Aku ketiduran cukup lama rupanya setelah meraih orgasme dengan tanganku
sendiri tadi, dibantu bayangan istriku yang tengah kubayangkan digauli
oleh kedua keponakanku yang memiliki batang penis besar dan panjang itu.
Kulihat jam dinding menunjukkan pukul 09.30, dan aku belum mengambil
air untuk mandi nanti sore, waahh gawat ini bisa tidak mandi nanti orang
serumah batinku cemas. Segera aku bergegas bersiap-siap dan mengambil
timba di dapur.kulihat istriku belum mandi dan tengah memasak untuk
makan siang. Sementara budi dan sandi sudah berangkat karena tak
kutemukan mereka di dalam rumah maupun dibelakang rumah. “dik, aku
kesungai dulu ya ambil air, tadi mas ketiduran cukup lama rupanya”
pamitku pada istriku, “iya mas, ambil secukupnya saja, persediaan air
kita masih cukup kok kebetulan kemarin sumur kita ada sedikit air cukup
buat mandi dan mencuci dirumah, habis ini aku mau mencuci mas sekalian
mandi dikamar mandi “sahut istriku, “iya dik, mas berangkat dulu”
sahutku dan disambung istriku “hati-hati dijalan mas” lambai istriku
dari pintu dapur.
Aku berjalan menyusuri jalan desa menuju sungai tempat mengambil air,
ditengah jalan aku bertemu dengan pak dodi ketua RW dan pak joko
bendahara desa. Kulihat mereka tengah menenteng tas dan membawa map.
Kusapa mereka “wah mau kemana pak dodi dan pak joko kok sibuk
sepertinya?” sapaku pada mereka. “eh mas Fais kebetulan ketemu disini,
ini kami lagi menarik iuran untuk pembayaran pertunjukan di lapangan
desa kemarin lusa, ternyata ada kekurangan pembayaran jadi akhirnya oleh
pak lurah, kekurangan biaya tadi dipukul rata ke penduduk desa mas”
jelas pak joko selaku bendahara. “Dan ini rencana nya juga kami nanti
mampir kerumah mas fais untuk menarik iuran ibu mas fais, kalau mas fais
ada uang Rp. 5.000; sekarang jadi nanti saya tidak perlu mampir kerumah
mas” sahut pak dodi menambahi. Uang segitu bukanlah jumlah yang besar
bagiku, namun ketika kurogoh saku celanaku ternyata aku tidak membawa
uang sama sekali apalagi dompet. “waduh saya pas tidak membawa uang ini
pak dodi, tapi dirumah nanti ada istri saya kok, biar nanti dibantu
istri saya saja pak, bilang saja tadi sudah ketemu dengan saya dijalan”
jawabku singkat. “ya sudah kalau begitu mas, saya tak ke bu rumini dulu,
nanti sekalian kerumah mas fais” sambung pak joko. “mari mas fais kami
berangkat dulu” tambah pak joko, “iya mari pak…”jawabku singkat.
Aku bergegas kesungi untuk mengambil air, namun ketika aku sudah
mengambil air, dan bersiap kembali kerumah, aku teringat jika istriku
tadi hendak mandi. Wah, aku kok lupa ya, gawat jika pak joko dan pak
dodi melihat penampilan istriku dengan dasternya tadi. Aku buru-buru
kembali kerumah dengan langkah yang sedikit cepat, 2 timba yang kupikul
itu awalnya berat kini tidak lagi kurasakan. Sepanjang jalan air dari
timba berceceran kemana-mana. Setelah aku sampai dihalaman belakang, aku
tak menemukan istriku didapur, kemana istriku???jangan-jangan dia sudah
menemui pak dodi dan pak joko, aku tidak kepikiran mencari istriku di
kamar mandi karena tak kudengar gemericik air pertanda orang mandi. aku
memutar lewat halaman samping rumah dan justru tidak masuk rumah. Ketika
setengah berlari aku mendengar suara pak dodi memanggil-manggil
penghuni rumah menandakan ada tamu yang berkunjung, namun kemudian
begitu aku sampai justru aku mendengar langkah kaki mereka menjauh dari
pintu depan dan melangkah menuju depan (sisi rumah yang satunya dimana
terdapat dapur, kamar mandi dan pelataran sumur tempat menjemur baju).
