Cerita Eksibisionis Inez : Petrus's Wife Humiliation 1

Part 1: Anjing yang kelaparan

Seorang wanita berumur 28 tahun tertidur pulas sambil memeluk bantal. Namun ada yang yang berbeda dari wanita molek itu pagi ini. Inez nama wanita itu, ternyata tidur dalam keadaan tidak memakai baju. Hanya bantal yang dipeluknya penutup di tubuhnya, yang hanya mampu menutup setengah payudaranya yang sebesar buah melon sementara sebelahnya lagi menempel di atas bantal ikut tertidur lelap seperti Inez. Sama seperti dua tokednya yang ranum, sebelah paha juga ikut-ikutan memeluk bantal sehingga kalau aja orang sedikit menunduk orang bisa melihat dua lobang diantara gundukan daging tembem penuh dengan peju. Sementara pantatnya yang membulat dan kencang tidak penuh dengan merah-merah seperti bekas ditampar menodai warna kulitnya yang putih mempesona dan gundul.

“Guk”

Seekor anjing tiba-tiba meloncat ke atas tubuhnya yang ranum. Inez pun sontak terbangun dan memandang anjing yang kini sibuk menjilati wajahnya dan berkata,

“Shiro nakal! Shiro nakal! duduk”

Shiro nama anjing berbulu hitam itu pun lalu segera menurut. Sesuai perintah majikannya, Shiro kini duduk di samping Inez dan memandang majikan wanitanya menunggu perintah selanjutnya. Shiro adalah peliharaan sekaligus penjaga rumah itu. Biar penampilannya tidak seperti anjing hitam polisi tapi Shiro ternyata cukup galak. Untung saja Inez sudah bersama Petrus, saat dia melatihnya. kalau tidak, pasti Shiro tidak mau menurut dengan Inez.

Inez pun mengucek matanya mengusir rasa ngantuk. Sambil menyingkirkan bantal dari atas tubuhnya Inez melihat ke samping tempat tidurnya sambil berkata,

“Mas... jam berapa ya sekarang?”

Namun ternyata tida ada seorang pun disana. Benar juga pikir Inez, Petrus suami Inez sudah pergi pagi-pagi sekali untuk mengejar pesawat. Suaminya perlu pergi selama tiga bulan untuk keperluan dinas pekerjaan proyek. Inez membatin kesal, tapi apa mau dikata, keduanya butuh banyak uang sebelum memutuskan untuk mempunyai anak yang banyak.

Inez pun lalu membelai Shiro anjingnya dengan perasaan sayang. Shiro sudah seperti keluarganya bahkan seperti anaknya sendiri. Shiro terlihat duduk dengan nafas yang sedikit memburu terlihat ia menatap Inez seperti ingin melahap majikannya. Benar juga, pikir Inez Shiro pasti kelaparan kemarin ketika mereka tidur Shiro belum pulang karena sibuk jalan-jalan sendiri.

“Shiro jangan begitu lagi ya! Sekarang turun! Tunggu di dapur!”

“Guk”

Shiro pun menggonggong lalu melompat dari kasur dan berlari keluar dari kamar. Namun, yang membuat Inez terkejut, Shiro tidak melalui pintu anjing seperti biasanya tapi melalui pintu kamarnya yang terbuka lebar. Atau mungkin lebih pantes disebut pintu itu ga ketutup sama sekali.

“Hah?” gumam Inez kaget.

Dengan panik Inez segera melompat turun dalam keadaan bugil lalu berlari terburu-buru untuk menutup pintu. Dadanya mantul-mantul seiring larinya yang terburu-buru.

“Brakkk!”

Pintu terbanting dengan keras menyisakan Inez dengan nafas yang memburu dan dada yang naik turun. Inez tidak habis pikir kenapa pintu kamarnya bisa terbuka selebar itu. Tidak hanya membuat semua orang bisa mengintip ke dalam kamarnya, dengan jarak selebar itu, orang pun bisa keluar masuk seenaknya tanpa harus menggerakkan pintu sama sekali. Bagaimana kalau seseorang tiba-tiba masuk dan menguras isi lemarinya?

“Iwaaaan” panggil Inez tiba-tiba.

Iwan adalah adik Inez yang berumur 20 tahun. Dia adalah anak ketiga dikeluarganya sekaligus adik terkecil dari Inez. Dia berkuliah dikota Inez sekarang tinggal dan kini dipaksa menumpang di rumah bersama suami Inez. Semua terjadi karena sebelumnya, saat Iwan nge-kost, iwan tidak bisa mengontrol dirinya. Ia terlalu sibuk dengan kegiatan kampus sehingga urusan belajar dan kesehatannya terbengkalai. Kini di bawah pengawasan Inez yang ketat, prestasi Iwan sedikit lebih baik. Ia bisa sedikit membagi waktunya untuk nongkrong dan belajar. Karena merasa lebih nyaman Petrus memutuskan tetap membiarkan Iwan tinggal bersama dengan kakaknya itu. Sekalina jagain Inez kalo Petrus terpaksa dinas di luar kota.

“Iwaaaan” panggil Inez lebih keras.

“kemana sih anak itu?”

Inez pun menggaruk kepalanya dan mulai membuka pintu untuk melihat keluar. Awalnya Inez hanya mengintip keluar dengan hanya melonggokkan kepalanya keluar. Namun belakangan, karena penasaran dengan suasana yang sepi, Inez tahu-tahu sudah berjalan di lorong dengan tubuh telanjang bulat. Kepalanya sibuk menengok ke kanan dan ke kiri mencari-cari tapi tidak menemukan siapa pun. Sementara kedua tangannya berusaha menutupi tokednya dan gawuknya supaya enggak kabur kemana-mana.

“lho jam berapa sekarang?” gumam Inez bingung.

Inez hendak berbalik ke kamarnya saat tiba-tiba terdengar bunyi gaduh dari arah dapur. Inez buru-buru berlari kesana takut terjadi apa-apa dengan anjing suaminya itu.

“Shiro!” panggil Inez panik.

“Guk!”

Shiro menggonggong menjawab Inez. Inez bisa melihat bahwa Shiro baru saja melompat ke atas meja makan. Ia menjilati susu dari salah satu gelas yang terisi. Shiro benar-benar lapar sampai kini mengambil makanan sisa untuk mengisi perutnya. Melihat kenakalan Shiro Inez pun berkacak pinggang sambil berkata,

“Shiro turun!”

Shiro tidak kali ini tidak menurutdan terus menjilat isi gelas itu sebelum melahapnya habis. Inez terlihat sedikit terkejut, tapi ini bukan pertama kalinya. Inez yang sudah pengalaman mulai membuka kulkas dan mengambil sekotak susu. Namun tidak berhenti setelah mengambil susu itu Inez kini beralih ke atas lemari mengambil makanan anjing favorit Shiro. Kalau sudah begini Shiro harus makan makanan kaleng favoritnya. Kalau tidak, Shiro tidak mau menurut dan berpindah hati dari sisa-sisa makanan di atas meja.

“ctak!!”

Pegangan kaleng makanan Shiro tiba-tiba patah sebelum Inez sempat membuka seluruh kaleng itu. Inez pun menggerutu karena ia terpaksa membuka sisanya dengan pembuka kaleng biasa. Gimana kalo makanan anjing itu nanti kecampur dengan isi kaleng yang lain? Untungnya, Inez teringat kalau ada pembuka kaleng cadangan. Namun benda itu berada di rak yang paling atas sehingga Inez perlu memanjat untuk mengambilnya.

Inez pun mulai menarik kursi dan mulai menggesernya untuk bisa memanjat ke atas lemari. Tanpa Inez sadari sepasang mata memandanginya dari balik jendela. Dapur Inez yang tepat berhadapan dengan rumah tetangganya itu, memiliki banyak jendela besar yang membiarkan tetangganya bisa mengawasi dapur Inez jika mereka berada di lantai dua. Kini, dua pasang mata itu sibuk memperhatikan Inez mondar-mandir tanpa lagi sibuk menutupi tubuhnya.

“Musti gue rekam nih! Lumayan buat nyalon RW.”
Share on Google Plus

About Tina Novianti

Tentang Tina Novianti

0 komentar:

Posting Komentar