikir dan mengkhayal
jika suatu waktu dunia bisa membawa kami bertiga di dalam kegembiraan
dan kesukaan yang pernah kami alami bersama.
Sebagai konsekwensi dari kematian suami ku, anak laki ku, yang tidak
akan kusebutkan namanya disini, tanpa kusadari seiring dengan
berjalannya waktu dia sudah bertambah besar dan dewasa dengan cepat. Dia
tetap menjadi anak laki2 remaja yang serius, tapi diusianya yang masih
remaja ini dia tetap melakukan berbagai macam pekerjaan rumah seperti
memangkas rumput di halaman rumah kami dan semua pekerjaan kecil yang
mudah ataupun pekerjaan yang berat. Memang menurun dari sifat ayahnya,
berdedikasi, penyayang dan memberi tanpa pamrih. Tidak ada pekerjaan
rumah yang bisa saya minta darinya untuk saya kerjakan sebelum dia
mencoba untuk mengerjakannya sendiri dan bisa diselesaikan dengan baik,
walaupun pekerjaan itu diluar kemampuannya. Dia tetap berusaha dengan
baik.
Di tahun pertama tanpa suami dan ayah diatara kami, pada malam hari aku
selalu menangis, dan itulah sebabnya anak ku kehilangan masa2 riangnya,
tetapi dia selalu datang kepadaku saat malam hari aku menangis dan
melingkarkan tanganya di pundak ku, dan mengatakan,” Sudah Mam, Sudah”.
Dia mencoba membuatku lebih nyaman, dan aku merasa seperti berbunga
bunga dibuatnya ketika dia menyeka air mataku, ketika setiap malam
perasaan ku hancur diterjang badai, aku akan terus sayang dan setia
kepada anaku ini sepanjang hidupku. Dan pasti anda akan menduga, bahwa
sepanjang hidupku aku pasti akan terus membutukan dan bergantung kepada
anak laki ku. Hari ke hari, minggu ke minggu dan tahun ke tahun, Dian
menjadi seperti Batu karang yang sangat kokoh, itu yang mungkin bisa
kugambarkan tentang kepribadian anakku yang cukup tegar dalam mengarungi
hidup ini, dan dia juga menjadi alasan utamaku untuk tetap hidup dan
bertahan sampai saat ini, dan aku akan melakukan apapun untuknya.
Satu bulan setelah ulang tahunnya yang ke – 14 aku mulai memperhatikan
dia, bahwa anak laki ku ini sudah mulai berubah. Dia bertumbuh semakin
tinggi, terlihat semakin segar, dan ketampanan yang tetap melekat pada
wajahnya, dan disuatu malam saya mulai menyadari bahwa dia lebih dari
seorang anak laki – laki yang mulai bertumbuh dewasa dan itu memang
benar saya akui, segala ketegaran dan ketabahannya yang hadir di dalam
hidupku, juga memberikan dampak pada diriku.
Seperti yang anda ketahui, suatu malam aku mengalami kesepian yang
teramat sangat. Dimana sudah terlalu larut malam, dan aku mengetahui
bahwa anak ku juga sudah tidur. Jadi aku menenggak beberapa gelas anggur
merah (red wine) untuk melonggarkan ketegangan dari kesepian yang ada
pada diriku, lau aku kembali kekamar untuk kembali menghadapi
kesepianku. Aku membuat suatu kegiatan pribadi untuk menghabiskan rasa
kesepianku, mengganti pakaian ku dengan gaun tidur satin berwarna hitam
yang bisa diterawang oleh mata, tembus padang yang bisa memerkan lekuk
tubuhku, dengan celana dalam sexy yang terbingkai diantara
selangkanganku yang bulu – bulu halusnya selalu tertata rapih. Aku juga
tidak mengerti kenapa aku selalu sangat bangga untuk menjaga bagian
vital kewanitaan tetap ditumbuhi bulu, mungkin hal tersebut adalah suatu
fakta yang menjadikan aku tetap merasa sebagai wanita yang selalu
tampil cantik. Aku tetap menjaga bulu2 pirangku, dan kadang kadang juga
memakaikan formula khusus pada buluku ini. Aku ingin selalu tampil
sexy, menggairahkan, dan selalu diinginkan. Aku menduga, mungkin yang
menginginkan diriku ya hanya diriku, aku selalu ingin merasakan gairah
itu, walaupun hanya sedikit terasa pada diriku, disaat suamiku masih
hidup, dan sebelum dia sakit.
