Kisah ini kudapat pada saat aku sedang dipijat oleh tukang pijat
langgananku. Dia adalah tukang pijat yg biasa di panggil ke rumah2 di
lingkunganku. Namanya MakNah, Umurnya sekitar 45 tahun lebih sedikit,
punya empat orang anak yg semuanya merantau ke Jakarta, suaminya seorang
mandor bangunan, yg kerjanya sering keluar kota ngerjakan pembangunan
perumahan baru, jadi pulangnya bisa satu minggu sekali. MakNah memang
seorang tukang pijat yg bisa dibilang handal sekali, karena kata orang
banyak yg cocok dengan pijatannya.
Aku emang udah sering sekali dipijat dengan MakNah, pijatannya pas
buat aku, keras gak, lunak juga tidak, jadi pas banget. aku tahu
kebiasaan MakNah kalo sedang mijat, tanpa ada yg dilihat, dia akan
cepet, paling banter 1,5 jam dah selesai, tapi kalo mijetnya sambil liat
televisi, apalagi sinetron kesayangannya bisa ampe 2,5 jam mijetnya.
Makanya tiap mau dipijet MakNah, aku ajak dia ke ruang belakang dekat
dapur, kemudian kubentangkan matras di depan televisi. Biar mijetnya
lama, sampai aku ketiduram. Nah awal mula cerita ini bisa keluar dari
sini. MakNah memang belum tahu kebiasaanku kalo dirumah, dengan beberapa
anak kostku. Dari sinilah dia tau sedikit banyak tentang keisenganku
pada anak2 kostku.
Jam 08 pagi kurang sedikit MakNah datang kerumahku setelah aku telepon
dia untuk memijatku, kusuruh dia menungguku di belakang setelah
menyiapkan matras, dan televise kunyalakan. Aku pamitan ke MakNah tuk
ganti bajuku dengan sarung seperti kebiasaanku saat dipijat biar ga kena
minyak pas dipijat nanti. Aku keluar hanya memakai sarung yg kulilitkan
didadaku tanpa menggunakan apa2 didalemnya, sambil membawa bodylotion
buat pijet. Aku tengkurap di atas matras, sambil menikmati pijatan
MakNah. karena dipijat membuat sarung yg kupakai menjadi tidak berarti,
sarungku jadi hanya seperti ikat pinggang yg melingkar di pinggangku,
karena MakNah sendiri mijetnya sambil asyik nonton televise.
Ga terasa aku ketiduran karena enaknya pijatan MakNah, dan kondisiku
masih seperti tadi, dengan tubuh yg polos, karena sarung yg tersingkap
dan mengumpul di pinggang, sedangkan aku tidak memakai daleman sama
sekali.
Aku terbangun saat MakNah membangunkanku, karena ada anak tetangga yg
masuk kerumah mencariku, dengan malas2an aku buka mataku, kulirik jam
dinding udah jam 9 lebih. Ternyata aku telah tertidur lebih dari satu
jam. Lalu kutanya ke MakNah siapa yg mencariku, dia memberi isyarat
dengan matanya, pandanganku menoleh mengikuti isyaratnya. Aku terkejut,
ternyata putra tunggal Bu Pr***i tetanggaku yg rumahnya berjarak empat
rumah dari rumahku yang masih duduk dikelas 1smp namanya Rona
Dia berdiri kira2 berjarak kurang dari 2 meter dibelakangku,
pandangannya lekat menerawang tubuhku yg telanjang dari belakang dengan
mulut yg agak ternganga keheranan. Akupun juga sempat terkejut
dibuatnya, begitu pandanganku mengarah padanya, mukanya langsung
tertunduk sungkan padaku, tapi aku kaget, pas liat kebawah pada celana
pendeknya, ada sesuatu yang menonjol kesamping, jangan2 anak ini
terangsang melihatku, sehingga membuat titit nya berdiri, tapi kok ke
samping, apakah anak ini ga pake CD???
Kelihatan sekali tonjolan itu, karena emang kaosnya yg hanya sebatas
pinggangnya. Tanpa merubah posisiku, kutanya maksud kedatangannya ke
sini sambil terus mengamati tingkah lakunya. Dengan mencuri-curi pandang
pada tubuhku dijawabnya pertanyaanku, kalo disuruh mamanya pinjam
sanggul ma kebaya buat acara resepsi diluar kota besok lusa.
Kusuruh Rona duduk di kursi yang ada tepat disampingnya, sedangkan aku
menyuruh MakNah terus memijatku, aku kedipkan mata ke MakNah agar terus
memijat diriku, ternyata MakNah mengerti maksudku. Pijatan MakNah
bergeser ke bawah di kedua kakiku dan pantatku, sehingga membuatku
melebarkan kedua kakiku. Dengan begitu Rona pasti sangat tercengang
melihatku dari belakang dengan kedua kaki melebar, mungkin dia secara
samar2 bisa melihat garis pada belahan vaginaku.
Sanbil terus dipijat pada bagian kaki belakangku, aku ajak ngobrol Rona, agar dia terus menujukan matanya padaku.
“kamu sekarang kelas berapa rona?” tanyaku padanya.
“kelas 1smp bu Har” jawabnya.
“kok kamu yang disuruh? Mamamu mana?”
“mama lagi belanja ke tokonya Mbak S***a”
Aku sampai merasakan denyutan2 halus di vaginaku, karena merasakan
sensasinya. Pastinya MakNah tahu dengan kondisiku ini karena terasa
melembab pada vaginaku. lama juga aku ajak ngobrol Rona, dengan maksud
untuk menggodanya, pasti matanya terus mengawasi tubuh telanjangku dari
belakang, aku hanya sesekali menoleh kebelakang padanya. Kedua kakinya
dirapatkan, pas aku menoleh kearahnya langsung dibuangnya pandangannya
mengarah ke televise, tapi yang pasti dia dari tadi mengawasiku tanpa
berkedip.
Setelah hampir dua puluh menitan, MakNah memijat tubuh belakangku. Aku
disuruhnya terlentang, untuk memijat bagian depan tubuhku. Dengan kesan
yang tidak vulgar, aku tarik sarungku keatas, sampai menutupi dadaku,
dan kubenahi sarung bagian bawahku sampai lututku. Kemudian baru
kubalikkan tubuhku terlentang.
Karena didalam aku tidak memakai apa2, alias no bra dan cd, kedua
payudaraku otomatis tercetak dengan jelas dengan kedua putting yang
menonjol dan pastinya juga adanya sedikit gundukan antara kedua belah
paha dalamku, karena posisi kakiku yang sedikit merenggang. Dan sarung
yang menutup tubuhku hanya sebatas payudara bagian tengah, otomatis
sebagian bulatan payudaraku bagian atas dan garis pemisah anatara kedua
payudaraku terlihat jelas. Kulirik sebentar ekspresi Rona, matanya
begitu tajam menerawangi tubuhku tanpa berkedip. Bahkan bisa kurasakan
kalau nafasnya tercekat untuk beberapa saat.
Aku jadi tertegun sendiri dengan ekspresi yg ditunjukan Rona saat
melihatku terlentang, duduknyapun bahkan seperti tidak jenak. Aku
sedikit merinding juga, ternyata anak ini begitu lugu, dan mungkin baru
pertama kali ini dia melihat wanita seperti ini. wajahnyapun tampak agak
pucat. MakNah sempat berkedip padaku demi melihat ekspresi Rona yang
seperti itu, sepertinya MakNah berpikiran sama denganku, kalo Rona ini
begitu lugu dan masih sangat hijau.
Dengan sedikit berdehem aku bertanya pada Rona.
“Rona tadi udah maem belum?”
Dengan suara yang parau dan tercekat, mungkin karena kaget atau
terangsang berat, dia menjawabku dengan terbata-bata.
“Uuuu….su..d..dah..bu..u…Har…”, aku dengan MakNah saling pandang
mendengar jawaban Rona yang parau dan terbata-bata. Mungkin juga saat
ini kami punya persamaan dalam pikiran tentang Rona yg lugu yang sangat
terangsang melihat keadaanku.
“ya udah kalo kamu emang udah makan, karena bu Har pijatnya masih agak
lama, kamu ga papa kan nungguin bentar?” tanyaku pada Rona.
“gapapa bu Har, Rona masih kenyang banget” jawab Rona dengan suara
yang masih parau dan terbata-bata, tapi dengan pandangan diarahkan ke
televise, demi melihat pandanganku yang mengarah padanya.
“kalo mo ambil minum apa makanan, ambil aja sendiri, tuh di kulkas”
sambil tanganku menunjuk ke kulkas yang berada di samping kanannya.
“iya bu Har, makasih” jawab Rona, sambil pandangannya mengikuti
telunjukku kearah kulkas sambil sedikit melirik tubuhku saat
pandangannya berpindah dari televise ke kulkas.dengan keadaan terlentang
begini, aku bisa terus mengamati tingkah laku Rona. Matanya sering
mencuri-curi pandang pada tubuhku, kemudian kembali melihat televise,
tapi sepertinya sangat tidak konsen pada televise yg dilihatnya, nafsnya
begitu berat, seperti menahan sesuatu yang sangat berat. Bahkan
duduknyapun sepertinya tidak jenak.
Saat ini memang bagian tanganku yg dipijit MakNah, jadi aku masih bisa
mengajak ngobrol Rona dengan leluasa, karena kondisi tubuhku masih
tertutup oleh sarung, jadi kesannya masih normal saja. Setelah pijatan
pada kedua tanganku selesai, maknah berpindah pada pundak dan bagian
dadaku sebelah atas. Yang aku tahu, pasti maknah akan menurunkan
sarungku pada bagian dadaku sampai batas bulatan coklat yg melingkari
putting susuku. Aku langsung memejamkan mataku, dengan maksud agar Rona
bisa leluasa menikmati pemandangan ini, tanpa sungkan terlihat olehku.
Karena posisi maknah sendiri ada di sebelah kiri menghadapku, sedangkan
Rona duduk disebelah agak kanan lurus dengan kakiku agak jauh dibawahku,
karena memang posisiku yg terlentang.
Saat maknah mulai memijatku, sesekali kupicingkan mataku sedikit untuk
melihat seperti apa ekspresi Rona melihat sebagian payudaraku yg
terbuka hampir sampai putingku. Aku benar tidak menyangka, kalo rona
menatapku lekat2 tanpa berkedip, dengan mulut yang sedikit bengong.
Kepalanya sampai dimajukannya untuk bisa melihat lebih jelas. Mungkin
dia merasa aman, karena maknah sedang sibuk memijitku, sedangkan aku
menurutnya sedang terpejam, jadi rona merasa leluasa menatapku seperti
itu. Kaki rona disilangkan dengan rapat, seperti sedang menutupi
penisnya yg mungkin sangat tegang.
Badanku serasa merinding dan menghangat oleh sikap rona yg sedemikian,
aku merasakan sensasi yg hangat dan eksotis oleh sikap rona yg sedang
mengamati tubuhku. Maknah sampai melirikku, karena kondisi badanku yg
tahu2 merinding semua, sambil tersenyum kecil padaku. Aku membalas
senyum kecilnya dengan sekidikit berkedip, dan maknah menyadarinya.
BERSAMBUNG…………………………………
Home
Cerita Eksibisionis
Nanik Hartini
Penulis Lain
Cerita Eksibisionis Nanik Hartini : Eksibisionis Saat Dipijat 1
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar:
Posting Komentar