Wah dimana ya istriku kalau didepan tidak ada, aku kemudian bergegas
hendak menyapa mereka ketika mereka sampai di pintu pelataran halaman
belakang, aku mengurungkan niatku karena mereka tiba-tiba tertegunn
seperti terkejut melihat sesuatu. Aku melangkah mengendap-endap dan
mencari posisi yang tepat untuk dapat melihat apa yang mereka lihat.
Begitu aku mengarahkan pandangan dimana pak dodi dan pak joko melihat,
aku terkejut setengah mati. Kulihat istriku tengah menjemur pakaian
membelakangi kami sehingga dia tidak mengetahui kedatangan pak dodi dan
pak joko yang ada dibelakangnya.aku bingung harus memanggil pak joko dan
pak dodi atau tidak, namun jika kupanggil nanti malah membuat istriku
malu karena melihat dia yang setengah telanjang diperhatikan 2 orang
asing. Istriku rupanya baru selesei mandi dan hanya berbalut handuk yang
melilit tubuhnya, handuk itu tidak cukup besar untuk melilit tubuhnya,
sehingga hanya dipakai sekenanya saja oleh istriku. Bagian payudara
istriku terlihat sangat mencuat seperti hendak tumpah dan bagian bawah
sangat pendek, hanya 10cm saja dibawah pantat istriku, sehingga jika
istriku membungkuk mengambil baju yang hendak dijemurnya dari ember
larutan pewangi pasti akan terlihat bongkahan indah pantat istriku serta
belahan liang senggamanya yang tembem merekah merah. Pak joko dan pak
dodi terpaku melihat keindahan tubuh istriku, berkali-kali mereka
menelan ludah karena terangsang melihat wanita cantik dari kota yang
kini ada dihadapannya tengah berpenampilan setengah telanjang. Setelah
istriku selesai menjemur semua pakaiannya tiba-tiba saja dia berbalik
sembari melepas lilitan handuknya. Payudara istriku yang besar dan
montok itu seolah terbebas dari kekangan dan borgoncang dengan indahnya,
karena cepatnya gerakan istriku melepas dan menyampirkan handuk pada
jemuran tadi sehingga dia tidka menyadari ada orang yang tengah
memperhatikannya dengan penuh nafsu, dapat kulihat batang penis kedua
orang ini tengah ereksi dari gembungan pada celananya. Istriku dengan
santai nya mengibaskan rambut curly nya yang basah seusai keramas tadi
hingga dia pun melihat kearah pintu masuk pelataran. “aahhh” istriku
terpekik kaget melihat ada 2 orang pria dewasa tengah melihat
ketelanjangannya, buru-buru dia menutupi payudaranya yang besar dan
kemaluannya dengan menyingsutkan lengannya namun tentu saja itu tidak
dapat menutupi sepenuhnya bagian payudara istriku karena tidak cukup.
Istriku berusaha menggapai handuknya kembali, namun saying handuk itu
justru terjatuh pada ember larutan pewangi yang tadi dipakainya membilas
baju yang telah dicucinya. Istiku berusaha mengambil handuk nya yang
basah tadi dan hendak memakainya. Namun ternyata tiba-tiba pak dodi sang
ketua RW dengan beraninya menenangkan istriku, “dik dik disha, ini saya
pak dodi RW di lingkungan ini, dan ini pak joko bendahara desa, apa dik
disha lupa?” , “iya dik disha, kami tadi ketemu suami dik disha waktu
mengambil air, kami mau menarik iuran desa dik, kata mas fais tadi
disuruh minta ke dik disha saja” jelas pak joko. Istriku sudah sedikit
tenang namun tangannya masih berusaha menutupi payudaranya, sementara
handuk yang tadi depegang dengan tangan kiri diabaikan dan jatuh kembali
kedalam ember. “oh, iya pak saya ingat, maaf tadi saya kira ada maling
masuk rumah makanya saya takut pak” jawab istriku sedikit santai. “wah
dik disha habis mandi yah?kok telanjang-telanjang menjemur baju” Tanya
pak dodi mesum sambil cengar-cengir pada pak joko. “iya nih, kita kan
jadi tidak enak kan pak dod” sambung pak joko terkekeh. “waah maaf yah
pak dodi, pak joko saya menyambut tamu tidak sopan begini” sahut istriku
masih berusaha menutupi payudaranya namun liang kewanitaannya dibiarkan
terbuka bebas. “ah tidak mengapa dik disha, tidak usah sungkan atau
malu sama kami, lagipula kami dari tadi sudah melihat dik disha dan kini
papa bedanya kan” ucap pak dodi tersenyum-senyum. Diluar dugaan justru
akhirnya kini istriku menurunkan tangan kanan nya yang tadi menutupi
payudaranya dan sekarang keindahn payudara istriku dengan puting merah
kecoklatan itu terpampang dihadapan kedua orang tua yang pantas menjadi
ayahnya istriku itu .
Ketika istriku menurunkan tangan yang menutupi payudaranya tadi dan kini
sepenuhnya dia telanjang, pak dodi dan pak joko berdecak kagum
“waawww….”, namun justru istriku tertawa saja melihat tingkah kedua
orang kurang ajar itu dan membuat payudara besarnya berguncang-guncang
seiring gelak tawanya. “ahh sudah-sudah pak dodi dan pak joko apa-apaan
sih, kayak tidak pernah lihat perempuan gak pakai baju saja, kan juga
sudah sering lihat istri-istrinya kan pak” sahut istriku. “wah tapi klo
lihat dik disha kan lain cerita lagi, ya gak pak joko” sambung pak dodi,
“iya betul itu dik, kalau lihat dik disha kami seperti berada disurga
melihat bidadari yang cantik dan menggoda” sahut pak joko memuji
istriku. Istriku bukannya berpamitan untuk segera kedalam rumah
mengambil pakaian mengenakannya dan kembali dengan membawa uang , tetapi
justru menanggapi candaan mereka. Istriku terlihat santai membalas
obrolan-obrolan mereka yang menjurus kearah ranjang tanpa sedikitpun
rasa canggung. Cukup lama mereka bertiga berdiri, dan kesempatan itu
tidak disia-siakan oleh kedua orang tua itu. Berkali-kali mereka meneguk
ludah menahan diri supaya dapat terus bisa lebih lama menikmati
ketelanjangan istriku. “oia, mas fais kok belum datang ya pak?” tanya
istriku , “wah tidak tahu ya dik, tadi sih bapak ketemu pas ngambil air,
mungkin ngobrol dulu dengan warga pas disungai”sahut pak dodi terkekeh.
“tadi kan mas fais sudah bilang kalau akan dibantu dik disha jadi
mungkin mas fais lama baliknya karena sudah merasa akan dibantu dik
disha buat pembayarannya”, “mari masuk kerumah pak” sahut istriku
mempersilahkan kedua orang itu masuk rumah. Namun bukannya mereka masuk
melalui pintu depan, tetapi malah mengikuti istriku dari belakang lewat
pintu dalam. Mereka sibuk membetulkan posisi batang penis mereka yang
tegang supaya tidak ketahuan istriku, kulihat mereka memperhatikan
goyangan pinggul dan pantat istriku ketika berjalan dibelakangnya. Aku
harus mencari tempat untuk melihat apa yang akan dilakukan istriku, aku
berputar kembali dan bersiap didekat jendela ruang tamu. Sementara itu
pak dodi dan pak joko sudah duduk ditemani istriku yang tengah
bertelanjang bulat. Istriku menyilangkan kaki nya sehingga bulatan
pantatnya terlihat sangat seksi ketika duduk. “pak joko dan pak dodi mau
minum apa?” tawar istriku, “ah ndak usah repot-repot dik disha, kami
kesini kan cuma sebentar” jawab pak budi, “iya, dik disha disini saja,
temani kami mengobrol sambil menunggu mas fais”, sambung pak joko. “ah
pak joko ini nanti kalau dilihat mas fais bagaimana istrinya tengah
telanjang bersama bapak bapak” sahut istriku, “waahh jadi kalau mas fais
belum datang mau ya menemani kita disini dik disha?” tawa pak budi.