Setelah saya bercermin dan melihat diriku sendiri, aku membelai tubuhku
dan merasakan suatu sensasi dari gaun tidur ku yang sexy, yang membelai
kulitku, lalu aku manggapai laci lemariku yang paling atas dan
mengambil dildo getar/vibrator (alat bantu massturbasi) kepercayaanku.
Hal yang menyedihkan adalah karena aku teringat tentang hubungan suami
istri tentang aku dan suami ku beberapa tahun yang lalu, yang memang aku
sarankan kepada diriku untuk mengingatnya sebagi bahan masturbasiku,
tapi aku tau aku tidak bisa mengigatnya kembali secara penuh untuk
mencapai orgasme ku dalam bermasturbasi.
Aku langsung membaringkan tubuhku ke tempat tidur, dan membuka pahaku
mengangkang selebar dan senyaman mungkin dan aku mulai memuaskan diriku.
Dengan perlahan saat pertama, agar bisa merangsang vagina dan
klitorisku yang perlahan semakin menonjol, aku merasakan getaran yang
berdesir sangat halus namun terasa sangat kuat merangasang G-spotku yang
sangat sensitif, yang secara otomatis membuat diriku menggerakan
tubuhku naik dan turun mengikuti intonasi dari getaran2 tersebut, dan
aku berharap kepada seluruh dunia bahwa itu adalah Penis yang
sesungguhnya, yang mendesak dengan keras dan menggiringku ke dalam
godaan, memaksa diriku masuk kedalam persetubuhan memuaskan yang sangat
panjang.
Aku tidak tau kapan Anak laki ku terbangun, tapi intinya bukan karena
dia terbangun. Intinya adalah, bahwa aku lupa untuk menutup pintu kamar
tidurku, mungkin anggur (wine) yang aku minum tadi sebelum tidur telah
membuat ku menjadi pelupa, tapi melihat kejadian ini aku menjadi ragu
bahwa hal ini hanya kelupaan belaka.
Aku tidak tau sudah berapa lama dia memperhatikan diriku, tapi dari
mataku yang setengah tertutup aku dapat melihat bayangannya dari cermin
yang ada di kamarku. Matanya menatap sepenuhnya kepada diriku, dan
bayangan tatapan mata coklatnya yang dalam memperlihatkan gairah nafsu
birahi yang sedang terbakar yang tidak bisa aku temukan pada orang lain,
kecuali dari almarhum suamiku yang telah lama meninggal.
Dan intinya juga, aku sedang melakukan penetrasi memasukan Vibrator ke
dalam Vaginaku dengan pompaan2 yang sangat liar, merasakan getaran2
erotis dari vibrator itu yang menyentuh ujung dari klitorisku, sambil
mendengarkan suara2 yang dikeluarkan dari Vaginaku yang basah dan becek
sewaktu aku memompa vaginaku dengan genggaman alat seks yang batangnya
aku tancapkan berulang kali sedalam dalamnya kedalam vaginaku. Sementara
itu anak laki ku sudah berdiri menyenderkan badannya di bibir pintu
sambil memperhatikan dengan sesksama, matanya terpaku pada setiap
gerakan kecepatan sodokan yang kubuat dengan sangat bergairah dan
menimbulkan suara gemercik dan kilauan basah pada celah vaginaku. Aku
juga melihat dia mengocok batang penisnya dengan cepat, tangannya dengan
liar mengocok batang penisnya yang keras, besar dan panjang dengan
memompanya keatas dan kebawah sambil dia memperhatikanku dengan seksama.
Aku tau, seharusnya aku menghentikan perbuatanku disini, tapi sangat
susah sekali untuk menghentikannya karena memang sudah 4 tahun tidak ada
lagi yang menunjukan ketertarikan kepada diriku semenjak suamiku
meninggal dunia, saya rasa saya mulai merindukan gairah yang pernah
diberikan almarhum suami kepadaku.
Jadi, aku melanjutkan aksi masturbasiku dengan dildo yang berbentuk
penis terbuat dari karet dan bisa bergetar itu lebih kencang dan lebih
cepat lagi intonasinya menancapkan kedalam lubang surga ku, sementara
anak lakiku terlihat bermasturbasi untuk ku. Mengetahui bahwa dirinya
melihat diriku secara langsung, hal tersebut seperti mengirimkan
getaran2 hasrat pada birahiku untuk menggerakan tubuhku yang terbaring
terlentang di atas tempat tidur melalui gerakan punggungku naik dan
turun secara perlahan mengikuti intonasi gerakan keluar masuknya
vibrator ke dalam Vaginaku. Dan aku mulai menyadari bahwa diriku mulai
megeluarkan suara rintihan-rintihan dan erangan-erangan yang aku sangat
yakin dia pasti mendengarnya,”Ssssshhh.....ah...yesss....Mmmmpfff.
...aakhhh, enak sekali sayang, masukan semua penismu
Sayang....akhhh....”. Suara rintihan yang memang memaksa untuk keluar
dari mulutku, untuk sebuar rasa birahi yang tak mungkin tertahankan. Aku
merasakan rangsangan yang sangat hebat pada saat itu. Walaupun aku tau
bahwa sebenarnya dengan semua gerarakan, tidakan yang aku lakukan
sekarang adalah suatu kesalahan.
Lalu aku merasa seperti ditampar oleh suatu kepuasan birahi yang sangat
hebat, dan aku tidak bisa mengingat, kapan terakhir aku mendapatkan
klimaks seperti itu dengan bermasturbasi beberapa tahun terakhir ini.
Sebuah orgasme dari masturbasi yang membuat saraf pada Vaginaku terasa
seperti tersetrum oleh listrik tegangan tinggi dan menggetarkan tubuhku
serta membuat ku mengeluarkan cairan kepuasan yang mengalir dari lubang
vagina yang berkontrasi sangat hebat dan aku merasakan suatu kepuasan
yang luar biasa nikmatnya dalam masturbasi kali ini, suatu sensasi yang
sungguh tidak bisa dilukiskan jika masturbasi itu ditonton oleh anak
kandungku sendiri, yang juga sedang bermasturbasi karena melihat aksiku.
Akupun pun terus merintih selama gelombang gelombag birahi terus
berdatangan silih berganti menerpa diriku yang sedang sangat bernafsu,”
Oh..ah...Oh...yeahhh....aakkkkhhh”,” tanpa kusadari aku Orgasme,”Sial,
aku oragasme”, aku berkata kepada diriku sendiri, pinggulku terangkat,
tersentak sangat liar dari tempat tidur, dan dari Vagina ku mengalirlah
suatu cairan hangat berwana bening pekat seperti lahar yang tercurah
dari gairah seksualku, dan aku bisa melihat bayangan anak laki ku yang
tetap bermasturbasi mengocok batang penisnya dari cermin kaca yang ada
di kamarku, dahinya berkerut dengan wajah yang penuh dengan konsentrasi
memperhatikan garak geriku dan setiap inci dari tubuh ibu kandungnya
ini, yang akhirnya dapat kulihat dengan jelas dengan kedua mataku bahwa
dia juga berhasil menggapai sebuah intisari dari kenikmatan
bermasturbasi dengan sugguhan nyata, aku melihat dengan jelas Penisnya
menyemprotkan dengan hebat cairan berwarna Putih, dengan deras spermanya
yang sangat pekat keluar dari ujung kepala penis seorang anak laki
laki ku yang lembut dan penyayang, yang dia tumpahkan sangat banyak
sehingga tercecer ke lantai. Pemandangan yang kulihat dengan keadaan
mata tertutup setengah itu sungguh nyata, dan sangat cukup membuatku
kembali terserang oleh gelombang rangsangan gairah orgasme, Vaginaku
kembali bergetar sangat liar dan aku mulai merasakan kegilaan gairah
orgasme itu sekali lagi, aku pejamkan mataku dan aku mulai mengerang
dengan suara yang lebih keras dari sebelumnya, seiring aku merasakan
orgasme untuk yang kedua kali akhirnya orgasme itu berangsur-angsur
menurun dari gairah yang sangat tinggi, aku mulai membuka mataku dan
melihat ke cermin, ternyata Anak ku telah pergi dari situ dan menghilang
dengan cepat dari pandanganku.
Home
Cerita Eksibisionis
Heather
Penulis Lain
Cerita Eksibisionis & Incest : Aku Sadar Dijadikan Obyek Onani Anakku 1
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar