Johan menatap Kiki dan Dany yang menghilang ke dalam rumah. Kepalanya 
terasa mati rasa karena kebanyakan minum dan ganja. Kembali dia merasa 
kalau dia harus menghentikan apa yang akan terjadi, tapi dia tak mampu. 
Kiki memang terlalu merangsang dengan pakaian renangnya itu…
Dany membimbing Kiki ke dalam rumah yang besar itu, menaiki tangga lalu 
masuk ke dalam ruangan yang gelap. led Kiki through the large house, up 
some stairs, and into a darkened room. Kiki sudah merasa menggigil 
kedinginan, lengannya terasa merinding, lengannya menyilang rapat di 
depan payudaranya memeluk tubuhnya.
“Aku rasa handuknya ada di sini,” kata Dany, sambil menyalakan lampu. 
Mereka berada dalam sebuah kamar tidur. Kamar tidur tamu yang tertata 
dengan rapi.
Dany melangkah mendekati sebuah almari, membukanya dan menyodorkan pada 
Kiki sebuah handuk halus berwarna putih, kemudian mengambil satu untuk 
dirinya sendiri.
Setelah tubuh mereka kering, Kiki mengambil tiga buah handuk lagi dari 
dalam almari untuk yang lainnya. Ketika dia berbalik, Dany sudah berdiri
 tepat di belakangnya, seperti saat di kolam renang, hanya saja kali 
ini, situasinya terasa lebih serius. Dany berkata pelan, “Kita nggak 
perlu tergesa-gesa.”
Dibelainya rambut Kiki yang basah di belakang telinganya sambil tersenyum
“Apa yang sedang kamu pikirkan?” tanya Kiki, memberikan sebuah senyuman 
yang keduanya tahu akan arti senyuman itu dan melangkah semakin 
mendekati Dany.
“Aku rasa kamu tahu,” katanya, bibirnya semakin dekat.
“Oh ya?” jawab Kiki, sambil menyentuh bibir Dany dengan bibirnya perlahan.
“Ya,” jawab Dany.
Kebimbangan tersebut hanya sebentar, dan bibir mereka kembali menyatu.
Mereka saling berciuman, dan tangan Dany menarik lepas handuk yang 
membungkus tubuh Kiki, menjatuhkannya ke lantai. Kiki tersentak akan 
udara dingin yang menyengat tubuhnya yang hampir telanjang, menyadari 
betapa terlarangnya hal ini, tapi menginginkannya dengan amat sangat.
Masih tetap dalam perasaan yang seperti mimpi di sepanjang malam ini, 
Kiki membiarkan dirinya dibawa Dany ke atas ranjang, kemudian Dany 
menyuruhnya agar rebah dan rileks. Dany membungkus bibir Kiki dengan 
bibirnya lagi, tangannya bergerak menelusuri sekujur tubuh mungl Kiki. 
Ciumannya berjalan turun menelusuri sepanjang leher Kiki, bahunya, 
payudara hingga putingnya.
“Ohhhhh!” Kiki mendesah, mendorongkan dadanya ke mulut Dany. Lidah Dany 
membuat lingkaran di sekitar putingnya, mengirimkan riak kenikmatan ke 
pusat indera seksualnya. “Ohhhhh, Dannnn…” kembali Kiki mendesah. Dany 
berganti dari payudara satu ke satunya lagi, memberi perhatian yang sama
 pada kedua daging sekal ini sebelum melanjutkan perjalanannya ke arah 
tujuannya yang pasti.
Kiki sadar kalau dia seharusnya menghentikan Dany. Dia sadar kalau 
permainan kecil ini sudah terlampau jauh. Permainan ini memang 
menyenangkan, tapi dia sudah menikah. Dia sudah memiliki seorang suami 
yang… yang berada sangat jauh saat ini.
Dany menyapu celana dalam Kiki dengan lidahnya, tepat di atas bibir 
vaginanya. Dany tahu kalau Kiki sudah jadi miliknya sekarang dan dia 
memutuskan untuk sedikit menggodanya. Dany akan menikmati ini. Dapat 
dirasakannya bibir vagina Kiki dengan lidahnya, dan aroma birahi Kiki 
segera menyergapnya. Dua jari Dany menyelinap dibalik celana dalam Kiki,
 hanya di daerah tepiannya saja, bergerak turun pada selangkangan Kiki 
yang sudah basah. “Ohhh, jangan terus menggodaku, Dany!” rintih Kiki. 
Dany mendongak ke atas dan melihat wajah Kiki yang merona dan dengan 
mata terpejam, sebelah tangannya sedang menjambak rambutnya sendiri.
Dany menyibak celana dalam itu ke samping, ditatapnya penutup terakhir 
di tubuh wanita seksi dan sudah menikah ini. Dany merasa terkejut 
sekaligus senang akan aroma manis dari vagina Kiki yang terawat dengan 
baik.  Bibir yang terus berdenyut lembut itu tercukur bersih, dan hanya 
membiarkan sedikit rambut berbentuk segitiga tercukur rapi tepat di atas
 celahnya. Dany menjilat sepanjang bibir vagina yang masih tertutup itu,
 yang mengakibatkan wanita di atas tubuhnya bernafas dengan berat. 
Dijilatnya sekali lagi sebelum akhirnya merenggut lepas celana dalam 
itu.
Dany selalu terkesan betapa setiap vagina itu punya perbedaan 
masing-masing. Labia Kiki kecil dan gemuk, bibirnya menutup rapat sekan 
malu-malu, tidak seperti kebanyakan perempuan yang merekah terbuka saat 
merekea sedang terangsang. Kepala Dany terkubur menghilang di antara 
paha Kiki dan dia membelah bibir vagina yang masih merapat itu dengan 
lidahnya, membuat Kiki semakin terbang tinggi menuju surga. Dany terus 
menggoda Kiki. Dany adalah ahlinya dalam hal oral seks, dengan lidah, 
bibir dan jarinya untuk menyalakan api jauh di dalam jiwa Kiki. Kiki 
sangat membutuhkan pelepasan, tapi setiap kali otot perutnya mulai 
mengejang, Dany memperlambat aksinya yang membuat ledakan itu mereda 
kembali. “Ohhh, hentikan! OHHHH!” protes Kiki, tapi dia benar-benar 
berada di bawah kendali Dany.
Hendra jarang memberinya oral seks, dan jikalaupun dia melakukannya, 
sungguh sangat berbeda dengan ini. Sungguh lain dengan yang diberikan 
pria yang bukan suaminya ini. Apa yang dilakukan Dany padanya membuat 
Kiki saekan berada di tepi batas pertahanannya dan itu sangat merenggut 
seluruh rasa di jiwanya. Sekujur tubuhnya bergetar dan rahangya terasa 
pegal menahan beban rasa ini. Ketika gelombang kenikmatan itu terbangun 
sekali lagi, dia tidak akan membiarkan pria ini mempermainkannya lagi. 
Dijambaknya rambut Dany dan menyentakkannya ke arah selangkangannya, 
mencekik Dany dengan vaginanya dan paha Kiki melingkar erat di belakang 
kepala Dany. “Uh, UHH! OHH, YAA! YES! YES!! UH!! HAMPIR! YES, 
OHHHHHHHHHH!!!”
Dany tak mampu berbuat apa-apa. Dia tetap mengoral Kiki dengan lidahnya 
hingga orgasma atau tercekik kalau melawan. Kiki menggelinjang hebat 
begitu orgasme diraihnya. “UHHHHHHHHH NGHHGHHHHHHH!!!! OOOHHHHHHHHHH!!!”
 Dia menghentak liar ke wajah Dany, dan Dany hanya bias diam saja tak 
menghindar, lidahnya terus mengaduk dalam vagina Kiki, bibir atasnya 
menggetar di kelentit Kiki. “Ohhhhhh…” Gelombang itu mereda, Kiki mulai 
tenang, matanya terpejam selama beberapa saat membiarkan dirinya 
terhempas ke dalam samudera orgasmenya yang luar biasa.
Dany merangkak naik ke sebelah tubuh Kiki dan memberinya sebuah kecupan 
di bibirnya. Kiki sedikit terkejut begitu merasakan cairan vaginanya 
sendiri yang ada di bibir, dagu dan lidah Dany. Belum pernah dia 
merasakan dirinya sendiri. Dia tidak pernah mengijinkan Hendra 
menciumnya setelah memberinya oral seks. Tidak mengijinkannya sebelum 
suaminya menggosok giginya terlebih dulu. Rasanya… sungguh berbeda.
Saat bibir mereka saling melumat, tangan Kiki merayap turun menuju 
celana dalam Dany. Dapat dirasakannya bagian itu berkedut hidup. Jujur 
saja ini lebih besar dari milik Hendra dan lebih keras juga. Kiki 
memijitnya dengan bernafsu dan segera saja dia menyadari kalau dirinya 
membutuhkan kejantanan ini. Didorongnya Dany hingga rebah dan 
dikeluarkannya batang penis Dany. Mulut Kiki segera menyergap batang 
keras kenyal ini, dihisapnya dari bagian samping, jemari Kiki mengocok 
dengan cepat disertai dengan cengkraman tangna yang keras, dan Kiki tahu
 kalau Dany menyukai aksinya ini.
Saat Dany sudah hampir keluar, Kiki berhenti, mulutnya melepaskan 
hisapannya dari batang penis ini, dan segera bergerak mengangkangi tubuh
 Dany. “Astaga, oh Dany, aku nggak tahu apa yang merasukiku, tapi aku 
sangat menginginkan penismu sekarang juga.” Bibir vagina Kiki berada 
tepat di atas kepala penis Dany, digesekkannya kepala penis itu di 
sepanjang garis bibir vaginanya yang sudah dangat licin. “Aku ingin 
penis kamu dalam vagina milik suamiku ini, Dany. Apa kamu tidak ingin 
menyetubuhi wanita yang sudah menikah ini Dany? Aku ingin kamu 
mengeluarkan spermamu yang hangat jauh di dalam vaginaku sekarang. 
Vagina seorang istri pria lain ini” Kiki hanya bicara kotor saat 
benar-benar sedang sangat-sangat terangsang. Dan ini biasanya terjadi 
saat Hendra pulang dari perjalanan luar kotanya, tidak saat Hendra MASIH
 berada di luar kota… Tidak pernah dengan pria lain, Tapi persetan, 
Kiki sudah tak peduli lagi. Dan sama sekali tidak ambil pusing lagi saat
 kepala penis yang gemuk ini mulai mendorok masuk menyeruak dalam 
kelopak bunga dari vaginanya. Tidak saat batang ereksi Dany membelah 
bibirnya dan mengisinya dinding lembut vaginanya dengan sesak
“Ohhhhh,” erang Kiki begitu tubuhnya mulai bergerak turun ke tubuh Dany di bawahnya. “Oh, sayangku, rasanya saaaangat nikmat…”
Dany tak bias mempercayai betapa mencengangkannya pengalamannya kali 
ini. Dia sudah pernah tidur dengan beberapa wanita yang sudah menikah 
sebelumnya. Dalam pengalamannya, pertama kali sulit untuk menembus 
pertahanan mereka, tapi berikutnya kalu sudah takluk, mereka akan sangat
 liar di ranjang. Tapi Kiki lain, dia tidak menunjukkan tanda-tanda 
penolakan untuk sampai di titik ini, dan sekarang, dia seperti 
benar-benar terbakar birahinya. Tubuhnya bergerak naik turun pada batang
 penisnya, tangannya di rambutnya sendiri, tubuhnya dengan punggung 
melengkung tengadah ke belakang. Dany dapat melihat tulang rusuk Kiki 
dengan posisi tubuhnya sekarang ini. Payudara sekalnya terguncang 
menantang di dadanya, berkilat oleh keringatnya.
“Uh, uh, oh, OH!” Jika saja ada seseorang di lantai dua rumah Johan ini,
 orang itu pasti akan mendengar sura Kiki. Dia mendesah, mengerang, 
tersengal, menggeram bahkan kadang menjerit pelan. Kiki bersetubuh 
dengan berisik, tapi itu malah semakin membuat Dany terbakar birahinya. 
Sudah sangat lama Dany ingin meniduri wanita bersuami ini. Dan sekarang 
ini, itu sudah tercapai dan dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan 
ini. Dia tidak pernah mau jika affairnya dengan seorang wanita bersuami 
berkelanjutan. Terlalu rumit, tapi begitu dia merasakan sinding vagina 
Kiki yang cantik dan rapat ini menggesek batang penisnya turun naik, dia
 memberikan pengecualian untuk kasus ini.
“Oh, keluarkan untukku! Oh, Dany, keluarkan dalam vaginaku! Aku ingin 
merasakannya–ohhhh! Fuck me, fuck! Fuck! Yes! OHHHH!” Pertahanan Kiki 
jebol terlebih dulu, dia keluar dan Dany membiarkan semua reaksi tubuh 
Kiki, dibiarkannya Kiki mengocok pelan naik turun batang pennisnya 
dengan dinding vaginanya yang terasa licin. Dany tahu kalau dia tidak 
bias bertahan terus, tapi dia terus berkonsentrasi untuk memberikan 
persetubuhan yag terhebat untuk wanita bersuami ini dan terlebih lagi 
bagi dirinya sendiri.
“Ohh, Dan… jangan… mempermainkanku terus! Hentikan dan… cepat 
keluarkan!” Kata-kata Kiki tercekat oleh nafasnya yang terhenti sesaat. 
Kiki kembali berada di tepi orgasmenya ketika Dany batang penis Dany 
mulai berkedut hebat.
“Ohhh!!! ARGHHH!!” teriak Dany. Dany belum pernah berteriak sekeras ini 
saat bersetubuh. Tapi sekarang ini dia melakukannya, Gerungan, dan 
erangan layaknya binatang liar keluar dari mulutnya. Dan wanita cantik 
di atas tubuhnya ini terus menggoyang tubuhnya seakan menandakan 
penaklukannya atas burannya ini. Dany sekan mengenakan sebuah helm 
virtual dikepalanya, dia menyaksikan Kiki menari telanjang di atas salju
 di hadapannya. Dia merasakan gairah peperangan, gairah kemenangan, 
gairah penaklukan. Dan kemudan dia mengosongkan kantung spermanya ke 
dalam rahim terlarang Kiki, menyemburkan sebanyak-banyaknya sperma 
panasnya ke dalam rahim istri pria lain yang sangat terpuaskan.. 
“AAAARRRRGHHHHHHH!! AH! AHHHH!!!” Dany tak mampu mengontrol dirinya.
Kiki juga tak dapat menghentikan dirinya. Dia tetap memompa, meskipun 
ketika batang penis Dany tengah menyemburkan spermanya dengan hebatnya 
ke dalam rahimnya. Kiki menghentak turun pinggulnya ke arah Dany, 
semakin keras dan bertambah keras saja, otot vaginanya meremas dan 
memerah setiap tetes intisari dari Dany. Kiki merasakan semburan hangat 
itu menghantamnya dan dia tak mampu menahan pertahanannya lagi.
“OOHHHHHHHHH YEAHHHHHHHH!!! YES–YESSSSSSS!!!”
Kiki merasa setengah sadar dibuai orgasmenya yang sangat intens. 
Tubuhnya rebah terkulai di atas dada indah Dany, batangnya yang sudah 
menyusut masih terbenam sebagian dalam vagina Kiki. Kiki dapat merasakan
 sperma Dany yang hangat meleleh keluar diantara jepitan selangkangan 
mereka. She felt light headed from the intensity of her orgasm. She was 
laying on Dany’s beautiful chest, his shrinking member still half buried
 in her cunt. She could feel his warm jism leak out from between them. 
Hal ini membuatnya pusing, memikirkan apa yang sudah mereka perbuat. Hal
 ini sangat terlarang. Sangat salah tapi juga sangat menyenangkan.
Kiki memberi sebuah ciuman ringan di bibir Dany dan berkata “Aku rasa 
lebih baik kita segera bawa handuk handuk ini untuk yang lainnya.”
Kiki mengangkat pinggulnya mengeluarkan batang penis Dany dan keduanya 
mendesah begitu batang itu tercabut keluar. “Aku mau mandi dulu,” kata 
Kiki dengan tersenyum sambil melangkah ke arah kamar mandi. Dia merasa 
begitu nakal saat dirasakan vaginanya yang penuh sperma menimbulkan 
jejak putih menurun di pahanya, dia sangat menyukainya.
*****
Dany dan Kiki turun untuk berkumpul kembali dengan yang lain setelah 
menghilang kurang lebih setengah jam. Sebuah handuk membungkus tubuh 
Kiki, melilit hingga atas belahan dadanya. Dia menemukan sebuh penjepit 
rambut di kamar mandi dan menguncir rambutnya ke belakang. Saat menuruni
 anak tangga yang menuju ke ruang tengah, dia merasa bagaikan seorang 
putri, dan ini bukan hanya karena ‘pakaian’ yang dikenakannya. Pada 
sofa di bawahnya, sekali lagi, terpampang adegan yang membuat vaginanya 
basah kembali.
Si keturunan timur tengah yang berkulit gelap itu duduk dengan posisi 
kedua kaki terpentang lebar, telanjang seutuhnya dan memperlihatkan 
ereksi yang sungguh mendebarkan hati. Dina berada di lantai di antara 
pahanya, sedang sibuk menjilati batang ereksi luar biasa itu. Dia masih 
tetap memakai g-string biru kecilnya, tapi jemarinya terlihat jelas 
sedang sibuk juga di balik kain sutera tipis itu.
Duduk di kursi yang bersebelahan dengan sofa itu, Johan, yang celana 
renangnya sudah turun hingga lututnya dan sedang sibuk mengocok batang 
penisnya sambil melihat adegan di hadapannya. Kiki terpaku di tangga 
sampai Dany menarik tangannya dan menuntunnya turun.
Johan segera beranjak mengambil handuk saat Dany dan Kiki menghampiri 
mereka. Dia menawarkan minuman pada mereka, dan tentu saja kedua 
temannya menyambutnya dengan suka cita. Saat dia kembali dengan membawa 
vodka tonic, dia mendapati Dina sudah duduk diatas pangkuan Ahmad, 
menciumnya sebentar dan memintanya untuk memperlihatkan kejantanannya.
“Belum pernah kulihat yang sebesar ini. Aku hanya… hanya ingin 
melihatnya.” Dina mengerjapkan matanya dengan mimik yang polos yang 
melumerkan hati Ahmad. Bagaimana mungkin dia menolaknya?
Kemudian yang dia tahu, dia merasakan batang penisnya yang gemuk dan 
panjang sudah berada di dalam mulutnya dan Dina sedang menghisapnya 
menuju surga. Betapapun dia mencoba sebisanya, Dina tak mampu menampung 
batang kejantanan itu masuk seluruhnya ke dalam mulutnya. Ini terlalu 
besar dan panjang. Jadi kemudian dia mengeluarkannya, mengangkat 
tubuhnya sedikit hingga batang penis itu berada di antara belahan 
payudaranya yang sekal, lalu tersenyum manja padanya. “Pernah 
melakukannya?” tanyanya, sekali lagi dengan ekspresi kekanak-kanakan.
“Hah?” tanyanya, tak mengira ini akan terjadi.
“Seperti ini,” Dina tersenyum dengan nakal, tangannya berada di kedua 
sisi payudaranya dan menekannya bersamaan, menjepit batang itu diantara 
kedua bongkahan daging kenyal itu. Lidah Dina membantu melicinkan 
gerakannya, dan dia mulai menggesekkan payudaranya pada batang penis 
itu.
“Ohhh,” rekasi Ahmad, kedua bola matanya melotot terpana menyaksikan apa
 yang dilakukan wanita ini padanya. Ahmad cukup berpengalaman, sudah 
banyak wanita yang tidur dengannya, tapi seks selalu terjadi setelah 
rangkaian kencan yang mesra. Dia selalu punya hasrat terpendam terhadap 
Dina dan selalu menghayalkannya, tapi belum pernah sekalipun hal seperti
 ini ada dalam fantasinya. Ketika kepala penis Ahmad muncul dari jepitan
 payudaranya, Dina menyambutnya dengan jilatan lidahnya, sekali, dan 
kembali melenyapkannya ke dalam hangatnya buah dadanya. Kepala Ahmad 
terhentak ke belakang dan menggeram.
Kiki tak sanggup mempercayai apa yang disaksikannya. Dany membimbingnya 
menuju ke kursi di seberang Dina dan Ahmad, dia merasa pipinya memerah 
saat menyaksikan wanita ini memanjakan pasangannya menggunakan buah 
dadanya sendiri. Ini seperti sebuah film porno yang sering dia dengar. 
Ini membuatnya semakin terangsang. Dia rebahkan tubuhnya bersandar pada 
Dany. Kiki tak mampu menahannya lagi. Dia mencium bibir Dany dengan 
rakus sambil tangannya bergerak meraih penisnya yang mengeras, dan Kiki 
mengocoknya agar semakin bertambah keras.
Johan harus memejamkan matanya untuk meredam ledakan orgasmenya saat 
menyaksikan Dina yang menjepit penis Ahmad di antara payudaranya, dan 
kemudian melihat Kiki dan Dany yang juga memulai adegannya sendiri. 
Ketika dia membuka matanya, Kiki sudah duduk diatas pangkuan Dany, 
dengan punggung yang menghadap ke arah Dany dan kedua tangan Dany 
meremas payudaranya. Tubuh keduanya kembali menyatu dan mulai bersetubuh
 lagi. Kiki terlihat sangat menawan saat sedang dibakar gairah. Jauh 
lebih cantik dari biasanya, termasuk di saat hari pernikahannya. Rambut 
sebahunya, terkuncir ke belakang, terlihat kusut dan basah. Sebagian 
menempel lekat pada dahi dan pipinya. Matanya setengah terbuka, giginya 
saling beradu keras dalam erangannya yang rendah, pelan dan berat. Dia 
mengayun berlawanan mengiringi hentakan Dany, dengan keras, layaknya 
seorang wanita yang sudah sangat lama tidak mendapatkan sentuhan pria.
“Oh, YA!” Ahmad berteriak, saat spermanya menyembur. Dengan cepat Dina 
menangkapnya dengan mulut, membiarkan hanya sebuah gumpalan sperma yang 
lolos menghantam dagunya. Dia sangat menyukai rasa dari sperma pria, dan
 pria ini tak terkecuali.
“Aku ingin keluar dalam mulut kamu,” bisik Dany di telinga Kiki. “Aku 
ingin merasakan bibirmu mengulum penisku saat kamu membuatku orgasme 
untuk yang kedua kali malam ini.” Kata-kata nakalnya membuat Kiki merasa
 jengah bercampur dengan birahinya yang semakin tinggi karenanya.
Kiki mengeluarkan penis Dany dari dalam vaginanya, lalu memutar tubuhnya
 di antara paha Dany, dan memasukkan penis Dany yang basah oleh cairan 
madunya sendiri ke dalam mulutnya. Dia merasakan cairan madunya sendiri 
untuk yang kedua kalinya. Kali ini rasa itu membatnya bergairah. Hal ini
 sangatlah keliru! Benaknya menjerit dan lidahnya menjulur membasahi 
lidahnya dengan penuh rasa nikmat. Dia gunakan cairan vaginanya sendiri 
sebagai pelican, tangan kanannya mengocok seiring dengan kuluman 
bibirnya, sedang tangan kirinya dengan mesra menggenggam buah zakar 
Dany.
Johan tak mempercayai semua yang tengah terjadi. Tak lama berselang 
adegan oral, adegan berikutnya langsung menyusul. Kiki tak membutuhkan 
waktu lama mengoral. Dany sudah berada di garis ketahanannya saat dia 
rasakan kepala penisnya menyentuh tenggorokan Kiki dan mulai masuk. 
“Ohhhh, fuck, baby! YEAAHH!”
Dina mengorek sperma yang lepas dari tangkapannya tadi dan menghisapnya 
habis dari ujung jemarinya, sambil melirik nakal ke arah Johan. Pria 
muda ini terlihat sangat manis, duduk di sana dengan penis dalam 
genggaman tangannya, bingung menentukan adegan mana yang harus 
disaksikannya. Terasa sudah cukup lama sejak terakhir kali Dina melihat 
penisnya yang indah. Bagi Dina, itu adalah ukuran yang paling tepat 
untuknya, dan setiap kali dia bercinta dengan Johan itu adalah 
persetubuhan terbaik yang pernah didapatkannya.
Johan melihat wanita berambut ikal panjang sampai punggung ini berdiri 
dan berjalan ke arahnya. Dina membetulkan g-string biru kecil yang 
melingkari pinggulnya dan Johan seketika membayangkan apakah wanita ini 
masih mencukur bersih vaginanya. Dina menghampirinya, duduk di sebelah 
kirinya dan dapat dirasakannya sesuatu yang berbeda yang akan segera dia
 ketahui.
Perasaan Johan campur aduk saat menyaksikan Dina memuaskan Ahmad. Di 
satu sisi, dia merasa cemburu. Bagaimanapun juga Dina bukanlah miliknya 
dan dia tidak berhak merasa cemburu. Di sisi lainnya, dia merasakan ini 
sangat merangsang birahinya ketika menyaksikan Dina memuaskan 
sahabatnya.
Johan tergetar akan keberadaan Dina yang merapat. Dapat dia rasakan 
kehangatan dari tubuh Dina yang hampir telanjang di dekatnya. “Kamu 
terabaikan,” kata Dina dengan suara jalang dan dalam. Tangannya 
menggenggam ereksi Johan, tepat di atas tangan Johan berada. “Kedua 
temanmu sudah bersenang-senang. Sekarang giliran tuan rumah.”
Diturunkannya boxerg Johan dari kakinya hingga batas lutut. Sebelum Dina
 mulai mengulum penis Johan dengan mulutnya, entah kenapa, dia menoleh 
pada istri kakaknya Johan dan berkata, “Mau bantu?” dengan suaranya yang
 termanis.
Kiki, yang sedang menatap penis Johan, melirik ke mata Johan, lalu 
kearah Dina, kembali lagi ke Johan, dan mengedip. “Dengan senang hati.”
Tubuh telanjang Kiki mendekati Dina dan Johan. Birahi Johan semakin 
terbakar melihat selangkangan isteri kakanya yang dihiasi rambut 
kemaluan yang tercukur rapi mengecil ke bawah. Dia tak mengira kakak 
iparnya ini sebagai tipe wanita seperti ini. Dan lagi, dia tak pernah 
menyangka kakak iparnya adalah tipe wanita yang mau bersama dengan 
wanita lain memberikan oral seks padanya.
Kedua wanita ini saling bergantian memanjakan penisnya. Saat yang satu 
mengulum batangnya, yang satunya lagi menjilati buah zakarnya. Kemudian,
 bagaikan kedua pikirannya saling terhubung, mereka bergantian posisi 
hampir tanpa jeda. Tehnik keduanya sangat berbeda, tapi ini jadi terasa 
menakjubkan. Bibir Kiki menciptakan jepitan cincin yang kencang 
melingkari batang penis Johan, sedangkan Dina menggunakan lidahnya untuk
 memberi kepuasan yang maksimal bagi Johan. Yang paling menggairahkan 
adalah menyaksikan tangan Dina membelai wanita berambut sebahu ini. 
Sejauh yang dia tahu, Dina belum pernah melakukan dengan wanita lain. 
Tapi kemudian, bukan berarti hal ini sama sekali mustahil.
Johan sadar orgasmenya sudah dekat, dan kelihatannya Dina juga tahu akan
 hal itu. Dilepasnya batang penis Johan dari kuluman mulutnya, dan 
mencegah Kiki yang ingin ganti mengulum. Dia berbisik pada Kiki, 
“Maafkan aku, tapi aku benar benar ingin segera disetubuhi.” Tanpa 
berpikir panjang apa reaksinya, Dina mencium dengan lembut bibir wanita 
di hadapannya ini dan berdiri. Jemarinya bergerak ke tali pengikat 
g-stringnya, dengan perlahan diturunkannya, membuat dirinya telanjang 
tak beda dengan semua yang berada dalam ruangan ini.
Johan sangat terkejut saat melihat ciuman singkat yang dilakukan oleh 
kedua wanita cantik ini dan membuatnya tak merespon langsung akan 
kecantikan dari wanita yang telanjang seutuhnya di hadapannya. Kulit 
putihnya terlihat indah dan Johan merasa senang melihat Dina tak 
mencukur habis rambut kemaluannya. Dia masih menyisakan segaris tebal 
rambut di atas bibir vaginanya yang tebal. Rambut itu terlihat sangat 
pendek seakan baru saja tumbuh, dan vulva yang membuka karena gairahnya 
dan seakan mengisyaratkan sudah benar-benar siap. Dina menaiki 
pangkuannya, menggosokkan payudaranya ke wajah Johan, dan mulai 
menurunkan pinggulnya pada batang terbaik yang pernah dia setubuhi. Tak 
ada halangan di pintu masuk, dan segera saja, bibir vaginanya yang 
sensitif bertemu dengan rambut ikal dari kemaluan Johan.
Kiki memandang penis Johan memasuki vagina Dina dan sebuah getaran 
melandanya. Belum pernah dia menyaksikan pasangan lain melakukan 
hubungan seks di hadapannya, tidak sedekat ini! Ini sangat membakar 
gairahnya.
Kiki menyapukan pandangnya ke sekitar. Dany sudah nggak ada, tapi Ahmad 
masih duduk di situ, sendirian di tengah sofa, memegangi batang penis 
terbesar yang pernah dilihat dalam hidupnya dengan tangannya. 
Ekspresinya seperti layaknya seorang anak kecil yang menatap mainan di 
balik kaca toko. Dia tak tahu mana yang harus di lihat, terlalu banyak 
pemandangan untuk direkam ingatannya. Kiki tertawa melihatnya, merasakan
 betapa naturalnya semua ini terjadi.
Dia merangkak ke arah sofa dan meringkuk di sebelah Ahmad. “Apa yang kamu pikirkan?” bisiknya di telinga pria ini.
Ahmad memikirkan sesuatu, tapi tak mampu mengucapkannya. Dia pandangi 
wanita cantik di sebelahnya ini, tak pernah sekalipun dalam hidupnya 
akan bisa melihat wanita seperti ini telanjang. Dia sangat cantik, sagat
 cerdas, terlalu berkelas baginya. Tapi disinilah dia berada sekarang, 
duduk dengan kaki melipat di bawahnya, payudaranya menekan erat 
lengannya dan tangannya yang mengelus kejantanannya.
“Aku berpikir, apa yang sudah kulakukan hingga aku bisa menerima ini?’”
Kiki tertawa pelan. “Kamu sudah memenangkan kontes ciuman,” jawabnya, 
dan perlahan mengangkat kepalanya, mendekatkan bibirnya pada pria muda 
ini. Mereka saling berciuman dengan mesra dan penuh gairah, membuat Kiki
 semakin bergairah dan terangsang. Sebuah ciuman selalu membuatnya 
terangsang, tapi belum pernah dia seterangsang ini hanya dengan sebuah 
ciuman sederhana saja.
“Ohhh,” dia melenguh, merasakan jemari pria ini menelusuri bagian dalam 
pahanya, hingga pada belahan vaginanya. Dia hentikan ciuman ini untuk 
melepaskan erangannya, lalu dengan lapar kembali melumat bibir Ahmad. 
Nggak lagi ciuman singkat, dia membutuhkan ciuman yang lebih dalam 
seiring jari Ahmad yang mulai memasuki vaginanya yang basah.
Kiki menjauh darinya dengan cepat, menatap matanya yang tajam. Mata itu 
penuh dengan hasrat dan birahi, dan tiba-tiba dia merasakan punya 
kekuatan yang besar. Dia yang mengendalikan di sini, seperti halnya 
Dina. Kembali dia merapatkan bibirnya, dia merebahkan tubuhnya 
kebelakang dan menarik Ahmad ke atasnya. Dengan sebelah kakinya menekuk 
dan sebelahnya bersandar pada sandaran sofa, dia benar-benar terbuka dan
 siap menyambutnya untuk menggantikan jari dengan batang penisnya yang 
seperti milik bintang film porno itu.
Kiki membimbing batang penis besar itu ke arah vaginanya, membelah bibir
 vaginanya yang hangat. “Uhhhh!” erangnya, sedikit rasa sakit bercampur 
dengan kenikmatan, saat penisnya membelah dan mendorong dan mengisinya 
melebihi semua yang pernah dirasakan Kiki sebelumnya. Dia merasa rapat 
seperti perawan, dan itu membuat Kiki semakin gila oleh hasratnya. Ingin
 rasanya agar Ahmad menyentakkan dengan keras ke dalam vaginanya, tapi 
sadar jika Ahmad tak akan melakukan hal itu.
Ahmad sangat berhati-hati dengan wanita menggiurkan di bawah tubuhnya 
ini. Dia selalu sabar jika berhubungan dengan seks. Dia tahu kalau dia 
lebih besar dari kebanyakan pria, dan dia merasa kalau itu adalah sebuah
 anugerah. Beberapa wanita merasa ngeri dengan ukuran penisnya. Yang 
lainnya berusaha memasukkannya, tapi mengatakan kalau itu terlalu 
menyakitkan. Dia hampir tak pernah mendapatkan oral seks. Karena terlalu
 besar.
“Lebih keras,” kata Kiki disela geretakan giginya. Ahmad melihat ke 
bawah dan melihat ekspresi wajah Kiki yang diselimuti campuran antara 
kesakitan dan birahi. Ditekannya masuk lebih keras batang penisnya, 
menariknya sedikit, lalu mendorongnya masuk lebih ke dalam. “Lebih keras
 lagi,” perintahnya lagi, dan Ahmad mengulangi gerakan mengayunnya, 
hanya saja kali ini lebih cepat. Wajahnya mengisyaratkan rasa sakit, 
tapi Kiki mengerang nikmat, “Ohhhh, yesss!”
“Ayo sayang, setubuhi aku seperti dalam semua mimpimu.” Suaranya terdengar berat dan menahan nafas.
Ahmad memompa dengan lebih keras lagi dan Kiki memintanya lebih keras 
lagi. Ahmad menghentak hingga dia merasakan tulang selangkangannya 
menghantam rambut mungil di atas kelentitnya, dan Kiki menggeram. 
Mencengkeram erat batang penis didalam tubuhnya dengan dinding 
vaginanya, dia tersengal dan mengerang keras. “Yess! Oh fuck, rasanya 
sangaatt nik-mattt!” Ahmad semakin terpacu. Tak lagi dengan gerakan 
romantis yang lembut, yang biasanya dia lakukan saat berhubungan seks 
dengan wanita, tapi lebih cepat dan hentakan yang lebih keras dan kasar.
 Ditariknya separuh bagian dari batang penisnya sebelum menyentakkan 
masuk kembali didiringi erangan dari wanita di bawah tindihan tubuhnya 
ini. “Ya! Ya! YA!” Punggung Kiki terangkat melengkung ke atas, 
payudaranya terdorong ke depan, putingnya menonjol keras bagaikan sebuah
 berlian kecil.
Ahmad merasa saat menyetubuhi tubuh Kiki sangat nikmat, dia merasa takut
 jika dia akan membuat wanita ini terluka tapi tak mampu menghentikan 
dirinya sendiri. Dia menyentaknya lebih keras dan jauh lebih keras lagi,
 yang semakin membuat Kiki mengerang bertambah keras. “Uh! Uh! UH! NGH! 
UH!” Seluruh tubuhnya terguncang ketika gelombang demi gelombang orgasme
 menggulungnya, membuat seluruh persendian tubuhnya terguyur kenikmatan 
dan rasa sakit dan birahi yang tak pernah terpuaskan. “Fuck, sayang… 
AK-KU… KELUAR SEKARANG! NGH! NGHHHH!”
Mendengar kalimat ini keluar dari bibir isteri pria lain sudah lebih 
dari cukup baginya. Sebelah tangannya mencengkeram keras payudara wanita
 ini satunya lagi memegangi pinggulnya dan mengejang keras saat dia 
meledak di dalam rahim Kiki. “UHHH!” erangnya, kenikmatan ini hampir 
meledakkan jantungnya. Batang penisnya berdenyut tak terkendali di 
sepanjang dinding vagina lembut milik Kiki, yang membuat orgasme Kiki 
mencapai titik puncaknya.
Kiki tak mampu menahannya lagi. Pandangannya kabur. Sekujur tubuhnya 
dipeluk kebahagiaan dari surga ke tujuh. Dapat dirasakannya semburan 
sperma Ahmad menyembur seakan aliran magma yang panas memenuhinya, 
mengisikan madu cintanya jauh ke dalam rahimnya yang sudah terikat dalam
 pernikahan. Ini terlalu berlebih! Dia kehabisan nafas. Tubuhnya seakan 
terhempas dan ditelan jauh kedalam sofa ini. Segalanya terasa pudar. Hal
 terakhir yang diingatnya sebelum tak sadarkan diri adalah betapa 
indahnya merasakan ‘terisi dengan penuh’.
Ahmad rubuh menindih Kiki. Tubuh mereka lengket oleh keringat yang 
membasahi sekujur tubuh dan juga sofa ini. Ditariknya keluar batang 
penisnya dari vagina Kiki yang sekarang terlihat terbelah lebar dan lalu
 memelukya mesra. Tiba-tiba dia merasa sangat lelah, dan merasa sangat 
bahagia memeluk wanita ini dalam dekapannya. Tak ada tempat lain yang 
diinginkannya selain di sini.
*****
Bersambung
      
     
     
Langganan:
Posting Komentar
                            (
                            Atom
                            )
                          
0 komentar:
Posting Komentar