“ahh udah ah, saya buatin minum dulu ya” balas istriku sambil berjalan
kearah dapur. Sementara itu pak dodi dan pak joko kudengar
berbisik-bisik
“wah gila banget dod istrinya si fais, gatal juga ternyta dia”,
“iya jok, gak nyangka aku ternyata si disha binal juga, masak dia kagak malu telanjang didepan kita”,
“kamu tadi lihat kan dod, gimana bodynya si disha istrinya fais, seksi
dan bahenol banget dodd, teteknya gede baget tapi ndak kendor, tempik e
ya tembem habis dicukur”,
“kontolku ngaceng iki jok, pengen tak ‘ancheli’ tempik e si disha, kayaknya memang pengen kita kenthu itu istrinya si fais”
“wah beruntung banget ya si fais dapat istri cantik seksi kayak disha
itu, kalau itu istriku sudah tak kenthu terus dengan kontolku ini dod”
sahut pak joko sambil memamerkan batang penisnya yang besar dan panjang.
“wah kontolku ya gak mau kalah ini jok, sudah ngaceng dari tadi ini” pak
dodi juga mengeluarkan batang penis yang tidak kalah dengan pak joko.
“kira-kira si fais bisa memuaskan istrinya apa kagak itu, modele mlempem gitu kayak krupuk kena sayur” ejek pak dodi
“sepengetahuanku didunia perkenthuan, hehehe disha itu model-model yang
galak diranjang dod, wajahnya lihaten, wajah-wajah haus seks itu, terus
lihaten badane, model bongsor dan teteknya besar padat itu dia gak mau
kalah sama suami, ditambah lagi betisnya disha itu membunting padi,
betis model itu gak puas jika cuma dikenthu satu ronde saja, butuhe
pasti yang gede, panjang trus beberapa ronde jika lagi dikenthu, juga
kalau ngenthu pengennya pasti diatas dan aku yakin pasti fais gak bisa
buat disha merem melek, yang ada paling fais crot duluan” pak joko
menjelaskan pengalamannya,
“hahahaha”
Itulah sedikit percakapan yang kudengar dari jendela tempatku mengintip.
Hatiku panas dingin mendengar pembicaraan kotor mereka berdua, memang
benar apa yang dikatakan mereka, gairah istriku sangat tinggi, dia juga
merupakan wanita yang cerdas terlebih disha sangat sempurna kecantikan
wajahnya, sehingga dapat menggoda siapapun yang menatap wajahnya. Aku
memang tak pernah bisa memuaskan istriku ketika aku menyetubuhinya,
hanya menggenjotnya beberapa menit aku sudah tidak bisa mengatur ritme
sodokan pada liang kenikmatan istriku dan tak lama kemudian crooot
croott menyemburlah sperma ku pada rahim istriku. Namun tak dapat
kupungkiri jika mendengar omongan cabul kedua bapak-bapak itu tentang
istriku justru membuatku terangsang, kemaluanku menegang keras sekali.
Pak joko dan pak dodi masih sibuk dengan permainan tangan mereka pada
kemaluan masing-masing, keduanya sama-sama besar dan panjang. Mereka tak
menyadari jika istriku telah selesei membuatkan minum dan tengah
berjalan kembali keruang tamu. Istriku yang cantik itu begitu terkejut
melihat apa yang terjadi diruang tamu, namun keterkejutan itu bukan
dikarenakan kedua bapak itu tengah memainkan batang penis mereka, tetapi
istriku melihat bahwa didepan matanya kini ada 2 batang penis yang
besar dan panjang tengah ereksi maksimal. Menyadari bahwa istriku sudah
kembali, pak dodi dan pak joko buru-buru memasukkan kembali batang penis
mereka.
“hayoo pak joko dan pak dodi ngapain itu kok buka-buka celana?” tanya istriku biasa saja
Melihat ekspresi dari istriku yang biasa saja tersebut, pak joko dengan kurang ajarnya berkata pada istriku
“didalam sesak soalnya dik, biar nyaman kita keluarkan deh, ya kan pak dod?
“iya dik, habisnya panas-panas gini lihat yang panas juga” sahutnya sambil cengar-cengir
“hahaha…pak dodi dan pak joko bisa saja ah”tawa istriku melihat kelakuan mereka
“kalau masih sesak dikeluarkan saja lagi pak, daripada nanti malah
kesemutan, hahaha …. ya sudah saya ambilkan uangnya dulu pak, ini
kopinya diminum dulu”
Nampak istriku terpesona dengan kedua batang penis milik pak dodi dan
pak joko, bahkan aku dapat melihat jika liang kewanitaannya sedikit
mengkilat karena basah. Istriku masuk kedalam kamar dan kemudian duduk
termenung diatas dipan tempat tidur. Perlahan istriku mulai mengelusi
bibir liang senggamanya dan tangan yang satunya lagi asyik meremasi
payudaranya, “aahhh…. ahhhh ….” desahannya cukup keras hingga akupun
dapat mendengarnya yang ada diluar ruangan. Tentu pak dodi dan pak joko
pun dapat mendengar desahan istriku. Mereka berdua berpandangan ketika
desahan desahan itu kian panjang dan disertai lenguhan. Gila! Apa yang
istriku lakukan, apakah dia bermaksud hendak memancing mereka masuk
kedalam kamar, menunggu salah satu atau bahkan keduanya berani masuk
karena merasa diundang oleh istriku melalui desahan dan lenguhannya. Aku
harus menghentikan ini, aku mungkin bisa menerima ketika melihat aksi
persetubuhan istriku dengan mas teguh disungai kala itu atau ketika
istriku digauli oleh pardi dikebun tebu saat dia menonton pertunjukan
rakyat. Namun, aku tak siap jika melihat istriku akan digauli lagi, oleh
2 orang tua yang sepantasnya menjadi bapak istriku itu, apalagi ini
dirumah keluarga ku. Bagaimana jika ibuku sampai terbangun dan melihat
apa yang dilakukan oleh menantunya itu.
Aku bergegas lari kepintu belakang supaya seolah-olah aku dikiran baru
tiba dari sungai ketika pak joko dan pak pardi berdiri hendak
melangkahkan kaki nya kekamar kami. Saat aku sampai dipintu belakang,
aku pura-pura berteriak memanggil istriku.
“dik, kamu dimana???kok didapur dan dikamar mandi tidak ada?”
“dik kamu apa ada dikamar?”
Teriakanku tersebut membuyarkan kenikmatan yang hendak diraih istriku
sekaligus menggagalkan niatan kedua orang tua tadi yang hendak berjalan
ke kamar kami. Aku lantas kemudian menuju ruang tamu dan melihat pak
joko dan pak dodi yang tengah sibuk membetulkan celana mereka.
“eh pak joko dan pak dodi, sudah lama pak? Tanyaku berbasa basi
“ah barusan kok mas fais, ini saya dengan pak joko juga baru saja tiba” balas pak dodi
“oia pak, istri saya dimana?” tanyaku pada mereka
“iyaa mas, adik ada dikamar lagi mengambilkan uang buat iuran” teriak istriku dari dalam kamar
“sebentar ya pak, ditunggu dulu” sahutku
“iya mas” sahut mereka bersamaan.
Aku berjalan kearah kamar, dan melihat istriku tengah telanjang mencari dompetnya dilemari.
“lho dik, kamu kok gak pakai baju sih?”
“maaf mas, tadi handuk ku basah pas aku jemur pakaian, dan ketika itu
pak dodi dan pak joko datang, akhirnya aku persilahkan mereka duduk dulu
didepan”
“jadi kamu tadi telanjang menemui mereka dik?!”
“maaf ya mas, adik tidak sengaja tadi” jawab istriku memelas
aku yang tadi hendak berpura-pura marah untuk menghentikan sifat istriku
yang telah menghianati perkawinan kami justru malah terpengaruh dengan
kepura-puraan istriku itu, wajahnya begitu polos hingga aku tidak tega
memarahinya meski itu hanya pura-pura.
“ya sudah lah dik, mau bagaimana lagi, sudah terlanjur, kamu segera
pakai baju biar gak kedinginan” jawabku untuk menenangkannya. Kemudian
aku mengambil uang dari dompetku yang ada dicelana yang kugantungkan
dibalik pintu kamar.
Kemudian tak lupa aku tutupkan tirai kamar sebelum menemui pak joko dan pak dodi,
“wah maaf menunggu lama ya pak”
“tidak apa-apa kok mas fais, hitung-hitung istirahat sebentar setelah
‘berpanas-panasan’ tadi, apalagi kami sudah dibuatkan kopi sama dik
disha” sahut pak dodi sambil cengengesan.
“kamu ini kok senyam-senyum terus dari tadi pak dod, obatmu habis ya?” seloroh pak joko diiringi gelak tawa mereka berdua.
Setelah berbasa-basi sebentar mereka hendak undur diri, namun istriku
belum juga kembali kemari setelah tadi aku suruh berpakaian.
“saya dan pak joko pamit permisi dulu mas Fais, terima kasih atas keramahannya”
“oia, dik disha tadi kemana mas Fais kok tidak kelihatan?” tanya pak joko
“mungkin istirahat dikamar pak”
“oia, kami lupa jika tadi kami lewat pintu belakang waktu masuk kesini tadi”
“iya pak silahkan”, aku memberi jalan kepada mereka untuk kembali
kebelakang lewat ruang tengah yang melewati kamar kami. Namun ketika
kami bertiga melewati ruang tengah kulihat tirai pintu yang tadi kututup
sekarang terbuka lebar, dan tak lama lagi kami bertiga akan sampai
didepan pintu kamar. Padahal aku tadi sangat yakin sudah menutup Benar
saja, kulihat istriku yang cantik, masih dalam keadaan telanjang bulat
tanpa sehelai benang pun itu kini tengah berlenggak-lenggok didepan
cermin seolah tidak menyadari kehadiran kami, hingga pak joko dengan
santainya menyapa istriku
“dik disha kami permisi pulang dulu” sahutnya sambil mendekat kepintu
kamar, sementara itu pak dodi mengekor dibelakang pak joko meninggalkan
aku yang tengah terpaku tidak percaya dengan apa yang kulihat ini.
Istriku pura-pura terkejut dan reflek menutupi payudara dan liang
vaginanya dengan tangan dan menyilangkan pahanya. Namun ketika pak joko
dan pak dodi sudah didepan pintu mengulurkan tangan untuk berjabat
tangan, istriku dengan santainya menyalami pak dodi dan pak joko
sehingga kini payudara istriku terpampang jelas didepan mereka dan
didepan mataku. Tentu hal ini membuat pak joko dan pak dodi
senyum-senyum melihat keberanian istriku yang nekat memamerkan tubuh
indahnya, yang harusnya hanya milikku dan hanya aku yang dapat menikmati
indah tubuhnya itu malah kini dapat dinikmati mereka berdua.
“hati-hati dijalan pak, kapan-kapan jangan sungkan datang lagi kemari” sahut istriku ketika mereka tengah berjabat tangan.
Aku yang mendengar itu semakin larut dalam kecamuk ego dan emosi seolah
tidak percaya jika istri yang kucintai, dishaku yang cantik itu
terang-terangan mengundang mereka kembali dan mungkin untuk kunjungan
mereka berikutnya adalah didalam kamar kami.
“wah pasti kami dengan senang hati akan berkunjung lagi dik, ya kan pak joko” sahut pak dodi.
“iya pak dodi, oia kami permisi dulu mas fais?” balas pak joko namun aku
masih terdiam dalam lamunan hingga tidak menyadari jika aku dipanggil
mereka
“mas, mas fais ngelamunin apa sih? Ini pak dodi dan pak joko mau pamitan !?” teriak istriku
“oh maaf pak, iya mari besuk-besuk datang lagi kemari” aku tanpa sadar
mslsh mengundang mereka, mempersilahkan mereka berkunjung kemari. Aduh
apa yang aku lakukan tadi gerutuku.
Akhirnya aku mengantar mereka sampai ke pintu belakang, dan ketika aku
kembali kekamar tiba-tiba saja istriku menarikku hingga jatuh diatas
kasur.
“dik ada apa?” tanyaku heran
“mas, bercinta yuuk, adik pengen nih? Sahutnya cepat sambil mengocok batang penisku yang sudah tegang dari tadi.
“wah mas juga pengen yah, ini buktinya sudah tegang” sahut istriku sambil mengocok batang penisku.
“dik, sepongin batang mas ya?pintaku
“aduh mas, mas kan tau adik gak bisa, lagipula adik kan gak mau” sungut istriku tanpa berhenti mengocok penisku
Munafik kamu dik, dengan batang penis pardi aja kamu mau mengoralnya,
bahkan membersihkan batang penisnya dari sisa sperma seusai
menyetubuhimu. Tapi denganku sendiri malah kamu menolak, apa kamu tidak
bergairah jika batang penisku ini tidak panjang dan besar ucapku dalam
hati.
“ayoo mas masukin cepat ke memek adik mas, adik udah gak tahan” pinta istriku
Aku arahkan batang penisku ini ke liang kenikmatannya yang sudah sangat
basah, dan ternyata cukup gampang batang penisku ini memasuki rongga
dinding liang vaginanya. Nampak wajah kecewa dari raut muka istriku,
namun karena dia sudah sangat bergairah dia mempercepat goyangan
pinggulnya. Aku kewalahan mengimbangi goyangannya , istriku seperti
kesetanan, belum pernah aku melihatnya seperti ini. Ditengah-tengah
lautan birahi yang melandanya, tanpa sadar dia meracau
“ahhhh mas ayoo sodok yang dalam….sodok masss ahh ahh…..”
“mas gedein masss, gedeiin dan buat adik puaasss “
Aku tidak percaya mendengar istriku berkata demikian, terang-terangan
dia meminta batang penis yang panjang dan besar yang bisa mengaduk-aduk
liang senggamanya hingga menyentuh dinding rahim. Akan tetapi, itu
justru membuatku kembali bergairah mendengar racauan istriku tadi, aku
yang tadi hampir saja keluar, justru mendapatkan kembali tenaga untuk
menyodok vagina istriku sedikit lebih lama. Dan akhirnya istriku
mendapatkan orgasmenya,
“aaaaaahhhhhhh masss nikmaaattt” desah istriku ketika orgasmenya datang.
Namun aku yakin, bukan karena aku hebat atau apa, tetapi karena tadi
istriku tengah dilanda birahi menunggu datangnya dua pejantan yang siap
menyetubuhi dan menuntaskan birahinya , namun tiba-tiba kuhentikan dan
kini istriku tidak punya pilihan lain, selain terpaksa menuntaskan
birahinya denganku, kasihan sekali kamu dik, maaf kan suamimu ini
ratapku dalam diam.
Home
Cerita Eksibisionis
Disha
Penulis Lain
Cerita Eksibisionis Disha : The Begining, Binalnya Istriku | Iuran Bersih Desa
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar